Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Buatlah cita-cita setinggi langit

Kalau ingat masih kecil dulu, guru bertanya, "Apa cita-citamu kalau udah besar ?" Yang saya ingat adalah ingin jadi dokter atau ir atau mau jadi pilot. Semua cita-cita itu terkesan adalah menjadi orang yang hebat dan banyak uangnya. Beberapa orang masih sama cita-cita sampai besar, tapi ada juga berubah. Apa yang ada dibenak orang yang waktu kecilnya tidak punya banyak uang untuk sekolah ? Cita-citanya tidak tinggi, mungkin tamat SMA pun sudah lumayan dan bisa kerja.

Apa kabarnya cita-cita itu ? Ada yang tercapai ... tapi kayaknya tidak seperti yang dibayangkan masih kecil. Ternyata berat banget cita-cita itu, uang yang diperoleh dari kerja tidak sesuai harapan. Mesti kerja keras dan banyak persaingan. Mungkin beberapa orang berandai,"Kalau saya dulu sekolah tinggi lagi, pekerjaan saya lebih baik" dan sebagainya. Lalu ? Jalani aja.

Cita-cita atau tujuan bukan sekedar untuk masa depan, tapi sudah menjadi motivator dalam kerja dan kehidupan. Yang masih sama adalah persepsi kita bahwa buatlah cita-cita itu setinggi-tinggi. Apa yang terjadi ? Kita merasa terbebani dengan cita-cita atau tujuan yang tinggi. Berapa lama bisa dicapai ? Bagaimana caranya ? Butuh pikiran, dan energi yang besar. Banyak orang hanya meninggalkan cita-cita itu dalam pikiran dan tidak pernah diwujudkan.

Tujuan akhir itu memang perlu yang tinggi, tapi agar bisa diwujudkan, maka kita perlu berkompromi dengan kemampuan dan fisik kita. Mengapa kita tidak memilah tujuan yang tinggi itu dalam beberapa tujuan antara dengan target waktu tertentu ? Bukankah pemilhan tujuan yang tinggi dalam beberapa tujuan antara sangat memungkin pikiran dan tindakan dapat diwujudkan. Ada perasaan senang dengan merasa tidak berat menjalani dari waktu ke waktu untuk meraih tujuan antara. 

Misalkan Tujuan A dibagi dalam 10 tujuan antara. A1 - A10. Fokus kita menjadi lebih detail kepada A1 dan setelah tercapai barulah berpikir menuju A2 dan seterusnya. Dalam hidup kita memiliki tujuan dari kerja dan tujuan untuk keluarga. Keduanya seperti bercabang dan membuat tidak ada waktu untuk meraih keduanya. Bagaimana caranya ? Buatlah tujuan kerja adalah bagian dari tujuan keluarga. Tujuan keluarga lebih besar/tinggi dari tujuan kerja. Dampaknya adalah kita kerja bukan untuk perusahaan, tapi untuk keluarga karena tujuan kerja itu hanya perantara menuju tujuan keluarga yang lebih besar.



Bisa dibayangkan ... bagaimana kita mau shalat khusyuk ? Menjadi berat untuk langsung mengamalkan shalat khusyuk. Bisakan kita memulai tujuan akhir (shalat khusyuk) dengan mengamalkan memahami syarat dan rukun shalat, kemudian memahami dan mengamalkan wudhu yang bener, mempelajari dan mengamalkan makna bacaan shalat dan seterusnya. Cara ini membuat kita merasa nyaman untuk khsuyuk dalam shalat.





Semoga kita mulai menyadari bahwa memang baik untuk memiliki tujuan/cita-cita yang tinggi. Tapi jauh lebih penting adalah mewujudkan tujuan itu secara bertahap. 

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...