Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Senin, Februari 06, 2023

Produktivitas kerja dengan kehadiran diri

 Dalam dunia kerja semakin hari semakin banyak yang tidak percaya kalau tidak melihat karyawannya hadir secara fisik. Hal ini terjadi saat atasan yang disiplin melihat stafnya tidak berada di tempat kerja saat jam masuk. Bagaimana bisa tahu kehadiran bawahan di tempat yang berbeda (cabang) ? Ada yang pakai foto selfi kehadiran atau ada yang cek random dengan menelpon karyawan bersangkutan atau pakai aplikasi dan sebagainya. Sebenarnya kehadiran bisa dijadikan ukuran bagi semua orang BUKAN saja karyawan, tapi atasannya sendiri harus memberi teladan. Terkadang ada pilih kasih, orang tertentu boleh hadir terlambat dan yang lain wajib hadir tepat waktu. Ini salah satu sebab mengapa disiplin kehadiran menjadi tidak berhasil. Ada yang bilang,"ditempat saya semua hadir tepat waktu". Bukankah hadir tepat waktu itu masih bermasalah, jika belum mulai kerja. Masuk jam 08:00 dan mulai kerja jam 08:30, alasannya rapi-rapi dulu, sarapan dulu lah, baru juga nyampe di absensi jam 08:00. semua alasan ini hanya cara menyiasati kehadiran tepat waktu, tapi tidak berarti.

Saya melihat dari sisi karyawan, mereka berat dalam salah satu disiplin kerja untuk hadir fisik saja. Ada yang berlagak,"yang penting hasil kerjanya, kehadiran tepat waktu itu tidak penting". Ada benernya, tapi banyak orang seperti itu sebenarnya beberapa hanya mencari alasan aja karena mereka tidak bisa datang tepat waktu dan belum seprofesional apa yang mereka ucapkan. Mengakui berat masuk kerja bukan sekedar itu saja. Tapi banyak hal yang terjadi. Mari melihat diri agar diri kita lah yang hebat (mendapatkan keuntungan/kebaikan dan tak perlu melihat hasilnya kepada perusahaan). Salah satu disiplin dalam masuk kerja tepat waktu adalah sikap seseorang yang tidak positif atau tidak melihat kerja sebagai bagian dari kehidupannya, seperti halnya seseorang makan, minum, bangun tidur dan aktivitas lainnya. Sikap yang ada pada karyawan itu cenderung berat atau malas berangkat kerja, macetlah, panaslah dan sebagainya. Bayangkan kalau kita sikapi berat dalam berangkat kerja, mestinya bangun pagi juga malas, dan senang tidur malam (menganggap tidur memerlukan waktu yang cukup). Teruskan bayangkan apakah mereka males juga terima uang hasil kerja ? Sikap ini mesti diubah menjadi positif. Dimulai 

1. Dari Uang yang diperoleh dari hasil kerja, semakin banyak hal dikerjakan dengan waktu yang cukup (dengan kehadiran lebih awal) maka semakin tidak berat mengerjakan pekerjaan di kantor. Bahkan datang pagi itu memberi kesempatan pikiran yang masih fresh untuk mudah mengerjakan pekerjaan.

2. Sikap positif di atas memberi dampak untuk kerja yang semakin baik. Mengapa ? Karena tidak terganggu oleh emosional, karena situasi dan kondisi yang tidak nyaman (dengan kehadiran yang sekedar tepat waktu) membuat banyak orang merasa tidak mudah memulai pekerjaan. Situasi ini membuat akal sehat cenderung aktif dan siap menjalani kehidupan hari ini.

3. Apa yang terjadi setelah itu ? Bekerja menjadi produktif dan hasilnya jauh lebih baik. Hal ini dapat menghadirkan penilaian perusahaan untuk dipercaya.

4. Sikap positif di atas mesti dibangun dengan tidur lebih awal tanpa banyak pikiran yang terbawa tidur. Buatlah relax sebelum tidur agar tidurnya menjadi berkualitas dan bangunnya menyegarkan.

5. Kerja - istirahat - tidur - bangun - kerja lagi, siklus yang dihadapi setiap hari. Bukan sekedar dijalani rutin, tapi dikembangkan menjadi aktivitas yang menarik (tidak bosen) dengan terus mengembangkan diri menjadi pribadi yang positif. Istirahat dan tidur yang cukup dan berkualitas, Insya Allah bangunnya seger dan sehat, dan yang mesti ditingkatkan kualitasnya adalah kualitas kerja yang produktif dan tetap semangat. kerja yang demikian dapat mempengaruhi kualitas istirahat dan tidur yang baik. Jadi menjadi disiplin yang bener, maka jadikan kerjaan menjadi menarik karena produktif dan berkualitas.

Disiplin masuk kerja bukan sekedar tepat waktu, bukan sekedar 30 menit lebih awal, bukan sekedar kehadiran yang dilihat atasan, tapi disiplin kerja mesti membuat rasa nyaman dan mendorong kerja yang produktif. Hal ini menjadi penilaian untuk menjadi dipercaya, dan nilai kepercayaan inilah yang mesti dipertaruhkan agar nilai ini menjadi kebaikan dalam pendapatan kerja karyawan.

Kultum motivasi kali ini ingin mengingatkan semua untuk selalu menjadi orang yang produktif dan berkualitas tinggi. Dimulai dari sikap dan menindaklanjutinya dalam kerja. Memberdayakan diri untuk bisa produktif mesti dilakukan. Tak perlu merasa tidak adil karena bekerja produktif kepada atasan dan perusahaan, yang wajib itu karyawan sendiri yang menikmati semuanya.

Minggu, Februari 05, 2023

Lihatlah apa yang sudah kita bisa kerjakan ...

 Pernahkah kita "melaporkan" dengan apa yang sudah kita lakukan kepada Allah ? Misalkan dalam doa, kita mengucapkan terima kasih bahwa tadi kita sudah makan dan membuat kita kenyang dan senang. Mungkin jarang kita melakukannya. Dalam doa kita kepada Allah, kita lebih banyak curhat tentang kesusahan daripada apa yang bisa dan sudah kita lakukan. Tak hanya curhat kesusahan, tapi juga selalu meminta (pertolongan). Apakah pantas kita begitu terus ?

Berdoa itu adalah ibadah, menjadi bernilai jika kita ikhlas. Bayangkan kita selalu curhat atau meminta tanpa diimbangi rasa berterima kasih. Apa iya kita ikhlas dalam curhat dan meminta ? Tidak salah meminta kepada Allah. Sudah sewajarnya sebelum kita curhat dan meminta, kita mendahului untuk berterima kasih atas apa yang sudah kita kerjakan walaupun tidak sempurna. "Ya Allah ya rahman ya rahiim, terima kasih atas kehidupan hari ini. Saya sudah Engkau rezeki dengan makan pagi, dan Engkau sehatkan kami pagi ini, dan kami telah beribadah kepadaMu dengan shalat Subuh dan dhuha, Kami paham pastilah semua itu atas rahmanMu kepada kami". Dengan seringnya kita mengucapkan hal seperti itu, Insya Allah membuka hati untuk menyadari begitu besar rahmat dan karunia Allah. Dan kita pun mau bersyukur atas semua itu.

Beranilah mengucapkan terima kasih atas semua yang telah Allah berikan atau izinkan atas kehidupan kita hari ini. Begitu banyak, sampai kita pun masih bisa menulis, membaca, melihat, mendengarkan dan sebagainya. Disisi lain ada orang yang tidak bisa melihat atau mendengar karena kekuasaan Allah. Apakah kita mau bersyukur ? jangan sampai suatu saat nikmat yang Allah itu diambil. Karena sakit atau musibah, kita sakit kalau berjalan atau terbaring kita bisa beraktivitas. Di  saat itulah kita baru menyadarinya. 

Kultum kali ini hanya ingin mengingatkan saya dan setiap orang yang yang membaca kultum ini untuk segera berlatih mengucapkan terima kasih atas rahmat dan karunia Allah yang terus berlangsung setiap hari. Motivasikan diri dengan memberdayakan diri untuk menjadi semakin baik.

Sabtu, Februari 04, 2023

Hadir tapi tidak hadir

 Hadir dalam keseharian adalah hadir (absen) di sekolah, hadir di pertemuan, hadir dalam satu aktivitas dan lainnya. Hadir bisa ditafsirkan sebagai kehadiran fisik (orangnya). Tapi banyak pertemuaan sebagainya tidak memberikan kebaikan apapun bagi semua anggota pertemuan. Pertemuan dimaksudkan kontribusi semua anggota dan memahami makna pertemuan tersebut dan bisa dilaksanakan dengan baik oleh semua anggota.

Kehadiran mesti membuat semua orang dapat menikmati suasana dan kebaikan dari pertemuan, Walaupun hadir dalam waktu belajar seorang murid atau mahasiswa tapi mereka tidak dapat dapat mengambil pelajaran. Hal ini disebabkan kehadiran pikiran tidak dilakukan. Maka mereka merasa berat untuk memahami pelajaran. Bahkan ada diantara tidak mendengarkan karena sibuk ngobrol dan asyik dengan aktivitasnya sendiri. Mereka hadir karena terpaksa sebagai bentuk kontribusi saja. Tidak hanya itu saja, orang yang banyak bicara dalam pertemuan juga bisa tidak hadir pikirannya. Misalkan ingin mempercepat pertemuan sehingga acara menjadi tidak menarik dan sebagainya.

Kehadiran dapat berlaku juga secara personal dan menjadi penting memaknai sebuah aktivitas. Misalkan seseorang yang hadir dalam kantor menjadi tidak mendapatkan apa-apa kecuali kehadiran fisik. Karena karyawan tersebut tidak menghadirkan dirinya (pikiran, hati dan seluruh perasaannya) dalam bekerja. Alhasil kerja yang dilakukan menjadi tidak bermakna atau tidak memberikan kebaikan, kerjanya asal jadi dan ingin buru-buru diselesaikan. Inilah akibat dari hanya mengandalkan kehadiran fisik.

Dalam shalat juga bisa terjadi, fisik kita shalat tapi pikiran, perasaan dan hati tidak hadir dalam shalat. Akibatnya shalat jadi tidak bermakna. Misalkan kita membaca Allahu Akbar tapi tidak hadir, maka bacaan itu keluar secara lisan saja, tapi tidak bisa merasakan makna bacaannya. Shalatnya tidak seperti yang diharapkan, dan shalatnya menjadi ingin cepet-cepet diselesaikan.

Seringkali kehadiran selain fisik menjadi tidak penting bagi banyak orang. Bisa jadi karena banyak hal yang ingin dikerjakan yang membuatnya jadi tidak fokus atau karena tidak suka atau karena dipaksakan. Keadaan ini membuat seseorang mau cepet berpindah kepada aktivitas yang disenanginya.

Sadari bahwa tidak semua aktivitas kita senangi, dan yang kita senangi pun belum tentu kita hadir. Waktu terus berjalan dengan aktivitas tanpa kehadiran selain fisik, masak sih mau membuang waktu tanpa makna apapun ? Yuk hadirkan hati, pikiran dan perasaan untuk mendukung fisik agar selalu mendapatkan kebaikan/makna kehidupan.

Insya Allah kultum kali ini dapat mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu berlalu begitu saja dengan hadir fisik tapi tak mendapatkan kebaikan apapun. Padahal kita selalu ingin memotivasi diri untuk menjadi orang yang lebih baik. Yuk memberdayakan diri untuk melibatkan hati, pikiran dan perasaan selalu dalam satu langkah dengan fisik. 

Jumat, Februari 03, 2023

Alhamdulillah bisa meningkat bersyukurnya

 Bersyukur menjadi penting dalam menyikapi dan beraktivitas dalam hidup ini, baik beribadah maupun aktivitas (kerja). Beribadah pun mesti selalu ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Ibadah menjadi motivasi untuk kerja yang ikhlas. Kerja yang ikhlas terus memacu kembali ibadah kita. Insya Allah bersyukur itu selalu memberi dampak kepada iman kita semakin meningkat.

Bersyukur dalam shalat, setiap hati ada hal yang mesti kita ditingkatkan dalam shalat. Hari ini meningkatkan wudhu dengan bener, hari berikutnya wudhu semakin bersyukur dengan menghayati wudhu itu membersihkan jiwa dari kesalahan (dosa), dan hari berikutnya wudhu semakin bermakna dan mendorong kita memperbaiki shalat. Jika kita telusuri lebih lanjut, perbaikan semakin meningkat (syukur) semakin mudah perjalanan menjadi semakin baik karena ada nikmat Allah. Tak terbayangkan dengan satu subjek yang kita syukuri semakin membuat kita semakin baik, tidak perlu butuh lama sebulan saja sudah semakin meningkat kualitas shalat kita.

Bagaimana jika kita juga bersyukur dalam kerja ? Disiplin bangun pagi, mengisi pagi dengan aktivitas yang baik, dan berangkat kerja lebih awal dan sebagainya. Hal ini menjadi kebiasaan yang menguatkan jika dilakukan terus-menerus. Semakin hari semakin nyaman dan terbiasa untuk melakukan peningkatan kualitas hidup.


Apalagi ? Banyak hal yang bisa kita syukuri dengan bertahap dan berlanjut. Dari satu peningkatan bisa memotivasi kita untuk melakukan peningkatan yang lain. Insya Allah kultum kali ini bisa memberdayakan diri untuk hidup semakin bermakna.



a bersyukur 

Kamis, Februari 02, 2023

Ada karyawan yang curang, lalu ?

 Ada karyawan yang curang, ya adalah dari sekian banyak karyawan. Curang dalam hal ini semua perilaku negatif yang menguntungkan pribadi, bukan sekedar "mengambil uang" saja. Tapi yang lebih besar adalah curang dalam hal waktu, pura-pura kerja tapi tidak kerja (sok sibuklah). Hal ini hampir dilakukan semua orang, tapi tidak diperhitungkan sebagai kerugian. Padahal kerugiannya nyata dan terjadi setiap saat dan berlangsung setiap hari.

Mari perhatikan, waktu kerja dihitung sebanyak maksimal 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Bayangkan karyawan yang dibayar dengan UMR sesuai jam kerja, maka saat mencuri waktu itu kerjanya jadi tidak sampai 8 jam perhari. Kalau saja waktu yang dicuri sehari 1 jam, maka sudah 5 jam perminggu. Kalau 5/40 saja artinya waktu yang dicuri sebanyak 12,5%. Itu artinya kita sebagai karyawan sudah menerima uang (gaji) yang bukan milik kita sebesar (Rp 625.000, jika UMR 5 juta). Sebagai karyawan mungkin protes, kan UMR memang harus dibayar. Tetapi kan kalau dibayar UMR kan berarti kerja benar harus sesuai jam. Perhatikan sejak kehadiran kerja, jika kita masuk pas waktu masuk, artinya kita belum bekerja. Bisa jadi siapa kerjanya setelah 20 menit. Padahal jam masuk kerja itu saatnya mulai kerja. Maka mau tidak mau sebelum jam masuk sudah mesti mempersiapkan diri. Ini baru jam masuk sudah "curi" waktu kerja, bagaimana dengan istirahat yah bisa 10 - 20 menit. Selama kerja kita bisa menghabiskan waktu untuk ngobrol atau rehat bisa lebih 30 menit sepanjang hari.  Minimal kerja 8 jam, yang efektif sekitar 7 jam. Mencuri waktu ini tidak dipedulikan dan tidak dikontrol, maka efisiensi waktu kerja menurun.

Bisa dibilang mencuri waktu juga saat bekerja dimana tugas dikerjakan begitu lama. Hal ini karena kemampuan atau memang dilamain. Perhatikan karyawan yang berada di depan komputer, terlihatnya kerja tapi "pura-pura" kerja. Perhatikan lagi saat pulang yang ontime, biasanya sudah siap 10 - 20 menit menunggu jam pulang. Apa dampaknya ? Keadaan ini jika dibiarkan terus, maka menjadi terbiasa dan bisa bertambah jam kerja yang hilang (dicuri). Produktivitas karyawan menjadi menurun dan menuntut uang yang lebih jika ingin kerja bagus. Perusahaan butuh karyawan dan karyawan menuntut, ujungnya tak ada solusi. 

Kontrol aktivitas kerja menjadi sangat penting, tetapi menjadi sulit untuk selalu memonitor jam kerja karyawan. Absensi bisa memonitor masuk dan pulang jam kerja, tapi pencurian waktu dalam kerja masih sangat  mungkin terjadi. Jalan tengah adalah memberi tugas atau pekerjaan dengan target ketat. Seseorang dilihat dari hasil kerjanya, maka kita bisa mengontrol hasil kerjanya yang berkualitas dan sebelum waktunya. Jika terlihat kemampuan karyawan tinggi dan dpat menyelesaikan dengan cepat, maka mesti dipikirkan tugas atau pekerjaan baru yang mendorong karyawan terus kerja yang bener. Tugas dan pekerjaan baru bisa memberi motivasi karyawan untuk bisa naik level. Salah tugas penting adalah karyawan mesti menganalisa pekerjaannya untuk selalu meningkat.

Sebagai karyawan kita mesti sadar diri untuk mengerjakan pekerjaan dengan bener dan selalu ingin meningkatkan kemampuan agar bisa lebih baik. Tak perlu berharap kepada perusahaan, jadilah karyawan yang siap kerja dan siap pula menjadi lebih baik. Untungnya buat karyawan sendiri, lebih nyaman kerja dan lebih baik penghasilannya serta dipercaya.


Kultum singkat ini tidak lain untuk memberdayakan diri sendiri tanpa perlu berharap kepada orang lain atau perusahaan. Biasanya yang ada kecewa, gantungkan harapan kita kepada kita sendiri. Inilah motivasi internal yang sangat baik dalam bekerja.

Rabu, Februari 01, 2023

Merasa berat kerjanya ?

 Salah satu sebab dari menurunnya semangat saya adalah pekerjaan yang saya anggap berat. Berat untuk memulai dan sudah tergambar pekerjaan itu menyita tenaga dan memiliki tingkat kesulitan serta resikonya. Tapi kata berat sebenarnya bisa saya ciptakan karena memang saya malas untuk mengerjakannya. Misalkan disuruh bikin laporan untuk hari ini, Kata berat itu saya tafsirkan dengan pencitraan positif (cari alasan), yaitu saya mengatakan,"laporan belum selesai karena masih ada kerjaan lain yang lebih penting" atau "saya sibuk banget hari ini jadi laporan dibuat besok aja ya" dan begitu saya atau Anda menjaga harga diri, padahal saya atau Anda lagi nggak mau mengerjakannya BUKAN tidak mampu mengerjakannya.

Kejadian di atas banyak dilakukan karyawan kepada atasannya. Kata "belum selesai atau belum capai target, saya kerjakan sekarang (tadi sibuk)" seolah ingin mengatakan saya sudah mengerjakannya tapi belum selesai/belum target. Padahal saya memang belum melakukan apa-apa. Hikmahnya adalah setiap saya mengatakan alasan, bisa jadi sebenarnya pekerjaan itu belum dikerjakan dan mau dikerjakan saat itu kalau dipaksa (merasa tidak nyaman). Buat apa sih saya melakukannya semua ini ? Minimal saya menjaga harga diri tidak turun. Langkah ini jika sebagai karyawan membuat Anda menjadi terpuruk dan menjadi biasa melakukan hal ini. Efeknya ? Saya semakin tertekan dengan waktu yang berjalan, dimana pekerjaan mesti diselesaikan.


Apa yang mesti saya lakukan ? Kata berat dalam menjalani kerja, jika disebabkan tidak menarik, sedangkan saya mampu. Saya cenderung menolak kalau bisa atau menunda. Sebenarnya jika memang itu kerjaan saya, pasti kembali ke saya juga pekerjaan itu. Jika ditunda pekerjaan itu semakin berat karena waktu yang terbatas, mengapa tidak dikerjakan sekarang ? Saat saya berpikir tenang, maka saya cenderung mengerjakannya (sekalipun di awal terasa berat). Sikap dan perilaku saya mesti saya ubah. Pertama, langkah awal sudah mengurangi level berat menjadi berkurang, dan jika saya kerjakan langkah berikutnya maka menjadi semakin berkurang beratnya dan menjadi ringan. Kedua adalah saya mesti memiliki sikap (prasangka) baik dari pekerjaan yang saya anggap berat itu, yaitu pekerjaan itu jika saya dapat selesaikan segera, maka menambah nilai dari diri saya (menumbuhkan nilai kepercayaan). Atau sikap lain yang bernilai baik sehingga sikap ini menciptakan semangat untuk mengerjakannya. Soal kata berat, maka perilaku saya mesti mengerjakan step by step agar tidak berat.

Bayangkan pekerjaan itu berat, maka saya cenderung "berbohong" dan malas. Kemalasan ini bagaikan virus yang merembet kepada pekerjaan lain. Saya mengajak Anda berhentilah mengatakan,"nanti saya kerjakan atau saya sibuk atau apa saja" yang intinya kita menolak halus pekerjaan itu. Ingat bahwa pekerjaan itu adalah mendorong kita meningkatkan kemampuan semakin tinggi. Tidak saja meningkatkan kemampuan, tapi pekerjaan itu adalah media untuk beramal saleh. Amal saleh yang merupakan ungkapan syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikannya. Masih kerja, masih dipercaya orang, masih ada tubuh yang sehat, masih ada iman dan masih ada orang yang mendoakan kita menjadi orang baik. 

Alhamdulillahirrabbilalamin, kultum kali ini menyadarkan saya untuk memotivasi diri menjadi orang yang bersegera beraktivitas (beramal saleh). Inilah langkah pemberdayaan diri agat dapat memaksimalkan diri (bersyukur).

mengapa saya tidak memahami petunjuk Allah ?

 Dari hari ke hari, saya dan semua orang ingin hidup lebih baik. Maka semua mencari jalan menuju yang hidup lebih baik melalui sekolah tinggi, melatih kemampuan lebih tinggi, belajar terus tentang ilmu dalam perjalanan yang saya pilih dan banyak lainnya. Sebagai orang beriman kepada Allah dan sangat tahu dan paham bahwa Allah menurunkan petunjuk yang mutlak kebenarannya, tapi mengapa tidak serius dan sungguh-sungguh mendalaminya agar hidup kita sebagai hamba menjadi tidak khawatir dan tidak sedih ? Al Qur'an hanya sekedar dibaca dan dipahami, tapi belum untuk diamalkan dalam pekerjaan kita dalam mencari kehidupan lebih baik.

Apakah saya tidak percaya kepada Al Qur'an ? Ternyata saya beriman, tapi apakah hanya sekedar beriman saja sebagai kewajiban ? Saya membaca kisah ilmuwan Islam yang berjaya di masanya yang menjadi referensi orang Barat mengembangkan ilmu sampai sekarang. Ternyata Ilmuwan Islam mengambil referensi mengembangkan ilmunya dari Al Qur'an, baik sebagai pedagang (bisnis), sebagai dokter, sebagai arsitektur, ilmuwan matematika dan sebagainya. Mereka memahami benar Al Qur'an sebagai petunjuk hidup. Bagaimana dengan saya dan Anda ? Entah tidak berani atau ntah tidak menarik atau beranggapan Al Qur'an itu sebagai referensi agama saja. Bisa jadi mereka yang memahami Al Qur'an itu dipintarkan oleh Allah sebagai pedoman detail yang dipahami dari Al Qur'an. Ulama zaman dulu bisa menulis, mengapa ulama sekarang jarang bisa menulis ? Apakah kita memikirkannya ?

Akal sehat saya hanya berpatok kepada ilmu yang mendorong pekerjaan menjadi lebih baik. Belajar dari Jepang, belajar dari China, belajar dari Korea, belajar dari Amerika, belajar dari Jerman ... ada dalam waktu kita untuk belajar Al Qur'an. Apakah ada jaminan dari belajar dari berbagai negara tersebut ? Padahal dalam kerja itu, ujung-ujungnya kita ingin meraih uang yang banyak, karir yang tinggi dan sebagainya. Sudahkah kita meraihnya ? Kalau ilmu yang kita miliki belum juga memberikan hasil yang memuaskan, bagaimana kita memilih ilmu Al Qur'an dalam kerja ?

Bayangkan jika dalam kerja itu, kita hanya bekerja dengan jujur saja. Apakah atasan dan perusahaan menyukainya ? 99,99% menjawab mencari karyawan yang jujur dan dipercaya memegang amanah. Bagaimana karyawan itu sangat menguasai Kaizen ? Maka kemampuan kaizen dihargai lebih tinggi dari kejujuran (kaizen lebih bermanfaat daripada kejujuran). Dalam dunia kerja nilai kaizen lebih tinggi dan dihargai. Bagaimana jika saat karyawan meninggal dunia ? Maka nilai kaizennya yang diingat rekan kerja daripada kejujurannya. Bayangkah bagi karyawannya sendiri, apakah bangga meninggal dengan kejujuran atau bangga dengan kaizennya ? Jawabannya adalah kejujuran dihargai Allah dengan  balasan sempurna, sedangkan kaizen belum tentu dibalas (karena bisa jadi kaizen itu diniatkan untuk kebanggaan dan sebagainya).

Ada banyak cara untuk berhasil dalam perjalanan kerja kita yaitu IQ dan EQ yang tinggi. Tapi tidak banyak orang yang memanfaatkan SQ sebagai referensi bagi keberhasilannya. Mungkin ini menjadi renungan bagi kita bagaimana iman menjadi pemimpin atas ilmu agar menjadi bermakna dalam kerja.

Kultum ini untuk memotivasi kita dalam memberdayakan diri agar meraih kehidupan dunia dan akhirat dengan bener. Insya Allah petunjuk Allah itu pasti benar janjiNya, mestinya kita berpegang kepada Allah dalam segala hal, dan Allah mengurus segala hal di dunia ini. Dia lah yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara seluruh ciptaannya.


Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...