Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Senin, Januari 02, 2023

Renungan malam ini

Malam ini saya mengajak saya sendiri untuk merenungkan ayat Al Qur'an tentang kesalahan dengan mengabaikan petunjuk Allah. Entah karena saya disibukkan oleh kesenangan dunia atau memang lalai karena hati yang semakin tertutup.



Hati-hati dengan melampui batas, mendustakan Al Qur'an (apalagi jarang membacanya) dan tidak percaya hari akhirat. Apa yang saya lakukan kerja yang sering mengabaikan Allah. Apakah saya ingat mati ? kayaknya nggak, karena perbuatan masih jauh dari kebaikan untuk mempersiapkan diri untuk akhirat. Apa juga saya membaca dan mengamalkan petunjuk Allah ? Kayaknya juga belum fasih dan masih mencari ilmu selain petunjuk Allah untuk meraih kesuksesan dunia. Di akhir ayat, semua yang saya lakukan dapat menutupi hati saya. Apakah hati yang tertutupi itu membawa saya kepada kehidupan yang lebih baik ? Padahal setiap hari saya ibadah dan berdoa. mestinya keadaan ini mesti sinkron dengan ayat di atas. Insya Allah. membaca petunjuk ini mengingatkan saya untuk sadar kepada Allah.

Sikap menunda

 Sikap menunda ? Masih sering saya lakukan terutama pekerjaan kecil dan ringan. Penundaannya tidak lama, bisa 5 menit sampai 1 jam. Jika penundaan sudah lebih dari 30 menit, kadang tidak dikerjakan. Sikap menunda karena ada perlawanan dalam diri saya yang menyatakan,"masih nyaman sih dan bilang entar aja 5 menit lagi". Sikap menunda berdampak kepada perilaku (tindakan menunda). Banyak waktu yang saya habiskan tidak melakukan apapun karena menunda. Waktu dari sikap sampai terjadinya tindakan, persoalan tidak kuatnya pendirian saya.

Misalkan bangun tidur di pagi hari, ada beberapa peringatan untuk bangun oleh alarm HP atau suara azan. Saat mendengarkan alarm tersebut, saya bangun untuk mematikan alarm. Lalu suasana dingin atau capek membuat perasaan saya bilang,"ntar aja 5 menit lagi saya bangun, dingin banget sih. saya pikir shalat subuh juga masih ada". Menunda ini bukan 5 menit, karena saya tidak ukuran waktunya. Yang penting saya memuaskan perasaan (nyaman) dan tidur lagi. Tahu-tahu waktu dibangunkan atau terbangun sudah lebih dari 5 menit. Dalam keadaan terdesak saya bangun dan mengerjakan aktivitas pagi. Apa yang terjadi ?

Pikiran saya yang terdiri dari perasaan dan logika terus bergejolak saling berlawanan. Kemenangan ada pada perasaan (emosional saya). Pikiran menghasilkan reaksi fisik dan direkam dalam memori saya. Saat ada keadaan yang sama, maka memori tentang hal itu kembali terjadi. Misalkan bangun siang (karena menunda), saat bangun pagi lagi ada suasana dingin dan alarm, maka memori yang sama hadir untuk dijalankan. Kecuali logika saya (terdesak ada keperluan) bisa membangunkan saya pagi tanpa menunda.

Salah satu menunda dalam pekerjaan adalah saat saya mengerjakan sesuatu dan pekerjaan itu rada berat, maka logika dan perasaan terus bergumul untuk menghasilkan tindakan. Karena berat, saya menganggap pekerjaan itu ntar saja dikerjakan (ditunda). Logika saya pun terpengaruh memikirkannya menjadi tidak mudah. Tertundalah pekerjaan itu karena waktu bertarungnya perasaan dan logika, semakin lama membuat saya "malas". yang terjadi adalah saya mengerjakan hal rutin yang lakukan.

Hal yang sering saya lakukan untuk tidak menunda adalah keterdesakan, "terpaksa". Sebenarnya keterdesakan itu karena ada pikiran dan pemahaman dari hati mesti dikerjakan. Misalkan salat Subuh menjadi tidak berarti jika salatnya telat. Maka karena pemahaman  salat Subuh tidak boleh telat, maka hal ini yang bisa mengalahkan perasaan nyaman. Maka saya bangun. Kata malas juga bisa dilawan hanya dengan waktu kepepet saat saya membutuhkan sesuatu. Karena kebutuhan hidup, saya bisa mengerjakan hal apa saja untuk mendapatkan uang. Yang mengalahkan rasa malu, rasa malas dan sebagainya.

Saya pun kadang melakukan merubah sikap tubuh untuk menguatkan pikiran yang kalah melawan perasaan. Bangun pagi yang ditunda, karena tubuh saya masih tidur. Untuk itu saya mulai duduk dan bergerak ke kamar mandi, maka perasaan (emosional ingin tidur lagi) bisa dikalahkan. Menunda karena banyak pertimbangan dalam kerja, maka saya menggerakkan tubuh saya segera. Saya ambil alat atau pulpen, ambil kerja atau berada di komputer, lalu saya kerjain satu demi satu. karena hal inilah pekerjaan itu bisa dimulai dan logika bekerja.

Hal lain yang bisa saya kerjakan adalah pemahaman tentang agama benar-benar dipahami (diyakini tanpa ragu). Pemahaman ini menguatkan hati (Allah) hadir dalam diri saya. Ada semangat dan kekuatan dari Allah untuk mengerakkan pikiran (logika) untuk mengerjakannya. Keadaan ini bisa mengendalikan perasaan. Misalkan bangun tidur di pagi hari, bisa langsung bangun karena merasa ada tanggung jawab untuk salat tepat waktu dan mendapatkan rahmat Allah. Begitulah hati menggerakkan logika (perintah) langsung tubuh untuk bertindak dan emosional jadi terkendali.

Tak mudah untuk menghilangkan sikap menunda, saya mesti melatih diri seperti hal di atas, memahami dan menyakini petunjuk Allah dengan bener, dan saya lengkapi dengan berdoa agar dilindungi oleh gangguan yang membuat saya menunda aktivitas.


Minggu, Januari 01, 2023

Mencatat rencana

 Rencana adalah merencanakan kesuksesan apa yang seharusnya saya lakukan. Saya pastikan rencana BUKAN merencanakan kegagalan. Saya pastikan tidak ada langkah-langkah rencana yang saya buat untuk kegagalan. Oleh sebab itu rencana itu mesti saya lakukan, agar diingat dan bisa saya kontrol, maka saya mesti mencatat.

Saya membuat rencana dari tujuan yang saya capai, tapi tidak merencanakan aktivitas detailnya. Sesaat saya ingin mengerjakannya, saya bingung mau melakukan apa dan tidak tahu juga waktunya. Pengalaman ini membuat saya lalai dan tidak melakukan apa-apa karena tidak ada yang mengingatnya, akhirnya saya tidak meneruskan tujuan saya (kalah dengan rutinitas). Hal ini penting buat saya jika ingin mencapai tujuan.

Misalkan saya memiliki tujuan meningkatkan penjualan sebesar 25% dari sekarang, 75 juta menjadi 100 juta. Maka saya memilah tujuan itu menjadi harian (hari kerja 20 hari), tujuan peningkatkan penjualan sebesar 100/20 = 5 juta/hari. Disinilah saya baru menterjemahkan dalam bentuk aktivitas untuk mencapai 5 juta/hari :

1. Saya mengunjungi konsumen sebanyak 8 orang dengan tingkat keberhasilan 25%. Dengan harga produk rata-rata 2,5 juta, maka prediksi penjualan saya 25% x 8 orang x 2,5 = 5 juta. Waktu kunjungan 13:00 - 19:00

2. Saya menambah penjualan lewat WA atau media sosial, menyebar WA 25 orang/hari, kontent FB dan IG sebanyak 2/hari yang disebar ke 25 orang/hari. Waktu pembuatan 07:00 - 09:00 dan sekaligus penyebarannya

3. Saya mencari tambahan 1 freelance/hari yang dapat membantu saya untuk menyebarkan brosur dan sebagainya. Waktu istirahat 12:00 - 13:00


3 point di atas adalah rencana aksi yang mesti saya catat, bila perlu dibuatkan agendanya. Paling tidak rencana ini sudah bisa mengingatkan saya untuk dijalani. Lalu saya bisa menganalisa hasil yang dicapai dan diperbaiki agar tetap kepada tercapainya tujuan. Buatlah sebanyak mungkin rencana aktivitas yang menunjang pencapaian tujuan.




Fokus dan tidak melihat yang lain

 Beberapa orang tidak fokus dan sebagian lainnya dapat fokus dengan baik. Tetapi sebenarnya fokus itu pada terjadi saat apa yang saya fokuskan menarik hati saya. Menarik hati yang membuat saya merasa nyaman atau menguntungkan. Terus apa yang terjadi saat saya fokus ? Apakah saya dapat melihat/memperhatikan yang lain ?

Yang terjadi adalah saya sering tidak fokus sehingga banyak hal yang saya perhatikan, keadaan ini membuat saya tidak maksimal melakukan yang seharusnya saya lakukan. Mungkin saya menganggap bahwa saya bisa mengerjakan 2 atau 3 pekerjaan pada waktu yang sama. sebenarnya saya tetep mengerjakan satu pekerjaan dan beralih ke pekerjaan lain. Satu pekerjaan yang dilakukan secara otomatis (tanpa berpikir) sering saya lakukan dan saat yang bersamaan saya memikirkan pekerjaan lain. Keadaan ini membuat saya tidak fokus dengan satu pekerjaan itu, karena pikiran tidak sepenuhnya tercurahkan untuk pekerjaan tersebut. Hasilnya tidak maksimal.

Saat saya fokus mengerjakan satu pekerjaan, maka saya dengan sepenuh hati dan pikiran fokus kepada pekerjaan tersebut. Hal ini saya buktikan dengan banyak hal lain yang cuekin (alias tidak mendapat perhatian). Hasilnya cukup proporsional. Karena fokus juga, maka saya pun memberi perhatian terhadap evaluasi dan keinginan untuk memperbaikinya. Saat saya fokus, maka saya tidak melihat atau memperhatikan yang lain.

Membayangkan ketika saya salat, tubuh menjalankan salat tapi pikiran tidak kepada salatnya. Maka saya mudah lelah, karena ada konflik antara pikiran dan tubuh (menjalankan perintah pikiran). Tidak ada kesesuaian. Bisa jadi inilah yang membuat saya berat untuk mendirikan salat, hati ingin salat sedangkan pikiran tidak untuk salat, dan tubuh salat. Bagaimana jika saya fokus, dimana hati, pikiran mendorong tubuh untuk menjalankan ? Saya dapat merasakan salat (tubuh) yang menyenangkan.

Mestinya saya belajar untuk mengerjakan satu hal sampai tuntas, atau kalaupun tertunda maka saya mesti menjadwalkannya. Hanya kepada Allahlah saya berharap tentang pekerjaan tersebut.


Jumat, Desember 30, 2022

Paling tidak mudah itu mempraktekkan

 Kalau soal praktek dari apa yang sudah saya pahami adalah proses yang tidak mudah. Bisa jadi semua mengalami yang sama, sebaliknya beberapa orang mampu mempraktekkan dengan mulus dan berujung kepada kesuksesan atau keberhasilan. ketika ditanya, Apakah sudah memahaminya ? Jawabannya sudah. Beberapa orang tidak memulai sama sekali, ada yang mulai  dan setelah kalah dengan rutinitas, ada yang menjalani dengan semangat tapi banyak juga masalahnya yang belum ditemukan solusi, hanya sedikit yang berhasil. Dimana posisi saya ? 

Saya pernah mengalami tidak melakukan apa-apa, karena memang banyak hal yang ingin saya kuasai. Keadaan ini mendorong saya belajar terus yang membuat saya lalai untuk menerapkannya. Asyik dengan belajar dan terus belajar sehingga saya merasa nyaman. Berangkat dari tidak tahu, kemudian tahu dan belajar paham dimana saya merasa senang. Karena sudah paham ilmu A, maka bersemangat juga untuk memahami ilmu terkait dengan A. Keterusan asyik belajarnya. Keadaan ini membuat saya pintar dan suka memberi ilmunya kepada orang lain.

Suatu ketika saya merasa bahwa tanpa mempraktekkan ilmu, maka ilmu itu menjadi tidak sempurna. Saya didorong pula oleh semangat untuk beramal saleh (ibadah), maka praktek demi praktek saya jalankan. Dengan praktek ilmu itu saya merasa bertambah imannya (semakin yakin dan tanpa ragu). Saya mendapati bahwa setiap mempraktekkan ilmu selalu ada "masalah", dan menarik bagi saya untuk menyelesaikannya. Akhirnya saya menyempurnakan ilmu yang saya peroleh menjadi semakin sempurna.

Ilmu untuk bekerja sering kali sangat dibutuhkan untuk segera dipraktekkan. Setiap ada kesulitan dalam kerja, saya mulai mencari solusinya (ilmu). Abis memahami ilmu segera saya praktekkan. Dilain sisi ada juga saya hanya jalanin aja (praktekkin aja), karena memang tidak ada ilmunya. Ketekunan saya menjalani membuah hasil yang luar biasa, ada ide dan ilmu yang sekaligus solusi pekerjaan menjadi mudah dan ringan.

Saya berharap bahwa saya memiliki sikap yang positif terhadap satu ilmu langsung praktek. Sikap menjadi pendorong untuk mempraktekkan dan diterusin dengan kontiniutas.

Training yang merubah sikap dan perilaku

 Training ? Dominan ditafsirkan menambah ilmu dan ketrampilan. Banyak peserta menginginkan itu semua. Harapannya di hari kemudian dapat mengantarkan mereka dihargai lebih baik, jabatan dan pendapatannya. Trainernya agak lalai untuk mengingatkan peserta training untuk merubah sikap dan mempraktekkannya. Karena memang trainingnya berada di kelas, setelah trainer tidak memiliki akses untuk merubah mereka. Disisi peserta, merasa kalau training selesai, maka selesailah trainingnya. Padahal training itu baru memberikan pengetahuan dan sedikit ketrampilan saja, dan belum bener-bener merubah mereka menjadi apa yang mereka inginkan. Dalam fakta, mereka meminta jabatan dan pendapatan yang bagus, tapi mereka belum pernah menjadi siap dengan pekerjaannya (pengalaman).

Training mestinya berproses bagi peserta menerima pengetahuan dan ketrampilan, lalu menjadi inspirasi untuk menerapkannya dalam pekerjaannya, akhirnya mengantarkan peserta berubah sikap dan perilakunya. Sudahkah kita memahaminya ? Jika tidak seperti itu, maka training hanya sekedar memberi/menerima pengetahuan dan ketrampilan. Bisa dikatakan belum berhasil.

Bagaimana dengan training diganti dengan belajar aja dari buku dan referensi lainnya ? Kalau bisa terjadi dan untuk menyempurnakannya dapat dengan brainstorming. Pengetahuan dan ketrampilan diperoleh. Maka semua orang bisa melakukannya. Tapi training yang sebenarnya adalah merubah seseorang menjadi manusia baru, dengan sikap dan perilaku baru. Kita bisa melakukan self training, dengan belajar lewat buku dan referensi lalu menerapkannya dalam pekerjaan. Hasilnya dapat menyempurnakan pengetahuan yang kita peroleh. Semakin sering menerapkan dan mengkayakan pengetahuan yang kita miliki adalah pengalaman training yang bagus.

Misalkan seorang karyawan menerapkan suatu program baru dan mendapatkan hasil yang bagus. Maka karyawan tersebut sudah melakukan training, training yang sebenarnya. Yang terjadi adalah banyak karyawan merasa khawatir atau takut untuk menerapkannya karena tidak pede dan takut disalahkan kalau gagal. mesti sikap trainee adalah menyikapi bahwa kegagalan itu untuk diperbaiki.

Yuk semangat untuk training yang bisa jadi tanpa training di kelas, tapi trainingnya di pekerjaan. Mulailah dari sikap dan perilaku kecil agar pekerjaan kita mudah dan ringan. 

Kamis, Desember 29, 2022

Ingin sendiri dan diam saja

 Ingin sendiri dan diam saja, bisa jadi langkah yang diambil karena memang tak mampu lagi merubah segala hal yang ada disekitar saya. Tahu dan paham apa yang terjadi disekitar saya, tapi tak kuat untuk berucap. Memberi nasehat tidak banyak merubah keadaan, berubah sebentar dan kemudian kembali lagi ke asal. Terkadang untuk melanjutkan perubahan itu memancing emosional. Karena saya tidak ingin emosi karena sangat merugikan saya. Tak ingin saya kotori hati ini dengan hal yang buruk.

Banyak dari kita merasakan keadaan seperti itu. Tidak ada solusi dan semua menjalankan keadaannya masing-masing. Lingkungan terus terjadi dengan kebiasaannya dan yang ingin menasehati tak mampu. keadaan ini tidak memberi kebaikan apapun. Lalu apa yang mesti saya lakukan ?

Saya adalah hamba Allah, dimana Allah yang menciptakannya. Apa yang saya anggap berat sehingga saya ingin sendiri dan diam saja. Bisikan dalam dada ini terus mengejar mimpi yang ideal dan caranya bisa jadi dengan perilaku buruk. Tapi solusi ini sepertinya saya tidak memiliki Allah. Allah saya adalah Allah yang Maha Pengasih dan penyayang. Semestinya saya berharap kasih sayangnya. Allah saya adalah yang Maha Pemberi petunjuk (solusi). Bukankah semestinya saya berharap kepada Allah dengan solusinya. Allah saya adalah yang Maha pendengar dan Maha melihat. Bukankah semestinya saya menyampaikan apa yang saya rasakan. Allah saya itu adalah Maha Pengampun dan Penghapus kesalahan. Bukankah semestinya saya memohon maaf dan ampunan atas ketidakmampuan saya. Allah saya adalah Tuhan saya yang Maha Berkuasa. Bukankah semestinya saya percaya Allah saya bisa mengatur kebaikan buat saya.

Itulah solusi yang hadir di hati ini untuk menghadapi apa yang membuat saya ingin sendiri dan diam saja. Insya Allah, saya dapat diberikan iman (percaya tanpa ragu) untuk melakukan kebajikan-kebajikan. Saya ditunjuki Allah untuk menolongnya dengan terus menjaga hati saya dan saya pun ingin memperoleh rahmatNya dengan ikhlas beribadah kepadaNya. Saya meminta Allah melindungi saya dari bisikan setan agar saya terjaga sadar terus kepadaNya. 

Featured post

Bos Sok tahu, ngga ada yang salah ...

Alhamdulillahirabbilalamin, Allah telah memberi ilmu yang banyak, tapi kadang kita tidak merasakannya. Seringkali kita menganggap kecil ilmu...