Insya Allah saya dan semua orang selalu menemukan semangatnya dan dapat menjalanii hidup dengan semakin baik. Terima kasih
Memberi ruang bagi pikiran untuk disemangati agar menjadi apa yang kita inginkan dengan Perbuatan yang baik
e-Book Munir Hsan Basri
Rabu, Juli 17, 2024
Semangat dan Senang
Selasa, Juli 16, 2024
Karyawan baru yang penurut
Selamat siang semuanya, Insya Allah selalu dalam lindungan Allah.
Hari ini saya ingin menulis pengalaman sebagai karyawan baru ataupun melihat karyawan baru dari sisi karyawan lama. Judulnya "Karyawan baru yang penurut". Apa iya begitu ? Penurut sebagai karyawan baru bukanlah sekedar mengikuti apa yang diperintahkan oleh user atau atasan. Tapi memang mesti nurut, kalau tidak menjadi konflik dan tidak menguntungkan bagi karyawan baru. karyawan yang sudah ada pun mesti menurut apa yang diperintahkan, mungkin ada beberapa "bantahan" berupa protes atau keberatan untuk mendapatkan win-win solution. Jadi penurut itu bukan konotasi tidak positif. Penurut itu tidak selalu mengiyakan, tapi juga bisa memberi komentar agar apa yang diperintahkan itu menjadi semakin baik. Tidak mengiyakan dan menyampaikan yang lebih baik mesti mengikuti budaya di perusahaan itu (terutama karakter/kebiasaan) dari atasan dan lingkungan.
Menuruti perintah atasan tidak selamanya menyenangkan bagi karyawan baru. Kalau hal kecil mungkin iya bisa diterima dengan baik atau perintah yang sejalan dengan kemampuan yang dimiliki karyawan baru. Banyaknya perintah itu diterima dengan tidak nyaman. Bisa karena tidak memiliki kemampuan yang memadai atau lagi tidak nyaman aja. kalau lagi tidak nyaman, karyawan baru bisa mengalah demi uang (gaji). Tapi hal ini memang ada resikonya yaitu ketidaknyamanan yang membawa karyawan tidak maksimal dalam bekerjanya, bisa menyebabkan stress yang berkepanjangan. Sebagai karyawan baru mesti disadari sebagai persoalan yang segera diselesaikan. Kalau tidak bisa membuat penampilan yang tidak nyaman juga, jarang senyum dan tidak happy. Kemampuan menyadari persoalan ini mesti dimiliki seorang karyawan baru, termasuk solusinya. Apa yang harus dilakukan oleh karyawan baru ? Memiliki sikap untuk tidak menilai kerjaan dengan pikiran ego, suka atau tidak suka. Tapi bersikaplah dengan pikiran jernih dan logika. Saat menerima pekerjaan yang tidak tahu harus bagaimana, maka dengan jujur mesti memberitahu dan mohon pencerahannya. Atau kalau pekerjaan yang diterima tidak bisa diselesaikan dengan waktu yang diminta, maka mesti minta support atau negosiasi ulang dan sebagainya. Sekali lagi bahwa agar karyawan baru menjadi karyawan penurut yang positif adalah membangun sikap positif terhadap pekerjaan yang diterima, yaitu menyikapinya dengan berpikir logis dan hati.
karyawan penurut bukanlah untuk cari muka atau dianggap karyawan yang mudah diatur. Tapi mestinya tidak begitu. Jika ini dilakukan, maka hal itu bisa berdampak buruk bagi perkembangan kinerja karyawan baru dan bisa juga berdampak kepada kesehatan diri. Jadilah karyawan baru yang penurut dengan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan, yaitu melakukannya dengan benar.Untuk itu sebagai karyawan baru mesti membangun sikap pembelajar dan membangun juga jaringan dengan karyawan yang ada. Sikap pembelajar benar-benar mengantarkan karyawan baru itu untuk selalu mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik. Dampaknya ? Menjadi semakin dipercaya oleh atasan dan karyawan yang ada. Kemampuan lain yang mesti dijalani adalah sikap ingin tahu dengan banyak bertanya yang santun. Mengapa ? Latarbelakang karyawan baru tidak sama dengan atasan dan karyawan yang ada, bertanya itu adalah untuk bisa menyikapi perbedaan yang ada dan mencegah kesalahpahaman. Belajarlah selalu agar kemampuan meningkat agar dapat mengatasi persoalan dalam kerja dan juga bisa membangun jaringan dengan langkah bertanya dengan lingkungan yang ada.
Menjadi karyawan baru yang penurut itu tidak berresiko tidak positif. Misalkan karyawan baru tidak penurut, maka atasan dan karyawan yang ada bisa menilai dan bersikap tidak baik. perlu Menjaga penilaian atas sikap dan perilaku karyawan baru terus-menerus. Inilah raport karyawan baru untuk meneruskan masa percobaan karyawan.
Hindari menjadi karyawan baru yang hanya menuruti apa yang diperintahkan. Bisa berdampak tidak baik bagi diri sendiri dan kinerjanya pun tidak semakin baik. Apa yang mesti dilakukan ?
1. Belajarlah untuk meningkatkan kemampuan kompetensi dan non-kompetensi mampu bekerja maksimal.
2. Berlatihlah mengendalikan diri terutama ego dan nafsu. Hal non teknis yang tidak diajarkan tapi diharapkan oleh atasan dan karyawan yang ada.
3. Bersiaplah untuk menjadi bagian dari lingkungan baru yang bisa membangun diri semakin baik
terima kasih
Selamat menjadi karyawan baru dan berkarya untuk menjadi yang terbaik.
Senin, Juli 15, 2024
Dimulai dari nol ya
Kata NOL atau 0 memiliki arti tidak ada nilainya. Nilai nol menjadi referensi yang sering digunakan untuk memulai sesuatu. Pengisian bahan bakar Pertamina menjadi heboh dimana pegawainya mengucapkan "dimulai dari no ya pak". Hal ini untuk menyakinkan orang lain dan diri sendiri bahwa memang mau bergerak menuju angka yang diinginkan
Angka nol juga sebagai langkah awal untuk bergerak. Yang menarik adalah sangat mudah bagi semua untuk memulai bergerak menuju tujuannya. Tapi ada beberapa orang tidak mudah juga untuk bergerak. Yang diragukan banyak orang adalah apa yang dilakukan setelah langkah pertama dari nol . Ada semacam kekhawatiran dan ketakutan atas hasil dari langkah pertama. Bisa jadi tidak sesuai yang diharapkan. Disinilah mesti ada sikap berani untuk memulai. Sikap berani itu dapat digambarkan untuk bergerak saja tanpa banyak mikir, ini bukan bagian dari tanggung jawab saya. Saya hanya bergerak dari nol. Kalau Gus Dur bilang,"begitu aja kok repot".
Nol menjadi bernilai saat dimulai dengan melangkah. Tak penting nilainya tapi bergerak itu sudah nilai bagi semua orang. Bagaimana kalau tidak bergerak ? kan masih di posisi nol terus. Adakalanya orang tidak menilai memulai itu sangat berarti untuk langkah selanjutnya. Langkah awal itu menjadikan langkah selanjutnya. Melangkah dari nol telah memberi jendela tentang langkah selanjutnya. memang bagus jika tahu langkah-langkah selanjutnya, tapi hindari hal itu agar tidak mengkhawatirkan. Fokus saja untuk bergerak itu sudah sangat bagus.
Buat apa angka nol itu ? Langkah nol bisa djadikan posisi awal saya berada. Artinya menjadi penting sebagai ukuran untuk melangkah. Memahami keberadaan saya saat ini dan sayapunn tahu mau kemana saya melangkah. yang jadi masalah adalah banyak orang tidak tahu dimana dia berada. Misalkan saya berada ditengah adang pasir. Apakah saya tahu saya berada ? Lihat kemanapun, terlihat hanya padang pasir. Tidak ada yang bisa dilihat, yang terlihat hanya fatamorgana. Saat itu saya bergerak menujuu fatamorgana dan ternyata langkah saya menjadi tak berarti, tidak melangkah kemana pun. saat saya sampai di fatamorgana, saya tidak mendapatkan apa-apa dan bergerak lagi munuju fatamorgana berikutnya. Dalam hidup saya dan Anda pernah bergerak menuju apa yang saya inginkan, tapi tidak mendapatkan apa-apa, lalu saya bergerak lagi menuju keinginan berikutnya dan hasilnya tidak membuat saya lebih baik. Keinginan adalah fatamorgana saya, hendaknya saya mesti mengetahui dimana saya berada dan apa yang mesti saya tentukan nilai yang ingin saya capai. Berada di nol sangat penting dan disyukuri, beberapa orang tidak tahu hal ini. Dengan menyadari dimana saya berada, langkah selanjutnya dalah bergerak dari nol, mensyukuri dengan memanfaatkan nol untuk bergerak.
Mengapa mesti ada NOL ? Atau saya mesti tahu keberadaan saya. Ini bisa menjadi motivasi dan menentukan arah menuju tujuan. Teruslah menghitung atau melangkah, karena saya sudah membuat perbedaan. Tidak untuk dibandingkan, tapi lihat kedalam diri saya sendiri. Berterima kasih dan memberi reward pada diri sesaat sudah melangkah. Dimana 0 itu ? dimana dalam kondisi apapun bahkan bisa saja saya mengatakan bo itu adalah langkah pertama dan seterusnya. Dimanapun bisa menjadi NOL. Bergeraklah dan Action, itulah yang menjadi tanggung jawab saya.
Insya Allah, saya dapat selalu menyadari bahwa memang semua keadaan bisa dijadikan nol (awal melangkah) dan tahu mau kemana saya pergi. Da tak kalah pentingnya jangan pernah melihat keinginan tanpa menyadari dimana saya berada. Lalu saya pasti melangkah dari satu keinginan kepada keinginan lainnya. Apa yang saya dapatkan ? Tidak ada dan terus melangkah dan hadirlah kelelahan.
Sabtu, Juli 13, 2024
Karyawan baru
Karyawan baru ? Bagi karyawannya sangat bersyukur diterima di perusahaan tersebut. Tapi apakah cocok dengan budaya perusahaan tersebut ? Sebenarnya yang bilang cocok adalah HRD dan usernya. HRD dan user beranggapan karyawan tersebut dibutuhkan karena kemampuannya. Apa yang diterma HD dan user merupakan hal-ha positif atau pencitraan dari karyawan saat diwawancara. karyawan baru selalu mengatakan yang baik-baik saja agar mendapat nilai positif. Tapi jangan lupa karyawan baru mesti berhadapan dengan kebiasaan atau budaya perusahaan, yang juga tidak diketahui dengan detail. Sama halnya dengan perusahaan yang terdiri dari HRD dan user tidak tahu persis kebiasaan karyawan baru. Disinilah menjadi faktor penting setelah menerima karyawan baru mesti ada penyesuaian kebiasaan (budaya).
Sisi non-teknisnya seperti halnya yang teknis, HRD hanya mengukur parameter kepribadian karyawan. Karyawan sih bilang,"Semua bisa diatasi. Saya bisa beradaptasi dengan lingkungan dan budaya kerja di perusahaan tersebut". Semua ini dilakukan calon karyawan agar dia diterima diperusahaan tersebut". Hal ini bisa dibenarkan, karena memang tidak mudah untuk mendeteksinya.
Ada 2 keadaan setelah bekerja, apakah karyawan bisa menerima atau menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya perusahaan atau sebaliknya perusahaan tidak bisa menerima kebiasaan karyawan baru. Bagi karyawan level di bawah supervisor bisa jadi mereka menerima budaya perusahaan karena butuh kerja. Apakah hal ini baik buat karyawan baru ? Selama budaya perusahaannya baik dan tidak bertentangan dengan karakter karyawan baru, maka itu tidak jadi masalah. Jika ada masalah, karyawan baru mesti bersikap positif terhadap budaya perusahaan. Yang tidak lain untuk menambah nuansa baru yang semakin baik.
Tapi menjadi berbeda dengan karyawan level atas atau memiliki prinsip. Jika seandainya karyawan baru merasa bahwa budaya perusahaan bisa "merusak" dirinya, maka biasanya karyawan baru mengambil keputusan untuk tidak melanjutkannya. Kapan terjadinya ? Karyawan sudah merasa nyaman untuk tidak bergabung lagi saat mereka mendapatkan pekerjaan baru.
Tapi apakah lingkungan dan budaya kerja di perusahaan itu bisa diterima karyawan baru ? Disinilah persoalannya, Banyak karyawan baru dengan kemampuan teknisnya diperlukan oleh perusahaan, tapi apakah ada test untuk non teknisnya. Disinilah persoalannya. Apakah ada HRD yang menjembatani hal ini ? Biasanya HRD dan user hanya support kemampuan teknis saja. Mengapa saya menulis bagian ini ? Karena saya merasa banyak karyawan baru hanya menjalankan pekerjaannya saja dan tidak ingin menjadi lebih produktif. Apa iya ? karena tidak sesuai budaya dan karakter atasan yang mewakili perusahaan. Karyawan baru ini hanya mengikuti apa maunya perusahaan yang diwakili oleh atasan dan rekan kerja yang lain. Hasilnya karyawan baru menjadi tidak produktif dan tidak support kinerja yang ada. Disinilah perusahaan menjadi rugi, ada karyawan tapi tidak bekerja produktif.
Ada masa percobaan bagi karyawan baru melihat semua hal tentang perusahaan yang menerimannya dan perusahaanpun melihat kinerja karyawan. Karyawan mulai dikenalkan kepada beberapa bagian dalam perusahaan tersebut. Bahkan pengenalan itu dilanjutkan dengan pelatihan tentang aktivitas di bagian tertentu. Banyak perusahaan kurang fokus dalam menilai karyawan baru, biasanya langsung saja diterima sebagai karyawan kontrak (syarat minimal tidak ada pelanggaran serius).
Jadi deh karyawan baru. Sebagai karyawan baru yang belum berpengalaman, semangat kerjanya sangat besar.Tidak lain dimaksudkan agar karyawan baru dinilai baik dan mengerjakan pekerjaan dengan baik. Apapun dikerjakan tanpa banyak membantah atau protes. Yang penting jadi karyawan yang baik aja dulu. Dengan kinerja seperti ini ... Apa iya ini yang diinginkan dari karyawan baru ?
Karyawan baru itu dibutuhkan kemampuannya, jadi kayaknya tidak sesuai harapan. Mestinya karyawan baru itu mampu bekerja dengan maksimal bahkan melebihi harapan user dan HRD. Sebagai karyawan baru memang selalu ingin memberi lebih dari apa yang diharapkan. Inilah kelemahan karyawan yang belum pengalaman. Perusahaan harus melakukan pelatihan teknis detail kepada karyawan baru agar siap mengerjakan dengan optimal.
Karyawan baru pasti ingin dapat gaji dan pengalaman. Disisi lain perusahaan butuh kemampuannya. User dan HRD tidak memiliki waktu untuk mengajari karyawan baru, paling bisa ngajarin sampai 1 bulan. Lalu ? Karyawan diminta menguasai sendiri dan mengembangkannya. Mulai saat itulah perusahaan memiliki budaya baru yang dibawa oleh karyawan baru. Kok bisa ? karyawan baru menjadi tidak asyik dengan budaya yang ada di lingkungannya. Budaya sendiri dari karyawan baru sangat mendukung dirinya untuk kerja yang lebih baik.
Bener sih, Karyawan baru mau mempertahankan kerjanya agar mendapatkan gaji sehingga "nurut" aja apa yang diminta user atau atasan. Yang terpenting Jangan sampai karyawan baru merasa "terpaksa" kerja. Ini berdampak buruk kepada perilakunya.
Saya mengalami hal di atas, saya menyarankan HRD dan user mesti mengantisipasi masalah non-teknis yang menyebabkan hampir semua karyawan baru mengalami hambatan dalam menghasilkan kerja produktif. Ada upaya program adaptasi yang dapat menyikapi budaya perusahaan.
Rabu, September 06, 2023
Apa iya karyawan itu mesti nurut ?
Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya ada ? Pasti ada. Yang dimaksud memberontak adalah karyawan yang cenderung kritis dan menerima keputusan melalui proses pemahaman. Sebenarnya 90% karyawan atau anak buah itu nurut, karena kalau nggak nurut kan bisa masalah dengan atasannya. Bisa dicuekin, bisa dipindahkan ke posisi lain, bisa diserahkan ke HRD, atau diproses dengan surat peringatan. Ujungnya sih mau nurut (terpaksa) karena masih mau kerja.
Ada kondisi karyawan seolah menurut, tapi sebenarnya dia tidak menurut. Banyak hal yang dilakukannya tidak sesuai harapan atasan. Kerjanya lambat, kerja asal saja yang penting selesai, beberapa kali melakukan kesalahan, dan lainnya. Karyawan seperti ini membuat masalah bagi atasan, dimana atasan tidak melakukan kontrol dengan periodik. Karyawan seperti ini adalah karyawan yang membawa virus untuk karyawan lainnya. Tidak banyak, maksimal 10%. Ada 10% menjadi karyawan yang baik dan 80% karyawan tergantung situasi dan kondisi.
Banyak atasan mengurus karyawan yang tidak baik, tidak suka dan tukang kritik tapi tidak mau melakukan yang bener. Apa yang terjadi ? Seringkali menjadi konflik. Konflik ini dilihat dan didengar oleh semua karyawan. Berbagai macam reaksi atas konflik ini, kebanyakan cenderung melihat atasan tidak bijaksana dan berpandangan tidak baik. Maka statistik karyawan yang 80% dapat berpindah kelompok karyawan yang tidak baik. Tadinya 10%, sekarang bertambah menjadi lebih dari 10%. Maka kekuatan yang melawan lebih banyak. Fokus, energi dan waktu untuk berkomunikasi dengan karyawan yang tidak baik telah banyak dilakukan. Hasilnya kurang proporsional.
Terus apa yang bisa dilakukan ? Tidak selalu yang nurut itu bener, bisa jadi tidak mau pusing jadi nurut saja. Sebaliknya yang tidak nurut itu bisa jadi bener, maka perlu dibuktikan. Tidak nurut itu bisa jadi ada alasannya. Maka langkah terbaik adalah mencari alasan dibalik tidak mau nurut. Lalu berprasangka baiklah dan beri kepercayaan untuk melakukannya. Dalam proses ini wajib dilakukan kontrol dan monitor dengan dengan ketat, agar apakah yang dilakukan oleh orang yang tidak nurut ini bener. Kalaupun tidak bener, kita dapat mengambil hikmahnya dengan menagmbil yang baik dan memperbaiki yang tidak baik. Hal ini tidak didapat dari orang yang nurut.
Biasanya kita jarang mengontrol orang yang nurut sehingga hasilnya tidak memberi keuntungan bagi kita. Hasil yang tidak sesuai membuat kita tidak menegur keras, karena kita lebih senang dengan orang yang nurut daripada apa yang mesti dijalani dengan semakini baik. Bayangkan saat orang nurut dilakukan yang sama seperti orang yang tidak nurut, maka hasilnya menjadi luar biasa.
Sangat proporsional hasil yang didapat dari mempercayakan pekerjaan kepada orang yang nurut dan orang yang tidak nurut. Keduanya memberi hasil yang positif dan bisa diikuti oleh sisa orang yang 80% bekerja apa adanya.
Bagaimana kalau kita tidak melakukan apapun terhadap karyawan yang tidak nurut ? Mereka yang tidak nurut menjadi semakin "menggila" untuk mempengaruhi 90% yang lain. Ini adalah kerugian besar dalam team. Jadi tetaplah terus memberi kesempatan bagi yang tidak nurut untuk membuktikan alasannya menjadi benar dengan kontrol dan monitor ketat.
Saya membayangkan juga, ternyata dalam diri saya sendiri sama halnya dengan pola di atas. Dalam diri saya ada 10% sikap dan perilaku yang tidak baik, 10% sikap dan perilaku yang baik dan 80% sikap dan perilaku yang ikut-ikutan. Saya mesti memberi perhatian sikap dan perilaku yang tidak baik, dan jangan dibiarkan begitu saja. Misalkan saya memiliki sikap dan perilaku malas, maka saya mesti membuktikan sendiri bahwa malas itu tidak ada gunanya dan merusak diri. Sekali waktu saya malas seharian, apa yang saya rasakan ? Capek dan tidak ada hasil apa-apa. Maka temukan ilmu agar malas itu menjadi produktif, salah satunya bangun diri dengan banyak aktivitas sehingga malas itu semakin berkurang, menjadi sikap dan perilaku baik. Demikian juga untuk sikap dan perilaku yang tidak baik yang lainnya. Yang baik bisa mempengaruhi yang tidak baik dan bisa dengan mudah mengajak 80% yang ikut-ikutan. Dan sebaliknya untuk sikap dan perilaku tidak baik bisa mempengaruhi 90% untuk ikutan.Persentase karyawan tidak baik
Kultum motivasi ini dapat dijadikan inspirasi untuk menjadi semakin baik hari ini. Tidak lain dengan cara memberdayakan diri terus-menerus. Insya Allah rekan-rekan mendapatkan hikmah dan kebaikannya, serta Allah meridhaiNya.
Selasa, September 05, 2023
Apa yang terjadi saat emosi ?
Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah diberikan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini dan diberkahi. Dalam tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Belum Target", dimana terjadi komunikasi atasan dan bawahan yang cenderung "emosional". Ternyata yang terjadi adalah atasan menyerang dan kecewa dengan kinerja bawahan. Bawahan ada yang "yes sir" diam saja biar cepet urusannya atau Bawahan yang membela dirinya sudah bekerja dengan bener, kalau kurang oke bukan sayanya dan menyalahi diluar dirinya.
Saya belum menuju detail hal di atas,
tapi ingin mengingatkan dampak bagi pelakunya. Apa yang terjadi dengan atasan
yang terlihat "marah-marah" atas hasil target yang belum tercapai ?
Yang pertama, suasana "marah-marah" itu tidak ada baik-baiknya. Tapi
beberapa orang bilang,"kalau dimarahin itu bagus untuk memotivasi diri
agar menjadi berubah dan semakin baik". Apa iya ? Apakah ada orang termotivasi karena dimarahin ? Yang ada motivasi
tapi motivasinya terluka. Ada memori dalam pikiran yang tidak nyaman yang
mendorong termotivasi. Bayangkan hasil yang baik diperoleh dari proses dan
masukan yang baik. Bagi atasan menjadi sok merasa bener dan bawahan yang tidak
bener. Kondisi ini pasti tidak ada komunikasi, syaratnya komunikasi itu adalah
kesetaraan, bukan yang atasan merasa lebih tinggi dari bawahan yang menciptakan
"perintah" atasan dan "menerima perintah" sebagai bawahan. Bukankah
kedua orang ini mesti saling melengkapi atau sebagai team untuk meraih target
bersama.
Sebenarnya atasan yang
marah-marah/emosional itu sudah tidak zaman lagi saat ini. Tahukah nggak sih,
atasan yang "emosional" itu telah menunjukkan kelemahannya dihadapan
Bawahan. Kok bisa ? kalau atasan yang cerdas (kerja cerdas) pasti tahu cara
mengelola sumber daya untuk meraih target. Sebagai Atasan yang memiliki
Bawahan, mesti mampu mendelegasikan apa yang seharusnya dilakukan kepada
Bawahan. Lalu Atasan memiliki kewajiban untuk mengukur secara periodik dan
mengevaluasi untuk dilakukan perbaikan agar target tercapai. Apakah Atasan
yakin dengan apa yang didelegasikan sebagai formula bener untuk capai target ?
Apakah Atasan juga sudah melakukan pengukuran kinerja Bawahan agar menjamin
target dapat diraih ? JIka kedua hal ini tidak dilakukan menunjukkan dirinya hanya
bisa "emosional" sebagai Atasan dan tidak memiliki kemampuan apa-apa.
Ketidakmampuan ini dilimpahkan kepada Bawahan yang kerja tidak bener.
Mungkin ada juga Atasan yang sudah tidak memiliki kemampuan dan memiliki jabatan hanya karena tahu saja atau ada juga pemahamannya, tapi belum pernah berkomunikasi dengan pelaksana (belum pernah praktek). Maka yang dilakukan Atasan seperti ini adalah hanya perintah saja, lalu emosional dan perintah lagi. Ada sih yang berhasil dengan caranya ini, tapi dampaknya sangat buruk, Atasan sangat tergantung kepada Bawahan. Biasanya Bawahan sering memberi banyak alasan dan meminta Atasan untuk memberi solusi yang cenderung merusak kebijakan yang sudah ada. Misalkan dalam sales, menurunkan harga dengan kasih discount, hadiah dan promo lainnya sehingga nilai produk menjadi rendah.
Lebih lanjut saya ingin menunjukkan
keadaan emosional yang berulang dapat merusak kesehatan, yang berdampak kepada
ketidakseimbang diri. Bikin tidak
sehat dalam pola berpikir dan juga secara fisik. Kok bisa ya ? Mari tenangkan
diri dan berani untuk jujur kepada diri sendiri. Lihat dan lihat dari mereka
yang emosional (marah-marah). Mukanya merah, dan memiliki kekuatan pada tangan
untuk "memukul/melempar/menunjuk" dan sebagainya dan tanganya juga
kelihatan merah, kekuatan fisik terletak di seluruh indra untuk bereaksi.
Mengapa hal ini bisa terjadi ? Karena darah mengalir dengan cepat ke seluruh
organ tubuh. Darah yang mengalir itu memberi energi yang besar. Sebenarnya
bagus sih, tapi ternyata otak (pikiran) mendapat aliran daran dan oksigen yang
sangat sedikit. Akibatnya adalah kemampuan berpikir akal sehatnya tidak ada.
bener nggak ? Waktu orang sedang emosional, pasti tidak bisa berpikir akal
sehat. Secara tubuh, pembuluh darah ke otak (pikiran) mengecil, sedangkan
pembuluh darah ke Muka, tangan dan lainnya membesar. Bayangkan keadaan ini
berlangsung lama dan terus-menerus yang dapat membantu terciptanya pembuluh
darah tetap mengecil. Bisa menjadi pemicu stroke, darah untuk otak tidak
tercukupi. Bagaimana dengan dimarahi ? Sama terjadi karena merasa tidak nyaman
dan disalahkan yang membuat Bawahan ikutan membela diri (emosional), tidak
terima atas perlakuan tersebut.
Orang yang emosional cenderung mudah lelah, dan akibatnya memilih makan
untuk menutupi kekurangan energi yang telah dikeluarkan. Lalu dengan kondisi
makan yang tidak terkontrol ini dapat berdampak kepada aliran darahnya ke otak
(pikiran) sedikit dan malah pindah ke perut yang banyak darahnya.
Apakah orang yang sedang marah (emosional) bisa dinasehati saat itu ? Kecenderungannya kecil, karena orang yang emosional (marah-marah) tidak mampu berpikir dengan akal sehat. Yang ada malah semakin marah-marah. Jadi dari semua itu menunjukkan bahwa orang yang sedang emosional (marah-marah) banyak memberi dampak buruk, mulai dari tidak disenangi orang, tidak sehat dan menjadi pribadi yang tidak baik.
Dari penjelasan di atas, masih ada yang mau emosional ? Sebagai manusia biasa bisa saja terjadi, bersegeralah untuk berhenti dan menciptakan kebiasaan baru yang sehat dan cerdas. Saya mengulangi kembali tentang emosional ini ;
- Orang yang emosional, terutama marah-marah. Bisa saja dapat berpikir bahwa marah-marah itu diperlukan untuk merubah perilaku seseorang. Tetapi kebaikan ini tidak sebanding dengan ketidakbaikan yang didapat. Apakah ada orang mau dimarahi ? Sebenarnya yang sedang marah saja tidak mau marah.
- Emosional dan marah-marah alami sebagai manusia. Alangkah baiknya, jika kita menjadi orang yang tidak umumnya (marah/emosional). Menjadi manusia dengan perilaku baik dan disenangi orang banyak, inilah upaya untuk mengendalikan diri yang terbaik.
- Emosional atau marah, bukan menemukan solusi tapi cenderung berdampak tidak baik. Ada kesehatan yang terganggu, tidak disukai sikap dan perilakunya, mudah lelah, dan lainnya
- Emosional atau marah menunjukkan diri kita lemah, memiliki ketidakmampuan dalam kompetensi, tidak memiliki kemampuan juga dalam mengendalikan diri. Masak mau sih menunjukkan ketidakmampuan kita ?
Insya Allah tulisan ini dapat memberi inspirasi dan motivasi dalam
memperdayakan diri menjadi semakin baik hari ini. Cek hari ini, apakah ada diri
kita yang berperilaku emosional ? Orang yang mampu mengendalikan
dirinyalah adalah orang hebat dan berkemampuan tinggi.
Jumat, September 01, 2023
Belum target
Semangat pagi semua, doa mengiringi semua dimampukan sehat dan dimampukan SIAP kerja yang semakin baik hari ini.
Pagi itu baru mau mulai kerja, saya sudah dipanggil sama bos. Self talk liar saya sambil jalan menuju bos,”Apa salah saya ya, yang penting aja dulu”. Sesampai di pintu ruangan bos sembari membuka pintu,”Selamat pagi bos”. Dan bos mempersilahkan duduk. Tanpa basa-basi bos langsung “marah” dan mempertanyakan,”kenapa bulan lalu tidak capai target ?”. Saya terdiam sebentar,” Begini bos bulan lalu itu tidak capai target karena pasanya lagi lesu”. Langung dibantah bos,”Pasar mana yang lesu, brand sebelah capai target kok” dan bos pun ngerocos terus kesalahan saya. Saya membela diri sedikit dan ternyata bos semakin tinggi marahnya. “Mau gajimu dipotong ?” lanjut bos. Saya hanya bisa diam. Akhirnya obrolan tadi tak memberi apa-apa, yang ada hanya emosional semua. Tersisa seberapa dalam emosional itu dirasakan ... bos kecewa dan kesel, dan saya tak terima caranya dan ada kekahwatiran kalau ketemu bos lagi.
Setelah dari bos, pikiran saya kacau dan kepikiran terus semua ucapan bos tadi. Bahkan hari berikutnya masih kepikiran terus. Kapan selesainya penguasaan emosional saya ? Saya mesti stop hal ini, karena saya tidak melakukan apa-apa dan membuat suasana diri saya semakin tidak baik. Saya bisa bayangkan hanya karena belum capai target sudah begini, bagaimana hal lain. Bos kan mau semua perfect. Berapa banyak hari yang hilang yang membuat saya tidak nyaman dan tidak produktif.
Yuk belajar dan
mengamalkan yang terpenting dalam hidup ini adalah penguasaan diri, dalam agama
disebutkan orang hebat itu adalah yang bisa mengalahkan hawa nafsu. Sekalipun
bisa mengalahkan orang lain karena sesuatu ... sebenarnya saya sudah tidak
menang terhadap diri saya. Apa iya ? Iya
lah apa iya dong. Perhatikan hari sebelum hari ini banyak emosi atau nafsu
menguasai diri saya ...
1.1. Bangun pagi tak jadi lebih awal karena saya mengikuti hawa nafsu untuk tidur lagi dan baru bangun karena keterdesakan mesti bangun untuk kerja.
2. Karena ada kebiasaan minum pagi, maka saya pun mengikuti hawa nafsu minum kopi dulu. Akhirnya waktu mepet untuk bersiap ke kantor.
33. Ntah karena ada, saya menganggap berangkat ke
kantor pun ditunda sedikit saja. Bukankah ini juga ketidakmampuan saya untuk
menguasai diri saya. Kalaulah ada urusan antar anak yang sudah terburu-buru, paling
mudah lagi saya bilang naik ojek aja atau antar sama ibunya.
44. Sesampai di kantor masih ada syukur karena tiba
tepat waktu. Ngobrol dulu bareng rekan kerja dan baru kerja. Ini urusan gaul
biar nggak jadi orang dijauhin sama rekan kantor. Sekali lagi inipun saya tidak
bisa mengatakan iya dan tidak untuk urusan yang penting atau tidak penting. Bukankah
ini urusannya ‘nafsu”.
55. Mau mulai kerja pun masih mau ditunda dengan urusan
yang remeh-temeh.
66. Dalam kerjapun HP masih menghiasi dalam kerja.
Mata dan bunyi nitofication selalu menggoda untuk melihat HP isinya. Hitunglah
berapa lama waktu kerja saya telah dibajak oleh HP, bisa 1 jam hingga 2 jam.
77. Ada hal yang menghambat saya kerja, lalu saya
tergoda untuk relax dulu atau ngerokok dulu untuk cari ide.
88. Menjelang waktu pulang ontime, 30 menit sebelumnya
pikiran sudah tidak fokus kepada kerja
99. Belum waktu ngobrol dengan alasan diskusi telah
dihabiskan, ngobrol sesama yang berisi curhatan sesama.
Kebayang nggak
sekarang kalau waktu kerja 8 jam sehari itu telah dihabiskan oleh nafsu dan
emosional. Bisa jadi hanya kerja 5 jam atau lebih rendah lagi. Bagaimana saya
bisa mencapai target kerjaan tepat waktu ? Tidakkah saya bisa memanfaatkan
waktu yang habis oleh nafsu tadi untuk :
1.1. Mempercepat kerja yang berkualitas. Yang tidak
lain hal ini untuk mengantisipasi pekerjaan yang diberikan bos. Bahkan dapat
saya berkomunikasi periode mingguan atau periode hari untuk mengkalibrasi
pekerjaan saya dengan harapan bos. Kalau pun belum tercapai sepertinya bisa
saling dimengerti oleh saya dan bos.
22. Menyisihkan waktu untuk belajar kompetensi yang
semakin tinggi. Buat apa ? Mempersiapkan diri untuk SIAP menerima pekerjaan
yang lebih banyak atau berkualitas. Lalu bukannya itu menambah kerjaan ? Insya
Allah SIAP kerja itu memunculkan kepercayaan dari bos, yang bermakna untuk menambah
pendapatan.
33. Kapan untuk urusan diri sendiri ? Gunakan setiap
hati untuk melakukan tindakan-tindakan kecil untuk mengantarkan saya kepada
tujuan pribadi. Gunakan waktu sebelum waktu kerja dan beberapa saat setelah
pulang kerja.
Bukankah kekhawatiran
yang mesti saya hapuskan adalah tidak mampu mengendalikan diri, yang telah menghabiskan
waktu yang tidak memberi apa-apa untuk kebaikan saya. Setiap hari saya
mengulangi penguasan nafsu atas diri saya telah menjadi kebiasaan tanpa
disadari. Akibatnya saya tetap dengan pekerjaan saya saat ini ... adapun kerja
yang ditambahkan kepada saya karena bos melihat saya masih ada waktu bukan
sebagai kepercayaan. Alhasil pendapatannya SAMA setiap tahun. Ada ketakutan
menerima kerjaan lebih tinggi karena saya tidak SIAP. Keadaan ini membuat saya
semakin nyaman tidak ingin berubah, semakin terpuruk. Masih mau keadaan seperti
ini ? Yuk belajar tentang nafsu, emosional dan referensi yang bener agar hidup
semakin baik hari ini.
Insya Allah
tulisan ini dapat memberi inspirasi dan menyadarkan diri saya dan siapapun yang
membacanya. Tidak lain ada pesan “Wake up”.
Featured post
Udah bisa bangun paginya
Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...
-
Banyak orang diperdaya dirinya dan senang, hasilnya materi. But sedikit orang berdayakan dirinya dan bahagia, hasilnya produktif bisa mendap...
-
Setelah saya menulis membangun training center dari nol , saatnya saya bercerita mengembangkan training center itu sendiri. Bermodal awal ...
-
Selamat siang semuanya, Semoga sehat selalu dan bisa beraktivitas yang menyenangkan. Saya ingin berbagi tentang pengalaman berada di dalam ...