Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah diberikan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini dan diberkahi. Dalam tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Belum Target", dimana terjadi komunikasi atasan dan bawahan yang cenderung "emosional". Ternyata yang terjadi adalah atasan menyerang dan kecewa dengan kinerja bawahan. Bawahan ada yang "yes sir" diam saja biar cepet urusannya atau Bawahan yang membela dirinya sudah bekerja dengan bener, kalau kurang oke bukan sayanya dan menyalahi diluar dirinya.
Saya belum menuju detail hal di atas,
tapi ingin mengingatkan dampak bagi pelakunya. Apa yang terjadi dengan atasan
yang terlihat "marah-marah" atas hasil target yang belum tercapai ?
Yang pertama, suasana "marah-marah" itu tidak ada baik-baiknya. Tapi
beberapa orang bilang,"kalau dimarahin itu bagus untuk memotivasi diri
agar menjadi berubah dan semakin baik". Apa iya ? Apakah ada orang termotivasi karena dimarahin ? Yang ada motivasi
tapi motivasinya terluka. Ada memori dalam pikiran yang tidak nyaman yang
mendorong termotivasi. Bayangkan hasil yang baik diperoleh dari proses dan
masukan yang baik. Bagi atasan menjadi sok merasa bener dan bawahan yang tidak
bener. Kondisi ini pasti tidak ada komunikasi, syaratnya komunikasi itu adalah
kesetaraan, bukan yang atasan merasa lebih tinggi dari bawahan yang menciptakan
"perintah" atasan dan "menerima perintah" sebagai bawahan. Bukankah
kedua orang ini mesti saling melengkapi atau sebagai team untuk meraih target
bersama.
Sebenarnya atasan yang
marah-marah/emosional itu sudah tidak zaman lagi saat ini. Tahukah nggak sih,
atasan yang "emosional" itu telah menunjukkan kelemahannya dihadapan
Bawahan. Kok bisa ? kalau atasan yang cerdas (kerja cerdas) pasti tahu cara
mengelola sumber daya untuk meraih target. Sebagai Atasan yang memiliki
Bawahan, mesti mampu mendelegasikan apa yang seharusnya dilakukan kepada
Bawahan. Lalu Atasan memiliki kewajiban untuk mengukur secara periodik dan
mengevaluasi untuk dilakukan perbaikan agar target tercapai. Apakah Atasan
yakin dengan apa yang didelegasikan sebagai formula bener untuk capai target ?
Apakah Atasan juga sudah melakukan pengukuran kinerja Bawahan agar menjamin
target dapat diraih ? JIka kedua hal ini tidak dilakukan menunjukkan dirinya hanya
bisa "emosional" sebagai Atasan dan tidak memiliki kemampuan apa-apa.
Ketidakmampuan ini dilimpahkan kepada Bawahan yang kerja tidak bener.
Mungkin ada juga Atasan yang sudah tidak memiliki kemampuan dan memiliki jabatan hanya karena tahu saja atau ada juga pemahamannya, tapi belum pernah berkomunikasi dengan pelaksana (belum pernah praktek). Maka yang dilakukan Atasan seperti ini adalah hanya perintah saja, lalu emosional dan perintah lagi. Ada sih yang berhasil dengan caranya ini, tapi dampaknya sangat buruk, Atasan sangat tergantung kepada Bawahan. Biasanya Bawahan sering memberi banyak alasan dan meminta Atasan untuk memberi solusi yang cenderung merusak kebijakan yang sudah ada. Misalkan dalam sales, menurunkan harga dengan kasih discount, hadiah dan promo lainnya sehingga nilai produk menjadi rendah.
Lebih lanjut saya ingin menunjukkan
keadaan emosional yang berulang dapat merusak kesehatan, yang berdampak kepada
ketidakseimbang diri. Bikin tidak
sehat dalam pola berpikir dan juga secara fisik. Kok bisa ya ? Mari tenangkan
diri dan berani untuk jujur kepada diri sendiri. Lihat dan lihat dari mereka
yang emosional (marah-marah). Mukanya merah, dan memiliki kekuatan pada tangan
untuk "memukul/melempar/menunjuk" dan sebagainya dan tanganya juga
kelihatan merah, kekuatan fisik terletak di seluruh indra untuk bereaksi.
Mengapa hal ini bisa terjadi ? Karena darah mengalir dengan cepat ke seluruh
organ tubuh. Darah yang mengalir itu memberi energi yang besar. Sebenarnya
bagus sih, tapi ternyata otak (pikiran) mendapat aliran daran dan oksigen yang
sangat sedikit. Akibatnya adalah kemampuan berpikir akal sehatnya tidak ada.
bener nggak ? Waktu orang sedang emosional, pasti tidak bisa berpikir akal
sehat. Secara tubuh, pembuluh darah ke otak (pikiran) mengecil, sedangkan
pembuluh darah ke Muka, tangan dan lainnya membesar. Bayangkan keadaan ini
berlangsung lama dan terus-menerus yang dapat membantu terciptanya pembuluh
darah tetap mengecil. Bisa menjadi pemicu stroke, darah untuk otak tidak
tercukupi. Bagaimana dengan dimarahi ? Sama terjadi karena merasa tidak nyaman
dan disalahkan yang membuat Bawahan ikutan membela diri (emosional), tidak
terima atas perlakuan tersebut.
Orang yang emosional cenderung mudah lelah, dan akibatnya memilih makan
untuk menutupi kekurangan energi yang telah dikeluarkan. Lalu dengan kondisi
makan yang tidak terkontrol ini dapat berdampak kepada aliran darahnya ke otak
(pikiran) sedikit dan malah pindah ke perut yang banyak darahnya.
Apakah orang yang sedang marah (emosional) bisa dinasehati saat itu ? Kecenderungannya kecil, karena orang yang emosional (marah-marah) tidak mampu berpikir dengan akal sehat. Yang ada malah semakin marah-marah. Jadi dari semua itu menunjukkan bahwa orang yang sedang emosional (marah-marah) banyak memberi dampak buruk, mulai dari tidak disenangi orang, tidak sehat dan menjadi pribadi yang tidak baik.
Dari penjelasan di atas, masih ada yang mau emosional ? Sebagai manusia biasa bisa saja terjadi, bersegeralah untuk berhenti dan menciptakan kebiasaan baru yang sehat dan cerdas. Saya mengulangi kembali tentang emosional ini ;
- Orang yang emosional, terutama marah-marah. Bisa saja dapat berpikir bahwa marah-marah itu diperlukan untuk merubah perilaku seseorang. Tetapi kebaikan ini tidak sebanding dengan ketidakbaikan yang didapat. Apakah ada orang mau dimarahi ? Sebenarnya yang sedang marah saja tidak mau marah.
- Emosional dan marah-marah alami sebagai manusia. Alangkah baiknya, jika kita menjadi orang yang tidak umumnya (marah/emosional). Menjadi manusia dengan perilaku baik dan disenangi orang banyak, inilah upaya untuk mengendalikan diri yang terbaik.
- Emosional atau marah, bukan menemukan solusi tapi cenderung berdampak tidak baik. Ada kesehatan yang terganggu, tidak disukai sikap dan perilakunya, mudah lelah, dan lainnya
- Emosional atau marah menunjukkan diri kita lemah, memiliki ketidakmampuan dalam kompetensi, tidak memiliki kemampuan juga dalam mengendalikan diri. Masak mau sih menunjukkan ketidakmampuan kita ?
Insya Allah tulisan ini dapat memberi inspirasi dan motivasi dalam
memperdayakan diri menjadi semakin baik hari ini. Cek hari ini, apakah ada diri
kita yang berperilaku emosional ? Orang yang mampu mengendalikan
dirinyalah adalah orang hebat dan berkemampuan tinggi.
No comments:
Post a Comment