Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Karyawan baru

Karyawan baru ? Bagi karyawannya sangat bersyukur diterima di perusahaan tersebut. Tapi apakah cocok dengan budaya perusahaan tersebut ? Sebenarnya yang bilang cocok adalah HRD dan usernya. HRD dan user beranggapan karyawan tersebut dibutuhkan karena kemampuannya. Apa yang diterma HD dan user merupakan hal-ha positif atau pencitraan dari karyawan saat diwawancara. karyawan baru selalu mengatakan yang baik-baik saja agar mendapat nilai positif. Tapi jangan lupa karyawan baru mesti berhadapan dengan kebiasaan atau budaya perusahaan, yang juga tidak diketahui dengan detail. Sama halnya dengan perusahaan yang terdiri dari HRD dan user tidak tahu persis kebiasaan karyawan baru. Disinilah menjadi faktor penting setelah menerima karyawan baru mesti ada penyesuaian kebiasaan (budaya). 

Sisi non-teknisnya seperti halnya yang teknis, HRD hanya mengukur parameter kepribadian karyawan. Karyawan sih bilang,"Semua bisa diatasi. Saya bisa beradaptasi dengan lingkungan dan budaya kerja di perusahaan tersebut". Semua ini dilakukan calon karyawan agar dia diterima diperusahaan tersebut". Hal ini bisa dibenarkan, karena memang tidak mudah untuk mendeteksinya. 

Ada 2 keadaan setelah bekerja, apakah karyawan bisa menerima atau menyesuaikan diri dengan lingkungan budaya perusahaan atau sebaliknya perusahaan tidak bisa menerima kebiasaan karyawan baru. Bagi karyawan level di bawah supervisor bisa jadi mereka menerima budaya perusahaan karena butuh kerja. Apakah hal ini baik buat karyawan baru ? Selama budaya perusahaannya baik dan tidak bertentangan dengan karakter karyawan baru, maka itu tidak jadi masalah. Jika ada masalah, karyawan baru mesti bersikap positif terhadap budaya perusahaan. Yang tidak lain untuk menambah nuansa baru yang semakin baik.

Tapi menjadi berbeda dengan karyawan level atas atau memiliki prinsip. Jika seandainya karyawan baru merasa bahwa budaya perusahaan bisa "merusak" dirinya, maka biasanya karyawan baru mengambil keputusan untuk tidak melanjutkannya. Kapan terjadinya ? Karyawan sudah merasa nyaman untuk tidak bergabung lagi saat mereka mendapatkan pekerjaan baru.

Tapi apakah lingkungan dan budaya kerja di perusahaan itu bisa diterima karyawan baru ? Disinilah persoalannya, Banyak karyawan baru dengan kemampuan teknisnya diperlukan oleh perusahaan, tapi apakah ada test untuk non teknisnya. Disinilah persoalannya. Apakah ada HRD yang menjembatani hal ini ? Biasanya HRD dan user hanya support kemampuan teknis saja. Mengapa saya menulis bagian ini ? Karena saya merasa banyak karyawan baru hanya menjalankan pekerjaannya saja dan tidak ingin menjadi lebih produktif. Apa iya ? karena tidak sesuai budaya dan karakter atasan yang mewakili perusahaan. Karyawan baru ini hanya mengikuti apa maunya perusahaan yang diwakili oleh atasan dan rekan kerja yang lain. Hasilnya karyawan baru menjadi tidak produktif dan tidak support kinerja yang ada. Disinilah perusahaan menjadi rugi, ada karyawan tapi tidak bekerja produktif.

Ada masa percobaan bagi karyawan baru melihat semua hal tentang perusahaan yang menerimannya dan perusahaanpun melihat kinerja karyawan. Karyawan mulai dikenalkan kepada beberapa bagian dalam perusahaan tersebut. Bahkan pengenalan itu dilanjutkan dengan pelatihan tentang aktivitas di bagian tertentu. Banyak perusahaan kurang fokus dalam menilai karyawan baru, biasanya  langsung saja diterima sebagai karyawan kontrak (syarat minimal tidak ada pelanggaran serius).                                                    

Jadi deh karyawan baru. Sebagai karyawan baru yang belum berpengalaman, semangat kerjanya sangat besar.Tidak lain dimaksudkan agar karyawan baru dinilai baik dan mengerjakan pekerjaan dengan baik. Apapun dikerjakan tanpa banyak membantah atau protes. Yang penting jadi karyawan yang baik aja dulu. Dengan kinerja seperti ini ... Apa iya ini yang diinginkan dari karyawan baru ?

Karyawan baru itu dibutuhkan kemampuannya, jadi kayaknya tidak sesuai harapan. Mestinya karyawan baru itu mampu bekerja dengan maksimal bahkan melebihi harapan user dan HRD. Sebagai karyawan baru memang selalu ingin memberi lebih dari apa yang diharapkan. Inilah kelemahan karyawan yang belum pengalaman. Perusahaan harus melakukan pelatihan teknis detail kepada karyawan baru agar siap mengerjakan dengan  optimal. 

Karyawan baru pasti ingin dapat gaji dan pengalaman. Disisi lain perusahaan butuh kemampuannya. User dan HRD tidak memiliki waktu untuk mengajari karyawan baru, paling bisa ngajarin sampai 1 bulan. Lalu ? Karyawan diminta menguasai sendiri dan mengembangkannya. Mulai saat itulah perusahaan memiliki budaya baru yang dibawa oleh karyawan baru. Kok bisa ? karyawan baru menjadi tidak asyik dengan budaya yang ada di lingkungannya. Budaya sendiri dari karyawan baru sangat mendukung dirinya untuk kerja yang lebih baik.

Bener sih, Karyawan baru mau mempertahankan kerjanya agar mendapatkan gaji sehingga "nurut" aja apa yang diminta user atau atasan. Yang terpenting  Jangan sampai karyawan baru merasa "terpaksa" kerja. Ini berdampak buruk kepada perilakunya.

Saya mengalami hal di atas, saya menyarankan HRD dan user mesti mengantisipasi masalah non-teknis yang menyebabkan hampir semua karyawan baru mengalami hambatan dalam menghasilkan kerja produktif. Ada upaya program adaptasi yang dapat menyikapi budaya perusahaan.              

No comments:

Post a Comment

Featured post

Membangun training center dari nol

 Selamat siang semuanya, Semoga sehat selalu dan bisa beraktivitas yang menyenangkan. Saya ingin berbagi tentang pengalaman berada di dalam ...