Salam bahagaia selalu dan Insya Allah semua diberikan kesehatan yang baik hari ini sehingga mampu mengendalikan diri menjadi semakin baik. Aamiin
Bahasan hari ini adalah menjadi karyawan yang dipercaya oleh atasan dan perusahaan. Dikisahkan dalam obrolan berikut ini :
“Yang Hilang Saat Dia Libur”
Mamat: “Eh, kalian sadar nggak, kalau Dita nggak masuk, ruangan ini jadi… beda banget.”
Myra: “Beda gimana? Lebih tenang gitu ?”
Bujang: “Justru sepi tapi ribet. Email jadi numpuk, laporan ke atasan ngaret, dan gak ada yang bantu handle klien yang rewel.”
Mamat: “Iya, itu dia maksudku. Dita tuh kayak lem tak terlihat. Gak menonjol, tapi bikin semua tetap nempel dan jalan.”
Myra: “Lucu ya… Dita nggak pernah banyak bicara, gak pernah cari perhatian. Tapi begitu dia gak ada, semua terasa berat.”
Bujang: “Nah… itu baru namanya karyawan yang bisa dipercaya.”
Mamat: "Pertanyaannya: kita ini termasuk yang bikin tim ringan… atau justru yang bikin orang lega waktu kita nggak masuk?"
Myra: “Beda gimana? Lebih tenang gitu ?”
Bujang: “Justru sepi tapi ribet. Email jadi numpuk, laporan ke atasan ngaret, dan gak ada yang bantu handle klien yang rewel.”
Mamat: “Iya, itu dia maksudku. Dita tuh kayak lem tak terlihat. Gak menonjol, tapi bikin semua tetap nempel dan jalan.”
Myra: “Lucu ya… Dita nggak pernah banyak bicara, gak pernah cari perhatian. Tapi begitu dia gak ada, semua terasa berat.”
Bujang: “Nah… itu baru namanya karyawan yang bisa dipercaya.”
Mamat: "Pertanyaannya: kita ini termasuk yang bikin tim ringan… atau justru yang bikin orang lega waktu kita nggak masuk?"
Dalam setiap perusahaan, selalu ada satu-dua orang yang menjadi tumpuan, yang dipercaya. Mereka bukan yang paling ramai atau paling vokal, tapi mereka adalah penjaga ritme, pemikul tanggung jawab, dan penyeimbang dalam diam.
Merekalah yang disebut sebagai karyawan yang bisa dipercaya — dan dalam Islam, mereka digambarkan sebagai orang-orang yang menjaga amanah, bekerja dengan kesungguhan, dan tetap jujur dalam sepi. Beberapa hal ini mesti kita bangun dengan sikap yang benar.
Bekerja adalah Amanah
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya dan merasa khawatir mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia..."QS. Al-Ahzab: 72)
Setiap pekerjaan yang diberikankan kepada kita — entah itu mengetik laporan, melayani pelanggan, atau memimpin tim — adalah bagian dari amanah. Dan amanah adalah ujian. Seorang karyawan yang tidak menepati tugasnya, menyia-nyiakan waktu kerja, atau menyembunyikan kesalahan, berarti telah mengkhianati amanah yang diberikan padanya. Suatu saat nanti bisa saja amanah menjadi kepercayaan karena kita benar-benar membuktikan kerja dengan benar, dan bisa juga amanah itu dicabut karena kita tidak mampu mempertanggungjawabkan nya
Tanda Orang Beriman:
Bisa Dipercaya, seperti dikisahkan Nabi Yusuf ‘alaihissalam ketika menawarkan diri sebagai bendahara negeri berkata:
"Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (ḥafīẓ) dan berpengetahuan (ʿalīm)."(QS. Yusuf: 55)
Dalam ayat ini, kita belajar dua kualitas utama orang yang bisa dipercaya adalah memiliki sikap dan tindakan :
a. Terpercaya (ḥafīẓ) – yang membutktikan dalam bekerja dengan jujur, amanah, tidak mencurangi tanggung jawabnya.
b. Kompeten (ʿalīm) – tidak sekedar tahu, tapi memahami dan menguasai pekerjaan dan terus belajar.
Bekerja dengan Itqan (Kesungguhan dan Kualitas)
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai jika salah satu di antara kalian melakukan suatu pekerjaan, ia menyempurnakannya (itqan)."(HR. Thabrani – Hasan)
Karyawan yang dipercaya bukan hanya menyelesaikan tugas, tapi menyempurnakannya. Penyempurna itu adalah memberi yang lebih dari hanya sekedar tugas, berusaha menampilkan yang terbaik — dari kehadiran, etika kerja, hingga laporan yang ditulisnya. Itqan adalah profesionalisme dalam pandangan Islam.
Tidak Menunda, Tidak Menunggu Disuruh
Allah berfirman:
"Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)."(QS. Al-Insyirah: 7)
Orang yang bisa dipercaya tidak menunggu disuruh, dan tidak bersembunyi di balik alasan. Ia selalu memahami apa yang seharusnya dikerjakan dan mengambil inisiatif terlebih dahulu. Ia selalu siap menghadapi tanggung jawab berikutnya — karena ia bekerja bukan hanya untuk manusia, tapi karena tahu Allah melihat usahanya:
"Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu..."(QS. At-Taubah: 105)
Refleksi: Ciri Orang Munafik dalam Dunia Kerja
Rasulullah ﷺ mengingatkan:
"Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat."(HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seorang karyawan terbiasa hal berikut ini, maka semakin banyak lagi yang tidak positif dilakukannya :
Berbohong soal alasan keterlambatan, Menunda pekerjaan tapi pura-pura sibuk, Tidak jujur soal capaian kerjanya, Maka ia sedang membawa dirinya ke jurang kemunafikan, na’udzubillah. Ini bukan perkara ringan. Maka mereka yang bertanggung jawab pekerjaannya kepada Allah, yang berinisiatif, yang bersungguh-sungguh dan bersegera dalam kerja menjadi orang yang dicintai Allah dan membuat dirinya dipercaya.
Karyawan yang bisa dipercaya bukan saja dipercaya oleh atasan atau perusahaan, tapi menjadi bertambah amanahnya dari Allah karena mempertanggungjawabkan dengan benar. Ada kenikmatan dari pekerjaannya, yang mengantarkan ia kepada karir yang semakin tinggi. Dipercaya bukan hanya memberi manfaat kepada perusahaan — tapi juga kepada dirinya sendiri. :
Ia dihormati oleh tim dan menjadi andalan untuk menyelesaikan pekerjaan. Didoakan oleh banyak orang karena meringankan beban kerja mereka, Dan dicintai oleh Allah karena menunaikan amanah dengan itqan (kesungguhan) dan berintegritas.
Mari kita koreksi diri. Apakah kita sudah menjadi pribadi yang membawa ketenangan di tempat kerja? Atau justru menjadi beban bagi tim?
“Jadilah karyawan yang saat kamu absen, orang merasa kehilangan — bukan merasa lega.”
Masak sih kita tidak ingin menjadi karyawan dipercaya yang juga memberi keberkahan bagi diri sendiri. Mengantarkan kita kepada karir (amanah yang lebih tinggi) dari Allah dan yang pasti semakin beriman dengan membuktikannya denagn amalan-amalan yang nyata dalam kerja. Inilah motivasi Islam dengan iman kepada Allah. Semua itu tidak terjadi jika kita tidak memberdayakan diri dengan apa yang Allah telah berikan, bersyukur. Insya Allah tulisan ini menjadi inspirator dan memotivasi diri menjadi semakin baik.
Sahabatmu
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar