Salam bahagia selalu dan Insya Allah kita diberikan Allah hati yang tenang agar dapat kerja yang menyenangkan.
Hari ini saya berbagi tentang training yang bawakan untuk umum, perusahaan dan siapa saja yang ingin meningkatkan produktivitas diri. Tidak produktivitas yang ditingkatkan tapi selalu ada dorongan yang tidak terpaksa untuk melakukannya. Intinya adalah bagaimana seorang muslim menselaraskan iman dan kerja.
Emangnya kenapa training ini dilakukan ? Saya melihat dan saya sendiri pernah mengalaminya, dulu. Apa yang saya lihat ? Saya melihat diri saya sendiri, iman untuk menjadi hamba yang taqwa itu tidak sejalan dengan apa yang kerjakan di kantor. Bahkan ada yang tidak pas, dimana salat saya dilaksanakan untuk memperlancarkan kerjanya dengan hasil terbaik. Menurut saya, salat saya ini tidak murni ikhlasnya. Bukankah salat itu ibadah yang dijalankan dengan memurnikan hati yang ikhlas kepada Allah. Kalau ada masalah, maka salatnya kenceng. Nggak salah tapi kurang oke aja. "Ada udang dibalik batu". Dalam Al Qur'an disindir "kalau ada masalah lalu mengadu dan berdoa kepada Allah, setelah masalahnya selesai ... salat dan doanya kembali seperti biasa".Bagaimana dengan Anda ? Miriplah.

Lebih lanjut membaca fakta keluhan banyak orang, mempertanyakan atau bisa dikatakan "keluhan". Apa itu ? Mengapa saya yang sudah ibadah, salatnya lengkap dari wajib dan sunnahnya dan sudah juga berdoa serta beramal, tapi kok belum mencapai apa yang saya inginkan (sukses) ? Saya sebenarnya tidak untuk menjawab alasannya. Tapi bila direnungkan bisa jadi Allah menguji kita atau lebih kenanya karena memang iman kita masih belum kuat sehingga hadir keraguan di hati yang menyebabkan kita belum maksimal ibadah dan kerjanya.
Atas dasar hal di atas, saya berinisiatif belajar kembali agama dan ilmu pekerjaan saya. Apa yang terjadi saat saya hanya mengandalkan agama yang kuat tapi tidak berilmu juga dalam pekerjaan, maka hasil dari pekerjaan saya bisa membuat lemah iman. Misalkan gaji yang tidak meningkat, padahal menurut kita sudah hebat kerjanya (kerja sesuai permintaan). Tak ada yang lebih kerja sesuai deadline dan sesuai apa yang diminta. Apa yang terjadi ? Ibadah dan doa saya yang diharapkan memberi percepatan kerja yang maksimal tidak terjadi (belum dikabulkan). karena iman saya tidak kuat juga, iman itu pun melemah. Hanya sekedar iman. Untuk mengatasi hal ini saya pun mesti hebat dalam ilmu pekerjaan, sekalipun tidak diminta. Memberi yang terbaik dan dinamis setiap saat (berubah) sehingga apa yang saya kerjakan melebihi harapan dari atasan saya. Apa akibatnya ? Saya dipercaya dan Allah izinkan dengan ibadah dan doa saya menjadi nyata dengan perbaikan pendapatan. Saat seperti inilah saya menyelaraskan iman dan kerja dalam satu garis lurus. BUkankah iman itu perlu pembuktian ? Pembuktiannya adalah lewat ibadah, doa dan kerja yang berkualitas.
Ternyata saya menemukan sendiri petunjuk dari Allah, rasanya tidak mungkin jika saya sudah beriman tapi kok amalannya tidak hebat. Ada yang kurang pas. Maka Iman itu percaya, kemudian Islam itu yakin dan semakin sempurna dengan ihsan. Ihsan inilah yang mendasari kesadaran yang saya maksud. Selama ini saya fokus pada iman dan islam. Bayangkan saat saya sadar kepada Allah, apa yang terjadi ? Saya merasa dilihat dan diawasi Allah dan para malaikatnya. Dengan iman yang ada, saya jadi menjaga sikap dan perilaku saya. oh ya, Ihsan seperti ini masih kelas dua, yang lebih tinggi lagi adalah kita seolah melihat Allah. Penerapan ihsan yang bener menyebabkan saya pasti ingin berbuat yang baik (amal saleh). Saya pasti takut melakukan ketidaktaatan kepada Allah, dimana sekecil apapun dibalas Allah. Ada perkataan saya terkendali melakukan hal baik (amal saleh), semakin banyak saya berbuat baik ... saya pun merasakan dampak hasil positifnya. Apa yang terjadi ? hasil yang saya peroleh dari berbuat baik itu semakin menguatkan iman saya.
Dapat saya simpulkan bahwa saat saya bekerja yang bener (efektif dan efisien) dan juga meningkatkan nilai ibadah yang saya lakukan. Semua ini karena saya merasa ada Allah, di awasi Allah dan dilihat. Hasilnya saya mendapatkan kebaikan dari perbuatan baik itu dan menguatkan keimanan saya. Selanjutnya ? Saya semakin kuat beribadahnya. Dengan kata lain, semakin kuat saya mengejar dunia nafkah saya, maka semakin besar pula saya meningkatkan ibadah saya (iman saya). Dari pengalaman inilah saya ingin berbagi kepada siapapun tentang penerapan kesadaran kepada Allah ini dalam dunia kerja atau kehidupan kita. Output yang dihasilkan adalah semakin produktif dalam bekerja atau beraktivitas.
Dengan pengalaman saya sebagai trainer profesional, maka saya buatkan pelatihan kesadaran kepada Allah. Awalnya saya memberi judul kesadaran spiritual, tapi akhirnya saya menggantinya dengan kesadaran kepada Allah karena khawatir terjadi kesalahpahaman. Kata spiritual sudah menjadi bahasa umum dan kurang islami. Pelatihan ini sudah saya lakukan sejak 2006 sampai sekarang. Alhamdulillahirabbil alamin, pelatihan yang saya sampaikan memberikan dampak hampir di atas 90% kepada peserta.
Insya Allah apa yang share dalam tulisan ini menjadi inspirasi, motivasi diri untuk menjadi semakin baik. Inilah cara saya memberdayakan diri saya untuk meningkat iman dan kerja saya. Orang bilang ini motivasi islam.
Hari ini saya berbagi tentang training yang bawakan untuk umum, perusahaan dan siapa saja yang ingin meningkatkan produktivitas diri. Tidak produktivitas yang ditingkatkan tapi selalu ada dorongan yang tidak terpaksa untuk melakukannya. Intinya adalah bagaimana seorang muslim menselaraskan iman dan kerja.
Emangnya kenapa training ini dilakukan ? Saya melihat dan saya sendiri pernah mengalaminya, dulu. Apa yang saya lihat ? Saya melihat diri saya sendiri, iman untuk menjadi hamba yang taqwa itu tidak sejalan dengan apa yang kerjakan di kantor. Bahkan ada yang tidak pas, dimana salat saya dilaksanakan untuk memperlancarkan kerjanya dengan hasil terbaik. Menurut saya, salat saya ini tidak murni ikhlasnya. Bukankah salat itu ibadah yang dijalankan dengan memurnikan hati yang ikhlas kepada Allah. Kalau ada masalah, maka salatnya kenceng. Nggak salah tapi kurang oke aja. "Ada udang dibalik batu". Dalam Al Qur'an disindir "kalau ada masalah lalu mengadu dan berdoa kepada Allah, setelah masalahnya selesai ... salat dan doanya kembali seperti biasa".Bagaimana dengan Anda ? Miriplah.
Lebih lanjut membaca fakta keluhan banyak orang, mempertanyakan atau bisa dikatakan "keluhan". Apa itu ? Mengapa saya yang sudah ibadah, salatnya lengkap dari wajib dan sunnahnya dan sudah juga berdoa serta beramal, tapi kok belum mencapai apa yang saya inginkan (sukses) ? Saya sebenarnya tidak untuk menjawab alasannya. Tapi bila direnungkan bisa jadi Allah menguji kita atau lebih kenanya karena memang iman kita masih belum kuat sehingga hadir keraguan di hati yang menyebabkan kita belum maksimal ibadah dan kerjanya.
Atas dasar hal di atas, saya berinisiatif belajar kembali agama dan ilmu pekerjaan saya. Apa yang terjadi saat saya hanya mengandalkan agama yang kuat tapi tidak berilmu juga dalam pekerjaan, maka hasil dari pekerjaan saya bisa membuat lemah iman. Misalkan gaji yang tidak meningkat, padahal menurut kita sudah hebat kerjanya (kerja sesuai permintaan). Tak ada yang lebih kerja sesuai deadline dan sesuai apa yang diminta. Apa yang terjadi ? Ibadah dan doa saya yang diharapkan memberi percepatan kerja yang maksimal tidak terjadi (belum dikabulkan). karena iman saya tidak kuat juga, iman itu pun melemah. Hanya sekedar iman. Untuk mengatasi hal ini saya pun mesti hebat dalam ilmu pekerjaan, sekalipun tidak diminta. Memberi yang terbaik dan dinamis setiap saat (berubah) sehingga apa yang saya kerjakan melebihi harapan dari atasan saya. Apa akibatnya ? Saya dipercaya dan Allah izinkan dengan ibadah dan doa saya menjadi nyata dengan perbaikan pendapatan. Saat seperti inilah saya menyelaraskan iman dan kerja dalam satu garis lurus. BUkankah iman itu perlu pembuktian ? Pembuktiannya adalah lewat ibadah, doa dan kerja yang berkualitas.
Ternyata saya menemukan sendiri petunjuk dari Allah, rasanya tidak mungkin jika saya sudah beriman tapi kok amalannya tidak hebat. Ada yang kurang pas. Maka Iman itu percaya, kemudian Islam itu yakin dan semakin sempurna dengan ihsan. Ihsan inilah yang mendasari kesadaran yang saya maksud. Selama ini saya fokus pada iman dan islam. Bayangkan saat saya sadar kepada Allah, apa yang terjadi ? Saya merasa dilihat dan diawasi Allah dan para malaikatnya. Dengan iman yang ada, saya jadi menjaga sikap dan perilaku saya. oh ya, Ihsan seperti ini masih kelas dua, yang lebih tinggi lagi adalah kita seolah melihat Allah. Penerapan ihsan yang bener menyebabkan saya pasti ingin berbuat yang baik (amal saleh). Saya pasti takut melakukan ketidaktaatan kepada Allah, dimana sekecil apapun dibalas Allah. Ada perkataan saya terkendali melakukan hal baik (amal saleh), semakin banyak saya berbuat baik ... saya pun merasakan dampak hasil positifnya. Apa yang terjadi ? hasil yang saya peroleh dari berbuat baik itu semakin menguatkan iman saya.
Dapat saya simpulkan bahwa saat saya bekerja yang bener (efektif dan efisien) dan juga meningkatkan nilai ibadah yang saya lakukan. Semua ini karena saya merasa ada Allah, di awasi Allah dan dilihat. Hasilnya saya mendapatkan kebaikan dari perbuatan baik itu dan menguatkan keimanan saya. Selanjutnya ? Saya semakin kuat beribadahnya. Dengan kata lain, semakin kuat saya mengejar dunia nafkah saya, maka semakin besar pula saya meningkatkan ibadah saya (iman saya). Dari pengalaman inilah saya ingin berbagi kepada siapapun tentang penerapan kesadaran kepada Allah ini dalam dunia kerja atau kehidupan kita. Output yang dihasilkan adalah semakin produktif dalam bekerja atau beraktivitas.
Dengan pengalaman saya sebagai trainer profesional, maka saya buatkan pelatihan kesadaran kepada Allah. Awalnya saya memberi judul kesadaran spiritual, tapi akhirnya saya menggantinya dengan kesadaran kepada Allah karena khawatir terjadi kesalahpahaman. Kata spiritual sudah menjadi bahasa umum dan kurang islami. Pelatihan ini sudah saya lakukan sejak 2006 sampai sekarang. Alhamdulillahirabbil alamin, pelatihan yang saya sampaikan memberikan dampak hampir di atas 90% kepada peserta.
Insya Allah apa yang share dalam tulisan ini menjadi inspirasi, motivasi diri untuk menjadi semakin baik. Inilah cara saya memberdayakan diri saya untuk meningkat iman dan kerja saya. Orang bilang ini motivasi islam.
sahabatmu
Munir Hasan Basri
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar