Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah hati ini selalu hadir dalam kebaikan.
7 Langkah menuju salat yang lebih baik adalah upaya menemukan cara untuk menghadirkan hati dalam salat. Bersyukur saat kita mendapatkan hidayah dalam salat yang benar-benar bisa menghadirkan hati, kalau pun tidak kita bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Selalu hadirkan doa, apapun kualitas salat kita menjadi penting dalam mengukur kesungguhan kita. Kadang bagus, ya bisa juga kurang oke, dan juga kondisi yang tidak mendukung untuk lebih baik, tapi jangan lupa untuk terus berusaha menjadi semakin baik.
Beberapa hal yang perlu kita lakukan dengan semakin baik dalam menciptakan salat dengan hadirnya hati. Berdasarkan Al-Qur’an, hadits, serta penjelasan para ulama:
1. Selalu menghadirkan hati sejak wudhu sampai selesai salat (termasuk zikir setelah salat dan berdoa).
Menghadirkan bisa dijabarkan seperti kita merasakan apa yang sedang kita baca atau gerakkan pada tubuh. Seolah-olah kita berhadapan dengan Allah, yang juga Maha melihat sehingga kita memulai salat dengan penuh kesungguhan (karena Allah melihat). Level yang lebih tinggi lagi adalah kita seolah melihat Allah.
Ihsan (الإحسان) berasal dari kata ‘ahsana’ yang artinya berbuat baik atau membuat sesuatu menjadi sempurna.
Namun dalam konteks agama, maknanya sangat dalam.
📖 Hadis Jibril yang Terkenal:
“Beritahukan kepadaku tentang ihsan.”
Nabi Muhammad ﷺ menjawab:
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu.”
(HR. Muslim)
Salat bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tapi dilakukan seolah kita sedang berdiri di hadapan Allah.
2. Menjaga Wudhu dengan Sempurna
Salat yang diawali dengan wudhu yang penuh kesadaran lebih terasa kehadiran Allah.
🔹 Nabi ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang hamba berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian salat dua rakaat dengan menghadirkan hati dan wajahnya, kecuali pasti masuk surga.”
(HR. Muslim)
Dalam wudhu tidak hanya membersihkan fisik, tapi "membayangkan" air yang mengalir membasahi tubuh dan dosa-dosa terlepas dari tubuh kita. Selalu niatkan berwudhu dan berdoa agar wudhu menjadi sempurna. Sempurnakan wudhu dengan salat syukrul wudhu.
3. Memahami Bacaan Salat
Menghayati Bacaan, Bukan Sekadar Menghafalnya
Salat yang dihayati seperti membaca surat cinta — bukan sekadar dibaca cepat untuk selesai.
🔹 Ibnu Qayyim rahimahullah menulis:
“Salat yang tidak diresapi akan hilang rohnya, tinggal gerakan tanpa ruh.”Banyak orang kehilangan rasa dalam salat karena tidak tahu apa yang dibaca.
🔹 Cobalah pelajari makna bacaan seperti:
Takbir: Allah Maha Besar, lebih besar dari segala urusan.
Al-Fatihah: Doa permohonan hidayah.
Ruku’ dan Sujud: Tunduk sepenuh hati.
📌 Memahami makna akan membuat hati lebih hidup dalam setiap gerakan.
Pahami bacaan salat yang diiringi oleh tadabbur tentang bacaan salatnya.
Menghadirkan Kesadaran Bahwa Sedang Berdiri di Hadapan Allah
Salat bukan rutinitas gerakan, tapi perjumpaan hamba dengan Rabb-nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian berdiri dalam salat, maka sesungguhnya dia sedang bermunajat kepada Rabbnya."
(HR. Bukhari & Muslim)
Khususnya membaca Al Fatihah, dalam hadist qudsi dijelaskan surah Al Fatihah itu seperti bercakap-cakap dengan Allah. Surah yang sangat indah dan penuh makna dalam salat, menunjukkan bagaimana Allah langsung merespon bacaan Al-Fatihah seorang hamba saat ia membacanya dalam salat:
Hadis Qudsi tentang Al-Fatihah dalam Salat
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Allah Ta’ala berfirman:
'Aku membagi salat (yakni Al-Fatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.'
Jika hamba membaca:
“Alhamdulillahi Rabbil 'aalamin”
Allah berfirman: “Hamba-Ku telah memuji-Ku.”
“Ar-Rahmanir Rahim”
Allah berfirman: “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.”
“Maaliki Yawmid-Din”
Allah berfirman: “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.”
“Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in”
Allah berfirman: “Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”
“Ihdinas-siraatal mustaqim…” (hingga akhir)
Allah berfirman: “Ini untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim, no. 395)
Pendapat para ulama mengatakan bahwa setelah membaca “Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in”, dibolehkan berdoa dalam bahasa Arab atas apa yang kita inginkan. Menurut kisahnya, Nabi Zakaria dalam salatnya memohon keturunan dan Allah langsung jawab (kabulkan).
Makna Luar Biasa:
Setiap ayat Al-Fatihah dijawab langsung oleh Allah.
Ketika kita membaca Al-Fatihah dengan khusyuk dan sadar, kita sedang berdialog langsung dengan Allah.
Ini menunjukkan betapa intim dan sakralnya salat, bukan hanya rutinitas ibadah.
Renungan:
Kalau kita benar-benar menyadari bahwa setiap bacaan kita dijawab oleh Allah, mungkinkah kita masih tergesa dan lalai dalam salat ?
4. Menghindari Hal yang Mengganggu Fokus
Periksa tempat salat: jangan terlalu ramai, hindari kebisingan atau gadget yang menyala. Temukan tempat salat yang menenangkan seperti menggunakan parfum salat (tanpa alkohol) pada pakaian atau pada sajadah.
🔹 Ali bin Abi Thalib berkata:
“Termasuk kesempurnaan khusyuk adalah tidak menoleh ke mana-mana.”
5. berusaha untuk Salat di Awal Waktu
Salat di awal waktu membuat hati lebih tenang dan tidak terburu-buru.
🔹 Allah berfirman:
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(QS. An-Nisa: 103)
6. Menyadari Bahwa Salat Bisa Jadi yang Terakhir
Cobalah hadirkan perasaan: "Bagaimana jika ini salat terakhirku?"
🔹 Nabi ﷺ bersabda:
“Jika engkau berdiri untuk salat, salatlah seperti orang yang mengucapkan salam perpisahan.”
(HR. Ibn Majah)
Salat Terakhirmu, Hari Terakhirmu
Apa Artinya? Kalimat ini mengajarkan kita untuk salat seakan-akan kita tak akan pernah salat lagi setelah ini.
Tak akan ada: Sujud lagi, Takbir lagi, Waktu untuk taubat lagi
Lalu bagaimana kita akan memperlakukan salat itu?
Apakah masih terburu-buru? Masih memikirkan dunia? Masih dengan bacaan yang tak dipahami?
Renungan: Seandainya Ini Salat Terakhirmu…
Apakah kamu akan mempercepat bacaanmu?
Apakah kamu akan menggerakkan tubuh tanpa menghadirkan hati?
Atau kamu akan menangis dalam rukuk dan sujud, memohon agar Allah mengampuni dosa-dosamu?
Mengapa Kita Lupa? Karena kita hidup seolah masih punya banyak waktu.
Padahal:
Orang sehat bisa meninggal mendadak
Orang muda tak dijamin hidup lebih lama dari orang tua
Kematian datang tanpa peringatan resmi
Cara Menghidupkan Perasaan "Salat Terakhir":
Niat yang jujur di awal salat:
“Ya Allah, aku salat ini seolah inilah rakaat terakhirku di dunia.”
Hadirkan rasa takut dan harap:
Takut akan dosa-dosa yang belum diampuni, dan harap agar salat ini diterima.
Perlambat gerakan, rasakan setiap bacaan:
Seperti salam perpisahan terakhir yang tak ingin tergesa.
Jika kita menjadikan setiap salat seperti salat terakhir, maka:
Hati akan lebih hidup
Dosa terasa lebih berat
Dunia jadi lebih ringan
Karena salat terakhir tak pernah ada repetisinya.
7. Tuma’ninah (الطمأنينة) adalah salah satu syarat sah dalam salat yang sering dilupakan, padahal ia adalah jiwa dari kekhusyukan dan inti dari bertemu Allah dengan tenang. Apa Itu Tuma’ninah? Tuma’ninah secara bahasa berarti: tenang, tidak terburu-buru, berhenti sejenak dengan mantap.
Tuman'ninah dalam salat:Tuma’ninah adalah berhentinya anggota tubuh pada tiap gerakan salat dengan tenang, tidak tergesa, dan tidak seperti orang yang sedang dikejar-kejar.
1. Hadis tentang “Orang yang buruk salatnya”
Rasulullah ﷺ melihat seseorang salat dengan cepat sekali.
Lalu beliau bersabda: "Kembalilah dan salatlah, karena kamu belum salat."
Orang itu mengulang hingga 3 kali, tetap Rasulullah ﷺ mengatakan: "Kamu belum salat." Akhirnya Rasulullah ﷺ mengajarkan:
“Jika engkau rukuk, maka rukuklah dengan tuma’ninah. Jika engkau sujud, sujudlah dengan tuma’ninah...”
(HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa tuma’ninah adalah syarat sah salat.
Tuma’ninah dalam Setiap Rukun salat :
Saat rukuk: Jangan langsung bangun, beri jeda hingga punggung tenang dan membaca "Subhana Rabbiyal ‘Adzim…” dengan tuma’ninah.
Saat i’tidal: Jangan langsung turun ke sujud. Berdiri tegak dulu, ucapkan “Rabbana lakal hamd” dengan sadar.
Saat sujud dan duduk antara dua sujud: Ambil waktu, rasakan ketundukan, jangan buru-buru bangun.
Keindahan Tuma’ninah membuat salat terasa lebih nikmat.
Memberi ruang untuk berdoa dan merenung dalam salat.
Membantu menghadirkan hati dan kesadaran bahwa kita sedang ‘menghadap Allah’.
Sebaliknya, Tidak Bertuma’ninah menjadi Salat jadi seperti rutinitas fisik belaka. Hati tetap gelisah meski sudah salat. Dalam hadis, orang yang salat tanpa tuma’ninah dianggap "belum salat" oleh Nabi ﷺ.
Latih diri salat pelan di rumah, tanpa target waktu.
Fokus pada makna bacaan, bukan kecepatan.
Sadari bahwa Allah sedang melihatmu dalam tiap gerakan.
Demikianlah 7 upaya untuk salat semakin baik. Banyak ? berat ? Itu semua karena kita yang belum menerapkan ke-7 hal di atas. Pertama lakukan, kemudian lakukan lagi sehingga menjadi ringan.
Insya Allah kita memahami beberapa hal di atas dan apapun yang terkait. Tidak lain dengan latihan agar mampu memberdayakan diri menjadi semakin baik salatnya. Inilah motivasi Islam yang mesti kita cara untuk lebih baik. Teruslah motivasi diri
Sahabatmu
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar