Salam bahagia selalu dan Insya Allah hari ini menjadi kerja yang paling menyenangkan.
Berikut gambaran dari kerja bukan sekedar deadline saja, tapi bener-bener memahami pekerjaan dengan baik. Ada sebuah Divisi Proyek Digital – sebuah kantor startup yang sedang kejar target rilis aplikasi baru. Ada beberapa tokohnya :
Mamat: Senior programmer, teliti, namun kadang kelelahan karena banyak tanggung jawab.
Bujang: Desainer UI/UX, kreatif tapi masih suka tunda kerja.
Situasi Kasus: Deadline Rilis Aplikasi Besar Besok Pagi
"Aku udah selesaikan modul backend-nya. Tapi kalau design Bujang belum masuk, front-end nggak bisa nyatu."
Myra: (lihat progress board)
"Bujang baru kirim setengah desain. Padahal kita udah sepakat hari ini final semua elemen."
Bujang: (masuk, bawa kopi)
"Maaf ya, aku stuck. Tadi pagi baru mulai. Tadi mikir-mikir layout… eh malah buka YouTube."
Myra: (menahan diri)
"Bujang, kita semua kerja bareng. Satu telat, yang lain ikut tersendat. Kamu masih bisa kejar malam ini?"
Bujang:
"Ya… bisa sih. Tapi jujur, aku nunda-nunda dari kemarin. Rasa malas, lalu panik sendiri."
Mamat:
"Gua ngerti, Bro. Tapi kita kerja bareng, bukan buat nyenengin bos, tapi karena ini amanah."
Myra:
"Ayo niat ulang yuk. Kita bantu kamu kejar. Tapi habis ini, coba bangun ritme kerja yang lebih stabil."
"Aku begadang. Tapi kali ini sambil mikir: 'Aku kerja karena Allah lihat aku'. Rasanya beda."
Myra:
"MasyaAllah… itu namanya kesadaran. Bukan sekadar menyelesaikan, tapi menghidupkan hati."
Mamat:
"Next time, jangan tunggu panik baru sadar ya. Hehe. Tapi bagus, kamu belajar dari ini."
Myra (dalam hati): "Yang terpenting bukan hasilnya… tapi bagaimana kami menumbuhkan tanggung jawab, saling menguatkan, dan bekerja dengan kesadaran bahwa Allah melihat setiap usaha kecil kami."
Hikmahnya ...
Mamat menggambarkan sosok profesional yang teliti dan sadar bahwa kerja adalah amanah — bukan hanya beban.
Bujang adalah potret umum banyak karyawan muda: suka menunda, tapi masih bisa berubah saat tersentuh kesadaran dan dibimbing dengan baik.
Karyawan yang Produktif Bukan Sekadar Kejar Deadline — Tapi Bisa Diandalkan, Yang memahami apa yang dikerjakan dan mengambil maknanya. Buat apa ? Agar karyawan dapat mengerjakan lagi bukan otomatis bisa aja, tapi mampu memahami beberapa faktor dan mampu menganalisa dan memperbaikinya menjadi semakin baik.
Mereka yang sekedar bisa saja, biasanya bisa mengerjakan lagi dengan cara yang sama dan monoton. Ini sesuai tugas dan tanggung jawab, tapi belum sesuai harapan yang diinginkan. Orang yang mengerjakan bisa diandalkan, pasti memahami dengan baik dan tidak merasa beban untuk menjalani proses yang semakin baik.
Di banyak tempat kerja, produktivitas sering dipersempit maknanya: siapa yang cepat kirim laporan, siapa yang tepat waktu submit tugas, siapa yang kelihatan sibuk. Akhirnya, bekerja menjadi perlombaan mengejar deadline — bukan karena cinta pada proses, tapi karena takut pada konsekuensi.
Namun, karyawan yang benar-benar produktif bukan hanya yang cepat, tapi yang bisa diandalkan.
Banyak orang hadir di kantor, tapi tidak betul-betul hadir dalam tugasnya. Sebaliknya, karyawan yang bisa diandalkan adalah mereka yang:
Konsisten menjaga kualitas tanpa harus diawasi
Memberi solusi, bukan alasan
Siap membantu tim, bukan hanya ‘saya selesai, saya bebas’
Produktivitas sejati adalah saat kehadiran kita meringankan tim, bukan menambah beban.
Inilah pondasi terdalam. Seorang Muslim menyadari bahwa produktivitas sejati bukan untuk menyenangkan atasan, tapi untuk memenuhi amanah dari Allah.
Maka, ia hadir dengan niat yang bersih, bekerja dengan ihsan, dan merasa diawasi bukan oleh kamera kantor — tapi oleh Allah yang Maha Melihat.
Dia Tidak Hebat Sendiri — Tapi Bisa Menguatkan Orang Lain
Karyawan yang produktif tahu bahwa kesuksesan itu kolektif. Maka ia:
Berbagi ilmu dan info
Produktif bukan berarti selalu terlihat sibuk, tapi selalu tahu apa yang penting dan menyelesaikannya dengan penuh tanggung jawab. Ia tidak mengejar sekadar angka atau deadline, tapi mengejar makna dan amanah.
"Jadilah karyawan yang bisa dipercaya meski tidak diawasi. Karena sesungguhnya, Allah-lah yang selalu mengawasi."
"Karyawan yang produktif bukan hanya cepat menyelesaikan, tapi paham arah kenapa ia menyelesaikan."
"Produktivitas sejati bukan tentang terlihat sibuk, tapi tentang menjadi bisa diandalkan."
"Bekerja bukan sekadar menyenangkan atasan, tapi menyempurnakan amanah dari Allah."
"Allah mencintai hamba yang menyempurnakan pekerjaan, meski tak ada yang melihatnya."
"Karyawan yang hebat bukan yang menonjol sendirian, tapi yang menguatkan tim disekitarnya."
Insya Allah kita terus memberdayakan diri dengan banyak belajar agar menjadi semakin baik, karyawan yang produktif dan dapat dipercaya dan diandalkan. Temukan motivasi diri untuk terus dinamis menuju yang terbaik. Inilah motivasi islam yang dapat diandalkan untuk menjadi karyawan yang diandalkan
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar