Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah selalu ada keinginan untuk belajar bukan sekedar tahu, tapi menjadikan belajar itu untuk menikmati hidup yang membahagiakan bersama Allah. Aamiin
Apa iya kita yang bilang beriman kepada Allah tidak benar-benar menambah ilmu agar semakin dekat dengan Allah. Allah itu diyakini dengan hati, yang menggerakkan lidah berucap dan akhirnya mendorong kita mengamalkannya dengan tindakan yang Allah ridhai. Tidak ada jaminan iman kita hari ini bisa bertahan disaat dunia berubah, dimana kita berkehidupan. dan yang pasti dunia ini adalah sarana kita menuju kehidupan yang kekal. Sekaligus dunia ini tempat menguji iman yang Allah berikan dengan kebaikan dan keburukan. Oleh sebab itu kita butuh petunjuk yang benar, dimana kita mesti cari dan temukan lalu dipahami dan diterapkan. Itulah proses belajar dengan terus menjaga kedekatan dengan Allah.
Yang utama dalam hidup ini adalah Salat, lebih utama dari ibadah dan amal lainnya. Insya Allah salat yang bener, yang dinilai dari kekhusyukannya. Salat yang yang sebenarnya dapat mengubah hidup seseorang semakin beriman dan beramal saleh. Bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Kalau sudah bisa begini menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan semuanya adalah kebaikan yang terus-menerus. Continously itu perbaikan yang berkelanjutan, yang artinya semakin produktif. Apalagi dalam menjaga kualitas salat kita menunjukkan kesungguhan untuk selalu bersama Allah.
Berikut ini adalah hadis tentang Salat itu diukur oleh kehadiran hati. Hadis yang sangat kuat maknanya: salat dinilai hanya sesuai kadar kehadiran hati (kekhusyukan).
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رضي الله عنه قَالَ:
"إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ مِنْ صَلَاتِهِ، وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُهَا، تُسْعُهَا، ثُمُنُهَا، سُبْعُهَا، حَتَّى بَلَغَ نِصْفَهَا
Artinya: "Sesungguhnya seseorang itu menyelesaikan salatnya, namun tidak ditulis untuknya (pahala) kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya… hingga separuhnya. (Tergantung pada kadar kehadiran hati dan kekhusyukannya)." (HR. Ahmad, no. 18895 – dinilai sahih oleh al-Arna’uth)
Salat dinilai hanya sesuai kadar kehadiran hati (kekhusyukan). Mengapa tidak belajar mencari ilmunya untuk bisa hadirkan hati dalam salat. Bisa jad kita zalim kepada diri sendiri, karena tidak mau belajar. Inilah hak diri untuk muslim yang benar yang terus belajar ilmu. Iman itu semakin baik dibarengi dengan ilmu yang update.
✅ Hadirkan salat yang diterima hanyalah bagian yang dihadiri oleh hati.
✅ Mulailah dengan niat, mohon berlindung serta menjaga hati Dimana hati selalu dilihat Allah
✅ Salatlah dengan tenang, tidak terburu-buru
✅ Baca dengan seksama. Setelah satu gerakan salat, diamlah sejenak dan metadaburi bacaan yang sudah dibaca. Setelah itu barulah membaca bacaan dengan "perlahan" (tenang). Sebelum menuju gerakan salat berikutnya, diam sejenak.
Hati kita berfungsi saat kita merasa dilihat Allah. Lalu hati ini terhubung dengan Allah, yang mengantarkan kita untuk selalu berbuat baik dalam segala hal. Latihlah dalam salat dan berbagai aktivitas kehidupan kita.
Berlatih itu tidak cukup 1 kali, dalam sehari kita melatih 17 rakaat dalam salat, dan belum lagi dalam berbagai aktivitas kita. Masak iya kita tidak semakin terlatih, kalau tidak artinya kita tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakaannya. Bagaimana kalau kita diancam oleh Allah, salat yang tidak bermakna, menunjukkan kita lalai dalam salatnya ... Ancamannya adalah neraka.
مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ ( المدثر: ٤٢ )
”Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” (QS. [74] Al-Muddassir : 42)
قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَۙ ( المدثر: ٤٣ )
Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat, (QS. [74] Al-Muddassir : 43)
Kalaulah ancaman ini tidak berpengaruh, maka bisa jadi keislaman kita dipertanyakan.
Kami sudah melakukannya, tapi tidak mudah. Berat ? Iya.
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ ( البقرة: ٤٥ )
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (QS. [2] Al-Baqarah : 45)
الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ ( البقرة: ٤٦ )
(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. [2] Al-Baqarah : 46)
latihan demi latihan adalah mengurangi beratnya, dan menunjukkan kita serius. Allah berfirman :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (muhajadah) untuk untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS, Al-'Ankabut, 29: 69)
Insya Allah kita benar-benar ingin terus belajar ilmu hati terutama menghadirkan hati dalam salat agar dapat mengupdate kesungguhan yang terjaga. Inilah yang mesti kita sikapi dengan benar dan diterapkan (diamalkan).
Berdayakan diri kita menjadi semakin baik, dengan memotivasi diri dengan cara islami (motivasi islam). Tidak lain kita berharap rahmat Allah untuk kehidupan kita di dunia dan di akhirat.
Sahabatmu
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar