Semangat pagi, salam sejahtera dan bahagia. Insya Allah hari ini menjadi hari yang membanggakan hati untuk terus berubah menjadi semakin baik.
Hari ini mengungkapkan bahwa Allah selalu ada dan menantikan kita untuk hadir bersamaNya. Kehadiran ini berbuah kepada semua hal yang baik, karena hati telah terbuka dan mengarahkan diri kepada Allah. Koneksi dengan Allah lewat hati menandakan hati ini masih membuka diri karena masih ada sedikit cahaya. Bisa jadi perbuatan baik yang kita lakukan selama ini.
Salah satu upaya membuka diri untuk menerima kehadiran Allah adalah berzikir yang tak pernah habisnya. Yang kita lakukan adalah keinginan besar untuk mengingat dan memanggil Allah karena hati ini sudah kangen yang disebabkan hati yang mulai tertutupi oleh kehidupan dunia. Sibuk kerja, sibuk mengejar impian, sibuk menghadapi masalah, dan bahkan kita sibuk merespon dan membalas apa yang kita alami, dan kita mulai tak sibuk dengan Allah. Hanya ada sedikit kesibukan itu pada doa memohon pertolongan Allah, tapi kesibukan kepada Allah ini sebagai kesibukan sesaat aja. Bisa dibayangkan hati ini sudah mulai tertutupi dengan kebenaran. Ada kekurangan uang ... yang ada hanya uang dan uang, berpikir solusi singkat dan cara-cara bagaimana mendapatkan uang. Kita mengesampingkan Allah untuk menyelesaikan masalah keuangan. Karena masih berpikir Allah itu hanya untuk ibadah dan berbuat baik saja. Renungkan ... uang yang kurang itu memang lebih dekat dengan urusan kerja yang sedikit dan kurang berilmu. Tentu kerja yang sedikit itu adalah kerja sedikit benernya atau sedikit ilmunya sehingga hasilnya memang sedikit. Atau kekurangan. Sedikit kerja bener itu tertuju kepada kerja yang kurang baik, bukankah kalau kita kerja yang baiknya banyak (amal saleh), kita sebut kerja keras, Insya Allah rezeki itu cukup. nah disini kita dapat menganalisa bahwa kurangnya amal itu karena kurang keyakinan kepada Allah. Pada saat kurang yakin itu membuka peluang kita ditemani oleh setan, yang memang mengajari kita untuk tidak berbuat baik yang banyak. Disinilah kita di"butakan" oleh setan kelihatan kerja yang kurang banyak itu seperti sudah bekerja luar biasa atau sudah banyak baiknya. Akhirnya hati pun tidak mampu melihat pendapatan (uang) itu sebagai rezeki Allah. Dengan kata lain kita merasa kurang. Bayangkan kembali ... kita lupa dengan pikiran akal sehat hanya sekedar lewat saja dan tertuju kembali kepada "setan". Pengen cepet-cepet dapet uang banyak. Pasti semua itu menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengejarnya, sedangkan waktu dan fokus kepada Allahnya rendah.
Merenungkan sebaliknya, saat ingat Allah itu kuat dan bertahan dengan amal yang dilakukan. Kita merasakan kebaikan yang banyak, dan menerima dengan baik apa yang kita dapatkan. Tidak merasa kekurangan, tapi sebaiknya bersyukur dan bersabar. Inilah yang kita sebut mengingat Allah yang telah membersihkan hati dari kegelapan bahaya Allah. Yang buta itu hati bukan indera kita. Indera bisa melihat atau mendengar, tapi hati bisa memahaminya.
Dalam beberapa ayat Al Qur'an dapat kita jadikan peringatan bagi kita untuk kembali kepadaNya dan mendorong kita untuk terus mendekat dengan Allah lewat zikir (salah satunya dan utama adalah salat) dan mengamalkan (kerja) sebagai bukti iman.
Dan barangsiapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijak-sana. (QS. [4] An-Nisa' : 111)
Perhatikan ayat di atas, berbuat dosa itu ya melakukan kesalahan. Kesalahan dalam mengambil tindakan yang bener. Tindakan yang bener itu adalah mengikuti jalannya setan. Dan Allah berfirman bahwa sesungguhnya ... menyakinkan kita bahwa apa yang kita lakukan adalah salah dan membuat diri kita menjadi kesulitan dalam hidupnya. karena Allah itu Maha tahu, maka bersegeralah kita untuk mengambil jalan Allah.
Mengapa kita salah atau berdosa :
Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur. (QS. [76] Al-Insan : 3)
Dalam ayat di atas, Allah telah menunjuki jalan yang lurus, jalan kebenaran, jalannya Allah, tapi manusia diberi pillihan untuk bersyukur mengikutiNya atau kufur (mengingakari kebenaranNya). Pilihan ini Allah firmankan juga di ayat berikut ini. Kita memiliki potensi untuk menjadi jalan kejahatan (kufur)dan jalan ketaqwaan (bersyukur)
demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams, 91 : 7 - 10)
ternyata pilihan untuk dunia dan mengingkari Allah itu telah menutup hati, karena kita sendiri yang tidak mau memahami jalan kebenarannya dan Allah melaknatnya. Allah tidak menutupi hati kita dan itu karena kita tidak berpegang kepada pengajaran yang Maha Rahman :
وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلًا مَّا يُؤْمِنُوْنَ
Dan mereka berkata, “Hati kami tertutup.” Tidak! Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi sedikit sekali mereka yang beriman. (QS Al-Baqarah 2 : 88)
kalau sudah tidak berpegang kepada jalan Allah, maka kita larut kepada perbuatan yang mengotori hati
Inilah catatan belajar saya dari petunjuk Allah, Al Qur'an yang telah menjadi petunjuk hidup seorang muslim yang mau bertaqwa. Solusi atas persoalan hidup kita. Bisa jadi solusi saat ini yang tidak mendasarkan diri kepada Allah adalah solusi sementara tapi ternyata itu adalah solusi (impian) kosong yang diberikan oleh setan. Setan memperlihatkan baik apa yang buruk (tidak kepada pengajaran Allah) kita lakukan, karena kita sudah larut dalam masalah yang tidak ada Allah di hati.
Insya Allah semua ini menjadi pelajaran bagi mereka yang mau memahami ayat-ayat Allah. Dan menjadi tidak manfaat bagi mereka yang tidak takut kepada peringatan Allah, melalui Al Qur'an. Yang ada adalah Al Qur'an membuat mereka menjadi rugi dan menyusahkan. Mari kembali kepada kebenaran yaitu jalan Allah, jalan ketaqwaan ... kita mendapatkan aflaha, kebahagian dan kesuksesan.
Jadikan tulisan ini sebagai motivasi diri dengan motivasi islam dan membuktikannya dengan memberdayakan diri menjadi semakin baik. Belajar adalah praktek, maka ilmu yang kita peroleh mesti mudah untuk diamalkan sebagai bukti kita belajar.
Sahabatmu
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar