Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah kita selalu disadarkan oleh dengan hati yang mendorong kita melakukan setiap aktivitas agar bermakna.
Saya beranikan diri untuk melihat fenomena saat mungkin semua orang berkata "Oh My God" atau yang muslim mengatakan "Ya Allah". Padahal bisa jadi mereka yang mengucapkan itu tidak dekat dengan Tuhannya (Allah). Kecenderungan ungkapan "Oh My God" atau "Ya Allah" terucap saat kondisi tidak berdaya atau takjub. Mungkin hal ini biasa aja. Tapi yang menjadi pertanyaan, "Mengapa kita mengucapkan ungkapan tersebut ?" dan Bukan mengatakan yang lain.
Nadia : Eh, kamu kok bilang “Oh my God”?
Alya : Iya, refleks aja. Emang kenapa?
Nadia : Aku cuma penasaran aja… kamu sadar nggak sih, itu sebenarnya nyebut Tuhan ?
Alya : Hehe… iya juga ya. Tapi aku nggak mikir sampai ke situ sih,
cuma ekspresi doang.
Nadia : Menarik ya. Bahkan saat kita nggak mikir pun, kadang hati kita kayak langsung berseru ke Tuhan.
Alya : Iya, kayak otomatis ya. Jadi kayak… tanpa sadar kita ini nyari Allah juga?
Nadia : Mungkin itu bagian dari fitrah kita. Hati selalu tahu ke mana harus berpaling, bahkan sebelum
otak sempat mikir.
Alya : Wah, aku jadi pengin lebih sadar kalau nyebut nama Allah. Ganti OMG jadi “Subhanallah” kali ya?
Nadia : Bagus tuh. Biar bukan cuma ekspresi, tapi juga zikir.
"Seperti orang latah, tapi yang dilatahkan adalah kalimat tentang Tuhan.”
Bisa juga Karena Jiwa Hanya Tahu Satu Arah: Kepada Tuhan. Dari sudut fitrah dan jiwa, ada penjelasan yang lebih dalam. Di saat manusia benar-benar kehilangan kendali, atau menyaksikan sesuatu yang agung, jiwa secara naluriah mencari tempat bergantung. Dan tempat bergantung itu hanyalah Tuhan (Allah). Bahkan orang yang mengaku ateis bisa spontan berseru “Oh my God!” saat terkejut atau dalam bahaya. Ini menandakan bahwa jiwanya tetap memiliki pengakuan terhadap adanya kekuatan tertinggi, walau pikirannya menolak.
"Ini adalah gema dari perjanjian ruh dalam QS Al-A'raaf, 7: 172 — ketika semua manusia bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan mereka"
Nggak enak kali kalau diganti. Karena Tak Ada Alternatif Yang Sejajar Secara Emosi. Pertanyaannya, Kenapa orang tidak bilang, misalnya: “Oh my universe!” atau "Oh my science!” atau “Oh my logic!” Jawabannya : Karena tidak ada satu pun dari itu yang mampu menampung kedalaman rasa manusia — seperti: Rasa takut, Takjub, Syukur mendalam, Atau kepanikan akan kehilangan kendali.
"Hanya konsep “Tuhan” yang cukup besar untuk jadi sandaran semua perasaan ekstrem itu"
Lidah Mungkin Latah, Tapi Jiwa Tidak Bohong. Orang bisa mengira dirinya cuma mengikuti kebiasaan (“latah”), tapi sejatinya: Seruan “Oh my God” bisa menjadi suara batin yang menyimpan pengakuan bahwa manusia tidak berdiri sendiri. Lidah boleh lupa, tapi fitrah tetap ingat.
Sisi lain kita bisa melihat Karena Jiwa Tidak Pernah Lupa Arah Pulangnya. Di sisi yang lebih dalam, bisa jadi ini bukan sekadar refleks bibir — tapi gema dari batin. Gema dari fitrah yang tertanam sebelum tubuh ini tercipta, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berkata):” Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:” Betul , kami menjadi saksi “ (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami orang orang yang lengah terhadap ini. (QS Al A’raaf, 7 : 172)
Semua manusia, sebelum lahir ke dunia, telah mengakui Allah sebagai Tuhan. Itulah sebabnya mengapa dalam keadaan tertentu, seruan “Oh my God” atau “Ya Allah” bisa muncul spontan — sebagai pantulan fitrah yang pernah bersaksi. Jiwa manusia, pernah bersaksi, Jiwa tahu siapa Tuhannya. Maka saat akal sibuk berpikir dan lidah terbata, jiwa bisa saja yang pertama berseru — kepada Allah.
Akhirnya kita ini adalah makhluk, makna kita tidak bisa maunya kita sendiri. Ada Allah sebagai Pencipta dari makhluk, mesti kita percaya bahwa semua yang terjadi itu pasti terhubung dengan penciptaNya. Apapun yang kita kerjakan spontan yang baik atau ucapan seperti di atas, adalah kehendak Allah untuk mengingatkan manusia untuk berpikir dan memahaminya dengan hati, pasti tidak ada yang sia-sia. Bagi yang sudah beriman dengan benar, itu adalah peringatan untuk terus sadar kepada Allah. Sedangkan bagi mereka yang selain belum beriman, menjadi sinyal kuat untuk berpikir ada Allah.
Insya Allah penjelasan di atas semakin membuat kita beriman lebih baik. mari kita tingkatkan memberdayakan diri untuk semakin memahami petunjuk-petunjuk Allah. Jadikan motivasi diri ini sebagai motivasi islam yang kita terapkan.
Sahabatmu
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar