Salam bahagia selalu, dan Insya Allah kita selalu dapat menghadirkan Allah di hati ini agar kita menjadi hamba Allah yang sebenarnya.
Hari ini melanjutkan tulisan sebelumnya, "Melihat dan Maha Melihat". Judulnya di atas merupakan perluasan pemaknaan dari kata Basir.
Al-Baṣīr (Maha Melihat) sangat terkait dengan ilmu (pengetahuan). Hubungannya mendalam, baik dari segi makna maupun hikmah. Berikut penjelasan detailnya:
1. Allah Maha Melihat = Allah Maha Mengetahui
Dalam Al-Qur’an, sifat melihat (Al-Baṣīr) sering disebut bersama dengan sifat mengetahui (Al-‘Alīm). Contoh:
“Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)
Mengapa? Karena melihat adalah salah satu jalan untuk mengetahui sesuatu. Jika manusia butuh penglihatan untuk mengetahui objek, maka Allah yang Maha Melihat berarti meliputi pengetahuan terhadap segala sesuatu.
Implikasinya: Allah tidak hanya melihat bentuk luar, tapi juga mengetahui niat dan isi hati.
2. Hikmah untuk Manusia: Ilmu adalah “Basirah”
Kata bashīrah (بَصِيرَة) berasal dari akar kata yang sama dengan Al-Baṣīr, dan artinya pandangan mata hati (insight).
Ilmu yang benar memberi bashirah, yaitu kemampuan melihat kebenaran secara jelas.
Dalam Al-Qur’an:
“Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashīrah (ilmu yang jelas).” (QS. Yusuf: 108)
Jadi, hubungan antara Al-Baṣīr dan ilmu adalah: siapa yang sadar Allah Maha Melihat, dia akan menuntut ilmu dengan jujur, menggunakannya untuk kebaikan, dan menghindari kebodohan (ghaflah).
3. Implikasi Praktis
Pengawasan Allah → Kejujuran dalam menuntut ilmu, Misalnya: mahasiswa tidak menyontek karena tahu Allah melihat.
Penglihatan hati (bashirah) → Memahami kebenaran Ilmu bukan sekadar hafalan, tapi insight yang membuat kita melihat dampak amal.
Penggunaan ilmu untuk hal yang diridhai Karena Allah melihat bagaimana kita memanfaatkan ilmu.
Secara bahasa: berasal dari kata بَصَرَ (baṣara) yang berarti melihat atau menyaksikan.
Makna sifat: Allah memiliki penglihatan yang sempurna, tidak terbatas, dan meliputi segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Kata Melihat bukan kita persepsi seperti kita melihat dengan mata.
a. Kesempurnaan penglihatan Allah, bisa menjangkau fisik dan dibalik fisik (hati manusia).
b. Tidak membutuhkan mata atau alat bantu.
c. Meliputi semua makhluk, baik yang besar maupun sekecil atom.
d. Tidak terbatas oleh jarak, ruang, gelap, atau terang.
Firman Allah :
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujurat: 18)
Allah yang Maha Melihat kita (apa yang kita kerjakan) adalah melihat apa yang kita kerjakan dan apa dibalik kerja itu. Hal ini baik secara fisik maupun non fisik. Yang menjadi pertanyaan, apakah ada tempat dialam semesta ini tidak terjangkau oleh Allah ? Pastilah tidak ada. Maka masihkah kita mengatakan bahwa tidak ada yang melihat apa yang kita kerjakan ?? Mungkin kita sendiri, tapi selalu ada Allah.
Jika Ya Basir ini kita terapkan dengan benar, ternyata berdampak baik buat kita, dimana kita selalu taat kepada Allah dan selalu berbuat yang baik.
"Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" sering diulang-ulang dalam berbagai ayat di Al Qur'an. Al Baqarah ayat 96
وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ
atau dengan Al Baqarah ayat 110
اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
atau dengan kata yang lain
Allah melihat hamba-hambanya, mengetahui (Alim) keadaan hamba-hambanya Ali Imran ayat 15
وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِالْعِبَادِۚ
atau ayat lain dimana bukan sekedar melihat tapi Allah mengetahui apa yang terjadi termasuk dosa-dosa manusia
وَكَفٰى بِرَبِّكَ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا
dan kata Maha Melihat juga dikaitkan dengan Maha mendengar, pada An Nisa ayat 134ang
وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا
Dari ayat-ayat di atas dapat kita ambil hikmahnya sebagai berikut
Kalaulah Allah itu Maha Melihat, maka dibalik makna melihat itu tersirat adanya Allah yang Maha Mengetahui keadaan kita yang diperhatikan baik hati dan tindakannya. Kalau kita merasa dizalimin tak perlu lebay juga, karena Allah tahu. Tidak sekedar melihat saja, Allah juga merespon atau membalas apa yang kita kerjakan. Apa iya begitu ? Iyalah. Tak mungkin Allah melanggar janjinya. Yang perlu kita pertanyakan adalah apa yang sebenarnya sudah kita kerjakan ? Jika benar baik, maka ada balasannya dan sebaliknya jika tidak baik, maka Allah juga respon atau balas dengan yang setimpal. Sepanjang waktu dan sepanjang usia kita, Allah selalu menunggu ingin membalas kebaikan kita. Sudah dikerjakan hal baik ? dan sudahkah ikhlas ??
Maha Melihatnya Allah itu juga disamping dengan Maha Mendengar, Boleh saja tindakan kita baik tapi tidak ikhlas di hati. Maka Allah juga Mendengar apa yang kita ucapkan di hati dan lisan kita. Bukankah kita bisa terlihat diam (tidak melakukan apa-apa) tapi hati bicara. Hati-hati dengan ucapan dari apa yang kita kerjakan, Allah Maha Tahu, tahu isi yang kita ucapkan secara batin maupun zahir, dan Allah juga Maha melihat apa yang kita kerjakan sekalipun tak tampak fisiknya.
Dikisahkan dimana Abu Nawas "Tidak ada tempat yang tidak ada Allahnya"
Abu Nawas: “Di Mana Allah?”Suatu hari,
Raja Harun al-Rasyid menguji Abu Nawas:
Raja: “Abu Nawas, tolong carikan aku tempat di mana Allah tidak bisa melihatmu!”
Abu Nawas berpikir sejenak, lalu berkata:“Baik, Tuanku. Beri saya waktu sehari.”Keesokan harinya, Abu Nawas datang dan berkata:“Tuanku, saya tidak menemukan tempat seperti itu. Karena ke mana pun saya pergi, Allah selalu melihat saya.”
Raja tersenyum dan berkata:“Benar, kamu cerdas. Memang tidak ada tempat yang tersembunyi dari penglihatan Allah.”
Pesan moral: Tidak ada satu pun tempat yang luput dari penglihatan Allah. Ini sangat sesuai dengan makna Al-Baṣīr.
Dilain kisah tentang Nasrudin Kodja. "Bersembunyi dari Allah"
Dikisahkan, Nasrudin Hoja sedang bermain petak umpet dengan anak-anak. Saat ia bersembunyi, ia menutup matanya dengan tangan dan berkata:“Kalau aku tidak melihat mereka, berarti mereka juga tidak melihatku!” Orang-orang menertawakan kebodohannya. Lalu seorang bijak menegur:“Kalau kamu tidak melihat mereka, bukan berarti mereka tidak melihatmu. Apalagi Allah, yang melihat segala sesuatu.”
Ini cerita humor tapi sarat makna: kita sering merasa aman dari pengawasan Allah hanya karena tidak ada manusia yang melihat kita, padahal Allah Maha Melihat.
Menyadari Allah Maha Melihat (Al-Baṣīr) menjadi penting, bukan sekedar tahu ... disadari dan diamalkan
Makna Al-Baṣīr: Allah Maha Melihat segala sesuatu, baik yang tampak maupun tersembunyi.
Dalil Al-Qur’an:
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”QS. Al-Hujurat: 18)
Mengapa Penting Menyadari Sifat Ini?
a. Menumbuhkan muraqabah (merasa diawasi Allah).
b. Menghindari dosa ketika sendirian.
c. Menjadikan ibadah dan pekerjaan lebih ikhlas.
Apa Dampak Kesadaran Al-Baṣīr ?
a. Tidak mudah tergoda maksiat.
b. Ikhlas beramal karena Allah tahu niat kita.
c. Berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan.
Bagaimana Cara Praktis Menghadirkan Kesadaran Al-Baṣīr
a. Dzikir Harian: Ucapkan “Ya Baṣīr, perlihatkan aku jalan yang Engkau ridai.”
b. Self-talk sebelum berbuat: “Apakah aku berani melakukan ini di hadapan Allah?”
c. Latihan 5 Detik: Saat ingin berbuat salah, berhenti 5 detik dan ingat Allah sedang melihat.
d. Gunakan Penglihatan untuk Kebaikan: Membaca Qur’an, melihat yang halal, menahan pandangan dari yang haram.
Saya tutup dengan obrolan ringan dari sahabat saya
Obrolan Ringan: Mamat, Myra, dan Bujang
Mamat: “Wah, ujian online lagi minggu depan. Enak nih, nggak ada pengawas!”
Bujang: “Enak apanya, Mat? Jangan sampai curang. Allah kan Maha Melihat.”
Myra: “Betul. Kita belajar bukan cuma untuk nilai, tapi untuk ilmu yang berkah. Kalau nyontek, dapat nilai tapi hati gelap.”
Mamat: “Hmm, iya juga. Jadi, kalau nggak ada pengawas, pengawasnya Allah, ya?”
Bujang: “Persis! Makanya orang yang sadar Al-Baṣīr itu nggak bisa main-main, meski sendirian.”
Myra: “Kalau kita jaga amanah kecil ini, nanti Allah bukakan bashīrah, kita lebih mudah ngerti pelajaran.”
Mamat: “Oke, deal! Belajar serius, biar Allah kasih cahaya ilmu.”
Insya Allah tulisan di atas bisa menjadi inspirasi dan juga motivasi diri untuk mengenal Allah lebih dekat. Tak ada hasilnya jika tidak memberdayakan diri dengan memahami dan mempraktekkannya. Praktek dalam segala hal sepanjang hari kita. Inilah yang dikenal dengan motivasi islam. Masihkah ada waktu kita untuk menghadirkan selain Allah ?
Sahabatmu
Munir Hasan Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar