Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Sabtu, Juli 19, 2025

Kesalahan itu ujian untuk kembali bener

 Salam sehat dan bahagia di hari Sabtu ini, Insya Allah banyak hal yang membuat kita berbahagia. Aamiin

Dari sebuah obrolan berikut ini ada hikmah yang dapat kita mabil pelajaran. Apa itu ? Melakukan kesalahan. Pernah kan ? Yuk kita ikuti obrolannya “Pelajaran dari Kesalahan”
(Di ruang istirahat kantor, sambil minum kopi pagi)
Myra: “Kalian pernah nggak… ngerasa malu banget karena pernah ngelakuin kesalahan di masa lalu?”
Mamat: “Heh, itu mah tiap hari aku mikirin dosa-dosa lama. Kadang sampai pengen ngilang aja dari muka bumi.”
Bujang: “Serius, Mat? Bukannya kamu dulu juga pernah cerita... dari kesalahan itu justru kamu jadi berubah total?”
Mamat:“Iya sih. Gara-gara dulu pernah ngebohongin bos dan ketahuan, sekarang aku paling anti dusta. Tapi tetap aja, rasa bersalah itu masih ada.”
Myra : “Aku malah pernah denger begini: ‘Kesalahan itu bukan akhir, tapi cermin yang bisa bikin kita kenal diri sendiri.’ Kalau kita mau lihat dengan jujur, kadang justru dari kesalahan, Allah kasih kita pelajaran besar.”
Bujang: “Setuju. Bahkan kadang, dari kegagalan atau keburukan yang kita sesali, muncul pintu taubat, muncul kesadaran, muncul tekad untuk gak ngulangin.”
Mamat: “Berarti... bukan soal kita gak pernah jatuh. Tapi soal kita bisa belajar waktu jatuh, ya?”
Myra: “Nah, itu. Allah Maha Pengampun bukan supaya kita terus berbuat salah, tapi supaya kita gak berhenti belajar jadi lebih baik.”
Bujang: “Dan bisa jadi... justru dari titik paling buruk dalam hidup, kita mulai kenal Allah. Itu anugerah yang tersembunyi.”

“Jangan cuma menyesali kesalahan. Lihat ke belakang hanya untuk memahami, bukan untuk tinggal di sana. Allah bukakan kesadaran dari situ — agar kita tumbuh, bukan hancur.”
Yang menjadi pertanyaanya adalah kok ada orang yang tidak mengambil pelajaran masa lalunya ? Merasa bener dengan apa yang sudah dilakukannya. Jadi nggak ada yang perlu disesali.



Untukmu yang Belum Berubah
Mungkin kamu belum berubah.
Masih mengulang kesalahan yang sama.
Masih memilih diam daripada taubat.
Masih merasa, “Ah, nanti saja… Allah kan Maha Pengampun.”
Tapi pernahkah kamu berpikir…
Sampai kapan kamu ingin menunda sadar?
Sampai kapan kamu nyaman berjalan di jalan yang kamu tahu salah?
Allah tak pernah lelah mengajakmu kembali.
Bahkan saat kamu lupa, Dia tetap menjagamu.
Bahkan saat kamu pura-pura baik-baik saja, Dia tetap menyapamu lewat rasa gelisah, lewat kejadian-kejadian kecil yang menampar hati.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri."
(QS. Al-Hasyr: 19)

Renungkan itu:
Allah tak akan memaksa kamu berubah, tapi Dia tak akan berhenti menunggu.
Mungkin kamu merasa terlalu kotor untuk kembali.
Terlalu jauh untuk dimaafkan.
Tapi tahukah kamu?
Rasa malu karena dosa bisa jadi awal hidayah.
Air mata penyesalan bisa jadi lebih bersih daripada seribu kata bijak.
Jika hari ini kamu membaca ini, dan hatimu sedikit bergetar,
jangan abaikan.
Itu bukan sekadar tulisan —
itu mungkin bisikan lembut dari Tuhanmu yang rindu kamu kembali.
Doa Singkat:
“Ya Allah... jika aku lambat dalam menyadari kesalahan, jangan palingkan kasih sayang-Mu. Jangan biarkan aku terbiasa dengan dosa. Bangunkan aku... meski dengan luka.”

Banyak orang yang tidak berubah bukan karena mereka benar-benar “tidak mau,” tapi karena beberapa alasan berikut yang sering tidak disadari:
1. Merasa Sudah Benar (Self-Justification)
Beberapa orang tidak berubah karena merasa:
“Yang penting aku gak nyakitin orang.”“Orang lain juga begitu kok.”
“Ini bukan dosa besar, masih bisa ditoleransi.”
Mereka membuat standar sendiri untuk membenarkan keadaan yang salah.
Ini seperti orang yang berada di ruangan gelap terlalu lama — sampai matanya terbiasa dengan gelap dan tak tahu kalau cahaya itu ada.
2. Terlalu Nyaman (Comfort Zone dalam Dosa)
Kadang, seseorang tahu bahwa yang dia lakukan salah, tapi tetap dilakukan karena : Sudah terbiasa, Lingkungannya mendukung, Tidak ada tekanan untuk berubah, Merasa hidup baik-baik saja
Inilah yang membuat hati perlahan mati rasa terhadap dosa kesalahan yang tampak bagus.
Allah menyebut kondisi ini dalam Al-Qur'an:

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS. Al-Baqarah: 74)

3. Takut Proses Perubahan
Perubahan itu butuh: Keberanian, Pengorbanan, Rasa malu
Dan sebagian orang tidak siap menanggung itu. Mereka takut kehilangan pergaulan, kenyamanan, atau citra.
4. Tidak Merasa Dosa sebagai Hal Mendesak
“Nanti aja taubatnya.”, “Masih muda.”, “Belum siap hijrah.”
Ini seperti orang sakit tapi tidak merasa butuh obat — padahal penyakitnya terus menggerogoti perlahan.
5. Belum Tersentuh Hidayah yang Menyentak Hati
Kadang hati perlu “diguncang” oleh suatu peristiwa: kehilangan, sakit, atau teguran keras. Sebagian belum berubah karena Allah belum izinkan hatinya tersadar — atau karena ia belum benar-benar mencari cahaya itu.

"Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada."
(QS. Al-Hajj: 46)

Beruntunglah kita yang berubah karena Allah telah berikan hidayah dan kita bersyukur, dan berharap mereka yang belum berubah bukan semata orang jahat. Mereka hanya belum tersadar, belum cukup malu pada Allah, atau terlalu tenggelam dalam rasa nyaman semu. Sesungguhnya Allah selalu menunggu untuk berubah. 
Tugas kita bukan menghakimi — tapi mendoakan, mengingatkan, dan menjadi cermin agar hidayah bisa sampai pada mereka.

Sebenarnya kita pun tidak mudah untuk melihat kesalahan sebagai pelajaran untuk berubah. Banyak sekali pertimbangannya, bagaimana akibatnya kalau saya begini dan begitu ? Bisa jadi memang Allah menghendaki kebaikan kepada kita, atau bisa juga karena doa orang tua dan orang baik untuk kita, atau bisa juga karena perbuatan baik kita yang mungkin kita juga sudah lupa. Semua itu pasti izin Allah. Oleh sebab itu berbuat baik selalu tanpa perlu berpikir macem-macem, dan berdoalah untuk orang tua kita dan orang lain sebagai bentuk kebaikan kita. Perhatikan saat kita salah sedikit, kita memaafkannya dan nanti bisa diperbaiki kok. Tapi karena pernah salah lalu memaklumi kalau salah dan tidak ingin memperbaikinya lagi, "Allah juga maklum".  Semakin hari menjadi biasa kalau salah dan berharap nanti bisa sadar ... Apa yang terjadi ? hati semakin gelap (tertutupi) dan hanya Allahlah yang Maha Rahman dan Rahiim dapat membuka hati kita. Bila saat ada momen kita dibukakan hati untuk melihat kesalahan itu ... sadar. Bersegeralah untuk mengikuti kata hati untuk berubah sekalipun berat. Ini hanya soal kebiasaan saja, karena sudah terbiasa salah, maka untuk berbuat bener itu jadi berat. Kuatkan hati dengan sedikit demi sedikit melakukan yang bener, dan berdoa.

Insya Allah kesalahan demi kesalahan itu menunjukkan kita belum lulus ujian sehingga kita mengalami kesulitan dalam hidup ini. Tidak ada cara lain kecuali kembali dekat kepada Allah dan belajar ilmu Allah. Kan ujiannya dari Allah, pasti dengan ilmu Allah kita bisa lulus. Kesulitan yang terjadi membuat kita merasa tidak nyaman, itulah keadaan yang tidak kita inginkan. Kita ingin bahagia. Sekalipun ada kesulitan, kita diberi kemampuan utnuk melewatinya. Bacalah keberadaan Allah dalam berbagai situasi untuk menyadarkan kita untuk bersama Allah dalam hidup ini, kebaikan di dunia dan diakhirat.

Mubazir rasanya kalau kita tidak berubah, oleh sebab itu berdayakan diri untuk menjadi semakin bener. Motivasi islam adalah khazanah yang luas yang mampu mendorong kita menemukan makna hidup. Teruslah memotivasi diri.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...