Salam bahagia selalu, Insya Allah selalu ada waktu untuk mengembangkan diri menjadi semakin baik hari ini.
Hari ini saya menulis tentang manajemen usaha dan waktu. Manajemen usaha dan waktu adalah dua hal yang berbeda, tapi saling berkaitan. Untuk itu saya membuat judulnya adalah apa iya waktu bisa di atur ? Mestinya waktu itu tidak bisa diatur, sudah berjalan sebagaimana mestinya. Kita mikir aja, waktu berjalan. Kalau kata manajemen waktu itu adalah memanage atau mengelola waktu dengan bener agar produktif. Sebenarnya mengelola waktu itu sebenarnya adalah manajemen kemampuan diri, mengelola kemampuan diri untuk bisa mengerjakan sesuatu dengan efektif dan efisien. Efektif berarti kemampuan dan apa yang kita kerjakan adalah paling tepat caranya, dan efisien menghasilkan waktu yang tepat. Oke dong, kalau ingin mengelola waktu mesti berfokus pada mengelola kemampuan diri. Dan soal waktunya adalah kita bisa menempatkan kemampuan kita pada waktu yang tepat, direncanakan dan diterapkan dengan benar.


Disisi lain ada manajemen usaha ??? Hal ini terkait juga dengan mengelola kemampuan yang menghasilkan kerja yang produktif. Artinya manajemen usaha adalah mengelola kerja-kerja yang produktif tadi agar menghasilkan usaha yang menguntungkan. Jadi hal ini, manajemen usaha dan waktu, dapat dikelola dengan baik dengan memfokus diri kita kepada mengelola kemampuan diri untuk menghasilkan kerja produktif. Agar kita bisa mengembangkan kemampuan diri untuk kerja produktif, maka perlulah kita mendalami dasarnya. Apa itu ? Siapa kita ? Dengan memaham siapa kita, maka kita potensi dan apa yang bisa kita lakukan. Sebagai contoh, siapa kita ? kita adalah orang yang baik. Maka kita tahu potensi sebagai orang baik sehingga kita tahulah cara menjadi orang baik. Orang baik itu pasti produktif, maka ini bisa jadi modal dan kemampuan untuk membangun usaha yang berkembang. Bahkan orang baik itu bisa melihat fasilitas yang ada menjadi sebuah alat yang bisa dimaksimalkan dalam mengerjakan sesuatu. Jadi saya disini, membahas manajemen usaha dan waktu yang berfokus kepada salah satu faktor pentingnya adalah mengelola diri, yang berujung kepada fokus siapa kita ?
Kalau ditanya siapa saya (kita) ? Banyak orang menjawab namanya, atau identitas dirinya seperti pernah sekolah atau kuliah dimana, tinggal dimana, orang tua siapa, atau kerja dimana dan sebagai apa. Banyak lagi jawaban sejenisnya. Bener nggak sih jawabannya ? Bener aja. Tapi kita perlu merenungkan bahwa identitas siapa saya itu merupakan identitas yang ada diluar diri. Identitas dari luar itu sangat relatif dan bukanlah diri kita sendiri. Kalau ditanya terbalik, apakah pekerjaan saat ini adalah saya (kita) ? Pasti bukanlah saya (kita), saya adalah saya. identitas luar itu sangat relatif karena bisa berubah yang tergantung pada diri kita. Bayangkan kalau identitas itu hilang atau berkurang, seperti saya adalah pemilik rumah mewah di komplek itu. Dengan tidak memliiki rumah lagi, maka saya (kita) pun menjadi "hilang" identitas. Lalu siapa saya ? Saya berikan contoh lagi, saat kita memiliki mobil dan mobil itu mengalami kecelakaan dan kitanya sih sehat. Apa respon kita terhadap kecelakaan itu ? Pasti kesel, marah dan mengeluh, kita tidak punya mobil lagi. Tapi kitanya tidak apa-apa, sehat bugar. Kok bisa kita marah ? Hal ini karena kita sudah merasa memiliki mobil itu dengan kuat yang membuat kita selama ini merasa nyaman. Rusak mobil itu mengganggu kenyaman kita, maka kita marah (emosional). Sekarang, apakah marah itu saya (kita) ? Pasti kita mengatakan tidak, tapi kita ingin disebut siapa saya adalah saya orang baik. Lalu kita bertanya, kok bisa saya adalah orang baik ?? Bayangkan kalau saya orang baik terus, maka saya pasti kerja yang baik, bisa mengelola diri agar bisa kerja yang efektif dan efisien (produktif). Bisa usaha nggak ? Pasti dong, bisa mengelola waktu nggak ? pasti bisa. Berikut ini bagaimana kita menjawab saya adalah orang baik ?
Setelah meniadakan indentitas diri yang bukan diri kita, maka tersisa adalah saya adalah orang baik. Sebenarnya saya orang baik inilah yang membuat kita dapat memiliki identitas di luar diri kita, seperti uang banyak, rumah, mobil dan sebagainya. Mari kita mulai dengan memahami referensi yang benar tentang diri kita, yaitu dengan Al Qur'an.
Ayat pertama ini Allah berfirman bahwa Allah mau menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Lalu ada feedback dari malaikat yang meragukannya, bukannya menjadi khalifah tapi malah membuat kerusakan dan pertumpahan darah. Lalu Allah menjawab bahwa "Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Bisa jadi inilah kekuatan dari manusia dari makhluk lainnya.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. [2] Al-Baqarah : 30)
Ayat selanjutnya Allah berfirman, tentang asal usul manusia. Dulu mati (tidak ada), lalu diciptakan (dihidupkan), dimatikan dan dihidupkan kembali. Apa yang kita pahami dari ayat ini adalah rasa bersyukur atas rahman Allah ini. Allahlah yang menciptakan kita BUKAN kita menciptakan diri kita sendiri.
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al Baqarah, 2 : 28)
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?
(Ath Thuur, 52 : 35)
lalu Allah menjelaskan lebih detail tentang penciptaan manusia. Sebelum penciptaan manusia, Allah mengambil perjanjian dengan ruh Allah yang ditiupkan ke dalam manusia. Bahwa jangan lupa bahwa kita mengenal siapa pencipta kita, yaitu Allah.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berkata):” Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:” Betul , kami menjadi saksi “ (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami orang orang yang lengah terhadap ini.
(QS, Al A’raaf, 7 : 172)
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (QS Al Mu’min, 40 : 67)
kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As Sajdah, 32 : 9)
Berawal dari tidak ada (mati), dari setetes mani dan sel telur menjadi quark, atom, molekul biokimia, sel, jaringan tubuh, organ tubuh, organisme manusia ... lalu Allah tiupkan ruhnya, jadilah manusia.
Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan :
1. Kita atau saya sebagai manusia ini tidak ada apa-apa dihadapan Allah, tidak pantas kita sebagai manusia mengaku sebagai sombong dengan kehebatan, kepemilikan dan kekuasaan kita. Misalkan kita yang memiliki jabatan presiden atau orang kaya triulunan uangnya, bandingkan Allah yang memiliki tak terhingga nilanya. Maka berapapun angka kalau dibagi atau dibandingkan dengan tak terhingga maka hasilnya NOL. Manusia itu tidak ada, hanya ada ruh ciptaan Allah yang ditiupkan tubuh kita.
2. Siapa kita ... hamba Allah yang jadikan khalifah di bumi.
3. Tentunya Allah telah memberi amanah kepada kita agar kita mengabdi kepadaNya. Amanah itu sesuai dengan pilihan apa yang kita pilih dalam hidup ini. Dan yang pasti Allah meminta pertanggungjawabkannya.
Sadarkah dengan hal di atas ? Jika saat kita menyadari semua hal di atas, maka siapa kita ? Saya adalah hamba Allah yang memiliki amanah di bumi dengan mengabdi kepada Allah dengan jalan hidup yang kita pilih, sebagai apapun kita.
Apa yang terjadi saat kita SADAR KEPADA ALLAH tentang siapa saya ? Yang pasti kita mengabdi kepada Allah dengan bekerja sesuai jalan hidup kita. Misalkan menjadi seorang isteri dari pasangannya. Maka tanggung jawab isterinya dipersembahkan kepada Allah. Boleh nggak kalau tidak bertanggung jawab ? Boleh saja, tapi tidak dirahmati Allah ... neraka tempatnya. Sebaliknya saat sadar kepada Allah dan benar-benar menjadi isteri bagi pasangannya, maka Allah balas dengan pahala di dunia dan di akhirat ... Surga. Inilah mengapa kita bisa berbuat baik ? Seperti yang dijelaskan tentang siapa saya ? Kita dibekali Allah dengan iman, lalu petunjuk Al Qur'an, dan alam ini ditundukkan untuk manusia. Apakah kita tidak berbuat baik terus ? Pastinya kita berbuat baik dan itu adalah jalan ketaqwaan. Jalan taqwa itu adalah level tertinggi manusia yang terus menjaga perbuatan baiknya. Selama kita sadar tentang siapa saya ?
Allah menyebut orang yang menjaga selalu dalam kebaikan itu adalah orang yang selalu mendapatkan petunjukNya dan Allah sebut sebagai orang yang beruntung, muflihun, yang mana mereka tidak merasa khawatir dan tidak bersedih hati, Orang yang bahagia dan sukses.
Kita yang sadar kepada Allah, siapa saya ? Maka selalu menjaga bersikap dan berperilaku yang baik, kerja yang bener. Kalau kita sebagai karyawan, maka kita menunjukkan karyawan terbaik di hadapan Allah. Kalau kita sebagai pengusaha. maka kita pasti mengelola dengan bener usaha kita (terbaik) dihadapan Allah. Ibadah dan kerja yang produktif inilah yang mengantarkan kita mampu mengelola diri dengan bener.
Insya Allah dengan sadar kepada Allah tentang siapa saya ? Maka kita menjadi khalifah (wakil Allah) yang sangat bertanggung jawab kepada PenciptaNya dengan menunjukkan kerja yang berkemampuan tinggi (terbaik). Proses ini adalah upaya memberdayakan diri dengan motivasi islami. Langkah motivasi diri yang baik untuk diterapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar