Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kamis, Juli 24, 2025

Siapa saya ??

 Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah selalu tercurahkan rahmat Allah kepada kita semua. 

Hari ini saya ingin berbagi tentang siapa saya ? Sebenarnya siapa saya adalah apa yang ada dalam pikiran saya. Hal berkaitan dengan apa yang pernah kita pelajari dan apa yang telah kita lakukan. Dan bisa juga merupakan apa yang kita impikan belum tercapai. Semua itu tersimpan dalam memori pikiran (alam bawah sadar). Karena hal inilah semua itu menentukan siapa saya (kita).



Sebagai contoh, seseorang yang latar belakangnya hidup di kota dan gaya hidup anak-anak muda. Maka kalau soal makan, orang ini sama mengenal dan biasa makan di resto. Bisa jadi harga di resto itu murah bagi dia. Karena dia sudah terbiasa makan di resto itu. Sebaliknya orang desa dengan latar belakang hidup sederhana di desa, maka makan itu paling mentok makan di warung saja. Karena memang tidak punya uang banyak. Kalau kedua orang ini ditanya tentang makanan yang enak dimana ? Orang kita jawab,"makan di resto" dan apa jawaban anak desa ? Dia menjawab "makan di warung". Siapa saya adalah jawaban itu. Bagi anak kota, siapa saya ? Dalam makan pilih tempat makan, siapa saya adalah resto. Makanan di resto itu telah menjadi kebiasaannya, artinya siapa saya adalah kebiasaan saya. Sama juga dengan anak desa, siapa saya adalah kebiasaannya juga, yaitu saya adalah warung makan. Atau bisa jadi juga orang yang belum kesampaian makan di tempat tertentu, dia menjawab dengan saya adalah tempat tertentu tersebut. Kebiasaan-kebiasaan lain membentuk diri seseorang dan menjadi memori dalam pikiran kita. 

Mengapa itu terjadi ? Sebenarnya kita sudah dibentuk oleh kebiasaan itu yang tersimpan dalam memori. Hal ini terjadi karena otak kita bekerja otomatis. Sinyal yang masuk ke dalam pikiran selalu dicarikan kesesuaian dengan memori. Tanpa banyak berpikir lagi memori itu langsung keluar dan muncullah dalam ucapan ataupun tindakan kita. Disinilah kita kehilangan kesadaran siapa saya. Seharusnya jika kita sadar, maka kita tidak langsung menjawab apapun sinyal yang masuk ke dalam pikiran kita. Saat menerima sinyal atau ada yang bertanya, maka kita memiliki pilihan untuk mencerna dulu apa yang terjadi. Misalkan pertanyaan yang sama ditanya dimana makan yang enak. Maka pertanyaan dicerna dengan seksama, tentang makan dan tempat. Ada dua hal yang berbeda, makanan yang enak dan lokasi yang enak. Pikiran bertanya, mau makannya yang enak atau tempatnya yang enak. Apalagi orang yang ditanya pernah diceritakan makanan yang enak di suatu tempat. Maka siapa saya menjadi terlihat "aneh" yang sebagian orang. Siapa saya adalah makanan yang enak, atau siapa saya adalah tempat makan yang enak.

Apakah orang yang sudah terbiasa (kebiasaannya) itu baik buat dirinya ? Yang pasti orang ini merasa nyaman aja, dan pilihannya tidak ada yang lain. Tapi menjadi kuran update karena tidak mau melakukan yang berbeda atau mengganti kebiasaannya dengan yang baru. Hidup ini dinamis dan mesti berkembang. Maka siapa sayanya juga mengikuti untuk menjadi semakin baik. Biasanya orang itu tidak berkembang dengan baik lagi saat dia sudah merasa sudah kerja setelah melewati perjalanan pendidikan (ilmu). Kehidupan yang dijalaninya adalah kebiasaan-kebiasaan yang sudah terbentuk sebelumnya. Umumnya Kebiasaan yang utama tetap selalu ada dan mau tidak mau dia merubah kebiasaannya karena bergaul dengan orang yang dinamis. 

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah iya kebiasaan itu tak perlu berubah. Sepantasnyalah kita menjadi orang yang update untuk menjadi semakin baik, siapa saya nya ? Saya yang update terus. Bukankah kita ini adalah bagian yang dunia yang pasti berubah setiap saat dan mau tidak mau mesti mengikutinya. Yang terpenting adalah saya adalah saya yang baik dan bener. Inilah yang menjadi dasar siapa saya, sesuatu yang bener dan mutlak untuk mengikuti perubahan yang terjadi.

Oh ya, yang kurang menyenangkan dari kebiasaan itu adalah tidak mikir lagi. Serba otomatis, apapun sinyalnya respon atau sikap kita selalu sama. Padahal tidak selalu demikian, setiap sinyal yang masuk ke dalam pikiran kita itu bisa sama tapi latar belakangnya berbeda. Orang yang dinamis itu selalu ingin berpikir dan memberi hasil yang terbaik. Sebagai contoh masih tentang dimana makanan yang enak ? Maka mungkin yang bertanya bermaksud ingin mengajak orang untuk makan di rumahnya, Gratis dan enak lagi (masakan rumahan). Maka dibalik latar belakang pertanyaan tersebut sangat memberi peluang untuk,"Mengapa kita tidak makan di rumah aja, bila perlu kita masak bareng. pasti menyenangkan". Bukankah hal ini sangat menarik dengan tidak melulu kebiasaan yang ada.

Jadi siapa saya dimasa kecil menjadi tidak sama dengan siapa saya di masa kuliah atau sudah kerja. Tetapi masih ada yang samanya adalah orangnya santun. Itulah dasar perubahannya tidak berubah, adalah kebaikan, yang bener, yang baik. Dasar yang baik itu berasal dari Sumber kebaikan, yaitu Allah. Dan yang luar biasanya lagi adalah hampir standard santun itu sama bagi semua orang. Itulah Allah, adalah sumber yang sama. 

Kebiasaan itu baik, tapi teruslah untuk berpikir untuk mendapatkan yang update sehingga kita bisa menikmati apa yang kita lakukan dengan menyenangkan. Kebiasaan hanya mentrigger kita untuk memulai dan di saat itu kita mulai berpikir sesuai ilmu yang kita miliki. Disinilah peran ilmu yang bisa merubah kebiasaan sebelumnya menjadi kebiasaan yang semakin baik. Tanpa ilmu semua itu tak mudah untuk dilewati. Maka dari itu belajar tentang ilmu baru (yang baik) adalah proses yang tak pernah berhenti. Inilah alasannya mencari ilmu sampai mati, karena memang kita membutuhkan kehidupan yang semakin baik.

Inilah sisi lain dari siapa saya ? Saya tidak pernah berhenti untuk menyempurnakan ilmu tentang siapa saya. Bisa jadi ilmu hari ini bukanlah yang terbaik untuk mengatakan siapa saya, tapi sangat mungkin ilmu di hari berikutnya. Ilmu itu bisa dari banyak orang dengan latar belakang yang berbeda, mari sikapi semua itu menjadi kewajiban kita untuk bersama meraih yang semakin baik.

Insya Allah saya dapat mengambil hikmat dari tulisan saya ini dan bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang membaca. Tidak lain saya ingin memberdayakan diri saya sendiri untuk hidup semakin bermakna. Inilah motivasi islam yang selau saya pegang dan menjadi motivasi diri yang baik untuk diamalkan. 

Sahabatmu
Munir Hasan Basri

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...