Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Minggu, Juli 06, 2025

Salat, kok tidak bikin rindu jalaninnya ?

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Salam bahagia buat semua, Insya Allah selalu tercurahkan rahmat dan keberlahan dari sisi Allah.

Hari ini memacu saya untuk beraktivitas yang baik dengan berbagi hal baik yang mudah dikerjakan. Tentunya saya hanya menyalurkan kebaikan yang Allah berikan kepada saya dengan seizinNya, berupa ilmu dan pemahamannya. 

Saya dapat merasakan beberapa hal setelah membaca petunjuk Allah didalam surah Al Alaq, surah ke-96 ayat 19.

كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ  ( العلق: ١٩ )

sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah). (QS. [96] Al-'Alaq : 19)

Janganlah kita patuh kepada orang yang menghalangi kita untuk salat. Dalam kisahnya nabi salat sering diganggu oleh Abu Jahl, mulai dari gangguan halus sampai kepada gangguan yang keras. Perbuatan jahat orang itu (Abù Jahl) tidak akan mengenai dirimu, wahai Nabi. Sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya. Tetaplah menunaikan salat sesuai perintah Tuhanmu dan sujudlah serta dekatkanlah dirimu kepada-Nya dengan menaati aturannya, niscaya Dia akan selalu melindungimu dari ancamannya.

Inilah yang kita hadapi dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah melalui salat. Bagaimana sekarang ? Gangguannay tetap ada, tapi berbeda dan semakin kuat. Apa iya ? Iya lah gangguan itu sudah meresap dalam diri kita. Kok bisa ? Karena sudah sering kita hadapi dan kita tidak lebih baik untuk melewatinya. Misalkan malas salat ??? Malas itu adalah sedikit bergerak tapi berharap banyak, atau kalaupun bergerak tetap saja berharap banyak perubahan dalam diri kita tapi salatnya seadanya (malas-malasan). Bener nggak ? Ganguannya dari dalam diri kita, bukan lagi gangguan dari luar, dan bukan lagi bisikan setan. Malas bisa diartikan berharap kepada hasil yang diinginkan. Kepada siapa harapan itu digantungkan ? Mestinya harapan itu digantungkan kepada Allah. Allah memberi harapan itu dengan mengerjakan salat. Ada ilmu dan pemahaman ... maka salat itu proses kita mengharap dari Allah. 

Syukur-syukur ilmu dan pemahaman untuk melewati malas itu tertanam di hati dan Allah kuatkan ayatNya karena kita benar-benar menginginkannya dengan membaca ayat tersebut, memahaminya dan mulai mengamalkannya. Dengan petunjuk yang masuk ke hati inilah yang mendorong kita mengerjakan salat. Rindu nggak untuk salat ? Mau dong rindu salatnya, lalu apa yang membuat kita rindu ??? Allah mengingatkan kita untuk selalu semangat melakukan salat sekalipun ada halangan dan gangguan, karena dalam salat itu ada sujud. Dan Allah melalui kekasihNya nabi Muhammad saw, di dalam hadis sahih yang ada pada Imam Muslim melalui jalur Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Samiy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"Tempat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tukannya ialah saat ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa (padanya)"

Apa  maknanya ? Apakah ada orang muslim yang ingin dekat dengan Allah ? Ngga ada kecuali tidak beriman atau lalai dalam beriman. Kapan kita dekat dengan Allah ? Sujud dalam salat, dan disaat itulah Allah membuka komunikasi dengan siapa saja yang sujud, yang berdoa. Doanya adalah apa yang kita inginkan. Bukankah kita ini selalu banyak keluhan dan masalah ? Allah menunggu situasi yang paling dekat denganNya yaitu sujud, sebanyak 17 kali dalam sehari situasi itu disediakan Allah. Jika benar salat kita dan sujud kita, Insya Allah hati ini menjadi tenang dalam hidup sepanjang hari.

sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya. (Al-'Alaq: 19)

Yakni hai Muhammad, janganlah kamu patuh kepada orang itu yang melarang kamu melakukan rutinitas ibadahmu, melainkan teruskanlah salatmu menurut yang kamu sukai. Janganlah engkau pedulikan dia, karena sesungguhnya Allah-lah yang memeliharamu dan menolongmu, dan Dia akan memelihara kamu dari gangguan orang lain

dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (Al Alaq: 19)

Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis sahih yang ada pada Imam Muslim melalui jalur Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Samiy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Tempat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tuhannya ialah saat ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa (padanya).




Apakah kita masih malas untuk salat ??? Salat itu membuka ruang untuk dekat dengan Allah (sujud), yang mampu mengantarkan persoalan hidup yang disampaikan dalam doa. Ilmu dan pemahaman sudah kita dapatkan. Ada motivasi untuk solusi hidup dengan dekat dengan Allah. Solusi itu tidak mudah diperoleh, mengapa ? Kita butuh pemahaman untuk dipraktekkan. Maka salat sekarang dan salat lagi agar pemahaman itu membuahkan hikmah, diantaranya kita bisa merasakan ketenangan hati yang membuka pula pikiran akal sehat. Mengapa ini terjadi ? karena salat itu merupakan zikir kepada Allah, dan siapa yang zikir kepada Allah, maka hatinya menjadi tenang (tentram) dan dengan mengingat Allah hati kita jadi tenang.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ   ( الرعد: ٢٨ )

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS. [13] Ar-Ra'd : 28)

dan

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِي

Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. (QS. [20] Taha : 14)

Di ayat lain Allah berfirman Salat itu jalan menuju taqwa, dimana Allah memberi jalan keluar atas masalah kita :

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ  ( الطلاق: ٢ ) )

Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, (QS. [65] At-Talaq : 2)



Bacalah berulang-ulang petunjuk dan penjelasan di atas agar kita bisa memahaminya dengan benar. Dengan salat dan salat ... membuka hati menerima petunjuk Allah tersebut. Apa yang terjadi ? Insya Allah kita menjadi ringan untuk salat, dan merindukan salat itu karena "bertemu" dimana Allah itu Maha Melihat dan Maha Mendengar serta Maha mengabulkan dalam sujud kita. Bagaimana ? Iman itu butuh ilmu agar tidak gagal paham, sedangkan amal saleh itu dengan mempraktekkan ilmu dan pemahaman ... membuat kita semakin yakin (tanpa ragu). Allah tidak menyia-nyiakan amalnya orang beriman. 

Sahabatmu

Munir Hasan Basri



Rabu, Juni 11, 2025

Sikap terhadap pekerjaan atau profesi

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu ada kebaikan yang diperbuat hari ini, minimal memberi rasa bahagia bagi diri sendiri.

Bagaimana sikap kita terhadap pekerjaan yang dijalani sekarang ? Apakah pekerjaan atau profesi itu tuntutan kebutuhan ? Kalau iya, yang sering terjadi adalah sikap dan tindakan kita terhadap profesi itu telah cukup membebani diri. Kalau nggak kerja, pasti berdampak tidak positif. Perhatikan apa yang terjadi sekian lama dengan pekerjaan sekarang, ada yang baru dan ada juga yang sudah lama bekerjanya. Mungkin 3 tahun cukup untuk menilai hasilnya, ternyata tidak memberi tambahan, bisa jadi gaji ? bisa juga ilmu ? bisa juga terapan ilmunya ? Dan yang lebih mengherankan adalah perasaan kita yang tidak baik-baik saja.

Misalkan dalam 3 tahun bekerja, mestinya sudah banyak kita dapatkan. Yang paling banyak bisa jadi ilmu dan pengalaman. Tadinya tidak bisa menjadi bisa dan semakin mahir. Tapi faktanya kita tidak memberikan yang terbaik dari apa yang sudah kita miliki dalam pekerjaan, kita biasa-biasa saja dan belum menjadi orang yang dipercaya atasan dan perusahaan. 

Apa yang mesti kita lakukan ? Yang pertama apapun pekerjaan kita adalah amanah. Amanah yang diizinkan Allah kepada kita, dimana kita mengemban khalifah dibumi ini, dimana pekerjaan sekarang merupakan amanah (menjadi wakil Allah). Kok bisa ? Kalau kita tidak diterima perusahaan, maka pekerjaan yang kita lamar bukanlah amanah kita. Disisi lain, kita diterima di perusahaan tapi tak berapa lama kita pindah atau tidak dibutuhkan, ini menunjukkan pekerjaan itu bukan juga amanah Allah. Amanah itu melekat pada perusahaan dengan pekerjaannya. Amanah Allah, itu menunjukkan kita mesti mempertanggungjawabkan juga kepada Allah. Bagaimana dengan atasan dan perusahaan ? Mempertanggungjawabkan kepada Allah sudah pasti melewati pertanggungjawabkan kita kepada atasan dan perusahaan. Kita mesti melakukan pekerjaan yang terbaik yang kita miliki dengan ilmu yang terus berkembang dan tidak ada tindakan (kerja) yang tidak baik atau tidak bertanggung jawab. Jika kita mampu mengemban amanah Allah dan bertanggung jawab, maka kita pun bisa memberi kerja yang benar kepada atasan dan perusahaan.

Salah satu perwujudan amanah Allah dalam pekerjaan adalah disiplin. Atasan kita pasti suka karyawannya yang disiplin, baik waktu kerja yang disiplin dalam tanggung jawab. Emang ada atasan yang tidak suka dengan disiplin ? Maka amanah pekerjaan dari Allah itu memastikan bahwa kita menjadi karyawan produktif. Terus bagaimana kalau tidak bertanggung jawab, dengan mengerjakan yang biasa-biasa saja. ? Sehebat apapun kita menutupi hal itu, Allah Maha Tahu dan Melihat sekalipun atasan dan perusahaan tidak melihatnya. Ini tentang iman, pahami bahwa dengan memahami pekerjaan itu amanah artinya kita sudah percaya kepada Allah. Allah telah menetapkan rezeki kita di perusahaan tersebut.Lalu bagaimana dengan masalah yang terjadi ? Sekalipun masalahnya tentang atasan dan perusahaan, hal ini merupakan kehendak Allah untuk menguji dan menaikkan kemampuan kita. Tapi kita masih suka mengeluh. Lalu mau dibiarkan saja masalah terjadi ? Pastinya tidak dan jangan mengalah untuk pindah perusahaan. Bagaimana perasaan kita bisa menyelesaikan masalah ? Pasti senang dan puas. Bagaimana dengan atasan dan perusahaan ? Pasti memberi performance tinggi.

Yang terpenting lagi dalam menyikapi amanah Allah dengan profesi kita adalah membuat semua berjalan dinamis, tanggung jawab kita mesti diupgrade agar Allah semakin takjub dengan apa yang kita kerjakan. Tentu semua ini perlu belajar banyak ilmu dan ketrampilan.  Dinamis mendorong kita konsisten yang tidak bosanin (berubah setiap waktu). Artinya pekerjaan kita itu dapat memberi peluang untuk menjadi semakin berkemampuan tinggi dan terbukanya karir yang lebih baik. 

Renungkanlah dengan hati yang tenang, Allah itu ternyata memiliki rahmatNya kepada siapa saja. Kalau kita bersikap "terpaksa" menerima pekerjaan saat ini karena butuh uang. Mulailah menyingkirkan sikap seperti ini, terimalah takdir Allah itu dengan pekerjaan saat dengan ikhlas dan sikapi sebagai amanah Allah. Tidak penting perusahaannya, yang penting kita bersyukur dengan menjalani amanah Allah dan mempertanggungjawabkannya. Fokuslah dengan pekerjaan itu dengan kerja yang benar dan baik. Kalau belum ada ilmunya, belajarlah. Abis belajar praktekkan  (belajar dan menerapkan ilmu dalam pekerjaan, malah dibayar (digaji). Teruslah mengembangkan diri dengan terus belajar untuk memperlihatkan pekerjaan kita kepada Allah. Kerja yang bisa dipertanggungjawabkan dan memberi kebaikan pada diri dan dampaknya kepada team dan perusahaan. 

Bayangkan saat itu menyikapi pekerjaan karena kemampuan kita, maka yang ada adalah merasa diri lebih dari yang lain. Efeknya tidak baik dalam team. Bagaimana dengan pekerjaan yang tidak kita sukai dan butuh uang ? Yang pasti kita bekerja apa adanya, dan kalau tidak bisa, tidak dikerjakan. Apalagi pekerjaan itu dipaksakan ... Jadi sikap terhadap pekerjaan itu menjadi baik dengan menganggap pekerjaan itu adalah amanah dari Allah. Menjadi wakil Allah untuk memberi kebaikan kepada sesama.


Ternyata .. hati-hati dengan bersikap. Sikap sangat dipengaruhi iman dan ilmu. Iman dan ilmu yang lemah mendorong sikap yang tidak tepat. Sebaliknya iman dan ilmu yang benar bisa mengantarkan kita bersikap yang benar, yang positif. 


Insya Allah tulisan ini bisa menginspirasi dan membuka pikiran kita menjadi semakin baik. Jadikan motivasi untuk mengembangkan diri dengan selalu memberdayakan diri menjadi orang yang lebih baik hari ini.

Sahabatmu

Munir Hasan Basri

Selasa, Juni 10, 2025

Karyawan bisa kaya

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dalam kebaikan dan dalam rahmatNya.

Hari ini saya menulis tentang karyawan kaya dengan menyediakan waktu yang saya berikan untuk memenuhi keinginan saya. Apa memang ada waktu itu ? Dengan cepat saya menjawab waktu itu ada. Lalu saya tanya lagi, kapan ? dan berapa lama ? Ternyata saya dan sekian banyak orang tidak mampu menjawabnya. Waktu yang ada adalah untuk kerja rutin saja dengan apa yang dipilih sebagai profesi. Seorang karyawan menghabiskan waktu untuk pekerjaannya yang telah diberikan untuk dipertanggungjawabkan. Apakah pekerjaan itu adalah keinginannya dalam hidup ? Ya dan tidak. Pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, bukan keinginan karyawan tersebut. Bisa jadi karyawan ingin kaya ? Apakah iya dengan pekerjaan itu menjadi seseorang itu kaya ? 



Keinginan itu adalah hal yang diatas kemampuan saya, Kalau saya ingin kaya, maka sekarang saya belum kaya. Artinya saat ini saya memiliki kemampuan A yang memberi saya kekuatan untuk mengerjakan A. Kondisi A ini adalah saya belum kaya. Maka untuk menjadi kaya saya mesti mengerjakan di atas A, yang bisa menjadikan saya luar biasa dari level A. Pertanyaannya adalah apakah saya sudah siap ? Kebanyakan orang tidak meningkatkan kemampuan sehingga apa yang dikerjakannya masih sama, alias tidak berubah. Di awal mungkin iya bersemangat, tapi selanjutnya kalah dengan rutinitas yang ada. 

Yang pertama kali saya mesti mempersiapkan waktu. Waktu adalah segalanya, waktu untuk menambah kemampuan adalah belajar. Sudah ada waktunya juga belum tentu saya bisa konsisten belajarnya. Sudah cukup ? Tidak. Karena ilmu yang dipelajari bukan untuk ditunjukkan kepada orang lain, tapi mesti dipraktekkan oleh diri sendiri. Apakah sudah ada waktunya ? Apakah juga termotivasi dengan lahan prakteknya ? Sekali lagi praktek ini perlu waktu. Resiko mempraktekkan adalah menyediakan waktu untuk mengevaluasi dan memperbaikinya. Ini memakan waktu yang banyak, ada cek data, analisa data dan memberi penilaian dan koreksi. Dari mereka yang setiap hari bekerja sebagai karyawan ... apa iya ada waktunya ? dan ada juga hal yang mesti dikerjakan menuju keinginan ?? Bagaimana pulang kerja ? Kayaknya sudah tidak kuat lagi untuk melakukan banyak hal. Dari sini saya dapat memberi catatan bahwa ketersediaan waktu itu butuh tenaga untuk mengerjakannya ..mempersiapkan diri sehat sepanjang hari.



Bayangkan keinginan karyawan itu ingin kaya bukanlah keinginan atau tujuan terakhir. Agar keinginan itu memiliki frekuensi yang sama dengan alam dan orang lain, alangkah baiknya keinginan menjadi kaya itu ditemukan alasan baiknya. Misalkan ingin kaya itu untuk niat yang baik diantaranya :

1. Ingin menjadikan saya orang yang dermawan

2. Ingin membuat saya semakin dekat dengan Allah, karena Allah itu Maha Kaya.

3. Membahagiakan keluarga dan tetangga dengan memberi kebaikan dari kekayaan saya.

4. Semakin kaya semakin rendah hati.

5. dan seterusnya

Dari alasan di atas, bukankah semua orang dan lingkungan bisa mendukung. Niat dan alasan ini menjadi daya tarik yang bisa mendorong saya bisa mengerjakannya dengan lebih baik dan mudah. Bagaimana dengan Allah ? Tentunya niat baik ini mesti dijaga dan dipertanggungjawabkan sehingga mengundang ridhai Allah.

Mengapa hal ini saya jelaskan seperti di atas ? Inilah jalan terbaik yang membuat saya (karyawan) dapat menyediakan waktu memenuhi keinginan saya dengan saya bekerja. Langkah kaya itu dapat dipecah menjadi beberapa tahapan, diantara adalah bekerja sangat produktif, memperoleh kepercayaan dan meraih karir yang tinggi. Soal waktu ? Jadikan waktu kerja itu sebagai waktu untuk belajar dan waktu untuk mempraktekkan, serta mengevaluasi dan memperbaiki. Kalau waktu tidak cukup, maka bisa menambahkan waktu di awal masuk kerja dan mengambil waktu istirahat. Seiring waktu, maka kemampuan yang dimiliki bertambah tinggi sehingga dapat mengerjakan diluar apa yang telah diberikan sebagai job descnya. Apa yang terjadi ketika karyawan telah bekerja dengan kemampuan tinggi ? Pasti performancenya tinggi dan ini membuka peluang karyawan untuk dipercaya. Siap dipercaya, Insya Allah ada peluang karir yang lebih tinggi. Siap digaji tinggi.

Jangan lupa untuk mempersiapkan diri jadi sehat, jasmani dan rohani. Hal kecil yang bisa membangun diri jadi sehat itu, bangun pagi dan menjaga makanan agar diri terhindar dari mood yang tidak baik. Lakukan pekerjaan dengan sendiri, bila perlu meminta bantuan orang lain. Berikan waktu, perhatian, tenaga dan lainnya untuk membahagikan keluarga. Kondisi batin yang bahagia dapat mendorong bekerja menjadi produktif. Saat menghadapi masalah dan stress, maka hadirkan Allah dan berkomunikasi dengan inten agar semua dimudahkan.

Inilah cara yang lebih untuk baik karyawan memenuhi keinginannya. Waktu untuk memenuhi keinginan itu tersedia selama kerja dan belajar, ada tempat prakteknya ... bahkan karyawan masih dibayar. Perusahaan tempat kerja mendapatkan efek dari apa yang dikerjakan oleh karyawan berupa performance perusahaan meningkat. Tak kalah pentingnya adalah keinginan itu memiliki niat baik bagi semua orang dan lingkungan. Sempurnakan langkah ini dengan terus ibadah dan berdoa.

Jadikan apapun sebagai motivasi positif dan mampu memberdayakan diri semakin baik hari ini.

Sahabatmu

Munir Hasan Basri

Senin, Juni 09, 2025

Sesungguhnya

Kata "Sesungguhnya" yang saya pernah baca dalam Al Qur'an belum menggugah apapun terhadap dulunya. Biasa saja. Bisa jadi memang begitulah saya membaca dengan penglihatan dan hanya sebagai kata biasa, tapi saat ini saya membacanya dengan penuh hikmah. ternyata kata "sesungguhnya" memiliki makna yang luar biasa untuk menggugah saya untuk berbuat yang baik dan berusaha untuk taat kepada Allah. 

Kata "sesungguhnya" dalam ayat-ayat Al-Qur'an umumnya bermakna penegasan atau penguatan akan kebenaran suatu pernyataan atau fakta. Ini dapat berarti "sungguh-sungguh," "benar-benar," "sesungguhnya," atau "sesungguhnya" dalam bahasa Indonesia. Dalam persepsi saya, Allah menggunakan kata "sesungguhnya" untuk menyakinkan saya tentang petunjuk yang disampaikan.

Ada beberapa makna dari kata "sesungguhnya" ;

Pertama, Penegasan Kebenaran.  "Sesungguhnya janji Allah itu benar" berarti janji Allah pasti akan ditepati, tidak ada keraguan.

Kedua, Penguatan Pernyataan. "Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak disukai Allah" menegaskan bahwa sikap sombong adalah hal yang dibenci Allah. 

Ketiga, Penjelasan yang Lebih Jelas.  "Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan" memberikan penjelasan bahwa setiap kesulitan akan diikuti dengan kemudahan. 

Keempat adalah Penekanan pada Keutamaan. "Sesungguhnya Al-Qur'an adalah syafaat bagi pembacanya di hari kiamat" menekankan pentingnya membaca Al-Qur'an. 

Kelima memberi makna Pernyataan yang Pasti. "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali" menyatakan kepastian bahwa semua makhluk adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. 

Singkatnya, "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an berfungsi untuk mengukuhkan kebenaran, memberikan penjelasan lebih jelas, menekan keutamaan, atau menegaskan suatu pernyataan yang pasti.

Berikut ini adalah makna spesifik dari kata "Sesungguhnya" dari ayat-ayat Al Qur'an 

"Sesungguhnya janji Allah itu benar." (Artinya: Benar-benar janji Allah itu benar.)  Memberikan penekanan: "Sesungguhnya manusia itu tidak ada yang sempurna." (Artinya: Benar-benar manusia itu tidak ada yang sempurna.)

Menyatakan suatu fakta, "Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang." (Artinya: Benar-benar Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.)

Secara umum, "sesungguhnya" dalam Al-Quran berfungsi untuk:

Menegaskan kebenaran: Memastikan bahwa suatu pernyataan itu benar dan tidak dapat disangsikan.

Menambah penekanan: Membuat suatu pernyataan menjadi lebih kuat dan memiliki dampak yang lebih besar.

Memberikan informasi dengan lebih jelas: Mengatakan suatu fakta dengan jelas dan tegas, sehingga tidak ada keraguan atau kesalahpahaman.

Kata "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an memiliki makna yang penting dan beragam, tergantung pada konteksnya. Berikut beberapa makna yang umum terkait dengan kata "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an:

1. Penegasan: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk menegaskan kebenaran atau kepastian suatu pernyataan.

2. Peringatan: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk memberikan peringatan atau ancaman kepada orang-orang yang tidak beriman atau melakukan kesalahan.

3. Pengumuman: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk mengumumkan atau memberitakan kabar baik atau buruk kepada orang-orang.

4. Penjelasan: Kata "sesungguhnya" digunakan untuk menjelaskan atau memperjelas suatu konsep atau prinsip.

Dalam Al-Qur'an, kata "sesungguhnya" sering digunakan untuk:

- Menegaskan kebenaran Allah dan Rasul-Nya

- Memberikan peringatan kepada orang-orang yang tidak beriman

- Mengumumkan kabar baik kepada orang-orang yang beriman

- Menjelaskan konsep dan prinsip agama

Contoh ayat Al-Qur'an yang menggunakan kata "sesungguhnya" adalah:

- "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar-Ra'd: 11)

- "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS Al-Bayyinah: 7)

Dengan demikian, kata "sesungguhnya" dalam Al-Qur'an memiliki peran penting dalam menegaskan kebenaran, memberikan peringatan, mengumumkan kabar baik, dan menjelaskan konsep agama.

Mungkin saya dulunya membaca kata “sesungguhnya” tidak berdampak besar dalam hidup. Alhamdulillah saya dapat merasakannya sebagai nikmat Allah.

Sudahkah saya sangat yakin dengan janji Allah,” Sesungguhnya  janji Allah itu benar”

Oleh sebab itu saya tidak boleh sombong,”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong”

Mengapa saya tidak yakin dengan membaca Al Qur’an itu menjadi syafaat di akhirat nanti,”Sesungguhnya Al-Qur'an adalah syafaat bagi pembacanya di hari kiamat”

Saya tidak ingin berputus asa, karena selalu ada kemudahan Bersama kesulitan,”Sesungguhnya Bersama kesulitan ada kemudahan”

Dan yakinlah Allah Maha melihat semuanya karena Dialah yang memiliki semuanya dan saya diminta pertanggunganjawabnya,” Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan Kembali”

Sadarkah ternyata saya diciptakan tidak sempurna, maka saya mesti bergantung kepada yang Maha Sempurna, "Sesungguhnya manusia itu tidak ada yang sempurna.“

Oleh sebab itu saya berharap kasih sayang Allah dalam ketidaksempurnaan saya, “"Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

Sesungguhnya adalah ucapan Allah yang patut saya pahami dengan benar dan saya mesti yakini (imani) agar saya bisa mengamalkannya dan bisa merasakannya. Tidak ada cara lain agar semua itu bisa saya pahami dengan cara sesering mungkin membaca Al Qur'an. Saya tidak "merasakan" saat saya mendengarkannya sendiri dengan membacanya, bisa saja orang lain adalah jalan menuju Allah. Maka mendengarkan segala sesuatu itu mesti dengan seksama, dengan mengosongkan ilmu yang sudah saya miliki.

Apa iya saya tidak terdorong kuat untuk mendalami Al Qur'an sesering mungkin, kadangkala hanya sekedar membacanya saja, tapi dilain hari saya bisa mendapatkan hikmah dari Allah. Mau menjadi beriman itu tidak bisa hanya menunggu, maka saya mesti terus mengamalkan apa yang sudah saya dapatkan dari Al Qur'an yang membuat saya semakin yakin.  Beriman dan beramal soleh.

Insya Allah tulisan ini dapat mendorong saya dan siapa saja yang membaca tulisan ini di











berikan hikmah dari Allah. Inilah motivasi saya dan aktivitas yang memberdayakan diri menjadi semakin baik.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri 




Rabu, April 30, 2025

Seberapa berat beban kerja ?

 Semangat pagi semuanya, Insya Allah selalu ingat Allah dan hati menjadi tenang dalam beraktivitas. Aamiin

Hari saya menulis motivasi dan pemberdayaan ini tentang seberapa "berat" beban yang saya bawa dalam hidup ini. Beban kerja adalah jumlah tugas atau tanggung jawab yang harus diselesaikan oleh karyawan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja mencakup berbagai aspek, seperti jumlah pekerjaan, kompleksitas tugas, tekanan waktu, serta sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut 

Ada dua jenis beban kerja: 

1. Beban Kerja Fisik: Melibatkan aktivitas atau tenaga fisik, seperti mengangkat atau memindahkan barang berat.

2. Beban Kerja Mental: Melibatkan proses berpikir, konsentrasi, analisis, dan pengambilan keputusan

Beban kerja yang seimbang dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja, sementara beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan penurunan kinerja. Biasanya seseorang yang memiliki beban tinggi menunjukkan wajah yang tegang dalam bekerja.

Mengelola beban kerja dengan efektif sangat penting untuk menjaga produktivitas dan kesejahteraan. Berikut beberapa cara yang saya lakukan :

1. Saya prioritaskan Tugas: Identifikasi tugas yang paling penting dan mendesak, lalu fokuslah menyelesaikan tugas-tugas tersebut terlebih dahulu 

2. Saya delegasikan Tugas: Jika memungkinkan, delegasikan sebagian tugas kepada rekan kerja atau tim Anda. Atau saya menjadwalkan kembali

3. Atur Waktu dengan Baik: Buat jadwal harian atau mingguan untuk mengatur waktu Anda dengan lebih efektif 3.

4. Saya berIstirahat : Tidak lupa saya mengambil istirahat secara teratur untuk menghindari kelelahan.

5. Saya hilangkan Gangguan: Minimalkan gangguan yang dapat menghambat produktivitas, seperti notifikasi ponsel atau media sosial 1.

6. Saya komunikasi yang Jelas: Pastikan Saya berkomunikasi dengan jelas mengenai beban kerja dan tenggat waktu dengan atasan atau tim saya

7. Saya mengubah pola Pikir: Cobalah untuk mengubah pola pikir saya agar lebih positif dan tidak terlalu stres menghadapi beban kerja.

Ya, mestinya beban kerja dapat bermanfaat dalam kondisi apapun. Beban yang tinggi dapat menguatkan diri saya untuk bertumbuh. Dari kemampuan yang ada menjadi memiliki kemampuan tinggi. Semua itu dihadapi dengan sikap positif. Disisi yang berbeda, beban kerja yang biasa-biasa saja juga dapat membangun diri menjadi mudah dan memberi ruang bagi diri untuk mengerjakannya dengan lebih cepat. Dengan begitu, saya memiliki waktu untuk meningkatkan kemampuan dengan terus belajar dan mengerjakan beban dengan lebih baik dan kreatif.

Apa yang diharapkan dari beban kerja ? Sebaiknya memang beban kerja yang seimbang. Tapi kadang hal itu tidak mungkin terjadi. Adakalanya beban itu tinggi dan juga bisa rendah. Beban seimbang merupakan sikap dan cara saya mengatasi dengan lebih baik, memaksimalkan produktivitas. Beban kerja itu mesti mengacu kepada :

1. Meningkatkan Produktivitas: Beban kerja yang terstruktur dan seimbang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas karyawan.

2. Pengembangan Keterampilan: Menghadapi berbagai tugas dan tanggung jawab dapat membantu karyawan mengembangkan keterampilan baru dan meningkatkan kemampuan yang sudah ada.

3. Peningkatan Kepuasan Kerja: Karyawan yang merasa mampu mengelola beban kerja mereka dengan baik cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka.

4. Meningkatkan Motivasi: Beban kerja yang menantang namun realistis dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja.

5. Pengelolaan Waktu yang Lebih Baik: Dengan beban kerja yang teratur, karyawan dapat belajar mengelola waktu mereka dengan lebih efektif.

Saya terur belajar untuk meningkatkan kemampuan (ilmu) agar siap menghadapi beban kerja yang tinggi, dan berlatih juga dalam mengelola hati agar emosiomal terkendali yang dapat meredam tekanan beban kerja. Pasti pernah terjadi beban kerja tinggi yang menyebabkan saya stress. Tapi dari situlah saya belajar. Saya mengubah sikap terhadap beban kerja bukan lagi beban kerja dengan menganggap beban kerja itu adalah amanah yang menguji kemampuan saya. Saya anggap beban kerja itu menaikkan level saya dalam kerja, yang nantinya dapat dipercaya.


Berikut ini kisah motivasi tentang seberapa berat beban air dalam gelas yang dipegang oleh seseoang. kalau ditanya seberap berat gelas yang berisi air yang saya pegang ini ? Kemudian seorang rekan mengomentari, "Sebenarnya berat gelas itu tergantung pada berapa lama diangkatnya. Kalau diangkat satu menit, maka baik-baik saja dan terasa ringan. Menjadi berat kalau diangkatnya selama satu jam, maka tangan terasa pegal. Tetapi kalau diangkat selama satu hari, pastinya berurusan dengan rumah sakit. Waktu membuat beban itu berbeda sekalipun beratnya sama. Saat semakin lama mengangkat gelas itu pastinya membuat berat untuk mengangkatnya terus. Apa yang dilakukan ? Sebaiknya meletakkan gelas itu dulu di meja dan berisitirah, lalu melanjutkan mengangkat gelas itu sesuai. 

Saat bekerja telah membuat saya lelah dan tidak kuat lagi untuk meneruskannya, maka saya mengambil waktu istirahat. Waktu siang hari atau waktu yang mengharuskan istirahat. Istirahat terbaik itu adalah mengembalikan kelelahan dan ketidakmampuan saya kepada Allah, curhat kepada Allah dalam salat zuhur dan ashar dan memohon petunjuk agar bisa menyelesaikan pekerjaan.


Beruntunglah Allah telah menciptakan siang dan malam, siang bekerja dan malam berisitirahat. Pulang ke rumah di malam hari adalah memulihkan diri untuk fresh di hari berikutnya dan siap bekerja kembali. Letakkan kerja di kantor. 

Seberapapun beratnya beban kerja atau hidup, sikapi dengan prasangka baik. Ada uji kemampuan yang menaikkan level kehidupan. Dan Allah lewat perusahaan (pekerjaan) tidak pernah menguji beban itu melebihi kemampuan seseorang. Pergunakan hati, pikiran, tubuh dan emosi dengan bener sesuai petunjuk Allah agar setiap mampu melewatinya.

Insya Allah tulisan ini menjadi inspirasi dan motivasi banyak orang untuk memberdayakan diri menjadi semakin baik setiap hari. 

Sahabatmu

Munir Hasan Basri 

Senin, April 28, 2025

Ulasan 2 buku "Semangat kerja yang konsisten"

 Semangat pagi semuanya, terima kasih sudah membaca tulisan blog ini. Insya Allah kita diberi solusi atas persoalan yang kita hadapi. Aamiin

Dalam ulasan 2 buku semangat kerja yang konsisten, mengenai tulsan awal dari buku ini. BUku yang dirancang semaksimal mungkin menggunakan bahasa atau kalimat positif, untuk apa ? Mengajak pembaca untuk membaca, yang sekaligus memprogram alam bawah sadarnya dengan kalimat positif.  Proses ini dapat menyimpan kalimat positif yang menjadi faktor kita dalam bertindak. Semakin banyak hal positif yang disimpan dapat memacu pembaca bersikap dan berperilaku yang baik.




Sebagai contoh kata saya atau pengganti lainnya. Dalam sebuah buku yang saya baca seperti berikut,"Anda mesti melakukan perubahan dalam hidup ini agar kehidupan Anda menjadi semakin menarik"

1. Kata "Anda" yang ditulis oleh penulis merujuk kepada yang membaca buku. Tetapi kenyataannya saat pembaca membaca kata "Anda", tanpa disadarinya pembaca tetap membaca "Anda" yang diterjemahkan tidak merujuk kepada pembaca. Dan hal ini terekam pada pikiran bawah sadar (memori sebagai Anda, orang lain). 

2. Pikiran bawah sadar pembaca yang menyimpan kata "Anda" tidak bisa membangkitkan dirinya sendiri untuk melakukan perubahan (kalimat dalam buku). Maka apa yang dibaca oleh pikiran bawah sadar itu (pembaca) tidak memberi efek kepada dirinya untuk berubah.

3. Agar pembaca dapat memahami makna kalimat dalam buku itu, maka butuh kesadaran untuk melakukannya. Tidak otomatis, tapi pembaca butuh mengeluarkan keadaan yang sadar (pikiran sadar) untuk paham dan melakukan perubahan.

Padahal keadaan tertentu kita perlu trigger dari pikiran bawah sadar untuk memulainya. Begitulah pikiran bawah sadar berperan dalam tindakan. 

Saya menulis buku "Semangat kerja yang konsisten" menggunakan kata saya. Jadi pada saat pembaca membaca buku tersebut, maka pembaca menjadi aktor dalam buku itu. Sebagai aktor dari buku itu, pembaca diajak hadir dalam setiap tulisan kalimat. Bisa merasakan, bisa berpikir dan mengalami yang sama dengan apa yang saya tulis dalam buku "semangat kerja yang kosnsiten". Dan sekaligus menyimpan kata "saya" pada apikiran bawah sadarnya sebagai langkah program pikiran bawah sadar untuk otomatis bersikap dan bertindak. 

Mungkin penulisan buku "Semangat kerja yang konsisten" ini tidak biasanya. Karena banyak orang menggunakan kata "Anda" dan seterusnya. Pembaca bukan sebagai pelakunya. Inilah yang saya tulis sebagai pembeda dari buku lainnya dan memberikan buku yang terbaik bagi pembaca. 


Bayangkan kembali ...

Saya mesti melakukan perubahan dalam hidup ini agar kehidupan saya menjadi semakin menarik

Kalau ditanya siapa pelaku perubahan itu ? SAYA

Siapa yang menikmati perubahan itu ? SAYA

Hidup siapa yang diubah ? SAYA

Saya dan saya telah menjadi kata yang berulang untuk menguatkan afirmasi bagi diri saya untuk berpikir, bersikap dan bertindak dalam perubahan yang saya lakukan.

Sama halnya kalau ada kata "kita" dalam kalimat berikut ini "Kerja ini harus dikerjakan kita bersama " . Kata "kita" merujuk kepada beberapa orang yang disepakati dalam forum itu. Kita itu saya, dia, kamu yang berarti kelompok orang. Dalam pikiran saya mengatakan bahwa kerja itu tidak bisa dikerjakan kalau oleh saya sendiri tanpa melibatkan sekelompok orang tadi. Memang secara sadar kata kita itu adalah sekelompok orang. Tapi dalam pikiran bawah sadar yang menyimpan kalimat itu tetap menyimpannya kata "kita" dengan definisi kelompok orang. Tidak ada bekerja tanpa semua orang yang hadir.



Membiasakan kata saya atau aku dalam sehari-hari mesti tepat agar sangat membantu siapapun untuk bisa menjadi pelaku sendiri. Sebagai penulis saya meraskan itu, maka saya menulis buku "semangat kerja yang konsisten" dengan "saya", yang berarti saya sebagai penulis dan saya sebagai pembaca.

Insya Allah ada yang saya lakukan menulis buku yang lebih baik ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Dapat dijadikan inspirasi dan motivasi serta sekaligus memberdayakan diri untuk mewujudkan semangat kerja yang konsisten. 

Sahabatmu

Munir Hasan Basri


Minggu, April 27, 2025

Bergeraklah segera

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah kita selalu diberikan kebaikan dari apa yang kita lakukan dan diterima kebaikan itu sebagai amal soleh. Aamiin

Banyak hal kita sudah meninggalkan hal remeh-temeh dalam seharian kita, ditunda atau tidak dikerjakan atau tidak dianggap penting. 

Batu-batu kecil bisa menjadi gunung besar. 

Mungkin kalimat ini biasa saja, "emang begitu ?" Lalu mau diapakan ? Iya bener gunung itu baru terlihat kalau kita membuat terowongan ... ternyat gunung itu gabungan bongkahan kecil. Lalu kita melihat Candi Borobudur yang disusun dari "bata" atau batuan yang tersusun rapi. Bener nggak ? Terus apa buat kita ?

 Langkah-langkah kecil bisa menyusuri bermil-mil. 


Pernahkan kita hiking ? bukan hebatnya kita mencapai satu tujuan yang jarak 50 km dalam waktu yang cepat. Secepat-cepatnya kita berjalan atau berlari, semua itu dimulai dari satu langkah kecil atau satu gerakan lari yang dilanjutkan berikutnya. Langkah yang diulang-ulang itulah yang mengantarkan kita kepada tujuan. Tak pernah seseorang melangkah lebih dari beberapa langkah dalam satu waktu dan sampai di tujuan. Artinya ada proses dan waktu yang harus dilewati. Fokus kepada langkah itu menjadi penting daripada memikirkan tujuannya. 

Perbuatan kecil dengan penuh kasih membuat dunia tersenyum lebar. Kata-kata kecil bisa meredakan persoalan besar. 

Dalam menjalani langkah pertama itu menjadi baik saat kita menerima dengan bahasa positif agar mampu melangkah. Tak perlu juga kita memimpikan hal besar, tapi mungkin dengan bismillahirrahmanirahiim juga sudah mampu membangkitkan senyum di bibir kita dan semangat dalam melangkah. Kata atau kalimat di hati itu lebih menentramkan dan membuat kita melangkah. 


 Impian kecil bisa mengantar pada kejayaan. Kemenangan kecil bisa mengantar pada keberhasilan

Tujuan yang jauh itu karena dimulai dari langkah kecil. Mengapa kita tidak berpikir atau bermimpi bisa melangkah satu langkah saja, lalu melangkah lagi dan melangkah lagi. Semua itu menjadi ringan dan mudah untuk dikerjakan. Setiap langkah adalah kemenangan kecil yang mengantarkan kita kepada tujuan yang kita inginkan.

Hal-hal kecil dalam kehidupan bisa mendatangkan kebahagiaan yang besar

Terima kasih untuk hal-hal kecil dari yang bisa kita lakukan. Sudah melangkah itu kita sudah melewati kesabaran untuk mentaati (untuk dijalankan). Tidak saja, kita sabar untuk menjalani step by step, inilah yang penting menjadi sabar dalam setiap langkah dan mengikutinya. Semua itu juga bersabar pula terhadap waktu. 

Tidak ada cara instan atau buru-buru dalam melangkah kepada tujuan. Cara ini membuat diri dapat menikmati dan merasakan perjalanan itu, sedangkan ilmu dan tenaga menjadi sarana untuk melaksanakan langkah. ingatlah, Kesabaran itu menjadi keberkahan yang kita peroleh dari pemberian Allah. Untuk itu selalulah memohon pertolongan Allah.

Insya Allah kita selalu diberi kemampuan oleh Allah untuk melangkah demi langkah yang seharusnya kita lakukan. Diberi perlindungan dari godaan untuk buru-buru atau cara instan dan diberi kesabaran dalam menikmati langkah demi langkah itu. Yuk kita jadikan ini inspirasi dan motivasi dalam menghadapi pekerjaan kita sehari-hari. Memberdayakan diri agar bisa, bukan mencari alasan lain untuk menundanya atau tidak mengerjakannya sama sekali.

Sahabatmu

Munir Hasan Basri




Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...