Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Rabu, Maret 08, 2023

Keinginan itu bak virus

 Saat saya memiliki keinginan menjadi karyawan yang bener, maka saat melihat ada referensi tentang jadi karyawan yang bener, berjodoh keinginan saya dengan support referensi tersebut. Senanglah hati. Rasa sudah saatnya saya menerapkannya. Tapi ternyata belum juga saya terapkan, sembari itu saya buka-buka lagi medsos ... Ternyata banyak lagi yang bisa memberikan referensi untuk semakin baik menjadi karyawan yang bener. Kejadian ini tidak pernah berhenti dan saya menemukan banyak hal, tapi saya tidak menerapkan yang seharusnya saya lakukan. Begitulah virus keinginan itu menjadi liar dan membuat saya semakin diambang angan-angan kosong.


Atau keinginan kosong atau angan-angan kosong terjadi saat saya menerapkan yang hasilnya tidak mudah. Selalu ada keinginan baru yang membangkitkan semangat saya. Selalu ada keinginan baru dan tidak pernah berhenti. itulah keinginan kosong atau angan-angan kosong. Terbersit dalam hati, apa ini yang namanya rayuan setan yang memberi angan-angan kosong. Angan-angan tanpa dikerjain, pemimpi atau pengkhayal. Sudah banyak keinginan atau angan-angan yang ada di benak saya tentang kerja yang bener, belajar kerja setiap hari, kerja yang ikhlas, memberdayakan diri semakin kerja produktif. Saya tahu dan paham ... tapi saya menyempurnakannya dengan penerapannya. Kalau bicara saya bisa dan sangat ahli. Tapi apakah itu yang saya mau ? 

Hati-hati keinginan itu memang bagaikan virus yang terus berkembang dan membawa saya kedalam impian kosong. Yang namanya virus pasti penyakit, maka mesti saya hentikan penyebarannya. Tidak lain agar saya menjadi karyawan yang produktif. Hentikan pada satu keinginan dan teruskan dengan menerapkannya sampai tuntas, dan pastikan saya tidak tergoda dengan apapun yang menyebabkan virus keinginan itu berkembang lagi.

Jangan sampai terjadi saat memiliki keinginan kerja yang semangat, ada keinginan kedua untuk semangat yang luar biasa, dan diterusin dengan keinginan ketiga untuk dihargai dengan apa yang saya kerjakan dengan semangat yang luar biasa. Jika saya menerapkan keinginan yang terakhir, maka pasti tidak mudah. Bukankah keinginan yang pertama lebih mudah untuk diterapkan dan tuntaskan. barulah saya mengikuti keinginan yang kedua dan seterusnya. Semakin lama saya menerapkan keinginan yang pertama, mendorong saya semakin berada di keinginan berikutnya dan bisa jadi terus berkeinginan. Tidak ada penerapannya.

Kadangkala dalam keinginan itu muncul keberatan waktu ingin mengerjakannya. Misalkan keinginan yang bersemangat kerja, ada hambatan atau keberatan dalam pikiran ... Percuma semangat karena yang lain tidak semangat dan gajinya juga tetep. Keinginan itu semakin berat untuk diterapkan, keadaan ini mendorong saya membayangkan keinginan lain. Tetaplah fokus kepada keinginan yang pertama dan terapkan segera, sempurnakan dan tuntaskan.

Insya Allah kultum motivasi kali ini agar dapat memberdayakan diri kita menjadi semakin meningkat kemampuannya. Semua ini menjadikan kita untuk bersyukur atas rahmat dan karunia Allah. 

Selasa, Maret 07, 2023

Keinginan sejalan dengan kerja

 Apa yang saya cari ? Tentunya saya mengupayakannya atau apa yang sekarang saya kerjakan. Tetapi dalam kenyataannya apa yang saya cari belum tentu sesuai dengan apa yang saya kerjakan. Contoh Saya mencari uang dalam bekerja, bukankah kerja yang tinggi dapat diikuti dengan uang yang sesuai. Pertanyaannya adalah mengapa saya tidak mau kerja yang tinggi ? Mestinya saya bekerja dengan kinerja yang selalu meningkat setiap periode. Sadarkah saya bahwa banyak keinginan saya belum tercapai karena memang belum dikerjakan tuntas.

Apa yang salah dengan saya ? Saya ingin mendapatkan uang yang lebih banyak. Tapi mengapa saya merasa tidak ringan untuk bekerja lebih banyak ? Bisa jadi saya terhambat dari dalam diri saya sendiri, orang sih bilang mental blok. Mental blok itu berupa program bawah sadar yang sangat kuat dan menjadi penentu apa yang saya kerjakan. Perhatikan saat awal saya bekerja, saya begitu disiplin, saya pantang menyerah dengan kerja yang diberikan kepada saya, saya tidak begitu mempersoalkan uang yang saya dapat (saya berpikir saya kerja pastilah dihargai yang sesuai), saya berani memberikan waktu lebih untuk pekerjaan saya demi tuntasnya pekerjaan saya, saya berusaha untuk dipercaya dalam kerja, dan sebagainya. Rasanya tidak ada yang salah dengan apa yang saya kerjakan, kerja yang banyak dan berkualitas menjadi nilai kepercayaan perusahaan dan yang menentukan nilai diri saya (uang yang dapat saya peroleh). Sebenarnya mental blok itu sudah ada, tapi kekuatan dari diri saya mengalahkannya.


Seiring perjalanan waktu, saya yang bekerja lebih dari 1 tahun mengalami penurunan kekuatan yang saya miliki dan saya dikuasai lagi dengan mental blok saya. Saya mulai malas bekerja dan sudah berubah persepsi saya. Dulu saya bekerja untuk cari uang, sekarang mau kerja diukur dengan apa yang saya dapat. Keadaan ini menguatkan mental blok yang tadinya dikalahkan menjadi muncul dan kuat. Misalkan dulu menyenangi pekerjaan, sekarang sudah mulai bosen dan dianggap beban. Hal inilah yang menyebabkan saya menjadi tidak ingin mencapai apa yang saya inginkan dengan apa yang saya kerjakan. Tanpa sadar saya mengerjakan banyak hal rutin daripada mengerjakan yang seharusnya saya kerjakan untuk mencapai apa yang saya inginkan. pekerjaan saya itu lebih banyak diajukan untuk dikerjakan dengan persyaratan tertenu. Saya bisa mengerjakan itu asal dibayar yang sesuai, saya bisa menjadi lebih baik asal lingkungannya kondusif.

Keadaan di atas terus terjadi dari hari ke hari sampai hari ini. Saya sudah meninggalkan semangat kerja di awal kerja yang tinggi. Dulu saya bisa mengerjakan segalanya dan mengalahkan diri saya yang menghambat. Bagaimana saya bisa mengerjakannya lagi ? Saya mestinya bisa, saya mesti fokus kepada apa yang saya inginkan dengan mengerjakannya yang proporsional. Fokus bisa mengalihkan pikiran yang menghabiskan waktu dan energi saya dengan mental blok yang terus menganggu saya.

Saya mesti fokus kepada disiplin kerja, saya mesti bangun pagi dan hadir lebih awal, saya mesti bekerja lebih awal dengan pikiran yang masih fresh, saya mesti bertanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan dengan tuntas dan bila perlu lembur, saya mesti disiplin karena saya mau dipercaya, dan lainnya. Bukankah semua itu mengantarkan saya kepada uang saya dapat ?

Saya mesti fokus dengan semangat dan keadaan yang membuat saya senang. Saya fokus untuk tidak menjadikan pekerjaan itu beban, tapi pekerjaan itu adalah aktivitas yang menyenagkan, jika saya tidak menyenanginya, hal itu menunjukkan saya tidak mampu mengendalikan diri saya. Saya mesti mengubah sikap dan perilaku saya atau saya belajr lagi agar mampu mengarahkan diri saya sesuai apa yang saya inginkan.

Fokus dan fokus ... semakin tajam dan semakin detail serta tuntas. Tidak ada yang tidak sejalan dengan keinginan saya. Kerja saya adalah media untuk meraih keinginan saya. 

1. Saya ingin sukses, maka saya mesti membangun kerja saya menjadi bernilai di mata banyak orang lain. Saya mesti meningkatkan nilai kerja saya.

2. Saya ingin kaya, maka saya mesti banyak mengerjakan hal agar semakin meningkat kepercayaan kepada saya. Semakin tinggi pekerjaan yang saya kerjakan dapat memberi kepercayaan yang tinggi. Saya mesti bertanggung jawab dan tuntas atas kerja, dan selalu senang dengan bertambahnya kerja (amanah).

3. Saya ingin bahagia, maka saya mesti banyak memberi tenaga, pikiran, dan perhatian untuk selalu meningkatkan pekerjaan saya. Ada kepuasan dan ada kebahagiaan saat saya mampu mengerjakan apa yang saya kerjakan, baik itu perintah atau saya kerjakan dengan keinginan sendiri. Saya mesti menjadikan kerja itu sebagai wadah saya untuk memberdayakan diri dan memberi manfaat bagi orang lain.

4. Saya ingin ahli ibadah (hamba yang soleh), maka saya mesti melihat kerja itu sebagai amanah Allah yang dipercaya kepada saya. Saya mesti bersyukur dan menjadikan kerja sebagai ibadah. Tidak hanya pahala yang saya dapatkan, tapi Allah memberi tambahan kenikmatan.

Kita mesti mulai mengevaluasi diri yang sampai hari ini menganggap kerja itu memang lahan mencari uang, tapi kerja adalah sarana kita untuk mencapai keinginan kita. Ada orang yang sukses karirnya dengan kerja yang ditekuninya, ada orang yang ahli (pakar) dengan kerja yang konsisten, ada orang murah senyum (bahagia) dengan kerja yang dijadikan sebagai media untuk beribadah, ada orang kaya dengan kerja dioptimalkan terus-menerus, dan lihatlah kita ... sudahkah kita menjadikan kerja dengan imajinasi apa yang kita inginkan.

Insya Allah kultum motivasi saya ini dapat menyadarkan kita untuk selalu memberdayakan diri menjadi semakin baik hari ini. Ingatlah orang yang sukses itu adalah orang yang mampu mengalahkan dirinya sendiri, dan kalaupun saat ini tidak memang, sadarkan diri untuk bangkit dan fokus meraih apa yang kita inginkan.

 

Senin, Maret 06, 2023

Berbuat baik itu tidak mudah ... tersenyum dong

 Sebagai manusia biasa, saya masih tidak mudah untuk berbuat baik. Memang berbuat baik itu perintah Allah dan sebagai rasa syukur saya kepada Allah. Sebagai perintah mesti wajib dijalankan, berbuat baik apa saja. Misalkan tersenyum saja, disebutkan tersenyum itu baik buat kesehatan dan jadi amal. Fakta tidak banyak orang bisa senyum ikhlas. Kalau senyum nggak ikhlas banyak terjadi atau tersenyum karena aturan untuk mendapatkan hasil. Ini menunjukkan fakta berbuat itu tidak mudah.

Tersenyum saja sebagai perbuatan baik itu selalu banyak hambatan. Hambatan itu adalah upaya musuh manusia agar tidak berbuat baik. Ada sih yang bisa melewati hal ini dengan berbuat baik ... hanya sesekali dan beberapa waktu saja. Sejak awal ingin tersenyum saja sudah ada dalam pikiran saya yang menghambat, "kalau tersenyum entar orang komentar, tumben senyum", "senyum saya dibilang ada maksud tertentu", "saya tersenyum kepada orang lain, tapi mereka tidak membalas senyum saya" dan banyak lagi dalam pikiran saya mau menghambat saya tersenyum. Terakhir saya berucap dalam hati,"buat apa tersenyum, yang penting saya baik". Tidak mudah tersenyum.

Lalu ? sekalipun saya bisa tersenyum. Hari selanjutnya, saya mesti tersenyum lagi. Apa yang terjadi ? Pengalaman saya sebelumnya, semakin menguatkan saya tidak mudah tersenyum. Pikiran saya berkembang lagi, "Saya senyum ke pasangan/atasan/bawahan/temen, tapi mereka hanya biasa saja. Lalu buat apa saya senyum". Pikiran dari hasil pengalaman ini mendorong saya tidak ingin tersenyum lagi. Alhasil, saya senyum beberapa hari saja dan selanjutnya senyum seperlunya.

Semua orang tahu senyum itu baik, tapi itu hanya sebatas pikiran saja. Atau senyum itu masih saya lakukan secara emosional karena ingin direspon baik (dicintai/dikasihi). Bagaimana saya bisa tersenyum "ikhlas". 

1. Perintah senyum itu ibadah, dapat saya pahami sebagai rasa syukur atas kebaikan Allah yang telah memberikan saya bibir, mulut dan sebagainya. Saya senyum bukan karena siapa-siapa, saya tersenyum kepada Allah. Apakah tidak malu kepada Allah yang melihat saya 24 jam dengan sedikit senyum ? Saya sering berdoa meminta sesuatu tapi kok nggak senyum kepada Allah ?

2. Jadilah masuk kedalam manusia yang bersyukur, dan hanya sedikit yang bersyukur itu. Allah mencintai orang yang bersyukur.

3. Pemahaman di atas sudah cukup dan teruslah difokuskan agar hambatan dalam pikiran bisa melemah. Sekalipun ada upaya menghambat, 

4. Just do it Now, saat tersenyum dan fokuslah kepada senyumnya. Inilah proses yang hanya butuh tindakan (senyum), bukan lagi untuk berpikir. Apa pun respon orang kepada saya , saya tidak perlu menanggapinya. Tetaplah tersenyum terus

5. teruskan tersenyum sampai Allah mencintai saya, yaitu senyum telah menjadi mudah dan memberi banyak kebaikan pada diri saya.

Insya Allah kultum motivasi ini membangkitkan saya untuk terus tersenyum kepada siapa saja, dan dalam keadaan apapun, dimanapun saya berada. Memberdayakan diri saya untuk menguatkan keyakinan kepada Allah, agar senyum itu membuat saya terbiasa senyum untukMu.


Minggu, Maret 05, 2023

Berbuat baik

Berbuat baik bukan sekedar amalan dalam agama saja, tapi semua aktivitas atau kerja yang baik yang sesuai ketentuan Allah. Ada orang yang menyingkirkan duri di jalan pun sebuah kebaikan, kebaikan yang saya lakukan dengan ikhlas menjadi dicintai Allah. Masak ada yang tidak mau dicintai Allah.

Beraktivitas, kerja, atau beramal yang baik itu mesti ikhlas. Tidak perlu melihat keadaan dan status orang yang saya hadapi. Jangan pernah berharap dari orang yang saya berikan kebaikan, karena pasti kecewa. Karena ingin dihargai, ingin dibalas, ingin jadi hutang budi, ingin tidak dizalimin ... Semua berakhir kepada kekecewaan. Just do it aja karena Allah telah berbuat baik kepada saya.

Kerja yang baik di kantor bukan karena ingin dihargai, bukan karena ingin mendapatkan insentif yang tinggi, bukan karena ingin dipercaya atasan, dan sebagainya. Semua itu kadang memberi kesenangan dan cenderung kecewa. Jika kerja saya ikhlas di kantor, maka Allah lah yang membalasnya. Allah mencintai orang yang berbuat baik.

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri saya menjadi semakin baik.

Sabtu, Maret 04, 2023

Berkomunikasi itu menarik dan bikin penasaran

 Belajar kok bisa penasaran ? Banyak orang rada "malas" untuk belajar, tapi ada orang yang belajar itu bikin menarik dan penasaran untuk tahu lebih banyak. Berawal dari kebutuhan untuk tahu sesuatu agar persoalan yang dihadapi menjadi selesai, belajar dapat memacu keadaan kita menjadi lebih nyaman. Belajar berkomunikasi dibutuhkan agar kita selalu sering salah komunikasi. Mau ngomong A, tapi diterima orang menjadi A-. Akhirnya komunikasi tidak berjalan sempurna. Perlukah kita belajar komunikasi ? Siapapun kita sangat perlu belajar komunikasi dengan benar agar orang lain bisa memahaminya dengan benar. 

Ada kepuasan jika kita bisa menyampaikan pesan dengan pas kepada orang lain. Keadaan seperti inilah yang bikin kita penasaran untuk belajar komunikasi. Menarik dan memberikan kebaikan yang banyak. Atau semakin penasaran bagi kita, mengapa seseorang tidak mengerti apa yang kita maksud ? Jika kita tidak belajar komunikasi, maka kita menjadi orang yang tidak dipercaya atau tidak mampu berkomunikasi dengan benar. Saat kita tidak memahami apa yang disampaikan orang, maka apa yang ingin kita lakukan menjadi tidak jelas. Akhirnya terjadi kesalahpahaman.

Setiap orang memiliki karakter dan pengalaman yang berbeda, maka komunikasi menjadi tidak membosankan untuk dipelajari. Semakin mampu memahami banyak orang membuat kita semakin disukai banyak orang. Salah satu tip untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain adalah jadilah pendengar yang baik. Mendengar dengan sengaja (bukan sekedar mendengar saja), ingin tahu lebih detail apa yang disampaikan. Menjadi pendengar yang baik itu mendorong kita untuk bertanya, bertanya tentang banyak hal yang disampaikan agar kita memahami pesan yang sesungguhnya.

Banyak kegagalan berkomunikasi itu disebabkan langkah awal yang tidak mau menjadi pendengar yang baik dan tidak mau bertanya. Seolah kita sudah paham. Kalimat yang sama belum tentu sama maknanya pada situasi yang berbeda. 

Bukan sekedar berkomunikasi, tapi pesan komunikasi itu dapat menaikkan level kita menjadi orang yang bisa berempati. Orang yang disenangi banyak orang. Menjadi pendengar yang baik pun sudah disenangi orang. Yuk belajar menjadi pendengar yang baik dan dorong diri kita untuk bertanya agar komunikasipun menjadi menarik (dua arah).

Insya Allah kultum motivasi ini dapat memberdayakan diri kita untuk menjadi komunikator yang baik. Masak sih kita menjadi orang yang "diasingkan" karena tak pandai berkomunikasi ? 

Jumat, Maret 03, 2023

Belajar dari guru yang tepat

 Dalam dunia kerja, saya sering membutuhkan ilmu dan pengetahuan agar pekerjaan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan mudah dan ringan. Saat menghadapi atasan yang memberi tugas tanpa  membimbing tapi maunya,"pokoknya beres". Saya sebagai bawahan mau bertanya "takut" dan ada perasaan,"masak begitu aja nggak bisa".  Maka mau tidak mau saya menggali kemampuan saya untuk mengerjakannya. Disinilah saya menjadi karyawan yang belajar karena harus menyelesaikan tugas. Bagaimana cara saya belajar ?

Belajar bisa dari mencari referensi ilmu dari buku dan lainnya. Secara saya pelajari dengan otodidak. Mau bertanya dengan temen kerja, jawabannya sederhana,"maaf saya tidak ada waktu dan sibuk". Atau mungkin juga temen kerja saya belum cukup ilmu juga untuk mengajari saya dan ada kekhawatiran takut disamai ilmunya. Alhasil saya tetap harus mencari ilmunya.

Didalam belajar ilmu tersebut, kadang kala saya menemukannya. Tapi saya butuh waktu lama untuk memahaminya, bisa jadi saya yang tidak mudah memahaminya atau penyampaian ilmu yang tidak mudah dipahami. Jika pemahaman saya yang tidak mudah, maka mengerjakann tugas tersebut menjadi lama, "bisa tapi lama". Sampai disini bisa jadi saya selesaikan tugas atasan. Tapi ada rasa penasaran yang tumbuh agar ilmu tadi mudah dipahami ... disinilah saya membutuhkan kesabaran untuk menemukan guru (referensi) yang membuat saya mudah memahaminya dan bisa menerapkannya. Dengan demikian saya tidak boleh berhenti belajar untuk menemukan guru (referensi) yang memudahkan saya memahami banyak ilmu.

Saya membayangkan begitu banyak ilmu (referensi) yang disampaikan seseorang dan belum tentu cocok (mudah dipahami) oleh pencari ilmu. Ada kecocokan gaya (pengalaman dan cara memahami) dari seorang guru yang menyampaikan kepada muridnya. Ada kala guru A cocok dengan murid C, dan bisa juga guru A tidak cocok dengan murid D. Atau saat saya tidak mudah mengerjakan tugas, maka saya menggali ilmu yang sudah dimiliki untuk didetailkan dan dikembangkan agar mendapatkan kemudahan. Pemahaman ilmu seperti dapat menjadi cara memahami yang baik karena saya dapat memahami kesulitannya dan tahu caranya. Jika ini dikembangkan terus bisa membuat saya menjadi "guru" buat mereka yang memiliki keadaan yang sama.

Sekalipun seseorang itu pintar, tapi belum tentu dapat mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Bisa tapi menjadi agak susah dipahami. Oleh karena itu jangan menganggap bahwa seseorang yang kurang pintar tidak dapat menjadi guru yang baik. Jangan pernah berhenti mengajarkan dan mengembangkan diri dari ilmu yang dimiliki menjadi lebih baik agar kemampuan menjadi semakin mudah untuk dipahami banyak orang. Belajar lalu mengajarkan, belajar lagi dan mengajarkan lagi dan seterusnya.

Berterima kasihlah kepada atasan seperti di atas, dengan itu saya bisa meningkatkan kemampuan saya. Disinilah sikap positif yang mesti saya lakukan agar melihat yang tidak saya suka menjadi kebaikan. "Saya bisa mengerjakan tugas atasan, berarti saya dipercaya". kepercayaan itu mahal dan butuh waktu dan tenaga untuk mendapatkannya. Apalagi rasa berterima kasih ini saya sadari sebagai bentuk iman (percaya dan yakin) kepada Allah, yang telah memberi potensi pikiran, hati, perasaan dan tubuh yang sehat. Hanya karena rahmat dan karuniaNya lah saya dapat melakukan hal di atas. Dan sudah seharusnya saya memuji Allah atas semua itu, Segala Puji hanya bagiMu ya Allah atas kekuasaan dan kekuatanMu. Pujian ini menjadi sangat berarti saat saya menerukannya dengan kerja yang semakin meningkat kemampuan saya, dan upaya untuk terus belajar. Engkau beri izinMu oleh ilmu yang saya dapat dalam meraih rezekiMu. Tiada Tuhan Selain Allah dan Engkau Maha Besar.

Insya Allah kultum motivasi ini selalu memberdayakan diri tanpa perlu orang lain, berprasangka baik kepada Allah. Allah yang mengizinkan "tugas" dan Engkau juga yang memiliki cara menjalankan tugas itu.

Kamis, Maret 02, 2023

Hadirkan diri untuk terlibat dalam setiap perbuatan

 Apa yang terjadi saat kita berbagi atau sedekah ? Kita berusaha untuk ikhlas tanpa berharap balasan dari penerima, bukankah ini menjadi upaya menyempurnakan ikhlas dalam berbagi. Tapi mungkin ada yang mengalami seperti ini, senang dipuji saat berbagi, berbagi itu bisa jadi untuk menghindari penerima dari komunikasi saat itu. Atau ada juga merespon tidak baik atas reaksi penerima. Inilah keadaan dimana kita berbagi dan hadirnya emosional kita. Dimana kehadiran logika, bahasa tubuh dan hati ?

Kehadiran logika, bahasa tubuh dan hati hanya hadir sebentar saja. Apa yang terjadi setelah kehadiran tersebut ?

1. Diawal hati, bahasa tubuh dan logika hadir saat memulai berbagi, setelah itu ketiganya tidak dominan dan perasaan (emosional) mengambil alih dalam perbuatan tersebut.

2. Perasaan (emosional) kita selalu ingin tahu tentang bagaimana proses itu berlangsung (merasakan) dan bagaimana respon atas apa yang kita lakukan.

a. Saat kita berbagi, emosional merasakan susahnya proses berbagi sehingga sering memunculkan keraguan. 

b. Saat berbagi, emosional "melihat" reaksi orang terhadap kita. Kok kurang respect ? dibagi kok biasa saja, atau kok hanya sekedar mengucapkan terima kasih yang datar. Bahkan ada yang menolak halus pemberian kita dan bisa juga mereka malah meminta yang lain. Dan banyak lagi. Secara emosional kita hadir dalam proses berbagi itu, tapi disisi lain hati, logika dan bahasa tubuh tidak hadir dengan positif.

c. Setelah berbagi logika yang cenderung negatif menguatkan dominasi emosional saat berbagi. Logika kita bilang,"kalau begini ya cukup sampai disini aja, tidak ingin berbagi lagi". 

d. Akumulasi dominasi emosional yang cenderung negatif dan tidak terbimbing oleh hati membuat kita "berpikir" menjadi tidak sungguh-sungguh dan tidak ingin menginginkan proses berbagi sempurna.

Sebaiknya kehadiran kita (diri yang meliputi hati dan logika) dapat membimbing emosional dan bahasa tubuh yang positif. Misalkan saat berbagi hati selalu ingat Allah (ihsan) dengan terus membayangkan Allah Maha Melihat kita sehingga kita tidak ingin berbagi itu hanya sekedar formalitas saja, tapi mengundang hati yang bersilaturahmi, berempati, dan lainnya. Maka logika kita terus menggali kemampuan kita untuk hadir dalam berbagi dengan mudah dan ringan. Keadaan ini mengantarkan kita dengan perasaan senang.

Hati-hati dengan perasaan yang merasa mau cepat selesai, yang penting saya sudah lakukan, memikirkan pekerjaan lain, dan sebagainya, karena semua itu mengalihkan fokus untuk hadirnya hati, logika dan bahasa tubuh yang positif.

Dalam shalat juga menjadi tidak berkualitas, karena kita ingin cepat selesai shalatnya, yang penting saya sudah shalat dan merasa tidak penting dengan kualitasnya. Hanya dengan menghadirkan hati saja, shalat itu menjadi bermakna. Misalkan bagaimana hati memahami bacaan shalat sebagai doa kita kepada Allah. Maka perasaan (emosional) kita sangat senang membayangkan doa itu dikabulkan Allah. 

Kerja kita ? Kalau sudah dekat waktu pulang kantor, kita sudah terbius untuk bersiap pulang. Sebaliknya di saat kita memulai pekerjaan membuat kita merasa berat dan susah. Bayangkan jika hati hadir dalam kerja tersebut, memulai kerja itu bagian penting dari rasa syukur kepada Allah sehingga kita bersegera bekerja dan memberikan yang terbaik. Yuk berlatih menghadirkan diri (hati) dalam setiap perbuatan kita.

Dmikian kultum motivasi kali ini untuk selalu memberdayakan diri menjadi semakin menikmati kehidupan dengan mudah dan ringan. Sekalipun yang kita hadapi itu besar dan banyak masalah, maka sikap dan perbuatan tetap dengan selalu menghadirkan hati yang besar sehingga apa pun yang diperbuat menjadi mudah dan ringan


Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...