Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Belajar dari guru yang tepat

 Dalam dunia kerja, saya sering membutuhkan ilmu dan pengetahuan agar pekerjaan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan mudah dan ringan. Saat menghadapi atasan yang memberi tugas tanpa  membimbing tapi maunya,"pokoknya beres". Saya sebagai bawahan mau bertanya "takut" dan ada perasaan,"masak begitu aja nggak bisa".  Maka mau tidak mau saya menggali kemampuan saya untuk mengerjakannya. Disinilah saya menjadi karyawan yang belajar karena harus menyelesaikan tugas. Bagaimana cara saya belajar ?

Belajar bisa dari mencari referensi ilmu dari buku dan lainnya. Secara saya pelajari dengan otodidak. Mau bertanya dengan temen kerja, jawabannya sederhana,"maaf saya tidak ada waktu dan sibuk". Atau mungkin juga temen kerja saya belum cukup ilmu juga untuk mengajari saya dan ada kekhawatiran takut disamai ilmunya. Alhasil saya tetap harus mencari ilmunya.

Didalam belajar ilmu tersebut, kadang kala saya menemukannya. Tapi saya butuh waktu lama untuk memahaminya, bisa jadi saya yang tidak mudah memahaminya atau penyampaian ilmu yang tidak mudah dipahami. Jika pemahaman saya yang tidak mudah, maka mengerjakann tugas tersebut menjadi lama, "bisa tapi lama". Sampai disini bisa jadi saya selesaikan tugas atasan. Tapi ada rasa penasaran yang tumbuh agar ilmu tadi mudah dipahami ... disinilah saya membutuhkan kesabaran untuk menemukan guru (referensi) yang membuat saya mudah memahaminya dan bisa menerapkannya. Dengan demikian saya tidak boleh berhenti belajar untuk menemukan guru (referensi) yang memudahkan saya memahami banyak ilmu.

Saya membayangkan begitu banyak ilmu (referensi) yang disampaikan seseorang dan belum tentu cocok (mudah dipahami) oleh pencari ilmu. Ada kecocokan gaya (pengalaman dan cara memahami) dari seorang guru yang menyampaikan kepada muridnya. Ada kala guru A cocok dengan murid C, dan bisa juga guru A tidak cocok dengan murid D. Atau saat saya tidak mudah mengerjakan tugas, maka saya menggali ilmu yang sudah dimiliki untuk didetailkan dan dikembangkan agar mendapatkan kemudahan. Pemahaman ilmu seperti dapat menjadi cara memahami yang baik karena saya dapat memahami kesulitannya dan tahu caranya. Jika ini dikembangkan terus bisa membuat saya menjadi "guru" buat mereka yang memiliki keadaan yang sama.

Sekalipun seseorang itu pintar, tapi belum tentu dapat mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Bisa tapi menjadi agak susah dipahami. Oleh karena itu jangan menganggap bahwa seseorang yang kurang pintar tidak dapat menjadi guru yang baik. Jangan pernah berhenti mengajarkan dan mengembangkan diri dari ilmu yang dimiliki menjadi lebih baik agar kemampuan menjadi semakin mudah untuk dipahami banyak orang. Belajar lalu mengajarkan, belajar lagi dan mengajarkan lagi dan seterusnya.

Berterima kasihlah kepada atasan seperti di atas, dengan itu saya bisa meningkatkan kemampuan saya. Disinilah sikap positif yang mesti saya lakukan agar melihat yang tidak saya suka menjadi kebaikan. "Saya bisa mengerjakan tugas atasan, berarti saya dipercaya". kepercayaan itu mahal dan butuh waktu dan tenaga untuk mendapatkannya. Apalagi rasa berterima kasih ini saya sadari sebagai bentuk iman (percaya dan yakin) kepada Allah, yang telah memberi potensi pikiran, hati, perasaan dan tubuh yang sehat. Hanya karena rahmat dan karuniaNya lah saya dapat melakukan hal di atas. Dan sudah seharusnya saya memuji Allah atas semua itu, Segala Puji hanya bagiMu ya Allah atas kekuasaan dan kekuatanMu. Pujian ini menjadi sangat berarti saat saya menerukannya dengan kerja yang semakin meningkat kemampuan saya, dan upaya untuk terus belajar. Engkau beri izinMu oleh ilmu yang saya dapat dalam meraih rezekiMu. Tiada Tuhan Selain Allah dan Engkau Maha Besar.

Insya Allah kultum motivasi ini selalu memberdayakan diri tanpa perlu orang lain, berprasangka baik kepada Allah. Allah yang mengizinkan "tugas" dan Engkau juga yang memiliki cara menjalankan tugas itu.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Apa iya karyawan itu mesti nurut ?

  Judul ini saya ambil dari pengalaman memimpin sebuah team. Ada karyawan yang nurut dan ada yang "memberontak". Apakah keduanya a...