Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Senin, November 14, 2022

Solusi hati untuk masalahmu

Kok bisa sih, solusi hati untuk masalahmu ? Hanya beberapa orang yang sepaham, atau mereka belum menggunakan hati (agama) dalam melihat masalah. Yang jadi masalah adalah kita masih berpikir di level emosi atau logika sehingga masalah masih dapat diatasi dengan pikiran yang lebih luas dan pengendalian emosi. Perhatikan ada yang sangat pintar dan membayar orang cerdas untuk menyelesaikan masalahnya, ada yang sukses dan ada yang tidak sukses juga. Bisa jadi yang sukses bisa menyelesaikan masalahnya secara logika (mengatur orang dengan aturan yang ketat dan SOP yang ketat pula), tapi tidak menyelesaikan masalah yang tersirat pada orangnya (produktivitas yang sebenarnya).

Contoh, aturan disiplin untuk datang lebih awal. Bisa dibuatkan aturan reward dan penalty, tak hanya itu, juga dilakukan kontrol ketat, atau dibuatkan CCTV. Kemungkinan semua orang dipaksa mengikutinya dan bisa disiplin. Disiplinnya dapat diciptakan dengan ilmu logika dan teknologi. Disiplinnya sukses. Dibalik kesuksesan itu ada yang tersirat yang tidak disentuh dalam disiplin. Apa itu ? Secara fisik disiplinnya didapat. Semangat disiplin bukan sekedar kehadiran datang lebih awal, tapi apa yang mau diperoleh dengan disiplin itu. Misalkan datang lebih awal untuk apa ? Buat apa kalau datang lebih awal, tapi mulai kerjanya juga sama. Ada yang datang dengan terpaksa dan tidak terpaksa, semuanya sama. Terus apa yang membedakannya ? Disinilah menjadi nilai seseorang itu berdisiplin "terpaksa" atau bersyukur. Bayangkan semua orang memiliki kepentingan masing-masing sesuai logikanya, maka disiplin bisa diciptakan tapi produktivitas tidak ada. Dan sebaliknya jika "semua orang" bisa disiplin dengan pemahaman hati (agama), maka produktivitas itu bisa tinggi.


Masalah emosi bisa diselesaikan dengan solusi emosi, tapi belum tentu juga selesai masalahnya

Masalah logika bisa diselesaikan dengan solusi logika, tapi belum tentu juga selesai masalahnya

Masalah hati bisa diselesaikan dengan solusi hati, sekaligus bisa menyelesaikan masalah logika dan emosi. Hati memahami lebih dalam apa yang kita pikirkan dan kita rasakan.

Perhatikan :

1. Masalah muncul karena ketidakmampuan orang untuk menyelesaikan apa yang dihadapinya.

2. Ketidakmampuan berarti ilmu yang belum dipahami

3. Ilmu yang dbelum dipahami cenderung kepada tindakan buruk

4. Tindakan yang buruk terjadi karena kita dikuasai oleh selain Allah (syetan)

5. Penguasaan diri oleh syetan menunjukkan tidak adanya Allah di dalam hati.

6. Masalah dapat dikatakan tidak adanya pengajaran dari Allah di hati kita.

Darimana masalah disiplin itu karena tidak ada pengajaran dari Allah ? 

  1. Bisa jadi berawal dari semua orang merasa sudah disiplin, tapi tidak mendapatkan hasil yang lebih baik. Bukankah sikap ini menunjukkan ketidakikhlasan (bekerja minta dibalas dengan materi/keduniaan). Pengajaran yang bukan dari Allah. 
  2. Bagi sebagaian orang disiplin nggak begitu penting, mereka hanya berpatokan sesuai kerja yang diharapkan. Pengajaran dari Allah tetap mengedepankan disiplin waktu seperti shalat dan ibadah lainnya.
  3. Atau beberapa orang yang memiliki kepentingan sendiri sehingga disiplin hanya terjadi secara fisik (kehadiran).

Bayangkan solusinya dengan hati, salah satunya adalah mengajak semua orang untuk menikmati kehadiran lebih awal di tempat kerja untuk bersyukur kepada Allah tanpa perlu berdesakan atau kemacetan, mempersiapkan kerja dengan baik di waktu yang baik, ingin mempersembahkan kinerja terbaik dihadapan Allah dengan disiplin kerja.  Tanpa perlu memerintahkan orang untuk disiplin, mereka yang hatinya terbuka dapat berdisiplin dengan produktivitas nyata. 

Mengapa perusahaan tidak membiasakan kerja dengan hati bagi semua karyawannya ?  Jika ada pekerjaan, maka mesti ada wawasan bahwa pekerjaan itu bisa dikerjakan dengan hati, logika yang luas dan emosi yang dikendalikan. Paling tidak hari ini, saya melatih hal tersebut dan Anda. 

Katanya mau belajar

Katanya mau belajar, kok belum mulai ? Emangnya kamu tahu kapan saya belajar ? Terus bagaimana perubahannya ? Ya belum lah, namanya baru belajar. Belajar terkadang diterjemahkan dengan sekolah, atau mengikuti seminar dan sejenisnya. Atau memang mau bener-bener belajar lewat video atau menonton. Sebenarnya pada situasi apapun kita bisa belajar, dan bisa juga dari perbuatan kita sendiri. Yang penting ada yang berubah dari diri kita. Sudah berubah dengan hasilnya ?
Sekali lagi kita butuh belajar saat mengalami kesulitan atau tidak mampu mengerjakannya. Terkadang kita masih ngotot terus mengerjakannya, tapi hasilnya sama. Belajar dong ? Tanya temen atau orang yang paham sekarang. Tak perlu menjadi pintar, tapi bisa menyelesaikan kesulitan kita sudah bagus. Belajar dan praktekkan.
Seiring dunia yang semakin cepat berubah, tak cukup belajar jika ada kesulitan, tapi belajarlah terus-menerus untuk siap menghadapi dunia yang berubah. Kita siap berada didalam perubahan itu. Untuk itu sisihkan waktu agar bisa belajar. Kesempurnaan belajar seperti ini mesti dilakukan dengan praktek sehingga pelajaran yang kita pahami semakin sempurna.
Jangan dibatasi oleh pikiran kita sendiri untuk belajar. Saya kan bukan jurusan teknik, maka saya tak bisa belajar. Dan sebaliknya saya kan guru, masak belajar psikologi. Yang terpenting adalah belajar itu mengubah pola pikir yang semakin baik dan mendorong untuk mempraktekkannya. Apakah saya seorang yang tamatan SMA, bisa belajar berdagang ? bisa service AC ? Bisa memasak ? Bisa apa saja yang kita inginkan ? Andalah yang bisa menjawabnya dan pikiran Anda tidak terbatas. Belajar dan mempraktekkan terus-menerus

Minggu, November 13, 2022

Ngomong sendiri

Ngomong sendiri ? Tanpa disadari saya suka ngomong dengan diri sendiri, dikenal dengan self talk. Terus ada masalah apa dengan ngomong sendiri ? Kita ini sering dan sangat sering ngomong sendiri saat sendiri atau sesaat mau ngomong sama orang lain. Ternyata, ngomong sendiri itu berbahaya. Kok bisa ? Ngomong sendiri itu sering berulang dan menjadi kebiasaan, yang dominan tentang hal negatif. Disinilah berbahayanya, self talk negatif menjadi memori. 

Apa sih kita bicarakan dalam self talk ? Apa saja yang terlintas dalam pikiran saat itu, misalkan saat kita naik kendaraan umum. Muncul pikiran, "Kok angkotnya lama ya ?" ... pas angkot datang, ada lagi pikirannya,"Yaah, Angkotnya penuh" dan "nunggu lagi makin lama". Kita mikir atau bertanya dan dijawab sendiri. Ngomong sendiri ini cenderung tidak memberikan kebaikan bagi kita.


Ngomong sendiri itu terus terjadi sepanjang hari. Mau lagi diam atau sesaat lagi ngobrol. Apa yang bisa kita perbuat ? Lebih baik membaca buku ? Berat banget, atau menulis ? Semakin berat aja. Dengerin ceramah aja ? boleh juga. Sesuai dengan hobby kita aja. Yang terpenting kalau masih mau ngomong sendiri sebaiknya dikontrol untuk hal baik saja.


Masalahmu adalah emosimu

Masalahmu adalah emosimu, apa iya ? Perhatikan saat kita sedang bermasalah, dominan emosi kita. Masalah kerja yang tak beres, yang dirasakan adalah "marah", "kok saya nggak bisa menyelesaikannya", "kecewa dengan orang lain yang tidak support", "merasa kerja sendiri", "wajarlah saya nggak bisa, ilmunya belum ditraining". Hanya sedikit kita bisa berpikir,"kok saya tidak bisa memperbaiki kerja saya". Emosimu adalah masalahmu, dan masalahmu adalah emosimu.

Mengapa emosi menjadi masalah kita ? Pada dasarnya ada 3 pola berpikir, yaitu yang pertama adalah pikiran. Jika ada masalah pada pikiran, maka pikiran mencari solusinya. Kedua, emosi atau nafsu. Jika ada masalah pada pikiran, permasalahannya selesai dengan kerja lagi. Tapi jika diambil alih sama emosi maka muncul ketidaknyaman. ketidaknyaman itu ditindaklanjuti dengan marah, kecewa, sedih, bete dan lainnya. Semua itu tidak menyelesaikan masalah. Misalkan Anda kurang uang, solusinya sederhana kerjanya lagi. Tapi jika emosi yang menganggapinya, maka yang ada adalah "emosi", "susah banget cari uang", "orang kok nggak mau bantu ya" dan sebagainya. Ketiga berpikir dengan hati, tidak melihat lagi bahwa kita bukan kurang uang, tapi ada yang salah dengan diriku kepada Allah. Maka solusinya semakin dekat dan kerja yang diridhai Allah. Masalah nggak jika berpikir/memahami dengan hati ? Insay Allah nggak masalah, karena masalahnya ada dalam diri kita sendiri.


Perhatikan formula berikut ini :

Kemampuan - kerja = Hasil

Kemampuan adalah akumulasi kemampuan dari pikiran, emosi dan hati sesaat. Sebenarnya kemampuan kita mesti mengikuti apa yang kita hadapi (kerja). Tetapi kerja bisa memiliki target lebih tinggi dari kemampuan kita, maka terjadilah masalah. 

Kemampuan (10) - Kerja (12) = Masalah (-2)

Sikap kita terhadap hasil yang berupa kekurangan (-2) dapat dilakukan oleh pikiran, emosi atau hati. Seperti contoh diatas, dijelaskan bahwa kerja tersebut bermasalah jika didominasi oleh emosi. Tidak masalah jika dipikir atau dipahami dengan hati, yang ada adalah kerja yang lebih baik lagi.


Kemampuan mau tidak mau mesti ditingkatkan untuk bisa melewati kerja sehingga hasil menjadi positif. Dorongan dari hati sangat memaksimalkan kerja yang bener.

Kemampuan (14) - Kerja (12) = Senang/Bahagia/Puas (+2)

Kemampuan yang tinggi dengan terus belajar ilmu dan petunjuk Allah meminimalkan masalah yang terjadi (mengendalikan emosi) dan memberikan emosi positif.

Magic Word Yang buruk terlihat baik

Judul di atas saya jadikan tulisan saya kali ini. Inilah yang banyak terjadi di sekitar kita. Kalau dulu banyak orang baik (dibenci penguasa) masuk penjara, sekarang orang terlihat baik masuk penjara karena korupsi. Saat ini terasa sulit untuk membedakan orang baik dan orang yang tidak baik (bukan orang jahat tapi orang yang terlihat baik). Sepertinya sama dihadapan umum, bahkan orang yang terlihat baik itu memang kebaikannya diviralkan. Apa yang terjadi dengan kita ? Kita selalu berusaha melakukan pencitraan baik saat tidak berada di rumah.

Pencitraan dalam kerja pun ada. Karyawan selalu berusaha terlihat baik, atau menutupi kesalahannya dengan hal yang baik. Bukankah keseharian kita terlihat "sok sibuk kerjanya", "di depan komputer terlihat kerja", dan sebagainya. Sebenarnya nggak ada yang salah sih, tapi yang menjadi ukuran adalah hasil kerjanya. Bahkan penilaian kerja sering kepada suka atau tidak suka, ada atasan yang seneng orang kerja keras sekalipun hasilnya masih kurang. Atau atasan lebih suka mereka yang lembur sampai malam daripada yang pulang tepat waktu, padahal keduanya menghasilkan kerja yang sama.


Disisi lain, ada orang berbuat salah dalam agama merasa tidak salah. Karena nggak sadar ? Nggak ingat Allah, dan yang salah itu terlihat nikmat (proses) menjalaninya,"yang buruk itu terlihat baik". Padahal saat kita ingat Allah maka yang dibayangkan mestinya balasannya. sebaliknya yang baik terlihat buruk, karena kita nggak sadar kepada Allah yang dilihat adalah prosesnya berat, padahal balasannya baik. Pencuri melihat kerjanya baik, karena nggak ingat Allah. yang dipikirkan saya perlu makan (baik dalam pandangan pencuri). Jika kita memahami petunjuk Allah, maka yang buruk terlihat baik adalah kerjaan syetan. Yang menjadi fokus kita adalah kenikmatan yang dijanjikan syetan saat mengerjakannya. 


Apakah ada hubungannya dalam kerja dan perbuatan buruk ? Pasti ada, dan semua itu kerjaan syetan. Syetan membisikkan ke dalam dada manusia berupa angan-angan kosong, yang enaknya aja. Luruskan pikiran baik kita kepada hati agar tindakan kita yang baik menjadi baik.

Tidak ada pagi yang cerah

Setiap pagi pasti suasana dingin. Apa yang ingin lakukan ? Tidur lagi. Paling shalat subuh dan lanjut tidur. Apalagi di hari Libur, Sabtu dan Minggu. Lalu apa yang Anda dapatkan setelah tidur ? Ya agak berat bangunnya dan jika ada terdesak maka Anda segera bangun. Nyadar ngga sih berapa banyak waktu yang hilang ? Waktu yang disediakan Allah dengan pikiran dan tubuh yang fresh tidak dimanfaatkan, apakah Anda bersyukur atas nikmat tersebut ? 


Kecuali orang yang bangun pagi kemudian mengisi paginya dengan ibadah dan waktu yang bagus untuk belajar mengisi pikiran dengan yang baik, dan bersama keluarga menikmati pagi. Nikmat Allah ini menjadi kebaikan dengan bersyukur. Bersyukur itu beramal atau bekerja atau beraktivitas. Seberapa besar apa yang kita kerjakan menjadi ukuran nikmatnya pagi. Bahkan yang bersyukur itu merasa waktu tidak cukup. Bayangkan orang yang tidur atau malas-malasan telah menyiakan kesempatan (nikmat) yang tidak disyukuri. Misalkan satu hari habis 2 jam, lalu kali 30 hari atau Anda kalikan 365 hari/tahun = 730 jam/tahun. Jika kita membaca saja 1 ayat atau 10 ayat Al Qur'an tidak lebih dari 30 menit, bukankah kita sudah memahami petunjuk Allah dan mendorong mengamalkannya di pagi itu atau siang harinya. Bekal yang baik dalam beriman, beramal dengan ilmu yang bener. Tidaklah sama orang bersyukur dengan yang tidak bersyukur.

Disisi lain bukan sekedar tidak beryukur, tapi setiap hari kita lakukan demikian membuat kebiasaan tidak baik. Apakah kita jadi malas ? Iya, karena sudah menjadi kebiasaan yang tahunan kita lakukan. Untuk merubahnya tidak mudah. Bagaimana caranya untuk bisa bersyukur dengan suasana pagi ? Yang pertama sadarkan pada diri kita bahwa beruntunglah orang yang bersyukur dan itu perintah Allah. Berdoa agar kita dimampukan bangun pagi setiap pagi. Dalam hadist Nabi disabdakan,"Allah turun ke bumi pada 1/3 malam untuk mendengarkan keluhan hambaNya dan mengabulkan permintaannya"



Tidak ada pagi yang cerah kecuali kita bangun pagi. Kebaikan bangun pagi bukan sekedar menyehatkan, tapi membuat kita menjadi hamba yang bersyukur (dicintai Allah).  

Sabtu, November 12, 2022

Magic Word Sampai kapan kamu tidak berubah ?

Seorang temen bilang ke saya, "mas kamu kok nggak berubah dari dulu ?" Saya jawab pasti berubah lah. Umur tambah, fisik mulai melemah dan pikiran pun mulai lupa. Temen saya bilang secara fisik tidak berubah banyak. "oh gitu", jawab saya. Tapi memang kamu berubah banyak secara fisik, "rambutmu udah uban banget dan wajah kelihatan tua". "Soal yang lain masih kuat kan ?" sambil saya tersenyum.


Benerkan saat kita tidak mau berubah secara utuh, tetep aja yang tubuh dan pikiran kita berubah seiring waktu. Biasanya sih orang bilang,"berubah itu cenderung kepada pekerjaan dan hasilnya". Kok kerjanya masih gitu-gitu aja ? Dan pendapatannya naik mengikuti inflasi. Ayam aja dengan direkayasa untuk berubah agar lebih cepat untuk dimakan, tumbuhan juga sama. Apakah kita sama dengan pohon yang ada di hutan bertumbuh tanpa dipelihara. Menua mengikuti usia. Pohon di hutan itu disebut Penglamaan sedangkan kita berubah dan merubah sikap dan perilaku kita lebih baik disebut Pengalaman.


Jadi kita jangan kalah bersaing dengan usia. Pikiran dan praktek hidup mesti diubah menjadi semakin baik. Berubah itu ingin menikmati hidup semakin baik. Terbayangkan ada anak tamatan kuliah udah jadi manager, sedangkan kita masih jadi karyawan. 



Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...