Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kamis, Juli 31, 2025

Disiplin menjadi tumbuh dari dalam

Salam bahagia selalu, dan Insya Allah rezeki yang kita cari berbuah manis untuk mensejahterakan keluarga.
 
Hari ini saya berbagi tentang Disiplin dalam kerja. Banyak yang mengartikan disiplin itu dengan masuk dan pulang kerja tepat waktu. Tapi Disiplin itu adalah bagian dari amanah, tanggung jawab dan akhlak seseorang. Terlihat dalam segala bidang dalam kerja, misalkan disiplin itu bukan untuk menghadari rapat dalam kerja. Mempersiapkan rapat, mengadakan rapat yang mengguggah semua orang untuk bertanggung jawab dan menuntaskan rapat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi satu team atau beberapa team. Tapi bisa juga rapat membahas yang bukan masalah tapi mengembangkan perusahaan menjadi semakin baik. Ini hanya satu contoh saja. Banyak hal dalam bidang disiplin lainnya, orang yang bisa bertanggung jawab dengan rapat tersebut telah menunjukkan sikap baik menjalankan amanahnya dan tentunya dia telah menunjukkan akhlaknya.


Dalam Islam, disiplin kerja dipandang sebagai bagian dari amanah, ibadah, dan cerminan akhlak seorang Muslim yang bertanggung jawab terhadap tugasnya di dunia. Bekerja tidak sekadar mencari nafkah, tetapi juga bentuk pengabdian kepada Allah jika dilakukan dengan niat yang benar dan cara yang halal.
🧭 Pandangan Islam tentang Disiplin Kerja
a. Kerja adalah Amanah
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya..."
(QS. An-Nisa: 58)
→ Disiplin dalam kerja mencerminkan bahwa seseorang menjalankan amanahnya dengan sungguh-sungguh.
b. Disiplin adalah bagian dari ihsan. Apa yang dilakukan karena dia telah ihsan kepada Allah yang memberi amanah.
“Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya...”
(HR. Bukhari & Muslim)
→ Bekerja dengan kesungguhan dan kedisiplinan meskipun tidak diawasi manusia, karena yakin Allah selalu melihat.
c. Disiplin sebagai cerminan akhlak
Rasulullah SAW dikenal sangat disiplin dan tepat waktu dalam berbagai hal, baik dalam ibadah, interaksi sosial, maupun urusan dunia.
→ Meneladani beliau berarti membangun karakter kerja yang tertib, rapi, dan penuh tanggung jawab.
d. Kerja sebagai bentuk ibadah
“Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan oleh seseorang selain dari hasil kerja tangannya sendiri.”
(HR. Bukhari)
→ Disiplin dalam bekerja menjadi bagian dari ibadah jika dilakukan dengan niat yang lurus. 



Berikut beberapa Asmaul Husna yang Berhubungan dengan Disiplin Kerja 
yang bisa menjadi pengingat dan motivasi dalam membentuk disiplin kerja:
1. Al-Baṣīr (ٱلْبَصِيرُ) – Maha Melihat
Allah melihat seluruh amal kita, baik besar maupun kecil, yang nyata maupun tersembunyi.
→ Menjadi dorongan untuk tetap disiplin meski tidak diawasi manusia.
2. Ar-RaqÄ«b (ٱلرَّÙ‚ِيبُ) – Maha Mengawasi
Allah selalu mengawasi setiap langkah kita.
→ Memupuk rasa tanggung jawab dan integritas dalam pekerjaan.
3. Al-ḤakÄ«m (ٱلْØ­َÙƒِيمُ) – Maha Bijaksana
Allah mencintai keteraturan dan kebijaksanaan dalam setiap urusan.
→ Disiplin kerja adalah bagian dari hidup yang tertata dan penuh hikmah.
4. Al-Mu’min (ٱلْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ُ) – Maha Memberi Keamanan dan Kepercayaan
Menjadi hamba yang bisa dipercaya adalah cerminan dari sifat Allah ini.
→ Disiplin membuat kita dipercaya atasan, rekan, dan relasi kerja.
5. Al-Muḥṣī (ٱلْÙ…ُØ­ْصِÙŠ) – Maha Menghitung Segala Sesuatu
Tiada amal yang luput dari perhitungan Allah.
→ Memotivasi untuk bekerja dengan jujur dan sungguh-sungguh setiap waktu.

Paling tidak dengan mengetahui asmaul husna ini untuk zikir agar kita mendapatkan hikmahnya yang mengiringi kerja kita.
 “Kerja bukan cuma soal target dan gaji, tapi juga soal bagaimana kita menunjukkan kualitas diri di hadapan Allah.”

Disiplin kerja bukan hanya urusan duniawi, tetapi cerminan iman, tanggung jawab sebagai hamba, dan bagian dari ibadah harian kita. Dengan mengingat Asmaul Husna, kita dapat menghadirkan kesadaran spiritual dalam profesionalisme kerja.


Berikut ini dikisahkan seorang karyawan yang sadar dengan disiplin. “Aku Nggak Mau Jadi Seperti Itu”: Saatnya Disiplin dari Dalam Diri.
Pagi itu aku datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Aku duduk di meja kerja, menyiapkan dokumen, dan iseng melihat ke sekeliling. Di ujung ruangan, duduk seorang karyawan senior, matanya kosong menatap layar. Jam baru menunjukkan pukul 08.15, tapi wajahnya sudah lelah.
Ia bekerja di sini lebih dari 10 tahun. Tapi dari dulu, posisinya tetap. Tidak ada kenaikan. Tidak pernah ikut pelatihan. Tidak pernah ditugaskan hal-hal penting. Ia datang, kerja seadanya, pulang. Hari demi hari. Tahun demi tahun.
Waktu itu aku berpikir: "Aku nggak mau jadi seperti itu."
Aku tidak ingin bekerja hanya untuk sekadar hadir. Tidak ingin waktu bertahun-tahun terlewat tanpa makna, tanpa pertumbuhan. Lalu aku sadar: yang bisa mencegah itu terjadi hanya satu hal — DISIPLIN.
1. Disiplin: Tuntutan dari Dalam Diri, Bukan Sekadar Aturan Kantor. Kebanyakan orang muda berpikir disiplin itu karena takut dimarahi atasan, takut dipotong gaji, atau takut dilihat malas oleh rekan kerja. Tapi disiplin sejati lahir dari kesadaran bahwa kita sedang membentuk masa depan kita sendiri.
Kamu tidak disiplin karena ada yang mengawasi. Kamu disiplin karena kamu tahu siapa dirimu, dan siapa yang ingin kamu jadi kelak. Ini bukan tentang orang lain — ini tentang kamu dengan dirimu sendiri.
Kalau kamu kerja cuma “seperlunya”, kamu tumbuh “seadanya”.
Tapi kalau kamu kerja dengan kesadaran dan komitmen, kamu menjadi pribadi yang berbeda — kuat, cerdas, bertumbuh.
2. Jangan Tertipu dengan Usia Muda
Kamu mungkin berpikir: "Saya masih muda, santai saja dulu."
"Nanti juga belajar kalau udah naik level." "Buat apa disiplin sekarang, toh belum juga dilihat?" Tapi justru masa muda adalah waktu terbaik untuk menanam kebiasaan yang akan membentuk karaktermu. Apa yang kamu tanam sekarang, akan kamu tuai 3 atau 5 tahun ke depan. Banyak orang baru sadar ketika waktu sudah berjalan jauh.
Kamu bisa kerja 10 tahun tanpa kemajuan. Atau kamu bisa kerja 3 tahun dengan perubahan besar — tergantung caramu menjalani hari ini.
3. Disiplin Membuatmu Tumbuh, Belajar, dan Siap Hadapi Perubahan. Kita hidup di dunia yang berubah cepat. Skill yang kamu punya hari ini bisa jadi tidak relevan tahun depan. Maka disiplin tidak hanya soal menyelesaikan tugas, tapi juga tentang kebiasaan untuk terus belajar dan memperbarui diri.
Contoh kebiasaan kecil tapi berdampak besar:
a. Meluangkan waktu 15 menit per hari membaca artikel industri.
b. Menonton 1 video edukatif setiap malam sebelum tidur.
c. Menyusun to-do list harian dan berusaha menyelesaikannya tuntas.
d. Bertanya dan mencatat ketika diberi tugas baru.
e. Evaluasi mingguan atas pencapaian dan kekurangan diri sendiri.
Orang yang disiplin belajar adalah orang yang akan terus relevan, terus dibutuhkan, dan terus tumbuh.
4. Hati-Hati, Zona Nyaman Itu Menipu
Karyawan baru sering cepat merasa nyaman:
a. Gaji cukup, kerja tidak terlalu berat, atasan tidak cerewet.
Tapi itu jebakan.
b. Zona nyaman tidak membuatmu naik. Ia hanya meninabobokanmu — hingga kamu sadar bahwa orang lain sudah melaju jauh dan kamu masih di tempat yang sama.
c. Disiplinlah hari ini, meskipun tidak ada yang menyuruh. Karena ketika kamu “berlari diam-diam”, akan tiba saatnya dunia bertanya, "Kamu kok tiba-tiba jadi jago ya?"
5. Disiplin Itu Refleksi Karakter
Bos atau perusahaan bisa menilai skill-mu, tapi yang paling membekas di mata mereka adalah karaktermu. Apakah kamu bisa diandalkan? Apakah kamu konsisten? Apakah kamu terus belajar? Disiplin membuatmu:
a. Dipercaya lebih cepat.
b. Diberi tanggung jawab lebih banyak.
c. Diperhitungkan saat promosi datang.
Karakter tidak bisa dibuat instan. Ia dibentuk dari pilihan-pilihan kecil setiap hari: memilih datang tepat waktu, memilih menyelesaikan tugas dengan serius, memilih belajar meski lelah.
6. Kerja Adalah Amanah — Allah Melihat Semuanya
Bagi kamu yang beriman, sadarilah bahwa kerja bukan hanya urusan kantor atau target. Kerja adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Bahkan hal-hal kecil seperti menunda pekerjaan, pura-pura sibuk, atau tidak jujur dalam laporan — semua tercatat.
“Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
– (QS. Al-Hujurat: 18)
Kalau kamu yakin Allah melihat, maka kamu tidak butuh pengawasan manusia untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
7. Mulailah Disiplin Hari Ini
Tidak ada kata terlalu dini untuk mulai serius dengan pekerjaan. Jadikan ini prinsip:
Aku ingin jadi karyawan yang terus belajar, bukan hanya bekerja.
Aku ingin jadi orang yang bertanggung jawab, bukan yang beralasan.
Aku ingin tumbuh, bukan hanya tinggal.
Mulailah dari hari ini. Bangun lebih pagi. Datang lebih awal. Buat catatan kerja. Belajar 1 hal baru. Selesaikan tugas tanpa harus diingatkan. Tahan diri dari distraksi. Tersenyum saat melayani. Tunjukkan kamu berbeda.

Kamu Sedang Membentuk Dirimu Sendiri
Setiap hari kamu datang kerja bukan hanya untuk menyelesaikan pekerjaan. Kamu sedang membentuk siapa kamu kelak. Apakah kamu akan dikenang sebagai yang bisa diandalkan, atau hanya sekadar pengisi bangku kantor?
Disiplin adalah pilihan. Tapi dampaknya akan menentukan arah hidupmu.
Jangan tunggu motivasi datang. Bertindaklah dulu, maka semangat akan mengikuti.
Dan suatu hari nanti, ketika kamu duduk di posisi yang dulu kamu impikan, kamu akan berterima kasih pada dirimu yang hari ini — yang memilih untuk disiplin.
Jangan Hanya Datang dan Pulang: Saatnya Disiplin dan Tumbuh dalam Dunia Kerja
"Kerja bukan cuma soal gaji bulanan. Kerja adalah tentang membentuk siapa dirimu nanti."

Ketika kamu baru mulai bekerja, rasanya dunia ini sangat besar. Banyak hal yang belum kamu tahu. Banyak pula godaan untuk santai-santai karena merasa masih muda, atau berpikir “nanti juga belajar kalau udah disuruh.” Tapi izinkan saya mengingatkan satu hal penting: dunia kerja bukan tempat untuk yang sekadar ikut arus. Dunia kerja adalah tempat untuk tumbuh – kalau kamu disiplin.

1. Mengapa Disiplin Itu Kunci
Disiplin bukan hanya soal datang tepat waktu. Disiplin adalah soal cara kamu mengatur hidup, menyusun prioritas, dan menjaga komitmen terhadap tanggung jawab. Dunia kerja tidak menilai kamu dari seberapa cepat kamu mengerti, tapi dari seberapa konsisten kamu bisa diandalkan.
Karyawan muda sering kali terlena dengan pemikiran bahwa mereka masih punya banyak waktu. Padahal, waktu tidak menunggu siapa pun. Orang yang disiplin sejak awal akan lebih cepat naik kelas. Mereka akan dipercaya. Dan ketika kamu dipercaya, peluang akan datang lebih cepat.
2. Disiplin Bukan Bakat, Tapi Pilihan
Jangan bilang kamu tidak bisa disiplin karena belum terbiasa. Tidak ada orang lahir-lahir langsung disiplin. Disiplin adalah keputusan yang dibuat setiap hari:
Memilih bangun lebih pagi untuk persiapan kerja.
Memilih menyelesaikan tugas meski sedang tidak mood.
Memilih belajar hal baru meski tidak disuruh.
Orang sukses tidak menunggu mood datang untuk bergerak. Mereka bergerak dulu, lalu mood akan menyusul.
3. Kenapa Harus Selalu Update Diri?
Dunia berubah cepat. Teknologi, cara kerja, bahkan standar keterampilan pun berubah. Kalau kamu tidak meng-upgrade diri, kamu akan cepat tergantikan. Orang lain yang lebih tahu, lebih terampil, dan lebih cepat beradaptasi akan melangkah lebih dulu.
Bayangkan kamu kerja lima tahun tapi skill kamu masih itu-itu saja. Kamu akan jadi “karyawan senior yang tidak berkembang.” Sedangkan yang disiplin belajar, walau masih muda, bisa jadi lebih relevan dan dicari perusahaan.
Ingat: Gelar pendidikan hanyalah tiket masuk. Yang membuatmu bertahan dan naik level adalah kemampuan belajar dan adaptasi.
4. Mulai dari Hal-Hal Sederhana
Tidak semua pengembangan diri harus mahal atau rumit. Banyak yang bisa kamu mulai hari ini:
Baca artikel industri selama 10 menit setiap hari.
Ingin kerja di bidang digital? Baca perkembangan dunia digital. Ingin jadi admin profesional? Pelajari tools dan tips manajemen data.
Ikuti webinar atau pelatihan gratis.
Banyak tersedia online, tinggal niat dan waktu yang kamu sediakan.
Minta feedback dari atasan atau rekan kerja.
Terbuka terhadap masukan akan membuatmu cepat berkembang.
Atur waktu dengan baik.
Gunakan jam kerja untuk benar-benar fokus. Jangan habiskan waktu dengan scroll media sosial saat tugas belum selesai.
5. Tumbuh itu Pilihan, Tapi Tidak Tumbuh Ada Konsekuensinya
Kalau kamu tidak disiplin dalam bekerja dan belajar, konsekuensinya akan datang diam-diam. Mungkin kamu akan merasa stagnan. Mungkin kamu akan ditinggalkan oleh perkembangan teknologi. Mungkin kamu akan tetap berada di posisi yang sama saat teman-temanmu sudah naik tangga karier.
Sebaliknya, jika kamu berani disiplin, kamu akan melihat hasilnya. Bukan hanya naik gaji atau promosi, tapi juga rasa percaya diri, kedewasaan berpikir, dan kemampuan mengambil keputusan yang lebih matang.
6. Kerja Itu Amanah, Bukan Sekadar Kewajiban
Sebagai orang yang beriman dan beretika, kita tahu bahwa kerja bukan sekadar urusan gaji. Kerja adalah amanah. Tugas yang dipercayakan kepadamu adalah ujian kedisiplinan, kejujuran, dan integritas.
Allah melihat segala hal, bahkan ketika atasanmu tidak melihat. Ketika kamu bekerja dengan kesadaran bahwa semua ini akan dipertanggungjawabkan, maka kamu akan terdorong untuk lebih serius, lebih ikhlas, dan lebih disiplin.
“Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” – (QS. Al-Hujurat: 18)
7. Bertumbuh Itu Proses, Bukan Instan
Mungkin kamu merasa sudah berusaha tapi belum dihargai. Mungkin kamu disiplin tapi belum dilirik atasan. Jangan menyerah. Proses tidak pernah mengkhianati hasil.
Disiplin hari ini mungkin tidak terlihat besok, tapi akan terasa dalam 6 bulan, 1 tahun, bahkan 3 tahun ke depan. Orang yang hari ini terlihat “biasa-biasa saja” bisa jadi pemimpin di masa depan, jika dia tidak berhenti bertumbuh.
8. Bangun Karakter, Bukan Hanya Karier
Pada akhirnya, dunia kerja bukan hanya tentang posisi atau jabatan. Ini tentang membentuk siapa dirimu. Apakah kamu menjadi orang yang tangguh, bisa dipercaya, rajin belajar, dan tahu tujuan?
Disiplin akan membantumu membangun karakter kuat, dan karakter itulah yang akan membawamu melewati tantangan, konflik, bahkan krisis.
Penutup: Mulailah Hari Ini, Jangan Tunggu Nanti
Kalau kamu karyawan baru, ini adalah momen terbaik untuk membentuk kebiasaan baik. Kalau kamu masih muda, inilah masa emas untuk belajar dan tumbuh. Jangan buang waktumu hanya untuk ikut-ikutan atau menjalani hari dengan setengah hati.
Bangun disiplinmu. Perbarui dirimu. Jadilah karyawan yang bukan hanya bekerja, tapi juga bertumbuh.
“Orang yang hari ini sama dengan kemarin, dia merugi.” – (Ucapan hikmah dari Imam Syafi’i)

Renungan berikut ini untuk menyadarkan kita tentang disiplin ;
Mengapa kita Harus Disiplin?
Disiplin adalah Tuntutan dari Dalam Diri. Bukan karena takut dimarahi atasan atau bukan karena ingin dibilang disiplin, tapi karena sadar kita sedang membentuk masa depan.
Disiplin adalah Kebiasaan yang Dibentuk, Bukan Bakat. Setiap hari kita memilih untuk bergerak atau bermalas-malasan. Pilihan itu menentukan siapa kita.
Disiplin adalah Cara Bertahan di Dunia yang Cepat Berubah Tanpa belajar dan update diri, kita tertinggal.
Lakukan Kebiasaan Kecil yang Bisa Membuatmu Tumbuh setiap hari :
📚 Membaca artikel industri kerja atau agama 10–15 menit per hari
🎧 Mengikuti atau mendengarkan webinar/podcast mingguan
📋 Membuat to-do list harian dan evaluasi mingguan
📌 Meminta feedback dan catat pelajaran penting
🚫 Mengurangi distraksi saat kerja (misal: medsos)

Hati-hati dengan Zona Nyaman, karena bisa jadi Jebakan
Gaji cukup, kerja ringan, tapi tak berkembang.Tanpa sadar, waktu habis tanpa kemajuan.
➡ Disiplin menjaga kita tetap tumbuh meski tidak sedang disuruh.
Kerja Itu Amanah, Bukan Cuma Kewajiban
Bekerjalah dengan kesadaran. Disiplin karena Allah melihat, bukan sekadar karena atasan memantau.
Ingat!
Orang yang disiplin akan dipercaya lebih cepat.
Orang yang mau belajar akan bertahan lebih lama.
Orang yang tumbuh dari dalam diri akan melesat lebih tinggi.
Tutup dengan Ajakan:
"Setiap hari kamu sedang membentuk siapa dirimu nanti. Disiplinlah hari ini, agar kamu tidak menyesal esok hari."
Mulai dari hari ini. Tumbuh bersama disiplin!


Insya Allah apa tentang disiplin ini bisa membangkitkan diri atau memotivasi diri. Motivasi islam yang mampu memberdayakan diri dari dalam. Jangan tidak bergerak untuk tumbuh, karena bisa jadi kita berada di zona Nyaman. Just do it NOw

Sahabatmu
Munir Hasan Basri

Rabu, Juli 30, 2025

Ngebayangin kerja sama Allah yang Maha Melihat

Salam bahagia selalu, dan Insya Allah semakin hari semakin banyak kebaikan yang kita lakukan dan berharap dapat meminimalkan dosa. Aamiin


Hari ini saya ingin mengajak kita merasakan kerja dengan melibatkan Allah yang Maha Melihat. Dalam tulisan sebelumnya kata " Ya Basir", yang berarti Maha Melihat dimaknai sebagai 
1. Melihat Segala Sesuatu, Baik yang Tampak maupun Tersembunyi. Allah tidak hanya melihat apa yang tampak di mata manusia, tapi juga yang tersembunyi—niat, pikiran, perasaan, bahkan yang belum terucap.
2. Melihat Tanpa Batas Ruang dan Waktu. Penglihatan Allah tidak terbatas seperti manusia. Ia melihat seluruh makhluk, di mana pun berada, bahkan dalam gelap gulita sekalipun.
3. Tidak Pernah Lalai atau Terlewat. Tidak ada satu gerakan pun—sekecil apa pun—yang luput dari penglihatan Allah. “Dia mengetahui (melihat) pengkhianatan mata dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS. Al-Mu’min: 19)
4. Melihat sebagai Dasar Penilaian dan Pengawasan. Kesadaran bahwa Allah Maha Melihat akan membuat seseorang:
✅ Lebih berhati-hati dalam bertindak
✅ Tidak menyepelekan dosa kecil
✅ Ikhlas berbuat baik meski tidak dilihat manusia
Tidak hanya itu Allah yang Maha Melihat bersanding dengan :
a. Maha Mengetahui, tidak sekedar melihat tapi mengetahui apa yang terjadi yang tampak maupun yang tidak nampak.
b. Maha Mengetahui keadaan hambaNya. Dimana saja, kapan saja, Allah tahu keadaan kita yang sebenarnya.
c. Maha Mendengar, menjadi satu kesatuan dengan Maha melihat. Mendengar apa yang dilihat dengan benar.
d. Dari ketiga point di atas, Allah sekaligus merespon atau membalas atau "mengizinkan" apa yang menjadi kehendakNya. 

Obrolan: "Ketahuan Online, Tapi Masih Ngeles?"
(Ruang kerja siang hari. Mamat sedang menonton video lucu di internet. Myra lewat dan melirik layarnya.)
Myra: Mamat... itu kamu nonton video lucu ya?
Mamat: Eh? Eh? Bukan, ini… ini lagi riset buat presentasi. Kan butuh hiburan juga biar ide ngalir… ehehe.
Bujang: (muncul dari belakang sambil bawa kopi). Riset katanya. Video lucu bisa jadi materi presentasi apaan, Mat?
Mamat: Yaaa siapa tahu bisa masukin elemen hiburan... biar nggak kaku.
Myra: (tersenyum sambil duduk). Mat, kamu lupa ya? Atasan mungkin nggak lihat, tapi Allah Maha Melihat.
Mamat: Hehe… iya sih, tapi ini cuma sebentar kok.
Bujang: Sebentar pun kalau udah nyolong waktu kerja, tetap aja bukan hak kita. Kayak makan makanan orang lain, cuma satu sendok... tapi tetap bukan milik kita.
Mamat: (menghela napas, mulai menutup tab video)
Kalian bener. Kadang kita lebih takut dilihat bos daripada diingatkan Allah. Padahal yang Maha Melihat tuh... gak pernah cuti.

Myra: Betul, Mat. Kita kerja buat nyari rezeki halal. Kalau waktunya kerja, ya niatkan ibadah juga. Allah lihat usaha kita.
Bujang:Nah gitu dong. Mending sekarang kita fokus beresin tugas. Nanti pas istirahat, baru deh nonton video lucu sampe puas.
Mamat: (tertawa kecil) Deal. Tapi abis ini Myra juga harus nonton bareng, biar nggak aku doang yang ketagihan.
Myra & Bujang: Asal setelah jam kerja! 😄



Sebenarnya dalam keseharian kerja kita, banyak hal kita "meniadakan Allah yang Maha Melihat". Yang masuk kerja pas teng jam masuk atau ada juga yang lewat. Kalau ditanya,"telat ya?", dengan panik dan kaget dijawab dengan nada membela diri seolah tak salah,"Nggak telah kok, pas jam di absennya".  Sampai kita pulang kerja. Saat pulang kerja ... Bukankah kita selalu siap jam pulang kerja berakhir, tapi bukankah kita sudah menyelesaikan kerja 15 menit sebelumnya. Artinya jam kerja kita berkurang dari apa yang kita komitmen kan. Semua ini bisa jadi tak terlihat oleh atasan atau HRD, tapi Allah Maha melihat apa yang kita kerjakan, dan Maha mendengar apa yang diucapkan oleh hati kita serta Allah Maha Mengetahui keadaan kita saat itu. Apakah Allah tidak bertindak ? Allah selalu membalas sekecil apapun yang kita perbuat. Ada amanah yang tidak dipertanggungjawabkan dengan bener, ada ketidakjujuran, "menipu" Allah dengan tidak menganggap Allah ada dan seterusnya. Apa iya Allah mau memberikan karir yang baik buat kita.

Contoh penerapan keyakinan "Allah Maha Melihat" dalam dunia kerja. Ini bisa membantu membentuk karakter pekerja yang jujur, bertanggung jawab, dan profesional meskipun tanpa pengawasan langsung.

🟩 Penerapan Keyakinan “Allah Maha Melihat” dalam Dunia Kerja

1. Bekerja dengan Kesadaran bahwa Allah Melihat
Tanamkan bahwa setiap tindakan di tempat kerja — termasuk saat tidak diawasi atasan — dilihat oleh Allah.
Ini mendorong kejujuran, integritas, dan tanggung jawab, karena Anda bekerja bukan hanya untuk manusia, tapi karena sadar akan pengawasan Allah.
Contoh nyata: Tidak mencuri waktu kerja (seperti bermain media sosial saat jam kerja), meskipun tidak ada yang melihat.
2. Bekerja dengan Jujur, Meski Tanpa Pengawasan
"Meski atasan tidak melihat, aku tahu Allah selalu melihatku."
Karyawan yang meyakini Allah Maha Melihat tetap bekerja dengan disiplin meskipun tanpa pengawasan langsung. Ia tidak curang dalam absensi, tidak mengakali laporan, dan tidak menyalahgunakan fasilitas kantor.
3. Menjadi Pengamat yang Baik (Meneladani Sifat Al-Bashir)
Dalam tim, jadilah orang yang memperhatikan detail, memperhatikan rekan kerja, dan peka terhadap situasi di sekitar.
Gunakan pengamatan itu untuk membantu, mendukung, dan memperbaiki jika ada kekeliruan.
Contoh: Anda melihat ada rekan yang tampak tertekan atau kesulitan menyelesaikan tugas. Anda bisa menawarkan bantuan atau mendiskusikan dengan pimpinan secara bijak.
4. Bersikap Adil dan Tidak Tergesa dalam Menilai
Karena Allah melihat segala hal dari sudut pandang yang sempurna, kita bisa meneladani-Nya dengan tidak cepat menghakimi orang lain hanya berdasarkan apa yang tampak.
Dalam dunia kerja, ini penting agar tidak terjadi salah paham atau konflik.
Contoh: Jika seorang rekan terlihat tidak produktif, Anda bisa bertanya baik-baik dulu sebelum menilai bahwa ia malas — bisa jadi ada beban pribadi yang berat.
5. Menjaga Profesionalisme Saat Tidak Diawasi
Jika Anda bekerja dari rumah atau memiliki jam kerja fleksibel, sifat Al-Bashir mengingatkan bahwa kinerja kita tetap "terlihat", walau tidak oleh atasan langsung.
Ini menumbuhkan etos kerja yang kuat dan konsisten.
6. Meningkatkan Kualitas Hasil Kerja
Menyadari bahwa Allah Maha Melihat dapat memotivasi Anda untuk menyempurnakan pekerjaan, meskipun itu bukan proyek besar atau tidak langsung mendapat pujian.
Contoh: Anda membuat laporan dengan teliti dan rapi, walau hanya sedikit orang yang membacanya, karena Anda ingin memberikan yang terbaik.
7. Bertanggung Jawab terhadap Tugas
"Allah tahu seberapa sungguh-sungguh aku menjalankan tugasku."
Saat seorang pegawai yakin bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat, ia akan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh, bukan hanya demi penilaian manusia, tetapi karena merasa bertanggung jawab kepada Allah.
8. Menahan Diri dari Ghibah dan Intrik Kantor
"Allah mendengar dan melihat setiap kata dan niatku."
Ia tidak mudah ikut dalam pergunjingan atau permainan politik kantor karena sadar bahwa setiap ucapan dan perbuatan diawasi oleh Allah.
9. Tidak Menyalahgunakan Wewenang atau Keuangan
"Allah tahu apa yang aku ambil, bahkan yang tersembunyi."
Meskipun celah penyimpangan terbuka, ia memilih untuk jujur dan amanah karena meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui dan akan memintai pertanggungjawaban kelak.
🔹 Ilustrasi Sederhana
Situasi: Budi diminta membuat laporan keuangan proyek. Tidak ada yang akan tahu jika dia menambahkan beberapa biaya fiktif.
Sikap: Budi berkata dalam hati, “Kalau pun manusia tak tahu, Allah Maha Melihat. Aku tak mau rezekiku bercampur dengan sesuatu yang kotor.”

Ada pesan moral yang kita bisa ambil dari penjelasan di atas, 
💡 Kerja yang jujur dan amanah adalah bentuk ibadah
💡 Kesadaran kepada Allah menjaga profesionalitas, bahkan tanpa pengawasan manusia
💡 Waktu kerja bukan untuk disia-siakan — itu bagian dari tanggung jawab

Asmaul Husna "Al-Bashir" (ٱلْبَصِيرُ) berarti "Yang Maha Melihat" — Allah melihat segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, yang besar maupun yang kecil, yang dilakukan secara terang-terangan maupun diam-diam. Menerapkan sifat Ya Basir dalam kehidupan kerja dapat membawa dampak positif yang besar, baik untuk kedisiplinan pribadi maupun untuk hubungan profesional. Berikut beberapa cara Anda bisa menerapkannya:


🌟 Jika Anda ingin saya bantu membuat refleksi harian atau affirmation kerja berdasarkan Asmaul Husna, saya bisa bantu juga.

Pertanyaan selanjutnya, apakah hal ini bisa diterapkan di kantor yang modern seperti sekarang ini ? Dari segi nilai atasan dan pemilik perusahaan sangat menginginkannya. Tapi ini kan cara-cara Islam dan tidak semestinya diterapkan di kantor. Di kantor ya urusan kantor, tidak boleh menerapkan nilai keislaman. Apalagi yang pemilik adalah bukan muslim. Ada beberapa profesional dalam kerja sangat menginginkan hal ini, sangat ingin nilainya diterapkan. Dilain sisi, perusahaan muslim tidak menerapkannya, entah karena apa. Bisa jadi karena persepsi dari kelemahan ilmu agama dan kecenderungan perusahaan adalah persepsi perkara dunia. Akhirnya saya hanya menyarankan bagi setiap karyawan yang muslim untuk bisa menjalankan ini untuk kepentingan dirinya sendiri, memberi kebaikan bagi diri untuk semakin beriman. 
Bagi saya tidak melulu Allah itu Maha Melihat, Maha Mengawasi, Maha Mendengar, Maha Mengetahui keadaan hambaNYa, tapi kita menerapkan asmaul husna ini dari sisi kita untuk menjadi semakin baik. Apa itu ? 
1. Menjadikan Allah yang Maha Melihat dan sebagainya itu untuk kita libatkan dalam setiap aktivitas kerja kita. Hal ini memohon untuk selalu menjaga terhubung dengan Allah (sadar kepada Allah).
2. Saat kita sadar dan tahu salah atau mengambil jalan yang bukan jalanNya Allah, maka bersegeralah kita istighfar.
3. Karena Allah itu Maha tahu keadaan hambaNya, maka sudah sepantasnya kita memohon pertolongan agar dicegah dari kesalahan yang besar, dan memohon pertolongan solusi dengan apa yang kita kerjakan.
Oleh sebab itu, hendaklah kita memohon setiap pagi sebelum kerja berdoa kepada Allah 
"Ya Allah, Engkau adalah Al-Bashir, Yang Maha Melihat. Engkau menyaksikan setiap langkahku, niatku, dan kerjaku. Hari ini aku bekerja dengan jujur, penuh dedikasi, dan tanggung jawab, meskipun tidak selalu terlihat oleh manusia. Aku yakin, semua kebaikan Engkau lihat, dan semua usaha Engkau perhitungkan. Jadikan pekerjaanku hari ini sebagai amal ibadah. Jika aku salah maafkan aku, tolonglah aku dengan ilmuMu dan kuatkan kerjaku dengan kekuatan dariMU"
– Aamiin.
🧠 Affirmation (Pernyataan Positif)
Katakan ini dalam hati atau dengan suara pelan sebelum bekerja:
"Aku bekerja dengan penuh integritas, karena aku tahu Allah melihatku."
"Aku menyelesaikan tugasku sebaik mungkin, walau tidak selalu mendapat pujian."
"Aku tidak perlu berpura-pura. Kejujuran dan niat baikku sudah cukup, karena Al-Bashir tahu segalanya."
"Jika aku tidak dilihat oleh manusia, aku tetap dilihat oleh Yang Maha Melihat."
"Hari ini aku bekerja untuk Allah, bukan sekadar untuk atasan."
🌙 Sore – Menutup Hari Kerja
"Ya Allah Al-Bashir, pastilah selalu ada salah dan lalai, ampuni aku. Jika aku telah bekerja dengan sungguh-sungguh, terimalah sebagai amal kebaikan. Jangan biarkan aku terlena oleh pujian atau kecewa oleh kurangnya penghargaan manusia. Engkaulah saksi atas semua jerih payahku."
– Aamiin. 

Insya Allah kita semua, apapun yang kita kerjakan mendapat ridho Allah. Ini adalah motivasi islam yang baik untuk diteladani. Motivasikan diri kita menjadi semakin baik, iman yang semakin tinggi dan semakin banyak amal yang bisa dilakukan. Tentunya tidak ada daya kecuali dariMu dan tidak ada kekuatan kecuali dariMU, berikan kami semangat untuk memberdayakan diri ini untuk berada di jalanMU.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri

Selasa, Juli 29, 2025

Sadar ngga sih, orang sukses itu sedikit

 Salam sejahtera dan bahagia selalu, dan Insya Allah saya dan pembaca selalu diberikan hati yang tenang dan tidak gelisah hari ini.

Hari ini saya ingin mengulas tentang kerja, yang bagi sebagian orang kerja adalah segalanya. Dicari dan disyukuri saat dapat kerja. Kerja adalah tujuan untuk meraih sukses. Ada benernya sih ? Tapi fakta menunjukkan bahwa hanya beberapa orang saja yang sukses dalam kerja, diantaranya pemilik perusahaan dan beberapa dari manager saja. Kalau dihitung perusahaan yang karyawan 100 orang, maka kesuksesan hanya sekitar 3%. Kesuksesan itu pun karena ada produk dan  jasa yang dikenal banyak orang. Produsen melihat produk atau jasa dan siapa dibalik produknya. Sedangkan mereka yang staf administrasi atau salesmen atau pelaku lain sebagai karyawan tidak dibilang sukses. Kalau ditanya, apa iya kita masih menginginkan kerja sebagai jalan kesuksesan ?



Sukses selalu identik dengan uang dan materi yang melekat orangnya. Begitu banyak orang menafsirkannya. Seperti melihat bos atau pemilik perusahaan, yang memiliki mobil mewah, rumah mewah dan penampilan yang wah, maka orang ini dibilang sukses. Padahal bisa jadi memang pemilik perusahaan itu sudah kaya dari dulunya, maka dia membuat perusahaan. Demikian juga dengan orang tertentu dari karyawan, seperti manager atau CEO yang penampilannya wah. Semua itu kita bilang sukses. Tapi apa iya begitu ? Bisa jadi semua itu bukan miliknya tapi sesuatu yang dibei dengan utang atau pinjaman, dimana pinjaman itu diambil dari keuntungan perusahaan. Keuntungan perusahaan yang diantaranya andil setiap karyawan. karyawan yang sinis mengatakan,"karyawan bekerja keras untuk memberi keuntungan perusahaan, tapi karyawan hanya digaji dengan gaji UMR saja". Disini terlihat pemilik perusahaan dengan kepanjangan tangannya melalui manager mengajak semua karyawan bekerja untuk mereka, untuk menambah keuangan mereka. Hanya segelintir orang yang mau berbagi dengan karyawannya. Pintarnya pemilik perusahaan hanya memberi lebih uang untuk orang yang terpilih satu sampai 3 orang saja agar keinginan mereka tercapai (untung alias uang bertambah). Dengan begini, masih ingin mengidola kerja luar biasa ??? Masih lah karena ingin menjadi orang pilihan dengan gaji besar dan fasilitas mewah. Untuk itu kita mesti bersaing dan berkompetisi dan kadangkala melakukan hal yang tidak baik, seperti cari muka ke pemilik, atau mengelabui tim untuk kepentingan kita, atau pasti ada reward bagi karyawan yang berprestasi dan bisa jadi juga curang.

Bayangkan seorang karyawan dari sejak staf bisa menduduki level tertinggi di perusahaan bisa dicapai di atas 20 tahun. itupun dengan prestasi yang luar biasa. Padahal dengan 20 tahun itu dijadikan penilaian atas loyalitas kepada perusahaan sehingga bisa dipercaya tidak berpikir yang lain. kalau mau dibayangkan lagi, dengan 20 tahun lebih mestinya kita sudah bisa membangun bisnis sendiri dengan ilmu yang dimiliki. Apakah bener dengan pengorbanan waktu dan ilmu, mau kita "berkorban" atau mengabdi untuk kesuksesan pemilik perusahaan. Kalau hidup bisa diulang lagi, pasti kita ingin menjadi bos dan sekaligus karyawan sendiri untuk kesuksesan kita sendiri.

Pernahkah kita berpikir tentang berapa lama kita sukses ? Saya bisa memprediksi hanya beberapa tahun saja, tergantung :

1. Seberapa lama kita dapat menjaga hubungan dengan pemilik perusahaan. Ini soal kepercayaan, apapun yang kita kerjakan itu perlu waktu, yang mampu kita habiskan untuk perusahaan. Tapi disisi lain kita memiliki agenda sendiri (atau bersama keluarga) yang juga menyita waktu dan perhatian. Ini soal pilihan, perusahaan atau keluarga ? 
2. Kepintaran kita. Pesaing kita adalah orang yang lebih pintar dan lebih energik serta kreatif. Biasanya ada anak muda, yang usia lebih mudah dari kita. Kemampuan kita berilmu kalah cepet dari yang muda, apalagi soal kreativitas yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Dengan alasan apapun kita yang telah sukses segera berganti dengan orang yang lain. Perhatikan pemilik perusahaan tetap saja menua dan dapat terus menikmati keuntungan perusahaan (kesuksesan).
3. Pasti kita sangat bergantung usia, alamiah. Usia menurunkan nilai kerja dan energi dalam bekerja. Semua ini berdampak dengan apa yang bisa kita berikan kepada perusahaan, yang berujung menurunnya pula kepercayaan perusahaan yang selalu menginginkan kemajuan terus-menerus.
4. Hal lain soal suka dan tidak suka. Bergantung interaksi, ada yang lebih baik dan lebih menarik membuat pemimpin perusahaan memiliki rasa suka atau lebih suka.

Kadang hal diatas tidak diantisipasi mereka yang sukses. Jika terjadi  kesuksesan itu "berhenti" atau "berganti", maka sebanrnya hal ini wajar, tapi sering membuat orang sukses itu kecewa. Untuk itu renungkan dengan hati ... apa iya kita kerja mau sukses, lalu kecewa. Kekecewaan kita itu tidak sepantasnya kita perbuat karena kita sudah melakukan aktivitas positif, maka bukan sekedar suksesnya tapi mempersiapkan diri untuk selalu nyaman dalam segala situasi.

So ... masihkah menjadi karyawan dalam kerja menuju kesuksesan yang dipersepsikan dengan materi ??? Kerja, sukses, materi. Diakhir usia kita yang sudah pensiun ... apa yang bisa kita nikmati ? kebahagiaan ...? tergantung dari seberapa besar materi yang kita miliki. Tapi disisi lain, ada orang yang dapat menikmati hidupnya dengan apa yang sudah dilakukan sepanjang waktu. banyak aktivitas baik yang ditebar dan  dirasakan banyak orang dan bahkan mereka yang merasakan kebahagiaan kita itu juga telah sukses dengan bidangnya. Semua orang menikmati kebahagiaan dan juga memiliki materi yang cukup.  Lalu tidakkah kita berpikir ulang atau merenungkan lebih dalam kenapa sih kita ini ?

Kerja ya pasti kerja, karena Allah mencintai orang bekerja dengan optimis dan produktif. Pertanyaannya, kerja bukanlah sesuatu yang dipaksakan menjadi jalan menuju keinginan kita yaitu sukses. Sukses itu hanyalah bonus dari apa yang kita lakukan. Oleh sebab itu apa yang kita lakukan itu (kerja) menjadi penting, dan mesti produktif. Kata Produktif adalah apapun yang kita kerjakan menuju keinginan kita. Lalu Apa dong keinginan kita ? Sebagai muslim adalah mengabdi kepada Allah. Mengabdi itu adalah kerja khusus (ibadah) dan kerja umum (kerja sebagai pelaku bisnis) yang menuju Allah. Dimana Allah menunggu kita, siapa yang terbaik bekerjanya (ibadah dan kerja) atau dalam bahasa agama disebut beramal saleh ... itulah yang bertaqwa. Tentu Allah yang rahman dan rahim memberi kita petunjuk hidup (termasuk dalam bekerja) melalui Al Qur'an atau melalui petunjuk di hati kita. Setelah diberi petunjuk, Allah pun tidak membiarkan kita, Allah selalu mendampingi kita. Jika ada masalah ... Allah siap membantu, kalau ada kesulitan ... Allah pun pengen memberi jalan kepada solusi, bahkan kita minta pun ... Allah pasti memberi. Dalam mengabdi itu Allah menghendaki kemudahan dan Allah berikan jalanNya. Maka dari itu berimanlah dan beramallah yang saleh. Jalan Allah itu pasti semua bahagia dan semua meraih sukses. Seperti janji Allah bahwa mereka yang bertaqwa itu diberikan kebaikan di dunia dan di akhirat, dan memberi mereka kebahagiaan dan kesuksesan.

Demikian ulasan pengalaman saya yang berawal dari karyawan biasa hingga bisa mencicipi kesuksesan. Berpikirlah ulang agar tidak terlambat untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan bersama Allah. Apa yang kita kumpulkan tidak lebih baik dari kebahagiaan (rahmat) yang Allah berikan. Pengalaman adalah ilmu yang baik untuk kita menjadi semakin baik. Begitulah semestinya kita memberdayakan diri untuk menjadi semakin baik. Ada ilmu dan referensi yang bener sebagai motivasi diri, itulah motivasi Islam.

Insya Allah ... semua orang, siapapun untuk mempelajari agama dengan bener. Kata Hijrah adalah kata yang pas untuk menunjukkan kita menjadi semakin baik dengan tuntunan yang terbaik. Selalu ada kejadian atau momen untuk memulai, asal kita gunakan hati.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri



Senin, Juli 28, 2025

Berlatih sadar dalam kebiasaan

 Salam bahagia selalu, dan Insya Allah kita terus menjadi orang yang dinamis untuk menjadi orang yang semakin baik.





Hari ini saya ingin membahas kebiasaan yang lain. Apa iya ? Bayangkan sebagai muslim saat bersin, apa yang kita ucapkan ? Alhamdulillah. Otomatis dan baik buat kita. Ini kebiasaan yang bagi buat kita, tapi kita mesti menindaklanjuti makna ucapan kita tersebut agar kebiasaan menjadi terasa bermakna. kebiasaan lain yang sering kita alami, kita mengucapkan "terima kasih" dan bertanya "apa kabar" kalau bertemu temen.  Dalam hal bertanya "apa kabar" memang kebiasaan, tapi ala kadar aja sebagai basa basi. Sebenarnya kebiasaan ini bisa bermakna asal kita melakukannya dengan senang hati dan menikmati keadaannya. Bertanya "apa kabar ?" mungkin basa-basi, tapi bisa kita maknai dengan membalas jawaban dari temen. Misalnya,"katanya baik tapi kok rasa muram begitu".

Berikut ini adalah membangun kebiasaan yang baik buat diri kita. 10 Kebiasaan Harian untuk Membentuk Diri Terbaik

1. Mulai Hari dengan Niat dan Doa
Umum: Tentukan niat dan prioritas harian agar tidak terombang-ambing.
Spiritual: Bangun dengan mengingat Allah (dzikir pagi), niatkan semua aktivitas sebagai ibadah.

2. Membaca dan Belajar Setiap Hari
Umum: Minimal 10–15 menit membaca buku bermanfaat.
Spiritual: Sertakan membaca Al-Qur’an atau tafsir setiap hari.

3. Latihan Fokus dan Syukur
Umum: Tulis 3 hal yang disyukuri setiap pagi.
Spiritual: Jadikan syukur sebagai doa dan renungkan nikmat Allah.

4. Jaga Shalat Tepat Waktu
Umum: Disiplin waktu mencerminkan kontrol diri.
Spiritual: Shalat adalah pusat kesadaran kepada Allah dalam sehari.

5. Batasi Distraksi Digital
Umum: Atur waktu untuk media sosial, jangan biarkan menguasai pikiran.
Spiritual: Hindari konten yang menggelapkan hati.

6. Lakukan Kebaikan Kecil Setiap Hari
Umum: Senyum, bantu orang, ucapkan kata baik.
Spiritual: Niatkan semua kebaikan karena Allah.

7. Latih Kesabaran dan Tahan Emosi
Umum: Berhenti sejenak sebelum merespon.
Spiritual: Ingat bahwa Allah mencintai orang yang sabar.

8. Evaluasi Diri Sebelum Tidur
Umum: Cek apakah hari ini mendekatkanmu ke tujuan.
Spiritual: Muhasabah, istighfar, dan doa sebelum tidur.

9. Perkuat Koneksi dengan Orang Positif
Umum: Lingkungan menentukan kebiasaan.
Spiritual: Pilih teman yang mengingatkanmu pada Allah.

10. Jaga Tubuh dan Pikiran
Umum: Olahraga ringan, makan sehat, cukup tidur.
Dan selanjutnya berikut ini 10 Kebiasaan Harian untuk Hidup dalam Kesadaran kepada Allah,
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.”
(QS. Al-Hadid: 4)

1. Memulai Hari dengan Dzikir dan Niat Lillah
Saat bangun tidur, ucapkan doa bangun dan niatkan semua aktivitas sebagai ibadah. 
Kesadaran: “Hari ini semua langkahku untuk mencari ridha Allah.”
2. Shalat Tepat Waktu dengan Khusyuk
Shalat bukan sekadar kewajiban, tapi momen mengingat Allah di tengah kesibukan.
Kesadaran: “Aku sedang menghadap Allah, Dia mendengar setiap doaku.”
3. Membaca Al-Qur’an Setiap Hari
Walau hanya 1 halaman, biasakan tilawah dan tadabbur.
Kesadaran: “Ini kalam Allah yang menuntun hidupku.”
4. Dzikir di Setiap Transisi Aktivitas
Ganti scrolling tanpa arah dengan dzikir ringan (Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar).
Kesadaran: Menghubungkan rutinitas dengan ingatan kepada Allah.
5. Menjaga Lisan dan Niat
Hindari ghibah, ucapan sia-sia, dan perkataan negatif.
Kesadaran: “Setiap kata dicatat oleh malaikat.”
6. Bersyukur di Tengah Aktivitas
Saat bekerja, makan, atau berkendara, ucapkan syukur.
Kesadaran: “Nikmat ini datang dari Allah, bukan semata usahaku.”
7. Menahan Diri dari Hal Haram dan Syubhat
Latih diri menahan pandangan, menahan tangan, dan menahan hati dari yang dilarang.
Kesadaran: “Allah selalu melihatku, meski tak ada yang melihat.”
8. Muhasabah Sebelum Tidur
Renungkan: “Apa hari ini sudah membuat Allah ridha?”
Istighfar dan doa agar Allah menerima amal hari ini.
9. Bersedekah atau Berbuat Baik Setiap Hari
Meski kecil, biasakan memberi atau membantu orang lain.
Kesadaran: “Aku memberi bukan karena orang, tapi karena Allah.”
10. Menghadirkan Allah dalam Keputusan Kecil
Sebelum memutuskan sesuatu, biasakan berkata dalam hati:
“Kalau Allah melihat (dan Dia memang melihat), mana yang paling Dia suka?”

Berikut tool yang membantu kita dengan ceklist 

Checklist Amalan Harian
☐ Niat lillah saat bangun
☐ Shalat tepat waktu
☐ Tilawah minimal 1 halaman
☐ Dzikir setiap pergantian aktivitas
☐ Jaga lisan & niat
☐ Ucapkan syukur di tengah kesibukan
☐ Hindari hal haram & syubhat
☐ Muhasabah sebelum tidur
☐ Satu kebaikan untuk Allah
☐ Hadirkan Allah dalam keputusan

Pernahkah kita merasa hari-hari berjalan begitu cepat, sampai kita lupa untuk berhenti sejenak dan mengingat Allah? Kita bangun, bekerja, makan, berinteraksi, lalu tidur—semua seperti otomatis. Di antara kesibukan itu, adakah ruang bagi hati untuk berkata, “Aku bersama Allah, dan Allah bersamaku”?

Hidup dalam kesadaran kepada Allah bukan berarti kita harus meninggalkan dunia, tetapi menghadirkan Allah dalam setiap langkah. Kesadaran ini bisa dimulai dari kebiasaan kecil, yang jika dilakukan konsisten, menjadi karakter yang melekat.

Berikut 10 kebiasaan sederhana yang bisa kita latih setiap hari agar hati selalu terhubung dengan Allah.

Ilustrasi Dialog: Mamat, Myra, dan Bujang
(Situasi: pagi hari di kantor sebelum mulai bekerja)
Mamat: (mengetik sambil buru-buru) “Aduh, deadline lagi, deadline lagi. Pagi-pagi langsung pusing!”
Myra: (tersenyum) “Pusing kenapa? Udah niat kerja buat siapa?”
Mamat: (bingung) “Ya buat bos lah… buat gaji!”
Myra: “Hmm… kalau gaji telat, kamu masih semangat kerja nggak?”
Mamat: “Ya nggak juga sih… Eh, maksud kamu apa?”
Bujang: (nyelutuk) “Dia maksudnya, niatin kerja buat Allah. Gaji itu cuma bonus, bro!”
Mamat: (mikir sebentar) “Kerja buat Allah? Hm… menarik juga. Kalau gitu, tiap ketik laporan juga dapat pahala?”
Myra: “Ya iya. Asal niat benar, jaga amanah, dan nggak curang.”
Bujang: “Lagian kalau Allah yang jadi tujuan, kerja nggak gampang stres. Karena kita tahu, yang nilai bukan cuma bos, tapi Allah juga.”
Mamat: (senyum) “Oke deh. Mulai sekarang, kerja lillah. Bismillah!”

(Dialog ini menunjukkan bahwa kesadaran kepada Allah bisa hadir di tengah rutinitas kerja, bukan hanya di masjid.)

bagaimana ingin menampilkan kebiasaan baik saja dan menghentikan kebiasaan buru

Pertanyaan ini penting, karena menumbuhkan kebiasaan baik dan menghentikan kebiasaan buruk bukan proses instan. Dalam perspektif kesadaran kepada Allah, ini bukan hanya soal self-discipline, tapi juga soal niat lillah dan kontrol hati.

Ada dua bagian:
✅ Cara Menampilkan (Menumbuhkan) Kebiasaan Baik
Mulai dari Niat yang Benar
Luruskan niat: “Aku lakukan ini karena Allah.”
Niat yang kuat akan jadi energi saat malas datang.
Mulai Kecil, Jangan Perfeksionis
Misal: Mulai dari tilawah 1 halaman, bukan 1 juz.
Konsistensi lebih penting daripada jumlah besar tapi putus.
Tautkan ke Aktivitas yang Sudah Ada (Habit Stacking)
Setelah shalat Subuh → baca Al-Qur’an 5 menit.
Setelah makan → ucapkan doa syukur.
Gunakan Pengingat dan Lingkungan
Pasang sticky note: “Hari ini sudah niat lillah?”
Cari teman yang sama-sama punya misi memperbaiki diri.
Rayakan Progres Kecil.
Catat checklist harian.
Ucapkan hamdalah tiap kali berhasil.

✅ Cara Menghentikan Kebiasaan Buruk
Sadari Dampaknya pada Akhirat dan Diri
Tanyakan: “Kalau aku mati setelah melakukan ini, apa aku rela?”
Ganti dengan Kebiasaan Baik (Replacement)
Misal: Daripada scrolling gosip → baca artikel Islami.
Marah → tarik napas, ucapkan istighfar.
Buat Hambatan untuk Akses Kebiasaan Buruk
Blokir aplikasi yang bikin lalai.
Jauhkan diri dari lingkungan yang memicu maksiat.
Gunakan Kontrol Hati (Muraqabah)
Ingat: “Allah melihatku sekarang.”
Ini cara paling efektif mengontrol diri.
Istighfar dan Jangan Menyerah
Kalau terjatuh, segera taubat.
Allah lebih sayang hamba yang terus kembali daripada yang menyerah.
Dalam perspektif kesadaran kepada Allah:
Setiap kebiasaan baik yang kita munculkan harus dikaitkan dengan niat ibadah.
Setiap kebiasaan buruk yang ditinggalkan harus dikaitkan dengan rasa malu kepada Allah (haya’).

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Perubahan bukan datang tiba-tiba. Ia lahir dari kebiasaan yang kita tanam setiap hari. Maka, jika kita ingin hidup dalam kesadaran kepada Allah, kita harus mulai dari dua hal: menghentikan kebiasaan buruk dan menggantinya dengan kebiasaan baik.

Mengapa Kebiasaan Penting dalam Iman?
Karena iman itu naik dan turun. Jika kita biarkan diri terus mengulang keburukan, hati kita akan keras dan iman merosot. Sebaliknya, ketika kita melatih diri mengulang kebaikan, iman akan subur. Rasulullah ï·º bersabda:
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, bukan banyaknya yang membuat Allah ridha, tapi konsistensi. Dan konsistensi itu lahir dari kebiasaan.

“Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.”
(HR. Ahmad)

“Setiap anak Adam sering berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi)

“Jangan tunggu sempurna untuk berubah. Mulailah berubah agar Allah sempurnakan dirimu.”

✅ Kebiasaan = otomatis, sehingga kita tidak berpikir banyak saat melakukannya.

❌ Tapi sisi negatifnya: kalau terlalu otomatis, kita kehilangan kesadaran (presence).

Insya Allah, penjelasan ini dapat menginpirasi dan memotivasi dir untuk menjadi semakin baik. Dengan memberdayakan diri dapat memperbaiki diri menjadi orang dengan kebiasaan baik yang selalu sadar (hadir dalam setiap tindakan).

Sahabatmu
Munir Hasan Basri

Minggu, Juli 27, 2025

Kebiasaan bukan saja terbentuk, tapi temukan motivasinya


Salam bahagia selalu, Insya Allah tak ada waktu yang hilang percuma tanpa melakukan perbaikan diri semakin baik. 



Hari ini saya berkisah dan berbagi serta wawasan tentang kebiasaan. Apa itu kebiasaan ? Pasti tahu dong, ini untuk mengingatkankan saja. 
Secara Umum, Kebiasaan adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan berulang kali hingga menjadi otomatis tanpa banyak pertimbangan sadar.
Contoh: menyikat gigi sebelum tidur, minum air setelah bangun.
Secara Psikologi, Menurut James Clear (Atomic Habits):
“Kebiasaan adalah perilaku yang diulang secara teratur dan cenderung terjadi secara otomatis sebagai respons terhadap pemicu (trigger).”
Artinya, kebiasaan terbentuk karena pola Pemicu → Perilaku → Hasil (Reward).
Dalam Perspektif Islam, dalam konteks iman, kebiasaan adalah serangkaian amal yang dilakukan terus-menerus hingga menjadi karakter, dan dinilai oleh Allah berdasarkan niatnya.
Dalil:
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu (istiqamah), meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi, kebiasaan baik bukan sekadar otomatis, tapi harus disertai kesadaran dan niat lillah.

Saya simpulkan sebagai berikut :
Kebiasaan = perilaku yang diulang terus-menerus sampai menjadi bagian dari diri kita. Dalam iman, kebiasaan baik adalah amal yang dilakukan terus-menerus dengan niat yang benar dan kesadaran kepada Allah.

Berikut obrolan singkat “Kita Adalah Kebiasaan Kita”
[Suasana: Mereka duduk di warung kopi setelah shalat Magrib.]
Myra: (sambil menyeruput teh) Eh, kalian sadar nggak, hidup kita ini sebenarnya dibentuk sama kebiasaan kita sendiri?
Mamat: (heran) Maksudmu gimana, Myra?
Myra: Ya, misalnya kamu rajin olahraga, lama-lama kamu jadi orang yang sehat. Kalau kamu sering telat, ya akhirnya dikenal sebagai orang yang nggak disiplin.
Bujang: (tertawa) Ah, masa sih segitu pengaruhnya? Aku kan ya aku, nggak berubah cuma gara-gara kebiasaan kecil.
Myra: (menatap Bujang) Serius, Jang. Kamu sadar nggak, setiap pagi kamu nge-scroll HP dulu sebelum apa pun?
Bujang: Iya, terus? Itu cuma kebiasaan kecil.
Mamat: (menimpali) Nah itu dia, Jang. Kamu bilang “cuma kebiasaan kecil”, tapi kalau tiap hari begitu, itu jadi pola hidupmu. Dan pola hidupmu itu yang bikin siapa kamu sebenarnya.
Bujang: (garuk kepala) Jadi... maksud kalian, kalau aku malas olahraga, sering telat, dan suka nunda, itu... aku?
Myra: (senyum) Yup. Kebiasaanmu adalah cerminan dirimu. Kamu nggak bisa bilang, “Aku orang disiplin” kalau tiap hari telat.
Bujang: (terdiam, lalu ketawa kecut) Wah, berarti aku ini... kebiasaan jelek semua dong?
Mamat: (ketawa) Belum terlambat, Jang. Kita bisa ganti kebiasaan. Tapi kuncinya harus sadar dulu.
Myra: Betul. Dan kalau kita muslim, kebiasaan kita juga harus mengingatkan kita sama Allah. Jangan cuma otomatis tanpa rasa.
Bujang: (mikir serius) Oke, mulai besok, aku coba ganti kebiasaan. Tapi... pelan-pelan ya.
Myra: Pelan nggak masalah. Yang penting istiqamah.

Apa yang kita bisa jadikan hikmahnya ? Berikut ini hikmahnya :
1. Kebiasaan Membentuk Identitas
Siapa kita hari ini adalah hasil dari kebiasaan kecil yang kita ulang setiap hari.
2. Kebiasaan Kecil Tidak Netral
Tidak ada kebiasaan yang “sekadar kebiasaan kecil”. Ia akan menumpuk dan menjadi karakter kita.
3. Kesadaran Adalah Titik Awal Perubahan
Bujang baru sadar dirinya adalah hasil kebiasaan saat diajak berpikir. Kesadaran adalah langkah pertama untuk berubah.
4. Kebiasaan yang Baik Harus Disertai Kesadaran kepada Allah
Myra mengingatkan bahwa sebagai muslim, bukan hanya soal disiplin, tapi juga soal niat lillah agar amal bernilai di sisi Allah.
5. Perubahan Dimulai dari Langkah Kecil dan Istiqamah
Tidak perlu langsung besar, cukup satu langkah baik yang diulang terus-menerus dengan niat yang benar.

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah awal pertama kita melakukan sesuatu, karena kalau diulangi lagi udah jadi kebiasaan. Hati-hati, jangan tidak mempedulikannya. Misalnya melakukan tanpa berpikir panjang, melakukan terburu-buru tanpa melibatkan pikiran kita, melakukan karena cenderung dalam keadaan emosional. Apa yang terjadi selanjutnya ? Kita telah melakukan "yang tidak baik" atau asal saja, yang telah menjadi memori di dalam pikiran kita. Sangat mungkin ini menjadi kebiasaan. Kecuali kita menyadari apa yang kita lakukan itu tidak baik atau salah. Untuk membentuk kebiasaan yang positif, maka kita mesti siap (waspada) dengan selalu berpikir (logika dan hati) sebelum bertindak. Apakah bisa selalu begitu ? 100% pasti tidak bisa, jika selama tidak begitu, maka kita sering-sering evaluasi (muhasabah) agar kita bisa mengoreksi dan memberi wawasan dalam bertindak selanjutnya.
Contoh, sikat gigi sebelum tidur. Mungkin awalnya kita melakukannya karena disuruh orang tua di masa kecil. Dilakukan terus-menerus jadi kebiasaan. Mau tidur memori kita segera menggerakkan kita untuk sikat gigi. Apa yang terjadi kalau kita memiliki ilmu tentang kesehatan gigi dan teladan nabi ? Tentunya ini menambah kebiasaan sikat giginya tidak hanya sebelum tidur, tapi dilakukan sesering mungkin, habis makan dan menjelang salat. Maka kebiasaan sikat giginya menjadi kebiasaan yang bagus. Ada juga yang melakukannya sikat gigi seperti biasa dan menambahkannya dengan sikat siwak. Itulah kebiasaan yang tanpa banyak mikir, dan kebiasaan yang dikuatkan ilmu.

Lalu buat apa kebiasaan itu ? Ada dong manfaatnya. Level terendah adalah kebiasaan itu adalah diri kita, atau siapa kita ? Kok bisa ? Bayangkan sepanjang hari ... adalah aktivitas kebiasaan kita, bangun pagi terlambat, selalu tidak ada persiapan dalam kerja, kerja ya kerja aja tanpa ilmu yang mendukung, apa-apa mengeluh dan curhat. Maka dengan apa yang dilakukan itu adalah siapa kita. Orang mengenal diri kebiasaan seperti itu adalah orang yang berperilaku negatif, tidak disiplin dan sebagainya. Tapi kadang-kadang kita sering melihat, ada orang yang menampilkan hal positif karena situasi dan saat bersama orang lain (atau orang ramai). Ini yang sering disebut pencitraan. Bisa jadi orang ini dikenal baik oleh orang tertentu saja atau kelompok tertentu, tapi sejatinya adalah tidak demikian (kamuflase). Kalau dalam Islam mirip orang yang munafik. Jadi orang baik itu selalu berproses menjadi semakin baik dan sesuai dengan kebiasaannya sehari-hari, di rumah, di masyarakat dan di kantor. Orang seperti ini jarang menunjukkan dirinya dengan lisannya tapi lebih banyak dilihat dari perilakunya.

Membentuk kebiasaan tidak hanya sekedar bersikap dan berperilaku saja, tentu butuh ilmu dan pemahaman nilai agama. Oleh sebab itu beruntunglah orang yang berilmu dan terus belajar. Mengapa ? Orang ini melakukan sesuatu selalu dipikirkan dan dipahami dengan hati sehingga apa yang diperbuat adalah tindakan atau perbuatan yang bermakna. Tapi kalau perbuatan bermakna ini dilakukan lagi dan lagi, bukankah itu juga sama dengan sekedar kebiasaan, tanpa mikir lagi ? Betul dan sangat betul. Maka selain kita berilmu logika dan pemahaman nilai agama, ada perlu kesadaran. Kesadaran apa ? Kesadaran saat mengerjakannya, terutama kesadaran dengan Allah. Maka Kebiasaan yang sudah terbentuk sangat membantu kita "mengingatkan" apa yang seharusnya kita lakukan, sebagai trigger awal. Lalu sadarlah saat melakukannya. Maka kebiasaan itu tetap mempunyai nilai, karena dilakukan dengan sadar. Contoh, saat kita salat dari mengucapkan Allahu akbar sampai salam. Ini adalah salat yang telah menjadi kebiasaan. Tanpa mikir lagi dan memahami setiap gerakan dan bacaan, salatnya seperti gerakan yang sudah hafal dan selesainya cepet. Berbeda saat orang salat tahu dia bersegera salat, lalu dia meniatkan dan melakukannya dengan kesadaran kepada Allah. Maka salatnya memberi makna yang berbeda dalam setiap salatnya. Waktu salatnya menjadi proporsional. 

Kebiasaan Otomatis vs Kebiasaan Sadar
Aspek             : Contoh Ibadah
Kebiasaan Otomatis (Tanpa Kesadaran) : Shalat sambil memikirkan urusan dunia
Kebiasaan Sadar (Dengan Niat Lillah) : Shalat dengan hadirnya hati dan niat lillah
Aspek             : Dzikir
Kebiasaan Otomatis (Tanpa Kesadaran) : Mengucapkan Subhanallah tanpa rasa
Kebiasaan Sadar (Dengan Niat Lillah) : Mengucapkan dengan penghayatan makna. Dibaca dengan rasa syukur kepada Allah
Aspek             : Sedekah
Kebiasaan Otomatis (Tanpa Kesadaran) : Transfer otomatis tanpa rasa Memberi dengan niat mencari ridha Allah.Hasilnya, Amal sah tapi kurang bermakna
Kebiasaan Sadar (Dengan Niat Lillah) : Amal bernilai tinggi di sisi Allah
Aspek             : Perasaan Kosong
Kebiasaan Otomatis (Tanpa Kesadaran) : hanya rutinitas
Kebiasaan Sadar (Dengan Niat Lillah) : Ada rasa syukur, cinta, dan dekat kepada Allah

Tindakan atau perbuatan yang kita lakukan berulang-ulang tanpa banyak mikir. Kebiasaan sehari-hari adalah fondasi yang membentuk karakter dan identitas kita. Ada sebuah prinsip yang sering dikutip:
“Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Keunggulan bukanlah tindakan, tetapi kebiasaan.” – Aristotle
Artinya, bukan satu tindakan besar yang menentukan siapa kita, tetapi serangkaian tindakan kecil yang kita lakukan secara konsisten setiap hari.

Beberapa poin penting tentang kebiasaan dan pengaruhnya terhadap siapa kita:
Kebiasaan adalah pembentuk karakter.
Setiap kali kita memilih disiplin, jujur, atau sabar, kita sedang menanamkan sifat itu dalam diri kita. Lama-lama, itu menjadi identitas.
Kebiasaan kecil → hasil besar.
Contoh: Membaca 10 menit sehari mungkin terlihat kecil, tapi dalam setahun itu setara dengan membaca puluhan buku.
Lingkaran identitas:
Pikiran → Tindakan → Kebiasaan → Karakter → Takdir.
Apa yang kita pikirkan dan lakukan berulang akan menentukan siapa kita di masa depan.
Kebiasaan baik mendekatkan kita pada tujuan, kebiasaan buruk menjauhkan kita.

Mari kita tidak hanya asal melakukan sesuatu, tapi lakukan dengan pikiran dan hati. Berikut ini adalah langkah yang bisa dilakukan untuk bertindak dan membentuk kebiasaan yang bener dan berkelanjutan. Latihan dari hari ke hariMembentuk kebiasaan baik butuh strategi yang realistis, bukan sekadar niat. Dari perspektif kesadaran kepada Allah, proses ini juga harus berlandaskan iman dan niat lillah agar kuat.
Berikut cara membentuk kebiasaan baik:

✅ 1. Mulai dengan Niat Lillah (Landasan Iman)
Tanyakan: “Mengapa aku ingin membentuk kebiasaan ini? Untuk siapa?” Jawaban yang benar: untuk Allah, bukan sekadar ikut tren atau karena orang lain.
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya…”
(HR. Bukhari dan Muslim)

✅ 2. Pilih Kebiasaan Kecil, Jelas, dan Spesifik
Jangan mulai dengan yang besar, karena sulit konsisten.
Contoh: ❌ “Aku ingin rajin baca Qur’an setiap hari.”
“Aku ingin baca 1 halaman Qur’an setelah Subuh setiap hari.”

✅ 3. Gunakan Pola Trigger → Action → Reward
Trigger: Hubungkan kebiasaan baru dengan aktivitas yang sudah ada (habit stacking).
Contoh: Setelah shalat Subuh → baca 1 halaman Qur’an.
Action: Lakukan kebiasaan itu segera setelah trigger.

Reward: Beri rasa puas (hamdalah, checklist, atau self-reward).
✅ 4. Gunakan Lingkungan untuk mendukung, apa yang kita lakukan. Lingkungan membentuk kebiasaan.
Tips:
Simpan mushaf dekat sajadah → memudahkan tilawah.
Cari teman saling mengingatkan → peer pressure positif.

✅ 5. Awali dengan 2 Menit (Teknik Atomic Habit Islami)
Jangan tunggu mood. Lakukan meski hanya sebentar.
Contoh: Dzikir minimal 1 menit setelah shalat → lama-lama tambah.

✅ 6. Fokus pada Konsistensi, Bukan Kuantitas
Rasulullah ï·º bersabda:
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

✅ 7. Evaluasi dan Perkuat Niat Setiap Hari
Sebelum tidur, tanya: “Hari ini sudah aku lakukan untuk Allah?”
Jika terlewat, jangan putus asa → taubat dan ulangi.
Contoh Praktis:
Target kebiasaan: Tilawah setiap hari
Trigger: Setelah shalat Subuh.
Action: Baca 1 halaman Qur’an.
Reward: Ucapkan hamdalah, tandai checklist.
Tantangan: Lupa → solusi: tempel sticky note di mushaf: “Sudahkah kamu baca hari ini?”

Insya Allah tulisan ini mampu membuat kita sadar tentang kebiasaan, yang selama ini tidak mengambil perhatian kita. Kita menganggapnya biasa saja. Akhirnya kita terbentuk menjadi apa yang tidak kita perhatikan itu. Inilah motivasi Islam dan motvasi diri yang dapat memampu kita untuk memberdayakan diri menjadi semakin baik.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...