Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kamis, April 24, 2025

Doa mendirikan shalat

Assalamualaikum Warahamtullahi Wabarakatuh, Insya Allah kita selalu diberi ilmu yang baik dan dimampukan mengamalkannya.

Petunjuk Allah yang terdapat pada ayat berikut ini :

Doa nabi Ibrahim as, yang Allah sampaikan pada surah Ibrahim, ayat 40 adalah perintah kepada kita untuk selalu berdoa agar ibadah kita kerjakan terutama shalat dapat dijalankan dengan baik  Demikian juga berdoa untuk anak cucu kita.

Yang dimaksud dengan doa dalam ayat ini adalah ibadah. Rasulullah saw menyatakan bahwa doa itu adalah ibadah. Kemudian beliau membaca firman Allah swt: Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud. (al-Araf/7: 206)

Shalat itu ada peran Allah dan ada perna manusianya, oleh sebab itu sepantasnyalah kita memohon doa juga kepada Allah untuk shalat kita dan anak cucu kita. Shalat karena kita mampu adalah sikap yang tidak pantas (seperti sombong), karena bukanlah kita yang menyebabkan shalat itu karena 100% oleh kita sendiri.

Mengapa juga berdoa untuk shalat ? Paling tidak, kita mendapat pelajaran (hikmah) :

1. Kita tidak sombong, apapun yang terjadi atas izin Allah. Bersyukurlah kita sudah mampu mendirikan shalat.

2. Shalat mesti kita doakan terus agar shalat itu selalu mengingatkan kita sebagai ibadah yang utama dan pertama. Termasuk untuk menjaga shalat bagi keluarga dan anak cucu.

3. Berdoa berarti kita beribadah kepada Allah. Doa itu juga untuk menguatkan apa yang ktia sudah lakukan dengan pertolongan Allah. Pertolongan Allah untuk mengingatkan, membimbing, menyempurnakan dan melindungi kita dari godaan ssetan.

4. Berdoa aja, kan ibadah. Berdoa terus menunjukkan kita taat kepada petunjuk Allah.

Insya Allah dengan membaca petunjuk Allah ini mampu membangkitkan diri kita untuk mengamalkannya. Beriman dan beramal saleh. 






Sahabatmu

Munir Hasan Basri


Ulasan 1 Buku "Semangat kerja yang konsisten"

 Semangat pag rekan0rekan. Insya Allah hari ini selalu diberkahi Allah dalam langkah aktivitas hari ini. Aamiin

Mulai hari ini, saya ingin berbagi tentang penulisan buku "Semangat kerja yang konsisten" dari latar belakang dan isi materinya. Saya adalah penulis buku "Semangat kerja yang konsisten", yang diterbitkan oleh Penerbit Adab, tahun 2023. BUku ini adalah salah satu bagian dari tema buku yang terus saya kembangkan dan tulis, yaitu "Iman (percaya) dan Produktivitas kerja" atau iman dan produktivitas itu sejalan. Iman disini adalah iman (percaya dan yakin) kepada Allah, sedangkan produktivitas adalah amal soleh yang berupa ibadah khusus dan umum. Dari tema ini saya mulai menulis judul buku tentang "Semangat kerja yang konsisten". Semangat sangat dibutuhkan semua dalam melakukan kerja, sebagai kerja kantoran atau bisnis dan sebagai beraktivitas dalam sehari-hari. Kata konsisten saya tambahkan merupakan "semangat" yang saya bicarakan itu ternyata bisa konsisten. 

Latar belakang saya menulis buku "Semangat kerja yang konsisten" berasal dari pengalaman kerja saya selama hampir 30 tahun sebagai karyawan, manager dan direktur. Dan tentunya terdapat juga pengalaman dari rekan kerja atau partner kerja. Pengalaman tentang apa ? Yaitu tentang kuran harmonisnya hubungan antara iman kepada Allah dalam hal ini ibadah yang saya lakukan dengan pekerjaan yang saya hadapi. Bisa jadi orang bilang keduanya mesti sejalan, iman dan kerja (produktivitas). Dibicarakan sepertinya mudah, tapi dalam kenyataannya tidak mudah. Perhatikan sebagai seorang muslim banyak bekerja di kantor atau bisnis tidak menonjol dalam bekerja. Pendapat pertama, ada yang muslim taat sehingga dia mementingkan ibadah khusus jauh lebih baik dan tidak begitu peduli dengan kerja (yang penting dapat gaji). Tapi sebaliknya pendapat kedua yang mengatakan kalau mau sukses di kantor atau bisnis, biasanya agamanya biasa-biasa saja. Atau ada pendapat lain yaitu menyelaraskan iman dan kerja ... biasanya bikin perusahaan muslim sehingga keduanya selaras. Beberapa fakta menunjukkan hanya sedikit yang bisa melakukannya, tapi malah perusahaan muslim itu memang cenderung memperhatikan ibadah khusus saja. Perusahaan muslim itu tidak lebih hebat dari perusahaan kebanyakan, saya katakan produktivitas sedang-sedang saja.

Saya belu mampu membangun perusahaan, tapi pengen membuat perusahaan dimana iman dan kerja itu selaras. Saya memulainya dengan menulis buku "Semangat kerja yang konsisten". Salah satu faktor tinggi produktivitas dalam kerja adalah semangat. Maka saya mencari makna semangat itu, apakah karena saya memiliki tujuan tertentu jadi semangat atau semangat itu ada hubungannya dengan iman. Mestinya ada, tapi saat itu saya belum menemukannya. Sesuai ilmu dan wawasan saya saat itu, saya menemukan semangat kerja itu karena saya memiliki tujuan, semakin besar tujuan itu maka semakin besarlah semangat saya. Kata orang semua tujuan itu dimulai dengan mimpi di masa depan. Misalkan saya mau menjadi manager, maka saya memiliki semangat dalam kerja untuk mengejar tujuan menjadi manager. Apapun yang saya miliki diupayakan untuk dioptimalkan agar saya mencapai tujuan saya. Dan tidak itu saja, apa yang belum saya miliki juga saya adakan untuk tujuan saya. Apa yang terjadi ? Saya menghabiskan banyak sumber dana dan tenaga (pikiran)  serta waktu. Saya kerja lebih keras tanpa peduli kesehatan, saya kerja habiskan banyak waktuu dan fokus pada pekerjaan yang telah melalaikan saya untuk waktu bersama keluarga dan ibadah.  Dari pengalaman itu saya bisa mencapai semua itu, tapi saya telah kehilangan banyak hal, diantaranya waktu dan kedekatan kepada Allah (iman). Semangat kerja yang saya lakukan hanya tertuju kepada tujuan menjadi manager yang menyebabkan saya telah hilang "hati", semua diukur dengan logika yang berparameter untung dan rugi dan diukur dengan perasaan yang berparameter nyaman dan tidak nyaman. Apa yang terjadi ? Saya hanya mengerjakan yang berhubungan dengan tujuan saya, dan saya melaksanakan apa yang menyenangkan saya. Disinilah timbul banyak konflik. Semangat saya jadi naik turun. Kadang tinggi dan kadang turun, apa sebabnya ? Karena ada senang dan ada kecewa terhadap hasil yang saya dapat.

Dari pengalaman tadi saya menemukan "hati" saya kembali. Dengan hati itu ada Allah, dan Allah adalah penolong dan sekaligus pemberi harapan (janji) yang terbaik. Hal ini tumbuh dari iman yang semakin baik. Saya mulai percaya dan yakin dengan meningkatkan iman, dan ternyata dalam perjalanannya saya merasa dengan iman itu saya jadi semangat. Setelah habis shalat, saya jadi semangat untuk bekerja kembali dengan produktivitas tinggi. Bayangkan saja, semangat itu semakin tinggi saat kita yakin apa yang kita kerjakan itu menuju harapan baru. Semangat itu tidak saya cari, tapi saya menemukannya (pemberian Allah) karena saya percaya (iman) kepada Allah. Allah yang memberi kehidupan ini, Allah yang mengatur segalanya untuk makhluknya lewat rezeki, Allah juga yang memberi petunjuk dan Allah pula yang menolong saya. Saya uji definisi yang saya buat, apa iya kalau saya percaya saya bersemangat ? Sewaktu saya membuat tujuan dan saya yakin tujuan itulah yang membawa saya menuju perubahan. Maka saat itu hadir semangat, semangat untuk mengerjakannya.  Sama halnya saya percaya bahwa Allah memberi kehidupan dunia dan akhirat lebih  baik, maka ada harapan dan semangat untuk menjalaninya (taqwa).  Akhirnya saya berkesimpulan bahwa semangat itu tidak perlu dicari dengan menciptakan tujuan atau keinginan, tapi  saya hanya perlu percaya tanpa ragu Allah petunjuk Allah. Dengan iman itu saya menjadi bersemangat dan sekaligus bertenaga energi sehingga pengen segera menjalani petunjuk Allah. 

Sebagai contoh, saat saya percaya bahwa Allahlah yang memberi ilmu kepada saya dan dengan ilmu ilmu saya mendapatkan amal jariah jika saya berbagi. Dan dengan ilmu itu saya bisa menjadi lebih mampu (naik lecel) dalam berkarir. Percaya kepada Allah tentang ilmu itu memberi saya semangat dan mendorong saya untuk belajar. Percaya kepada Allah yang mengatur semuanya, mengizinkan ilmunya dan membalas ata sedekah ilmu saya. Salah satu media dan fasilitas saya di kantor adalah belajar itu bekerja dengan produktivitas yang konsisten. Semangat yang mendasarkan kepada iman membuat saya untuk merawatnya (konsisten dan produktif). Adakalanya waktu dan dukungan kantor tidak kita dapatkan, maka belajar dengan otodidak dan menyesuaikan dengan kemampuan dan keuangan yang saya miliki. Bukankah ini adalah petunjuk Allah untuk hambaNya yang mau berubah (berubah sesuai kemampuan yang terus-menerus). Saat itu saya sebagai trainer, mengumpulkan peralatan presentasi secara bertahap, yang saya tabung dari sisa gaji. Awalnya saya beli proyektor, lalu audio sistem dan lainnya. Apa yang terjadi ? Saya bisa melakukan training dengan lebih baik lewat alat-alat yang saya miliki, ini adalah produktivitas. Saya percaya kepada Allah dengan selalu beribadah khusus dan saya pun produktif dalam bekerja. Produktivitas saya menimbulkan kepercayaan dari perusahaan sehingga karir saya meningkat dan tentunya gajipun lebih baik. 



Tidak saya saja yang mempraktekkan semangat ini, anak buah saya pun berhasi melakukannya. Saya memberi bimbingan dan bahkan mendrikan "sekolah" di perusahaan saya bekerja. Hasilnya beberapa murid dari bimbingan dan sekolah itu sudah mampu menduduki level manager di perusahaan lain. Alhamdulillahnya ketika saya sedang berbelanja atau main ke Mall, saya disapa oleh murid-murid saya yang sudah berhasil.  




Bagaimana ? Tertarik ? Saya berbagi ilmu ini dengan gratis. Bila ada yang ingin berkonsultasi, saya siap membantu. Buku "Semangat kerja yang konsisten" adalah buku pertama saya, dimana penulisan buku ini memakan waktu yang lama. Hal ini disebabkan banyak hal yang ingin dituliskan dan adanya keinginan menulis sempurna. Hampir 5 tahun buku baru terwujud dan diterbitkan. 

Insya Allah saya terus mengulas buku "Semangat kerja yang konsisten" dalam beberapa tulisan blog saya berikutnya. Saya ucapkan terima kasih.

Sahabatmu 

Munir Hasan Basri




Rabu, April 02, 2025

Buku Semangat Kerja yang konsisten

 Semangat pagi semunya. Insya Allah pembaca diberikan petinjuk yang menuntun kepada kehidupan yang semakin baik. Aamiin

Buku semangat kerja yang konsisten, yangsaya tulis merupakan langkah awal saya dalam menyampaikan pesan untuk kerja yang lebih produktif. Wawasan dalam berpikir saat memulai menulis adalah ingin menyampaikan petunjuk kerja atau beraktivitas yang didasarkan kepada iman. Iman kepada Allah menjadi dasar saya menulis apapun atau mengerjakan apapun yang baik. Tanpa iman, maka materi penulisan itu tidak menambah kualitas iman itu sendiri. Semakin saya menulis semakin bertambah imannya. Semua yang saya sampaikan merupakan pengalaman selama bekerja dalam mencari rezeki. Pengalaman sejak lulus kuliah sampai pensiun. Alhamdulilahirobbilalamin, saya dapat menemukan petunjuk bekerja dan iman itu sejalan, sekalipun tidak berada dalam perusahaan yang pemiliknya bukan muslim. Tidak mudah, tapi saya menemukannya dan selalukan keharmonisan bekerja yang produktif  yang mengantarkan saya semakin mendekat kepada Allah.

Didalam buku "semangat kerja yang konsisten" yang ingin menyampaikan bahwa menjadi bersemangat itu selalu ada iman (percaya dan yakin) kepada Allah. Ada yang bilang semangat dulu baru kerja atau beraktivitas, ya demikian karena semangat itu hadir karena hadir terlebih dahulu keinginan atau tujuan. Semangat yang saya sampaikan adalah semangat itu tidak perlu dicari atau diciptakan, tapi semangat itu hadir setelah saya memiliki keimanan kepada Allah yang membuat saya percaya apa yang saya lakukan itu baik buat saya. Misalkan saya percaya Allahlah yang memberi rezeki kepada saya, dengan keyakinan itu saya bersemangat. Dan semangat saya menjadi nyata saat saya memulai kerjanya atau beraktivitasnya. Keyakinan memberi harapan dan harapan itu menumbuhkan semangat. Semangat itu menyala karena saya bekerja atau beraktivitas. 

Semangat itu bisa konsisten karena saya merawat kerja atau aktivitas dengan sadar iman. Yang saya dapatkan adalah saya ingin terus bekerja atau beraktivitas yang baik tentunya. Memang dalam kesehariannya konsistensi itu tidak terus menaik, ada kalanya turun dan ada kala naik. Yang terpenting adalah saya menyadari dimana saya berada, kalau lagi turun, maka bisa jadi iman saya menurun (tidak menguat) karena hambatan dan godaan.  Sebenarnya tidak perlu dipaksakan saat mengalami hambatan atau godaan, Nabi mengajarkan untuk ingat Allah (misalkan berwudhu dulu, atau shalat sunnah dulu atau berzikir). Untuk apa ? Agar kita mengembalikan iman yang berdampak kepada semangat dan kerjanya (aktivtitasnya). Dengan demikian kita selalu kembali kepada aktivitas yang konsisten dan kerja yang konsisten. 

Di dalam buku "Semangat kerja yang konsisten" jiga membahas niat dalam bekerja yang dapat dijadikan langkah untuk merawat semangat dan konsistensi. Membahas juga bagaimana mengharmoniskan keinginan dunia diarahkan kepada jalan Allah, yang agar kita tidak mudah lalai dari iman. Dan bahkan di awal buku, saya mengajak diri saya sendiri dan pembaca untuk memulai berkata yang positif (baik). Sebagai prakteknya adalah saya menulis buku ini dengan kata-kata positif atau kalimat positif, dimana saat pembaca membaca isi buku "semangat kerja yang konsiten" itu dapat memprogram pikiran bawah sadar tanpa sadar. Uniknya buku ini sangat minim menggunakan kata negatif. Misalnya kata negatif "gagal" saya gantikan dengan kata "belum berhasil" atau "tidak berhasil". kata "berhasil" saja yang tersimpan dalam memori alam bawah sadar kita.  Inilah yang saya ingin bangun dari membaca buku saya "Semangat kerja yang konsisten".

Didalam blog ini saya pun ingin mengulas banyak tentang pemikiran saya tentang kesadaran kepada Allah yang dituangkan dalam tulisan yang bermakna kerja sebagai ibadah sehingga iman kita terpelihara (terawat) dengan kerja atau aktivitas yang kita lakukan. Ada yang bilang inilah zikir (mengingat Allah) dalam wujud nyata (tidak lagi lisan). Zikir itu ada di hati lalu diucapkan dalam lisan dan ditindaklanjuti dengan tindakan atau perbuatan, dalam hal ini kerja atau beraktivitas.  

Tulisan ini dapat menjadi motivasi diri atau pemberdayaan diri untuk kemampuan diri yang semakin baik hari ini. Sekaligus membangkitkan motivasi umat muslim (motivai Islam) untuk menjadi produktif.

Sahabatmu dalam produktivitas

Productivities Trainer, Motivator and Writer


Rabu, Maret 26, 2025

Power of question

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah kita semua dilimpahkan rezeki yang berkah hari ini. Aamiin

Saya mengambil judul pakai bahasa Inggris "Power of question", kekuatan bertanya. Dalam mengambil judul ini pun saya bertanya pada diri saya sendiri,"Apa yang ingin saya tulis ?" Maka hadirlah berbagai jawaban dan salah satu jawaban itu adalah kekuatan bertanya. Bisa jadi pembaca juga bertanya, apa yang dimaksud dengan power of question ? Ada beberapa jawaban atau bahkan bertanya lagi ... "Emangnya question ada kekuatan ?" dan mungkin juga "Apa saja sih kekuatan bertanya itu ?" Diantara pembaca ada yang sudah tahu maksud judul ini, tapi penasaran apa sama ? Begitulah ssebuah pertanyaan selalu memulai saat kita melakukan aktivitas. Aktivitas apa saja.

Power of question, salah satu kekuatannya adalah bertanya tentang,"buat apa saya melakukannya ?" Bisa saja untuk pengulangan hal ini pun masih kita tanyakan, tapi kebanyakan tidak nanya lagi dan langsung aktivitas. Misalkan kita pergi ke kantor, rasanya tidak setiap hari kita bertanya," buat apa saya ke kantor ?" Jawabannya sama, mencari uang. Tetapi bisa jadi pertanyaan itu muncul kembali ketika kita mulai "bosan" bekerja, ke kantor lagi ke kantor lagi. Sampai disini belum ada kekuatan yang luar biasa, tapi saat kita bertanya lebih dalam,"Buat apa saya cari uang, tapi uangnya aja tidak banyak saya dapatkan ? Atau pertanyaan lain,"Bagaimana saya mendapatkan uang lebih banyak ?" dan banyak lagi yang ada dibenak kita. Pertanyaan lanjutan inilah yang bisa merubah kebiasaan kita ke kantor. Ada yang lebih disiplin ke kantor, ada yang semakin sabar, ada yang giat bekerjanya dan seterusnya. Bagaimana dengan Anda ? Mungkin tidak perlu setiap hari bertanya tentang "buat apa saya ke kantor ?", bertanyanya bisa sebulan sekali untuk mefresh kembali kerja kita. 

Setiap pertanyaan memerlukan jawaban, sepertinya jawaban atas pertanyaan itu bisa sangat banyak. Tetapi terkadang jawabannya tidak kita ambil sebagai keputusan untuk kerja atau aktivitas. Kita merasa tidak oke aja, dan akhirnya kita menjalani yang rutin saja. Atau ada kejadian lain yaitu kita mengambil salah satu jawabannya dan dijalanin. Selang beberapa waktu, saat menghadapi hambatan dan masalah, kita merasa tidak sanggup melanjutkannya dan kembali melakukan kerja/aktivitas rutin.

Bagaimana pola bertanya yang baik untuk dijadikan kekuatan ? 

  1. Buatlah beberapa pertanyaan kepada diri kita sendiri ?  dan pilihlah pertanyaan yang dapat mengembangkan diri kita lebih baik.
  2. Fokuslah pada pertanyaan point 1. Lalu temukan jawabannya.
  3. Agar kita mendapatkan kekuatan dari diri kita, tanya lagi dan temukan jawabannya dan tanya lagi lebih dalam sampai kita menemukan jawaban yang membuat kita tergerak untuk kerja/aktivitas.
  4. Setelah menemukan beberapa jawaban, maka lakukan penerapan dari jawaban tadi
  5. Evaluasi aktivitas kita dengan bertanya lagi,misalkan,"mengapa tidak berhasil ?" atau bagaimana supaya berhasil ? 
  6. Aktivitas lanjutannya mengantarkan kita kepada koreksi kerja/aktivitas.
  7. kerjakan terus hal ini agar mencapai tujuannya.
Dengan pola bertanya seperti hal diatas ... dapat dipastikan kita memiliki kemampuan baru dan memperoleh hasil yang semakin baik. 

Adakalanya bertanya itu dimulai dari keisengan yang jawabannya juga tidak serius. Tapi ingatlah pertanyaan itu bukan sekedar iseng, tapi merupakan refrleksi diri terhadap kehidupan kita sendiri. Keinginan hidup yang semakin baik dalam mengatasi berbagai persoalan hidup yang dihadapi. Perubahan dalam diri kita selalu berasal dari intrspeksi diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang hadir. Hindari bertanya dimana jawabannya bergantung kepada orang lain karena hal itu membuat kita selalu berharap dan hasilnya bukan bergantung kepada kita sendiri. Misalkan jawabannya adalah karir kerja kita ditentukan oleh atasan. Bukankah ini membuat kita selalu berharap kepada atasan, dan sebaliknya jawabannya selalu tertuju kepada kita sendiri. Dalam jawaban ini dapatk kita alihkan menjadi karir kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Kok bisa ? Dengan cara selalu meningkatkan kemampuan ssecara kuantitatif dan kualitatif, dan kinerja ini mesti dikomunikasikan dengan atasan sehingga terlihat. Atau dengan kemampuan kita tersebut mesti membuat atasan kita semakin meningkat karirnya (membantu dan mensupport atasan agar terus berkembang karirnya).





Bertanya sekali tidak cukup karena tidak memberi kekuatan apa-apa. Sangat perlu mendalami pertanyaan dengan pertanyaan selanjutnya. Ada yang bilang begini, jawaban atas pertanyaan pertama itu adalah "bohong" (tidak mengatakan yang sebenarnya terjadi). Misalkan seorang karyawan terlambat, maka pertanyaan yang muncul,"Mengapa kamu terlambat ?" Jawabannya adalah macet di jalan atau ada keperluan. Jika kita berhenti sampai disini, maka jawabannya cenderung rekayasa untuk menutupi kesalahannya dengan mengatasnamakan hal lain. Mari kita bertanya lagi, "jam berangkat ke kantor ?" Dijawab jam 7 pagi. Ditanya lagi,"jam berapa bangun paginya ? Jam 6. lalu tanya lagi, "tidurnya jam berapa ?" jawabannya jam 12 malam. Dari serangkain pertanyaan tadi, maka kita bisa simpulkan bahwa keterlambatannya  bukan macet. karena karyawan tersebut memang berangkat di jam macet. Bukankah karyawan itu bisa berangkat lebih pagi, misalkan jam 6 pagi. Maka kemungkinan terlambatnya tidak terjadi.  Begitulah kekuatan bertanya itu dapat memberikan solusi bagi suatu masalah. Ada hal yang menarik lagi, dari serangkain pertanyaan yang diajukan bisa membuat "kebohongan" terungkap". Misalkan "Tadi berangkat kerja macet di jalan apa ?" jawabannay di jalan A. Maka bertanya untuk memancing kebenarannya,"tadi saya dan temen kamu lewat jalan A nggak macet tuh ?" Jawaban karyawan membuat dia grogi. Disinilah dapat disimpulkan seseorang "berbohong" atau tidak.

Bagaimana ? Pernahkan bertanya. Bila perlu pertanyaan dicatat atau ditulis dalam list dan begitu juga dengan jawaban. Menjadi sangat bagus, biar tahu dan didalami lebih lanjut dan bisa dicek list aktivitasnya. Insya Allah power of question ini memberi motivasi kita menjadi semakin baik dan menjadi introspeksi diri yang menggugah diri berubah dengan pemberdayakan diri kita sendiri.

Sahabatmu  

Sabtu, Maret 22, 2025

Membuat ukuran bersyukur

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dilimpahkan ilmu yang mengantarkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Aamiin

Hari ini, saya menulis tentang ukuran bersyukur. Yang ada dibenak kita adalah apa iya bersyukur bisa diukur. Semua yang terkait dengan ukuran selalu kepada angka. Mau pakai nilai berapa untuk bersyukur dengan maksimal 10 atau 100 atau lainnya, bagaimana saya tahu nilainya yang kesesuaiannya dengan faktor bersyukur. Kayaknya tidak mudah dilakukan. Begitu awalnya, tapi saya memberanikan diri untuk  berpikir yang mudah dan sederhana saja.

Yang pertama saya membuat ukuran bersyukur itu hanya untuk diri saya sendiri, karena setiap orang memiliki ukurannya sendiri. Soal angka adalah dibuat hanya untuk mengukur dan membandingkan dengan sebelumnya. Misalnya saya menulis bersyukur saya hari sebelumnya dengan angka 6. Angka 6 itu pasti mengacu kepada beberapa faktor yang saya lakukan. Lalu hari ini saya bisa mengukur dengan logika saya, ternyata beberapa faktor yang saya lakukan meningkat sehingga saya memberi nilai 6 ,5 dalam bersyukur. Sekali lagi angka ini adalah acuan untuk melihat perubahan dalam diri sendiri sehingga saya mampu untuk meningkatkan apa yang bisa saya lakukan (dalam bersyukur). Setiap orang bisa membuat sendiri ukurannya.

Misalkan saya ingin menentukan beberapa parameter bersyukur itu dari hal berikut ini :

  • Output (hasil bersyukur) 
    • Pendapatan saya
    • Peluang mendapatkan pendapatan
    • Kesehatan
    • Motivasi
    • ketenangan pikiran (hati)
    • dan banyak hal lain
  • Input dan proses bersyukurnya (apa yang ingin saya syukuri - apa yang dikerjakan)
    • Peningkatan nilai nikmat dengan meningkatkan optimalisasinya
    • Peningkatan pemahaman agama agar mampu bersyukur
    • Melakukan peningkatan kualitas atau kuantitas nikmat
    • dan banyak hal lain
Sebagai contoh adalah saya bersyukur dengan mengukur dari hasil bersyukur (output), yaitu kesehatan dan motivasinya. Maka saat saya memulainya, saya mesti membuat nilainya. Disisi lain saya juga mesti melihat nikmat Allah yang saya miliki, saya memiliki rumah di komplek yang memilik suasana nyaman (tidak ramai dan tertutup), saya memasak sendiri makanan saya dan bisa menambahkan yang lain tentang hal ini. 
Saya tulis kembali hal di atas :
Nikmat
- saya tinggal di komplek dan suasana nyaman
- saya memasak sendiri
Output yang diukur adalah
- kesehatan
- motivasi
Maka apa yang lakukan dengan bersyukur ? Inilah proses dalam memanfaatkan nikmat menjadi bernilai tambah. Misalkan 
- Makan dengan memasak yang sehat dimana selalu ada sayur setiap makan
- Berolahraga
- Membaca wawasan tentang makanan sehat dan olahraga
- Berteman dengan orang yang sehat-sehat, sering berada dalam lingkungan orang yang makan sehat.
- Berolahraga bersama teman
Selanjutnya saya menentukan setiap nilai dari nikmat mulai hari ini, bisa saja saya mulai dengan angka 3 atau 4, karena saya belum melakukan proses. Saya siapkan catatan atau buku untuk membuat nilainya setiap hari. Persoalan yang tidak mudah yang dihadapi adalah mencatat nilai-nilai itu ke dalam catatan yang sudah saya siapkan. Awalnya mudah karena masih ada motivasi yang tinggi, dan hati-hati selanjutnya banyak hal yang membuat semua mencatat itu berhenti.
Hari ini saya melakukan olahraga pagi hari di lingkungan komplek selama 30 menit. Artinya saya sudah berproses dalam bersyukur. lalu abis olahraga saya minum air putih yang cukup dan selanjutnya makan pagi tidak berat hanya minum jus. Adakah perubahan ? Ya. Tindakan bersyukur atas nikmat keadaan sebelumnya menjadi lebih baik, berolahraga dan minum jus.  bagaimana dengan hasil bersyukurnya (output) ? Tadi saya menentukan parameternya adalah motivasi dan kesehatan. Apa yang saya rasakan di hari pertama ? Saya merasakan motivasi meningkat dan kesehatan sedikit lebih baik. Dan menjadi lebih berdampak setelah melakukan bersyukurnya seminggu, maka alangkah baiknya waktu pengukurannya setiap minggu. Setelah 1  Minggu, saya bisa memberi catatan nilainya naik. Yang awalnya saya mencatat dengan nilai 3, maka minggu pertama saya nilai dirinya sekarang (setelah 1 Minggu) adalah 3,25. Dengan cara ini saya dapat mengukur tingkat perubahan bersyukur saya. 

Buat apa sih semua itu ? karena saya membuat ukuran, maka saya bisa menandakan diri saya dimana. Dengan tahu nilai saya sendiri, maka saya tahu saya mau kemana dan apa yang mesti saya lakukan (perbaikan/koreksi). Saya bisa menjadi dari satu keadaan menjadi keadaan berikutnya yang semakin baik, kalaulah tidak lebih baik maka saya tahu apa yang harus dilakukan. Bayangkan dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan, Saya bisa terdorong dan bisa menjadi orang yang semakin sehat dengan pendukung ilmunya. Tahu tentang kesehatan dan cara meningkatkannya. Sebagai orang yang beriman, tentulah semua apa yang saya lakukan pasti terkait dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu saya juga mesti menyakinkan bahwa sehat itu menjadi modal juga dalam beriman, apa iya saya tidak sehat bisa mudah dalam beribadah dengan benar. Jangan pernah tidak melibatkan Allah dalam setiap kebersyukuran (sehat) dengan iman dan berdoa agar selalu dalam kehendaknya. 





Bersyukur itu tidak sekedar berterima kasih saja, ada yang mesti ditingkatkan atas nikmat yang kita terima agar menjadi nikmat bernilai plus. Perlu memahami bersyukur itu dengan hati dan pikiran, belajarlah terus dengan ilmu yang benar. Jika tidak dilakukan, maka kita merasa "bosan" bersyukur, karena begitu-begitu aja. Hiduplah dengan dinamis dalam bersyukur yang selalu berubah semakin baik setiap hari.

Insya Allah kita semua diberi ilmu dan kemampuan untuk bersyukur. Engkau yang Maha syukur, kami mesti beriman kepadaMu. Kamu yakin rasa bersyukur yang Maha itu dapat memberi kami ilmu bersyukurnya dan Engkaulah yang memiliki kekuatan untuk bersyukur ... limpahkan kekuatan itu agar kami pun mampu bersyukur kepadaMU. Aamiin
Sahabatmu


  

Jumat, Maret 21, 2025

Menjaga emosional diri

 Semangat pagi rejan-rekan. Insya Allah makin hari makin bisa nyadar dan semakin mampu mengendalikan emosional kita. Aamiin

Terinspirasi sebuah film Mandarin yang berseri 50 dengan judul Long Balad, tentang persaingan kekuasaan dan dendam. Ada kebencian dan dendam yang tak pernah habisnya untuk merebut kekuasaan. Kebencian dan dendam itu melahirkan permusuhan dan saling membunuh. Inilah emosional negatif, saya menyebutnya. Akhir dari cerita film ini adalah lelahnya menjalani kebencian dan dendam itu yang menyebabkan banyak orang yang meninggal (yang tidak bersalah) dan keinginan menciptakan kehidupan yang damai.

Dalam sehari-hari film di atas mungkin ada, tapi sesuai perkembangan saat ini sudah jarang yang terjadi. Malah yang terjadi itu masih ada sih benci atau dendam itu bagi mereka yang pernah terzalimi atau sekumpulan orang yang bersaing dalam kompetisi. Misalkan orang terzalimi oleh atasan atau orang yang memiliki kekuasaan sering terjdai dalam masyarakat. Seorang karyawan yang salah melakukan sesuatu bisa jadi mendapat hukuman dari atasan atau perusahaan. Sebetulnya ada yang benar-benar zalim, ada kalanya karyawannya aja yang merasa dizalimi. Sebagai karyawannya apapun alasannya mesti bersikap (merespon) positif, menganggap hukuman atau apalah namanya sebagai koreksi atas apa yang sudah dilakukan. Dengan sikap ini segera hadir kerja yang produktif. Disini karyawan benar-benar membangun kembali kepercayaan atasan dan perusahaan dengan kerja konsisten. Jika belum terjadi kesalahan yang dilakukan, maka menjadi penting bagi karyawan untuk berpikir akal sehat (mengendalikan emosionalnya). Respon emosional itu sangat reaktif dan mudah tersulut terhadap keadaan yang mengundang "emosional" atau memang kitanya yang emosional. Diri yang dikuasai oleh emosional negatif itu adalah bukan diri kita yang sebenarnya. Bayangkan saat kita diam sejenak, emosional negatif itu menjadi turun dan bahkan ada semacam self talk dalam diri dengan emosional positif. "Saya balas nggak ya, dia sudah berbuat begitu ke saya dan merasakan direndahkan". Lalu ada self talk yang berkembang,"kalau saya lawan dia kan atasan saya, nanti bisa rusak status karyawan saya". Dan akhirnya karyawan pun menjadi "yes men" karena terpaksa.

Perhatikan menjadi karyawan yang "yes men" (terpaksa) tidak juga memberi kebaikan. karena alam bawah sadarnya menyimpan emosional negatif. Jadi sewaktu-waktu bisa saja alam bawah sadar itu membawa kerja yang tidak produktif.  Yang baiknya ? Menjaga emosional diri (negatif), atau merawat emosional. Membiasakan kerja dengan minim emosional negatif. Mungkin awalnya ketidakcukupan ilmu membawa kita untuk bisa mengalihkan kepada akal sehat (wawasannya tidak luas). Apa yang terjadi ? Kita memiliki kaca mata yang tidak baik, selalu melihatnya sebagai dizalimi. Boleh dong dengan ilmu dan wawasan lain ... yang tidak baik itu memberi kita koreksi dan dengan belajar lagi bisa semakin baik. Oke dong. Tapi namanya jarang belajar, maka pola berpikirnya cenderung emosional negatif. Ditambah lagi dengan harapan yang tinggi dari kerja yang dilakukan. Ilmu yang tidak cukup tadi memberi hasil yang mengecewakan. Kalau udah kecewa ada kekhawatiran "nanti direspon negatif oleh atasan". Kecewa itu adalah golongan emosional negatif, maka dengan mudah menyulut emosional negatif lainnya, diantaranya marah, bertindak tidak baik dan bisa menjadi lebih buruk lagi.  Tanpa disadari jika ini terjadi lagi dan lagi, maka bisa berdampak buruk kepada tubuh kita, menciptakan penyakit.

Emang ada yang mau sakit ? Semua pasti tidak mau, tapi hal ini terjadi karena tanpa disadari. Seseorang,"Saya nggak pemarah kok", Ya hal ini diungkapnya saat tidak marah. Kalau lagi marah, orang itu bukan lagi dirinya. Bayangkan saat 5 menit kita emosional negatif, maka kita tidak menghilang waktu 5 menit untuk bahagia (sehat). Dan perhatikan saja orang lain yang emosional negatif (sebagai bentuk bercermin), ada orang lain dan mungkin banyak yang dilukai, dan dirinya sendiri.  Sebaliknya saat kita bahagia, kita yang bahagia dapat membahagiakan orang lain, (menjadi sahabat).

Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk menjaga emosional negatif ? Ingat emosional negatif itu terjadi karena kita memberi "makan" kepada emosional itu sendiri, atau dengan kata lain kita malas belajar dan berpikir. Iya nggak ? Cek dong diri kita, apakah ilmu kita bertambah, terutama tentang terkait ilmu emosional ? Pernah baca buku nggak ? Pernah nggak mengambil hikmah kehidupan ? Kalau hal ini jarang kita lakukan, maka kecenderungan kita adalah orang yang responsif, buru-buru dan emosional negatif. Oleh sebab itu menjadi wajib belajar menambah ilmu, biasanya orang berilmu itu menjadi bijak (mampu mengendalikan dirinya). Tak sampai punya ilmu aja, tapi mesti dilatih dalam kehidupan sehari-hari, di kantor, dirumah dan masyarakat. Dengan latihan ini dapat membuat kita trampil dalam mengendalikan emosional diri. 

Untuk berlatih itu kadang rada tidak mudah, ada cara lain yaitu berkumpul dengan orang yang baik dalam mengendalikan emosionalnya. Kok Bisa ? Dalam kumpulan orang ini kita membiasakan tidak emosional sehingga terbentuk kebiasaan baik. Sesering kita berkumpul dengan orang baik (sabar), maka kita jadi ikut sabar, mampu mengendalikan emosional negatif. Oke kan ?

Ada nasehat yang bilang begini, "kalau tidak mau emosional negatif, maka makanlah yang sehat untuk menjaga tubuh seimbang". Orang yang sehat bener, tercipta kondisi diri yang lebih baik, hal ini mendorong kita untuk berpikir akal sehat. Bayangkan kalau lagi malas, kan bawaannya mau yang nyaman sehingga saat berhadapan dengan kondisi yang tidak nyaman bisa memacu emosional negatif. Ada juga orang yang tidak mandi seharian, pasti suasana hatinya tidak baik-baik saja dan mudah tersinggung dengan ucapan orang lain. Misalkan,"kok bau sih" atau ada bahasa tubuh menjauh, kan ini memang nyata begitu. Tapi orang yang tidak mandi itu merasa dirinya oke saja (dengan parfum), tapi auranya tidak bisa ditipu. Jadi deh emosional negatif. 

Dalam hal ini saya hanya mengulas beberapa penyebab seseorang bersikap dan bertindak emosional negatif, bisa jadi ada hal lain.  Pertama sangat penting menambah ilmu dan wawasan dengan terus belajar, dan kedua menjaga kesehatan kita agar dapat menjaga suasana hati, atau happy. Terakhir saya mengajak kita untuk selalu berdoa juga agar dlindungi dari godaan setan. Dimana setan itu musuh kita dan pasti ingin merusak diri kita melalui nafsu atau emosional negatif kita.



Insya Allah tulisan in bisa memberi inspirasi dan wawasan bagi siapa saja dalam mengembangkan dirinya menjadi semakin baik. Ingat efeknya dan kebaikannya, yang bisa menjadi motivasi diri untuk bisa menjaga emosional diri. Apa yang kita kerjakan adalah upaya memberdayakan diri untuk mampu produktif dalam kerja atau beraktivitas. 

Sahabatmu


Kamis, Maret 20, 2025

Semangat bersyukur

Semangat pagi rekan-rekan semua. Insya Allah hari ini ditambah nikmat puasanya. Aamiin
Judul hari ini adalah semangat bersyukur. Perhatikan kita sendiri, kadang dalam bersyukur kita tidak atau kurang bersemangat. Bersyukur aja. Kalau bahasa seriusnya, kita kurang memaknai rasa bersyukurnya itu. Mengapa ? ini adalah tema menarik. Bisa jadi bersyukurnya kita itu tidak ada dorongannya atau bahkan tidak ada kuatnya hasil yang bisa diperoleh.
Bisa jadi bersyukurnya kita selama ini tidak mendapatkan hasilnya karena memang bersyukurnya tidak sungguh-sungguh. Bersyukurnya tidak sengaja dan tidak ada keinginan mengelolanya dengan bener. Apa iya kita ditambah nikmatnya oleh Allah ? Semua sesuai kehendak Allah. Dalam hal ini kita belum mampu menjadi orang yang dikehendaki Allah. Dari sini kita belajar untuk meningkatkan rasa bersyukur kita. Salah satu tanda bersyukur lebih baik adalah adanya semangat bersyukurnya.
Secara umum orang bersyukur mesti memiliki niat dan merespon apa yang diberikan Allah.  Niat itu disengaja, artinya kita sadar untuk melakukan aktivitas bersyukur. Sadar kepada Allah. Lalu Setelah berniat ini tentunya kita memiliki keyakinan untuk bersyukur, yakin bersyukur ini perintah Allah, yakin kalau tidak bersyukur itu ada azab Allah, yakin bersyukur menjadi ketaatan kepada Allah, yakin pula apa yang kita kerjakan dalam bersyukur itu adalah berdasarkan syariat agama.Dan yakin juga Allah membalas ras syukur kita. keyakinan yang kita miliki mampu mendorong kita untuk mewujudkan niat bersyukur. Saat memulai bersyukurnya, kita dapat merasakan semangat. Inilah yang saya sebut semangat bersyukur. Perlu ? Tak perlu dicari, semangat itu hadir dengan bekal keyakinan dan memulai aktivitasnya. 
Dalam semangat bersyukur itu menimbulkan energi yang besar untuk menyelesaikan aktivitas bersyukurnya. Semangat dan energi itu memberi kekuatan bagi kita untuk dapat merasakan makna bersyukurnya. Dan mampu juga menjaga dan merawat untuk konsistensi bersyukurnya.Agar bisa bersemangat dalam bersyukur ... yuk kita niatkan bersyukurnya dan hadirkan keyakinan yang kuat untuk melaksanakannya. Insya Allah kita dapat merasakan semangat yang luar biasa (berenergi) mengiringi aktivitas syukur kita.
Catatan tentang semangat syukur dari saya, Insya Allah kita diberikan semangat itu dan dihadirkan niat untuk bersemangat dalam bersyukur. Aamiin
Sahabatmu

 

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...