Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

24.4.25

Ulasan 1 Buku "Semangat kerja yang konsisten"

 Semangat pag rekan0rekan. Insya Allah hari ini selalu diberkahi Allah dalam langkah aktivitas hari ini. Aamiin

Mulai hari ini, saya ingin berbagi tentang penulisan buku "Semangat kerja yang konsisten" dari latar belakang dan isi materinya. Saya adalah penulis buku "Semangat kerja yang konsisten", yang diterbitkan oleh Penerbit Adab, tahun 2023. BUku ini adalah salah satu bagian dari tema buku yang terus saya kembangkan dan tulis, yaitu "Iman (percaya) dan Produktivitas kerja" atau iman dan produktivitas itu sejalan. Iman disini adalah iman (percaya dan yakin) kepada Allah, sedangkan produktivitas adalah amal soleh yang berupa ibadah khusus dan umum. Dari tema ini saya mulai menulis judul buku tentang "Semangat kerja yang konsisten". Semangat sangat dibutuhkan semua dalam melakukan kerja, sebagai kerja kantoran atau bisnis dan sebagai beraktivitas dalam sehari-hari. Kata konsisten saya tambahkan merupakan "semangat" yang saya bicarakan itu ternyata bisa konsisten. 

Latar belakang saya menulis buku "Semangat kerja yang konsisten" berasal dari pengalaman kerja saya selama hampir 30 tahun sebagai karyawan, manager dan direktur. Dan tentunya terdapat juga pengalaman dari rekan kerja atau partner kerja. Pengalaman tentang apa ? Yaitu tentang kuran harmonisnya hubungan antara iman kepada Allah dalam hal ini ibadah yang saya lakukan dengan pekerjaan yang saya hadapi. Bisa jadi orang bilang keduanya mesti sejalan, iman dan kerja (produktivitas). Dibicarakan sepertinya mudah, tapi dalam kenyataannya tidak mudah. Perhatikan sebagai seorang muslim banyak bekerja di kantor atau bisnis tidak menonjol dalam bekerja. Pendapat pertama, ada yang muslim taat sehingga dia mementingkan ibadah khusus jauh lebih baik dan tidak begitu peduli dengan kerja (yang penting dapat gaji). Tapi sebaliknya pendapat kedua yang mengatakan kalau mau sukses di kantor atau bisnis, biasanya agamanya biasa-biasa saja. Atau ada pendapat lain yaitu menyelaraskan iman dan kerja ... biasanya bikin perusahaan muslim sehingga keduanya selaras. Beberapa fakta menunjukkan hanya sedikit yang bisa melakukannya, tapi malah perusahaan muslim itu memang cenderung memperhatikan ibadah khusus saja. Perusahaan muslim itu tidak lebih hebat dari perusahaan kebanyakan, saya katakan produktivitas sedang-sedang saja.

Saya belu mampu membangun perusahaan, tapi pengen membuat perusahaan dimana iman dan kerja itu selaras. Saya memulainya dengan menulis buku "Semangat kerja yang konsisten". Salah satu faktor tinggi produktivitas dalam kerja adalah semangat. Maka saya mencari makna semangat itu, apakah karena saya memiliki tujuan tertentu jadi semangat atau semangat itu ada hubungannya dengan iman. Mestinya ada, tapi saat itu saya belum menemukannya. Sesuai ilmu dan wawasan saya saat itu, saya menemukan semangat kerja itu karena saya memiliki tujuan, semakin besar tujuan itu maka semakin besarlah semangat saya. Kata orang semua tujuan itu dimulai dengan mimpi di masa depan. Misalkan saya mau menjadi manager, maka saya memiliki semangat dalam kerja untuk mengejar tujuan menjadi manager. Apapun yang saya miliki diupayakan untuk dioptimalkan agar saya mencapai tujuan saya. Dan tidak itu saja, apa yang belum saya miliki juga saya adakan untuk tujuan saya. Apa yang terjadi ? Saya menghabiskan banyak sumber dana dan tenaga (pikiran)  serta waktu. Saya kerja lebih keras tanpa peduli kesehatan, saya kerja habiskan banyak waktuu dan fokus pada pekerjaan yang telah melalaikan saya untuk waktu bersama keluarga dan ibadah.  Dari pengalaman itu saya bisa mencapai semua itu, tapi saya telah kehilangan banyak hal, diantaranya waktu dan kedekatan kepada Allah (iman). Semangat kerja yang saya lakukan hanya tertuju kepada tujuan menjadi manager yang menyebabkan saya telah hilang "hati", semua diukur dengan logika yang berparameter untung dan rugi dan diukur dengan perasaan yang berparameter nyaman dan tidak nyaman. Apa yang terjadi ? Saya hanya mengerjakan yang berhubungan dengan tujuan saya, dan saya melaksanakan apa yang menyenangkan saya. Disinilah timbul banyak konflik. Semangat saya jadi naik turun. Kadang tinggi dan kadang turun, apa sebabnya ? Karena ada senang dan ada kecewa terhadap hasil yang saya dapat.

Dari pengalaman tadi saya menemukan "hati" saya kembali. Dengan hati itu ada Allah, dan Allah adalah penolong dan sekaligus pemberi harapan (janji) yang terbaik. Hal ini tumbuh dari iman yang semakin baik. Saya mulai percaya dan yakin dengan meningkatkan iman, dan ternyata dalam perjalanannya saya merasa dengan iman itu saya jadi semangat. Setelah habis shalat, saya jadi semangat untuk bekerja kembali dengan produktivitas tinggi. Bayangkan saja, semangat itu semakin tinggi saat kita yakin apa yang kita kerjakan itu menuju harapan baru. Semangat itu tidak saya cari, tapi saya menemukannya (pemberian Allah) karena saya percaya (iman) kepada Allah. Allah yang memberi kehidupan ini, Allah yang mengatur segalanya untuk makhluknya lewat rezeki, Allah juga yang memberi petunjuk dan Allah pula yang menolong saya. Saya uji definisi yang saya buat, apa iya kalau saya percaya saya bersemangat ? Sewaktu saya membuat tujuan dan saya yakin tujuan itulah yang membawa saya menuju perubahan. Maka saat itu hadir semangat, semangat untuk mengerjakannya.  Sama halnya saya percaya bahwa Allah memberi kehidupan dunia dan akhirat lebih  baik, maka ada harapan dan semangat untuk menjalaninya (taqwa).  Akhirnya saya berkesimpulan bahwa semangat itu tidak perlu dicari dengan menciptakan tujuan atau keinginan, tapi  saya hanya perlu percaya tanpa ragu Allah petunjuk Allah. Dengan iman itu saya menjadi bersemangat dan sekaligus bertenaga energi sehingga pengen segera menjalani petunjuk Allah. 

Sebagai contoh, saat saya percaya bahwa Allahlah yang memberi ilmu kepada saya dan dengan ilmu ilmu saya mendapatkan amal jariah jika saya berbagi. Dan dengan ilmu itu saya bisa menjadi lebih mampu (naik lecel) dalam berkarir. Percaya kepada Allah tentang ilmu itu memberi saya semangat dan mendorong saya untuk belajar. Percaya kepada Allah yang mengatur semuanya, mengizinkan ilmunya dan membalas ata sedekah ilmu saya. Salah satu media dan fasilitas saya di kantor adalah belajar itu bekerja dengan produktivitas yang konsisten. Semangat yang mendasarkan kepada iman membuat saya untuk merawatnya (konsisten dan produktif). Adakalanya waktu dan dukungan kantor tidak kita dapatkan, maka belajar dengan otodidak dan menyesuaikan dengan kemampuan dan keuangan yang saya miliki. Bukankah ini adalah petunjuk Allah untuk hambaNya yang mau berubah (berubah sesuai kemampuan yang terus-menerus). Saat itu saya sebagai trainer, mengumpulkan peralatan presentasi secara bertahap, yang saya tabung dari sisa gaji. Awalnya saya beli proyektor, lalu audio sistem dan lainnya. Apa yang terjadi ? Saya bisa melakukan training dengan lebih baik lewat alat-alat yang saya miliki, ini adalah produktivitas. Saya percaya kepada Allah dengan selalu beribadah khusus dan saya pun produktif dalam bekerja. Produktivitas saya menimbulkan kepercayaan dari perusahaan sehingga karir saya meningkat dan tentunya gajipun lebih baik. 



Tidak saya saja yang mempraktekkan semangat ini, anak buah saya pun berhasi melakukannya. Saya memberi bimbingan dan bahkan mendrikan "sekolah" di perusahaan saya bekerja. Hasilnya beberapa murid dari bimbingan dan sekolah itu sudah mampu menduduki level manager di perusahaan lain. Alhamdulillahnya ketika saya sedang berbelanja atau main ke Mall, saya disapa oleh murid-murid saya yang sudah berhasil.  




Bagaimana ? Tertarik ? Saya berbagi ilmu ini dengan gratis. Bila ada yang ingin berkonsultasi, saya siap membantu. Buku "Semangat kerja yang konsisten" adalah buku pertama saya, dimana penulisan buku ini memakan waktu yang lama. Hal ini disebabkan banyak hal yang ingin dituliskan dan adanya keinginan menulis sempurna. Hampir 5 tahun buku baru terwujud dan diterbitkan. 

Insya Allah saya terus mengulas buku "Semangat kerja yang konsisten" dalam beberapa tulisan blog saya berikutnya. Saya ucapkan terima kasih.

Sahabatmu 

Munir Hasan Basri




No comments:

Post a Comment

Featured post

Sikap terhadap pekerjaan atau profesi

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu ada kebaikan yang diperbuat hari ini, minimal memberi rasa bahagia bagi diri sendiri. Bagaimana ...