Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Jumat, April 25, 2025

"Jodoh" seperti menunggu bus

 

Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah kita selalu mendapatkan hikmah dari apa yang kita lakukan agar menjadi semakin bijak dalam berperilaku. Aamiin

Berikut ini dikisahkan tentang seseorang mencari jodohnya. keluarga dan orang tuanya sudah sering bertanya,"Kapan nikahnya ?" Jawabannya hanya "entar juga ada jodohnya, belum ketemu". Dengan berdalih jodohkan di tangan Tuhan dan tak perlu dipaksakan. Belum sreg ini. Ibu bilang lagi,"Emang sih jodoh di tangan Tuhan, tapi kan usaha neng". kadang banyak orang merasa risih dengan pertanyaan kapan nikah, dan akhirnya cuek.


Ada yang bilang," jodoh itu ibarat orang menunggu bus". Ya boleh-boleh aja dan mari kita ikuti ceritanya. Saya bukanlah yang berangkat pagi untuk menunggu bus, ketika ada bus yang datang, tentunya saya memperhatikan busnya dan isinya. lalu berkata dalam hati, "Walah ... busnya penuh sekali...saya tidak bisa duduk. Sebaiknya saya menunggu bus yang berikutnya. Bus pun berlalu. Sekian menit berikutnya, datang lagi bus. Dari kejauhan saya sudah mengamati busnya, dan berkata, "Busnya lebih parah nih ..busnya udah tua... jalannya pelan !" Tanpa pikir panjang saya melewatkan bus tersebut. Saya memutuskan untuk menunggu bus berikutnya lagi. Tak berapa lama  kemudian bus berikutnya datang. Bus itu tidak penuh penumpangnya dan bus baru lagi. Setelah saya amati ke dalam bus, saya bilang , "Pantesan tidak penuh .. busnya tidak ada AC-nya, sebaiknya saya tunggu bus yang lain. "Lagi-lagi, kita biarkan bus itu pergi dan menunggu bus yang lain. Waktu berjalan dan saya mesti memutuskan berangkat dengan bus berikutnya. Saya masuk ke dalam bus dan setelah bus itu berjalan, saya baru sadar bahwa saya naik bus jurusan yang bukan saya inginkan. Saya telah buang banyak waktu dan pasti capek. Dan saya pun harus berpindah bus lagi agar bisa sampai tujuan. Sesungguhnya, meskipun kau berhasil mendapatkan bus ber-AC, kau tidak bisa memastikan bahwa bus itu tidak akan mogok, atau bisa saja AC-nya terlalu dingin untukmu.


TUNGGU....Saya yakin kamu juga pernah mengalami peristiwa ini. Kamu melihat bus datang (bus yang kamu inginkan, tentu!) Kamu pun segera melambaikan tanganmu. Tapi.... WUSSS... Sang supir ngebut melewatimu. la bersikap seakan-akan tidak melihatmu. Kamupun segera sadar, ternyata bus itu tidak diperuntukkan bagimu.Pada hakekatnya, mencari pasangan adalah seperti mencari bus. Apakah kamu  menumpanginya dan menghargai bus itu?! Itu semuanya tergantung padamu sendiri! Bila kamu belum dapat mengambil keputusan, JALANLAH... Jalan memang berarti kamu belum memperoleh yang kamu idamkan. Namun, sisi baiknya adalah, kamu masih dapat memilih bus mana yang kau inginkan. Adapun mereka yang tidak dapat pindah kendaraan, mereka harus puas dengan bus yang mereka tumpangi sekarang. Sedikit lagi. Kadang-kadang lebih baik kau memilih bus yang kau sudah biasa dan kenal daripada kau pertaruhkan dirimu dengan kendaraan yang sama sekali asing bagimu. Tapi sekali lagi, hidup ini menjadi kurang mengasyikkan bila kita tidak berani mengambil resiko. 

Mari kita bangun motivasi positifnya, yang pertama jodoh itu ditangan Allah. Percaya nggak ? Percaya dong. Lalu kalau kita percaya, apakah jodohnya datang begitu saja ? Bisa iya dan bisa juga tidak. Lalu apakah kita berdoa untuk dipertemukan dengan jodoh kita ? Iya dong. Kalau berdoa berarti kita mendoakan apa yang juga harus kita lakukan. Nah disinilah kita mesti melakukan banyak hal, syukur-syukur salah satu apa yang kita lakukan itu mengantarkan kita kepada jodoh kita.

Judul di atas bukan sekedar jodoh saja, tapi kadang jodoh itu ditafsirkan dalam berbagai hal ... Jodoh itu pilihan pekerjaan kita, sepertinya kita yak pernah tahu juga pekerjaan apa yang sesuaikan dengan apa yang menjadi passion kita. Awalnya kita mengambil pekerjaan yang dimana kita diterima oleh perusahaan, lalu bekerja semaksimal mungkin. Ada yang tidak cocok, maka pindah perusahaan. Dalam bidang pekerjaan yang kita tekuni bisa juga berganti dengan bidang lain ... yang akhirnya kita menemukan bidang yang cocok dengan diri kita (jodoh katanya). Belum tentu juga seorang yang pintar matematika mesti bekerja di bidang matematika, biasanya bisa menggeluti bidang sales dan marekting. Yang dulunya tidak pintar di sekolah, tapi menjadi sukses memimpin sebuah perusahaan. Tapi ada juga yang belum menemukan jodohnya dalam pasangan atau pekerjaan yang passionnya sampai sekarang ini. Begitulah perjalanan atau proses kita dalam mencari jodoh atau menemukan pekerjaan yang pas.  

Ada sikap yang baik untuk diikuti, Apa itu ? "Sesuatu yang baik belum tentu baik buat kita tapi baik di mata Allah dan sebaliknya yang tidak kita sukai bisa jadi memberi banyak kebaikan bagi kita di mata Allah". Berhati-hati dalam menyikapi apa yang kita hadapi, yang menurut kita baik bisa menjerumuskan kita kepada keterpurukan. Misalkan cari jodoh dengan alasan yang pintar atau cantik/ganteng, bagi yang bersyukur maka pilihannya mesti diselaraskan dengan kebaikan agar bisa bertahan. Kalau nggak banyak yang berpisah. Sama halnya dalam pekerjaan, memilih karena perusahaan besar, yang ternyata tidak membuat kita berkemampuan tinggi. Tapi sebaliknya jodoh yang memilih karena agama, kayaknya ngga umum dan tidak mengantarkan kita kepada kebaikan pergaulan modern. Tapi di mata Allah hal ini sangat baik, karena lebih mudah menciptakan kebahagiaan dalam berkeluarga. Dalam pekerjaan dimana kita tidak suka bidangnya (tidak sesuai ilmu yang dimiliki), tapi disinilah kita diuji mampu untuk menjadi berkemampuan tinggi dengan berbagai masalah dan tantangan. 

Jodoh itu pilihan kita. Dan kitalah yang mempertahankan dan memperjuangkan jodoh kita menjadi benar-benar pilihan kita, bukan membiarkan jodoh (pilihan kita) itu salah. kalau ada orang bilang,"Setelah sekian tahun ternyata saya tidak cocok dan berpisah dengan pasangan yang tadinya pilihan kita (jodoh). Jadi nggak jodoh lagi". Sebenarnya mereka tidak berani mempertanggungjawabkan perbedaan (tidak cocok) yang sejak dulunya pasti ada yang tidak cocok. Adakah upaya untuk memperjuangkan perbedaan itu sebagai bagian dari pilihan yang dipertanggungjawabkan. bagitu juga dengan pekerjaan ... karena kita tidak bertanggung jawab, maka kita tidak suka dengan pekerjaan dan memilih pindah perusahaan atau membiarkan apa adanya.
  
Insya Allah kita dapat mengambil segala aspek dalam hidup ini untuk disesuaikan petunjuk Allah. Petunjuk Allah itu benar dan seringkali kita masih mempertanyakannya sehingga belum mau mengamalkannya. Iman kita mestinya selaras dengan apa yang kita kerjakan di dunia. Kalau belum selaras, jangan meniadakan petunjuk itu. Tapi carilah apa yang dari pekerjaan itu yang masih tersembunyi sehingga tidak selaras. Itulah nikmat Allah yang hanya bisa dilihat dengan hati, bukan sekedar pikiran kita.



Sahabatmu
Munir Hasan Basri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...