Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Selasa, Maret 18, 2025

berhasil nggak ?

Semangat pagi rekan-rekan semua. Insya Allah selalu dilimpahkan rezeki yang berlimpah. Aamiin
Saya menganalisa, apa iya sih apa yang saya lakukan itu lebih banyak tidak berhasilnya ? Mengerjakan ini untuk mengejar mimpi (tujuan) bisa berjalan di awal tapi setelah itu berbelok dan tidak pernah sampai ? Apa saya tidak berhak atas hasil dari apa yang saya kerjakan ? 
Yang pertama adalah pasti hasil itu milik Allah, tidak semua keinginan saya bisa diberikan Allah. Itu pun masih bisa ditafsirkan sebagai fokus saya adalah kerja dan memperbaiki kualitas dan kuantitas kerjanya. Allah memberi sesuai kehendakNya. Artinya lagi semua yang saya kerjakan masih memberi peluang untuk mencapai hasil yang baik. Disisi lain hal yang baik itu  ... sering saya tafsirkan memberikan hasil sesuai harapan. Tapi dalam kenyataannya, saya juga menndapat hasil tidak sesuai harapan saya. Hal ini bukan berarti Allah tidak memberikan hasil baik kepada saya. Saya mesti menafsirkan sebagai hikmah yang saya bisa melihat kebaikan dari hasil yang tidak sesuai harapan tadi. Dengan melihat hikmahnya, saya bisa mengerjakan lagi yang mengikuti jalan Allah. Apakah saya bisa berhasil ?
Bisa ya dan tidak. Saya bisa menyempurnakan kerja saya dengan doa. Dimana doa pun sangat bergantung dari amalannya saya. Kalau begitu, saya mesti melihat kembali nilai ketaqwaan saya. Kalaulah saya mampu bertaqwa di jalan Allah, Insya Allah Allah Maha berkehendak.
Tetapi disisi lain, apa iya saya selalu menginginkan hasil yang sesuai harapan ? Kalau kerja saya bagus, artinya ilmu dan ketaqwaan saya lebih tinggi. Saya mengerjakannya dengan tenang. Disinilah Allah berperan dan melibatkan diri dalam apa yang saya kerjakan. Kebersamaan saya dan Allah sudah cukup memberi kebaikan yang banyak dan membahagiakan. Apakah saya masih menginginkan hasil yang sesuai harapan ? Kebersamaan dengan Allah sudah sangat cukup bagi setiap orang yang muslim. Disinilah saya menganggap tidak perlu lagi memikirkan hasilnya, jauh lebih berarti kebersamaan dengan Allah. Apalagi saya diizinkan mampu mengerjakannya, saya diizinkan ilmunya dan diberi ketenangan dan banyak lagi. Yang terpenting bagi saya adalah kualitas apa yang saya kerjakan sesuai harapan Allah, sedangkan hasil jadi milik Allah. Ada pahala dan bisa jadi bonus yang Allah kehendaki kepada saya.
Dari tulisan di atas saya diajarkan untuk memenuhi terlebih dahulu apa yang Allah perintahkan kepada saya, yaitu bertaqwa kepadaNya dan saya mesti mewujudkannya dalam apa yang saya kerjakan sebagai ibadah kepada Allah. Soal hasil ? Allahlah yang berkehendak, saat sesuai harapan saya menjadi bersyukur dan saat tidak sesuai harapan saya mesti berprasangka baik dengan bersabar. Bersabar dengan terus kontinu berusaha sumgguh-sumgguh dan dibarengi doa kepada Allah. Insya Allah apa yang saya lakukan sesuai dengan kehendak Allah. Aamiin

Kamis, Maret 13, 2025

Bersyukur itu melihat nikmat

Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dimampukan untuk bersyukur. Aamiin
Tulisan ini melihat sisi lain dari tulisan sebelumnya, melihat apa yang dimiliki. Judulnya saya ambil bersyukur melihat nikmat. Umumnya bilang,"bersyukur dengan yang ada" tapi kenyataannya tidak banyak orang bisa melihat yang ada. Maka bersyukurnya menjadi terhambat. Orang cenderung bersyukur kalau menerima. Bagaimana caranya ? Ya, memanfaatkan apa yang diterima dengan baik untuk kepentingan sendiri, kalau ada lebih barulah ditabung atau disimpan. Keadaan ini belum mencerminkan bersyukur yang lebih luas, bersyukur bukan saya menerima saja, tapi menjadi bertambah nikmatnya jika mengoptimalkan apa yang dimiliki.
Saya fokus dengan syukur yang memanfaatkan apa yang dimiliki (nikmat yang Allah berikan) menjadi tambah nilainya. Dalam petunjuk Allah disebutkan bahwa nikmat Allah itu banyak dan tidak bisa kita hitung. Tetapi dalam kenyataannya, kita masih bisa menghitung nikmat Allah itu. Apalagi saat kita memiliki tujuan masa depan, seolah mata dan pikiran itu selalu tertuju kepada apa yang tidak kita miliki. Disini banyak orang selalu mengadakan apa yang tidak dimiliki untuk ada agar tujuannya dicapai. Bayangkan konsep berpikir dalam bersyukur, "Jika bersyukur ditambah nikmatNya, dan tidak bersyukur tunggu azabNya". Untuk bertambah nikmatnya, maka kita mesti bersyukur ... bersyukur dengan yang ada, nikmat yang Allah telah berikan. Disini bersyukur itu mendorong kita untuk mengoptimalkan yang ada (nikmat sekarang). Misalkan bisnis kue, pertama adalah kemampuan membuat kuenya. Memiliki kemampuan yang konsisten membuatnya karena ada waktu. Kemudian membuat kue dalam jumlah tertentu agar memampukan diri untuk berjualan. Kemampuan salesmen dan marketing semakin bagus. Ketiga dengan kemampuan berikutnya meningkatkan produksi dan memasarkan dengan jarringan yang lebih luas. Tahapan ini merupakan bersyukur dengan apa yang ada. Pertama adanya kemampuan membuat, kedua kemampuan menjual dan ketiga kemampuan berkembang. Dalam banyak kasus, orang berbisnis kue dengan cara produksi yang banyak tanpa mempersiapkan kemampuan dasar yang bertahap.
Dalam bersyukur seringkali kita melalaikan apa yang sudah kita miliki (nikmat Allah), yang bisa berupa fisik dan non-fisik. Bisa jadi nikmat Allah itu belum terlihat karena memang kita tidak fokus. Semakin sering tidak fokus membuat kita semakin tidak mampu melihatnya. Ini adalah karena ada nafsu, adanya keinginan atau tujuan. Nafsu inilah yang menutupi melihat nikmat. Mata sih lihat tapi hati yang tidak mampu memaknainya nikmat itu. Insya Allah nikmat itu bisa dilhat dengan hati (dengan izin Allah). Sekali lagi nafsu ada, maka Allahlah tertutupi. Ingin mampu melihat nikmat Allah, ya mesti menghadirkan Allah di hati. Kendali hati mampu meredam nafsu sehingga nikmat itu terlihat. Kalau sudah terlihat, menjadi lebih sempurna dengan membaca petunjuk (ayat-ayat) Allah. Yang kita dapati adalah kita diajak untuk merenung nikmat Allah, kita diberi tahu cara bersyukurnya dan kitapun diberi tahu manfaat (kebaikan) dari nikmat Allah.

Kok ada yang bisa "bersyukur" yang tidak dekat kepada Allah ? Nikmatnya bertambah dengan bersyukur karena ada ilmunya. Tetapi orang seperti ini hanya fokus kepada dunia. Bayangkan kita yang dekat dengan Allah dan memiliki ilmu ??? Insya Allah inilah yang idealnya kita berproses menjadi semakin baik. Insya Allah kita dibimbing dan diberi rahmat dari sisi Allah. Aamiin
Sahabatmu

Rabu, Maret 12, 2025

Melihat yang dimiliki

Semangat pagi semuanya. Insya Allah hari ini masih terus diberikan kebaikan dalam beraktivitas. Aamiin
Dalam beraktivitas, banyak hal yang tak terlihat dalam diri kita sebagai modal atau fasilitasnya. Seringkali kita suka melihat yang tidak dimiliki sehingga tidak mendorong kita melakukan aktivitas. Untuk itu diadakan agar aktivitas bisa berlangsung. Kalau tidak ada maka aktivitas terhambat.
Hal ini saya lakukan sekarang, biasanya saya menulis dengan laptop. Keadaan sekarang, laptop butuh tempat, dan aliran listrik, belum lagi kalau laptopnya sedikit lemot. Disisi lain saya memiliki HP, keyboad dan mouse bluetooth. Dulu tak biasa menulis dengan HP, beberapa minggu yang lalu saya mulai menulis di HP, bahkan saya bisa mendisain slide atau gambar dengan HP juga. Alhasil saya bisa menulis dengan HP lebih baik. Dalam perpspektif saya sebelumnya, HP hanya untuk update WA atau media sosial lainnya. Bahkan dengan kehebatan google, saya dalam memfoto tulisan dan langsung saya jadikan bahan tulisan baru. Artinya saya baru menulis bahwa selain laptop untuk menulis, ternyata HP juga tidak kalah canggihnya. Kecepatannya bisa lebih tinggi dari laptop. HP yang tadinya tidak terlihat oleh saya sebagai media menulis, jadi terlihat dengan jelas. Tak terlihat itu bukan karena tidak memiliki, tapi tidak mampu melihat kebaikan di dalamnya.
Saya mengalami hal seperti itu ... cenderung karena ada beberapa keluhan dari penggunaan laptop. Buka laptopnya butuh waktu dan tempat, dan jika ada masalah pun jadi bikin terhambat. Disinilah saya bersyukur dengan keluhan tadi, saya dibukakan mata dan hati untuk melihat HP. Mengapa tidak ? Akhirnya saya menemukan apa yang saya miliki itu bermanfaat. 
Ada lagi kisah tentang saya ingin berolahraga dengan jalan kaki. Paling murah dan sehat. Beberapa orang berpikir mau beli treadmill. Tapi kan tidak ada uang buat belinya. Lalu terpikir oleh saya, saya memiliki sepatu olahraga yang tidak dipakai dan ada track yang bagus menanjak dan turun di lingkungan. Maka saya pun memanfaat sepatu dan track tadi untuk berjalan kaki dengan mengitari tempat tinggal saya. Saya test satu putaran menghabiskan 45 menit. Begitulah saat mata dan hati sudah bisa melihat apa yang saya miliki bisa bermanfaat.
Kadang dalam hidup ini beberapa orang suka membeli sesuatu, awalnya sih merencanakannya untuk digunakan. Tapi selang  beberapa bulan sesuatu itu menjadi pengisi gudang rumah. Misalkan ada yang beli alat masak bagus, awalnya aja masak dengan alat itu dan setelah itu alat itu nganggur. Beberapa orang dimanjakan belanja karena bukan butuh, tapi cenderung emosional. Melihat penggunaan alatnya canggih, harganya promo dan sebagainya, membuat orang membeli.
Belajarlah untuk melihat dengan mata dan hati, apa yang sudah kita miliki. Melihat dengan mata sih iya, tahu memiliki sesuatu. Tapi sesuatu itu hanya fisik saja. Tidak terdorong menjadi sesuatu itu berharga dan bermanfaat. keadaan ini merembet dalam pola hidup kita. Selalu ada keinginan atau tujuan menjadi lebih baik, tapi selalu ada "persyaratan"nya. Tidak punya ini dan itu sehingga keinginan itu hanya memenuhi pikiran saja. Padahal persyaratan itu bisa saja sudah dimiliki, tapi tidak mampu melihat manfaatnya. Ada satu lagi persyaratan yang kita miliki yang luput dari perhatian. Apa itu ? Kemauan, semangat dan kehidupan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Apa iya kita tidak mampu ? Fisik sehat, kerjakan aja dulu sebagai langkah pertama, bisa jadi hasil tidak sesuai harapan. Tapi kan kita sudah bisa melangkah dan terus melangkah. Ada semangat yang mendorong kita semakin ingin meraih yang lebih baik. Kita butuh melangkah yang konsisten agar mampu melihat apa yang kita miliki lainnya dapat dilihat sebagai kekuatan atau modal untuk terus melangkah. Ada proses atau tahapan, kita hanya menjalani dengan sabar tahapan itu ... akhirnya kita sampai di tujuan.
Apa yang kita miliki ? Bisa fisik (alat) dan bisa juga non-fisik, keduanya mesti dikendalikan dengan baik. Yang non-fisik itu dapat dibentuk menjadi kebiasaan, kebiasaan ini telah membuat kita memiliki kemampuan. Bersyukurlah jika kemampuan bisa terus ditingkatkan, karena kemampuan yang bertahap tidak mampu melihat apa yang ktia miliki (fisik) dapat dimanfaatkan dengan baik. Kemampuan melihat apa yang dimiliki bisa tercipta saat kita menemui masalah. kemampuan dan masalah selalu beriring.
Jangan lupa juga bahwa kemampuan melihat apa yang kiia miliki adalah terbukanya hati karena Allah telah memberi rahmat kepada kita. Bukan mata yang buta tidak melihat, tapi yang buta itu adalah hati.

Sahabatmu

Minggu, Maret 09, 2025

Hal kecil yang diremehkan

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah kita selalu diberikan kemampuan untuk bisa mengerjakan hal kecil dan sederhana. Aamiin

Temen saya marah-marah kepada saya, "gemane sih kerjanya, kok nggak beres". Saya lupa membawa barang yang dibutuhkan. Jangan marah-marah dong,"nanti saya ambil". Temen saya melanjutkan,"Saya sudah nggak percaya dengan kamu, kan sudah saya ingatkan sebelumnya". "Maaf saya tadi lebih fokus kepada hal lain yang lebih penting", kata saya.

Begitulah kisah sekelumit tentang hal kecil, yang tidak penting yang dianggap remeh. Tidak fokus karena ada hal lain yang lebih penting, padahal sudah diingatkan.Apa yang terjadi ? Hal kecil yang mestinya bisa saya lakukan tapi tidak dilakukan. Apa kira-kira penyebabnya ?

1. Menganggap remeh, "nanti saya bisa siapkan". 

2. Disinilah kita mudah dilalaikan untuk hal kecil itu

3. Ilmu dan wawasan yang tidak cukup tentang hal-hal baik.

4. Bisa jadi ini memang sudah kebiasaan kita. 

5. Setan selalu tidak ingin saya lebih baik, inilah yang juga tidak saya perhatikan sehingga setan dengan memudahkan untuk saya lalai dan lupa.

Lalu dengan alasan di atas apa yang mesti saya lakukan ?

1. Belajarlah untuk tidak meremehkan apapun, bahkan untuk hal sekecil apapun.

2. Belajar dan menerapkan ilmu cek list untuk memudahkan kita melakukan step by step dan lengkap.

3. Berdoalah dan libatkan Allah agar Allah mengizinkan semua terjadi.

Ada yang menarik bila saya melibatkan Allah, maka hal terburuk tidak terjadi baik pekerjaan dan efeknya.

Insya Allah bermanfaat dan kita dimampukan mengerjakan dengan benar dan lengkap.







Dari sahabatmu















Sabtu, Maret 08, 2025

Menjadi produktif

 Semangat pagi, saatnya belajar menjadi produktif. Insya Allah kita dimampukan diberikan ilmunya oleh Allah. Aamiin

Kata produktif itu menjadi kata yang sering diucapkan oleh pemimpin perusahaan dan manager, "kerja yang produktif agar perusahaan menjadi maju". Lawannya produktif itu biasanya malas atau kerjanya tidak menghasilkan (output). Tetapi karyawan suka menafsirkan hanya sebatas kerja yang benar aja,"Saya kan sudah kerja nurutin perintah".  Jika ini yang terjadi maka keryawan ini tidak produktif.

Kata produktif mesti diterjemahkan kedalam tujuan kerja, atau mesti mengacu kepada "target". Misalkan target team salesmen yaitu 100 juta. Maka bisa dibilang produktif jika semua orang menciptakan aktivitas-aktivitas yang mengarah kepada angka 100 juta. Team salesnya harus menterjemahkan kerja yang selalu meningkat setiap bulan untuk mencapai target. Adakala seorang salesmen hanya mengerjakan hal yang sama setiap bulan baik secara kuantitas dankualitas yang sam dan hanya berfokus kepada angka penjualannya. Dengan kerja yang sama setiap bulan itu dapat memberi angka yang bervariasi dari 70 juta sampai 110 juta. Kadang tercapai target dan kadang juga tidak tercapai. Ini menunjukkan bahwa kerja yang sama yang dilakukan tidak bisa memprediksi hasil target. Keadaan ini yang membuat ketar-ketir salesmen, atau tepatnya stress. Scara matematis produktif itu sangat ditentukan apa yang dikerjakan.  Maka kuantitas dan kualitas kerja sangat menentukan. Kalau kerjanya tidak meningkat maka targetnya cenderung sama.

Maka menjadi seorang salesmen dan manager sales memastikan adanya peningkatan kerja baik oleh salesmen dan team lainnya. Misalkan team lain itu administrator yang mampu menyelesaikan adaminsitrasi lebih cepat agar proses pengiriman jasa/produk lebih cepat. Maka pekerjaan administrator ini dibilnag produktif. Ini dilakukan dengan kemampuan ilmu yang bagus. Sama halnya untuk salesmen, yang mampu mengelola waktunya sehingga bisa mengunjungi pelanggannya dengan efektif atau mengurangi waktu kunjungan. Begitulah seharusnya semua team bekerja untuk tujuan bersama. Hal ini tidak mudah dilakukan karena biasanya team salesmen berbeda dengan team administrator atau dengan team finance. Ini membutuhkan manager yang mampu mensupport salesmen. Peran manager salesmen dan atasannya lagi menentukan bagi produktif dalam mencapai target. Ego setiap bagian mesti ditaklukan dengan menerapkan langkah produktif secara bersama-sama. Hati-hati semua bagian mempunyai target masing-masing sehingga bisa jadi tidak produktif, Seorang salesmen bilang,"Saya sudah bekerja keras mencari pelanggan, tapi tidak disupport team lainnya". Sedangkan team lainnya juga bilang,"Saya juga bekerja sesuai SOP". Secara perusahaan bisa dibilang tidak produktif.

Bagaimana dengan kita sendiri ? Kita memiliki banyak keinginan, inilah dan itulah. Terkadang kita bekerja dan beraktivitas tapi hasilnya tidak ada. Kita memiliki pekerjaan yang pasti punya target ... maka kita kerjakanlah apa yang diamanahkan perusahaan. Habis pulang kerja kita sudah capek dan hanya bisa istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berarti lagi. Padahal kita memiliki target pribadi dan keluarga. Apa yang terjadi ? Bisa jadi dikantor kita sukses, tapi target pribadi tidak tercapai. Yang parahnya karena di kantor tidak hanya bekerja yang semesti kita kerjakan dan kerjaan untuk target pribadi tidak ada, maka hasilnya membuat kita begini-begini saja. Kita disebut tidak produktif di kantor dan tidak produktif untuk urusan pribadi. 

Yuk kita perbaiki dalam hidup ini dengan menjadi manusia yang produktif.

1. Lakukan yang kecil dan sederhana yang terus dikonsistensikan

2. Mesti bisa berbagi waktu untuk kerja (kantor) dan pribadi atau membuat target pribadi sejalan dengan kantor dan lebih tinggi.

3. Lakukan saja yang bisa merubah target pribadi dan kantor untuk terus ditingkatkan secara bertahap dari bulan ke bulan.

4. Menemukan faktor-faktor baru yang kreatif untuk produktif (kerja yang mengarah kepada target).

5. Ukurlah hasil mengacu kepada target, dan evaluasi untuk diperbaiki menjadi semakin produktif.

6. Jangan ada faktor lain yang menentukan yaitu Allah. Libatkan Allah dalam setiap langkah 1 - 5.




Dengan langkah di atas, kita semakin menarik menjalani hidup karena kita menjadi produktif dan apa yang kita target dapat dirasakan. Insya Allah kita menjadi orang yang produktif dalam hidup dengan target yang kita telah tetapkan. 

Sahabatmu

Jumat, Maret 07, 2025

Insya Allah atau Insha Allah ?

 Semangat pagi semuanya. Saya ingin berbagi tentang menulis Insya Allah yang bener sesuai ejaan bahasa Indonesia. Insya Allah bermanfaat 

Awalnya saya menulis Insya Allah ... itu hanya ikutan yang sudah ada. Menjadi ragu saat ada yang menulis In Sha Allah. Itulah yang terjadi karena saya tidak tahu ilmunya dan belum tahu juga bahasa Arabnya.

Saya telah belajar berbagai sumber tentang penulisan Insya Allah. Sayaingin berbagi tentang hal itu, terlebih lagi saya mulai memahami dengan baik makna Insya Allah.

Saya sekarang mampu menjadi hamba Allah yang lebih baik, mengucapkan Insya Allah dengan memaknainya dengan benar. Yang saya rasakan adalah inilah bentuk ketaatan kecil dan memberi rasa optimis karena saya melibatkan Allah dalam setiap aktivitas saya. Bukan sekedar mengucapkan Insya Allah, tapi memberi motivasi menjadi semakin baik.










Salam dari sahabatmu



 



 
















Rabu, Maret 05, 2025

Apa iya saya bisa ?

 Semangat pagi buat semua, In Syaa Allah kita tetap dilindungi Allah dalam kebaikan dan dimaafkan segala kesalahan selama ini. Aamiin

Judul di atas, "Apa iya saya bisa ?" merupakan bentuk instropeksi atas atas iman sendiri. Apakah saya memiliki kemampuan sehingga menjadikan saya bisa melakukan apa pun ? Memiliki kemampuan itu bisa menentukan saya bisa menentukan hasil atau memprediksi apa yang saya lakukan. Saya berpikir, apa iya saya sendiri yang menjadi penentu ? dimana Allah ? 

Misalkan saya bisa bekerja ... apa iya saya memiliki kemampuan fisik dan pikiran (ilmu) sehingga saya bisa mengerjakannya ? Dalam firmanNya ... yang baik itu datangnya dari Allah dan yang tidak baik itu datangnya dari saya sendiri. Saya menafsirkannya bahwa apa yang saya kerjakan itu baik, artinya datangnya dari Allah. padahal saya menganggap bahwa saya yang melakukannya. Tapi setelah saya renungkan beberapa hal :

1. Tubuh, pikiran dan fasilitas yang saya miliki adalah milik Allah. 

2. ilmu yang saya dapat adalah kehendak Allah.

3. Apa saja yang terkait dengan apa yang saya kerjakan juga milik Allah.

Dari sini saja, saya merasa bahwa bukan saya yang bisa. Ya saya bisa, tapi semua itu atas izin Allah. Izin Allah bukan seperti izinnya manusia, terjadi karena persyaratan. Hanya Allahlah yang Tahu tentang proses dan kehendak atas izinNYa. Hal yang sederhananya, saya bisa minum atau siapapun bisa. Tapi bisa jadi saat saya mau minum ... tidak terjadi karena air tumpah atau airnya habis atau lainnya. Hal ini pernah terjadi kan. Bukankah ini menunjukkan bahwa saya memang tidak 100% berkuasa penuh atas diri saya sendiri.

Ada contoh lain, seperti Israel yang menyerang gaza. Sesuai rencana Israel dengan senjata yang banyak dan dukungan AS tak mampu merelisasikannya. Sebagian ya, tapi gagal. Apa yang tidak mampu bisa dilakukan Israel, tapi hasilnya tidak sesuai harapan Israel. Apa yang terjadi ? Disini ada Allah dengan skenarionya. 

Kembali ke saya. Kadang yang baik saja belum tentu terwujud untuk saya lakukan, padahal saya bisa. Sama juga hal yang tidak baik juga begitu. Memang secara prosentase banyak yang berhasil. Yang pertama saya ambil hikmahnya sebagai berikut :

1. Bukan berarti saya bisa memanfaatkan kepemilikan Allah itu dengan semaunya saya. Ada yang berhasil atau tidak berhasil diizinkan Allah, untuk apa ? Agar saya berpikir bahwa masih ada Allah yang menguasai saya, saya ini hanya hamba Allah. Efeknya dari hal baik bisa baik menurut saya atau bisa juga saya menilainya tidak baik. Misalkan saya kerja bener, maka dapat hasil baik. Tapi bisa juga saya sudah kerja bener tapi hasilnya bikin saya kecewa. Itulah kaca mata saya, ada baik dan ada yang tidak baik (kecewa), tapi dalam kacamata Allah semua baik. Bukankah kalau saya kecewa bisa saja menjadi baik bagi saya asal saya berpikir positif karena berprasangka baik kepada Allah. Contoh lain, saya diberi kekayaan oleh Allah. Kekayaan itu menurut saya baik, tapi bisa juga karena tidak bersyukur dengan kekayaan yang membuat kehidupan tidak menjadi baik-baik saja. Sebaliknya juga bisa terjadi. Dari sini saya  berpikir bahwa memang Allah izinkan apa yang ingin saya lakukan bisa dilakukan, tapi Allahlah yang menentukan hasilnya. Saat saya menelusurinya (sesuai kemampuan dan ilmu saya) ternyata pilihan saya menyikapi apa yang saya lakukan itu dapat keridhoan Allah. Apakah ada Allah di hati saya atau yang lain di hati saya ? jadi dengan hadirnya Allah paling tidak saya bisa mendapatkan kebaikan dari apa yang bisa, kebaikan itu karena pandangan saya positif terhadap yang baik atau yang tidak baik.

2. Yang tidak baik dari apa yang saya kerjakan merupakan kasih sayangnya Allah kepada saya. Kok bisa ? Saya diberi kesempatan untuk merenung dan berpikir apa yang salah dari apa yang saya kerjakan itu adalah kemampuan saya yang belum cukup untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Tanpa ada nilai apa yang diberikan atas apa yang saya kerjakan, maka saya tidak pernah tahu kesalahan saya. Apalagi hasilnya tidak sesuai harapan. Dengan sikap yang saya lakukan ini menunjukkan saya sangat ingin menghadirkan Allah di hati agar selalu terjaga iman. Bayangkan bila sebaliknya yaitu tidak ada Allah di hati. Apa yang saya kerjakan "diizinkan" berupa pembiaran oleh Allah karena saya yang mau dan merasa bisa lakukan. Apa iya saya bisa melakukan tanpa ridho Allah (selain Allah) dengan menggunakan pemilikNya ? Syukur-syukur diizinkan dan mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Apa hikmahnya ? Allah memberi sinyal bahwa itu adalah peran Allah, tapi saya bahwa sayalah yang menentukannya (berkuasa atas diri). Jika ini saya mendapatkannya lagi dan lagi ... akhirnya saya "telah" kehilangan Allah di hati.

Iman di hati itu mesti dirawat agar tetap terjaga dan semakin lebih baik. Seringkali saya lupa merawatnya, menjaga Allah di hati ini dalam beraktivitas. Yakinlah bahwa Allahlah pemilik apa yang ada di langit dan di bumi, Allah berikan semua itu untuk saya (manusia). Hikmahnya Allah menitipkan atau hanya memanfaatkannya. Untuk memanfaatkannya Allah berikan ilmu sesuai apa yang dikehendakiNya. Lalu Allah siapkan rezeki yang baik berupa iman, sehat, tenaga dan apa saja agar saya bisa mengerjakan sesuatu. Jika hal saya bisa bersikap terhadap hal ini semua, maka saya adalah berbuat baik seperti apa yang telah Allah perbuat baik kepada saya. Tidak sesuai harapan dari apa yang saya kerjakan dan hasilnya adalah pertanda Allah sayang kepada saya. mengingatkan saya untuk menaikkan level kemampuan agar bisa level kehidupannya (nikmat yang ditambahkan). Ini menunjukkan saya adalah hamba, hamba yang butuh Allah.





In syaa Allah, saya memahami penjelasan di atas untuk disikapi untuk selalu menjaga iman. 

Sahabatmu



Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...