Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Minggu, Desember 11, 2022

Memberi untuk keluarga

 Dalam keseharian seorang suami atau isteri yang bekerja di kantor merasa lelah sampai tiba di rumah. Tidak banyak melakukan sesuatu. Mereka cenderung untuk dilayani saat berada di rumah, misalkan minta disiapkan makan malam, meminta untu dimaklumi karena tidak bisa memberi perhatian, memberi waktu, memberi bantuan, dan sebagainya. Yang ada adalah mereka menghabiskan waktu untuk istirahat, yang sifatnya minta tolong (menerima aktivitas). Padahal suami atau isteri yang bekerja mencari uang untuk keluarga. Apakah hanya memberi uang saja sudah cukup ? mestinya tidak.


Yang menjadi pertanyaaan juga adalah kapan waktu yang bisa diberikan kepada keluarga jika saat pulang dari kerja sudah lelah ? Bisa jadi mengambil waktu libur, Sabtu dan Minggu. Kebersamaan bersama keluarga pun tidak banyak karena tetap dalam kondisi kurang fit dan hanya libur bareng dengan makan bersama dan belanja. Dan kondisi ini tidak terjadi setiap Minggu. Lalu, apa sih yang dicari dengan kerja ? Yang pasti untuk mendapatkan uang, dan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jika uang yang berkecukupan dan bisa dikumpulkan dapat membeli keinginan diri dan keluarga, maka dapat menunjukkan kesuksesan dari hasil kerja. Dan diharapkan dengan serba kecukupan dan kesuksesan dapat memberi kebahagiaan. Artinya hidup  ini untuk meraih kebahagiaan di masa usia akhir kerja.

Mengapa kebahagiaan itu tidak diraih duluan ? Bagaimana caranya ? Agar bisa meraihnya, kita mesti tahu arti bahagia. Apa sih bahagia ? Apakah bahagia itu tercukupi materi ? Faktanya menunjukkan orang yang berkecukupan tidak selalu behagia, dan ada orang yang berglamour harta dan kepopuleran pun hanya seolah bahagia. Disisi lain ada orang kaya, tapi jarang memberi. orang kaya ini sibuk menjaga kepemilikan agar tidak berkurang sehingga kerja yang luar biasa untuk mengumpulkan materi. Ada orang yang biasa saja, dan suka memberi apa saja untuk orang lain. Hati tenang dan membuat orang ini bahagia. Atau orang yang pernah kecewa adalah mereka yang selalu berharap (menerima). Jika kita tidak berharap (menerima) dan memberi ikhlas, maka tidak ada kekecewaan tapi malah bahagia. Kalau begitu bahagia mestinya dapat kita raih setiap hari. Caranya banyaklah memberi saat kerja dan saat bersama keluarga. Bahagia bukan sekedar buah dari pikiran, karena memberinya cenderung untuk untung/rugi. Bahagia adalah kerja hati (ikhlas), mendorong pikiran yang sehat dan mampu mengendalikan emosi. Yang dibutuhkan adalah tubuh dan pikiran yang sehat.

Membayangkan kebahagiaan itu terjadi saat bersama keluarga, tentu memberi kondisi yang nyaman bersama keluarga dan tidur yang enak. Beraktivitas bersama keluarga menjadi  menyenangkan. Saat bangun pagi dan berangkat kerja, kebahagiaan itupun terus berlanjut. Jika bahagia maka kerja pun memberi produktivitas.kerja yang produktivitas dapat menumbuhkan kepercayaan yang berujung kepada uang. Dan Allah pun membalas kerja yang selalu memberi (produktivitas) dengan pahala dan memenuhi kebutuhan. Soal sukses tidak penting, tapi semua itu menjadi hak Allah untuk memberikannya. kebahagiaan dimulai dari sore hari (pulang kerja), maka aktivitas dan kerja adalah waktu perantara untuk menuju puncak kebahagiaan. Maka selama kerja di siang hari berusaha untuk meningkatkan fisik menuju kebahagiaan.

Memberi apa saja ? Memberikan perhatian, memberikan waktu untuk orang lain, membantu, memberi senyum, kerja yang terbaik, memberi materi, memberi waktu bersama anak, beraktivitas yang membuat orang lain merasakan nyaman, tidak mengharapkan apapun dari orang lain kecuali dari Allah, dan sebagainya. Semua itu dapat kita berikan di rumah dan di tempat kerja, maka kebahagiaan itu terus terjadi dan semakin produktif.

Dari penjelasan di atas, saya menyebutkan pola mendapatkan uang dan sukses adalah USB. Sedangkan untuk pola mendahulukan bahagia saya sebut pola hidup BUS Way.  B adalah bahagia, U adalah uang dan S adalah sukses. 

Sabtu, Desember 10, 2022

Mau tahu

Selamat malam, semoga rekan-rekan dalam keaadan sehat dan selalu bahagia. Kali ini saya  mengajak untuk merenungkan tentang banyaknya hambatan untuk mewujudkan aktivitas. Sudah umum semua orang untuk meraih apa yang diinginkan, tapi seringkali tidak ingin tahu banyak apa yang mesti diperlukan.
Allah sudah memberi tahu ada pengetahuan atau petunjuk di dalam Al Qur'an, tapi tidak banyak orang ingin mendalaminya untuk menjadi aktivitas yang menuju kesuksesan.

Mau tahu adalah sikap dan perilaku yang baik untuk mencari tahu yang seharusnya dilakukan. mau nggak untuk memahami Al Qur'an ? Karena Al Qur'an itu berisi petunjuk hidup, petunjuk kerja dan petunjuk bagi keselamatan di dunia dan di akhirat.



Mengapa belum memberi ?

 Saya membuat pertanyaan di atas untuk bisa menggali potensi yang saya miliki untuk membangkitkan saya memberi. Mengapa belum memberi ? Karena memang tidak ada yang mau diberikan. Mau memberi hal kecil, "ya nggak enak dan nggak penting". Atau kadang saya merasa bosen memberi yang itu-itu saja, dan terpikir mau memberi apa lagi ?

Saya belum memberi karena saya tidak pede dengan apa yang saya miliki. Saya mau tersenyum, sedangkan saya sendiri masih ada masalah. Saya mau memberi materi, sedangkan saya merasa membutuhkan materi itu, saya mau memberi bantuan, sedangkan saya sendiri tidak memiliki kemampuan yang bagus. Maka dari itu kekhawatiran tersebut dihilangkan dengan cara melakukan saja, apapun yang mau saya berikan. Kecil atau besar, penting atau tidak penting dan sebagainya mesti dikalahkan dengan memberi. karena dengan langsung memberi berarti ada hasilnya, dan hasil itu memberi feedback kepada saya untuk meningkatkan memberi. Jika pemberian saya direspon dengan negatif yang bikin "emosi", maka berpikir sederhana saja ... berikan kepada orang lain atau memberi untuk hal lain.

Disisi lain, untuk mewujudkan memberi, saya mesti tahu ilmunya agar memberi itu menjadi ringan tanpa banyak kekhawatiran. Semakin memberi semakin YAKIN, yakin bahwa memberi itu amanah dari Allah. Saya memberi dengan hati agar saya dekat dengan Allah sehingga saya tidak merasa khawatir dengan apa yang ingin saya berikan. Dengan hati itu membuka atau dapat melihat apa saja bisa diberikan dengan memanfaatkan potensi yang ada. 

Hindari merasa tidak memiliki apa-apa karena sikap ini menghambat saya untuk memberi. Kalau ditanya,"ada uang nggak ?" Pertanyaan itu sering dipersepsikan orang ingin meminta uang. Kalau iya, mengapa ? Karena takut diminta uangnya (uangnya berkurang). Beginilah pikiran memberikan saya tentang uang itu, untung dan ruginya. Kembalikan ke hati,"ya mas, Insya Allah ini ada uang tidak banyak buat bantu-bantu". Sederhana jika mempergunakan hati, dan menjadi rumit saat tidak mempergunakan hati.

Saya belum memberi ? Saya bisa melakukan saja (memberi), untuk menghilangkan kekhawatiran. Disamping itu mulai mencari atau menemukan pengetahuan dan wawasan tentang cara memberi yang bener dan baik. Saya Mulai membangun keyakinan dari apa yang saya sudah kerjakan dan apa yang sudah dapatkan dari memberi, saya menguatkan keyakinan kepada Allah di hati ini lewat ibadah dan amal saleh.

Jumat, Desember 09, 2022

Mau memberi apa lagi ya ?

 Bisa jadi saya bisa melaksanakan "memberi" yang mendatangkan hati yang bahagia. Berikutnya masih bisa memberi dan terpikir 1 bulan ke depan mau memberi apa lagi ya ? Bayangkan jika saya memberi sedekah hari ini, hari berikutnya dan seterusnya. "kan apa yang saya miliki bisa berkurang dan tidak ada lagi yang bisa diberikan". Lalu ... "nggak bahagia dong saya".

Ilmu yang baik bisa membuat perencanaan dengan benar. Misalkan saya mau sedekah, dengan mengambil 5% dari pendapatan saya. Saya sisihkan dan pisahkan uang yang mau disedekahkan itu. Dan saya merencanakan dari nilai itu memberi setiap hari, membagi nilai sedekah 5% selama 1 bulan. Dalam pelaksanaannya, saya yang memberi nilai sedekah yang sama. tapi saya selalu menguatkan dan menyempurnakan keikhlasannya. Insya Allah dari sedekah saja bisa dicukupkan Allah rezeki saya dan bisa saja Allah bukakan untuk memberi yang lain. Misalkan mengundang temen makan di rumah, atau memberi makan setiap jum'at kepada anak yatim di sekitar rumah. dan banyak lagi.


Jika saat ini saya berpikir untuk 1 minggu ke depan atau 1 bulan ke depan, maka hal itu menjadi tidak mudah. Karena belum terjadi dan tidak tahu apa yang terjadi. Saya berusaha berpikir untuk menyempurnakan memberi hari ini saja. Insya Allah sikap dan perilaku memberinya terus dimampukan Allah.

Kalau saya bahagia mau ngapain ?

 Sebuah pertanyaan yang iseng dalam pikiran saya, kalau saya bahagia saya mau ngapain ya ? Kata yang keluar adalah nikmatin, ya nikmatin kebahagiaan itu. Bagaimana cara nikmatin kebahagiaan itu ? Apa santai dan terus tidak kerja lagi .... Masak sih begitu ? Atau jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama orang tercintai. Bukankah dengan cara tersebut, saya malah tidak menikmati kebahagiaan tersebut. 

Apa yang kita rasakan saat memberi ikhlas ? kerja ikhlas ? Membantu orang lain ikhlas ? Memberi sedekah ikhlas ? Tersenyum ikhlas ? Melayani ikhlas ? Memberi solusi ikhlas ? Saat itulah saya bahagia. Artinya mau menikmati kebahagiaan adalah alami proses memberi yang ikhlas itu. Jadi pertanyaan di atas dijawab dengan memberi. Perbanyak memberinya, perbanyak apa yang diberikan, terus-meneruslah memberi. Saya dapat terus menikmati kebahagiaan tersebut.


Saya Merencanakan kebahagiaan dalam hidup ini :

1. Bangun lebih pagi, memberi perhatian untuk diri sendiri untuk banyak beraktivitas (memberi). Membuka waktu lebih besar untuk bisa produktif.

2. Lebih banyak beraktivitas berupa ibadah dan amalan pagi. Shalat Tahjjud, Shalat Subuh dan memahami al Qur'an. Mengamalkannya segera

3. Mempersiapkan semua hal untuk di rumah dan di tempat kerja. Berdoa memohon izin Allah dan jadikan doa sebagai motivator.

4. Memberilah dengan kesungguhan, beraktivitas dengan senyum, kerja sesuai petunjuk Allah dan sebagainya.

5. Mengingat Allah agar hati selalu diawasi sehingga saya tetap terjaga untuk memberi.

6. Berterima kasih dan menerima dengan lapang dada apa yang sudah saya berikan. 

7. Kesempatan untuk selalu memberi dengan nilai lebih tinggi atau lebih beragam.

Insya Allah semua ini menjadi amalan yang diterima oleh Allah. 

Pengen menikmati bahagia sama saja dengan mengalami proses kebahagiaan itu sendiri dengan aktivitas memberi. 

Kerja ikhlas

 Apa yang Anda pikirkan tentang kerja ikhlas ? Ada yang bilang,"nggak mungkin lah. Kerja ikhlas itu sukarela dan tidak dibayar". Atau temen saya nimpalin,"kerja ikhlas untuk hal yang bukan kerja utama, misalkan membantu rekan kerja". Tidak mudah lah untuk kerja ikhlas. Terus gimana dong ? Ada hadist seperti berikut,"amalan yang diterima itu adalah yang ikhlas". Bahkan kita shalat pun masih berharap keinginan kita dikabulkan, apakah ini ikhlas ? Kita selalu berharap kepada Allah dan memberi jalan menuju semakin baik. Kita menuju jalan yang terus-menerus untuk ikhlas.

Kerja ikhlas dapat diwujudkan dengan mempersiapkan diri, yang utama adalah niatnya. Tidak mudah untuk langsung ikhlas, kita dapat memulai dengan kerja keras yang cenderung berharap menghasilkan sesuatu. Kerja keras atau beraktivitas yang luar biasa secara fisik dan dilakukan dengan kerja yang diulang, kerja yang ditambah, dan kerja yang meningkat. Kelelahan menjadi bagian dari proses kerja keras. Kekuatan dari kerja keras itu adalah tercapainya tujuan. Tidak banyak yang dapat meraihnya, kalau belum membuat orang memperhitungkan kerja kerasnya. Saat kerja keras, rasanya tidak mudah untuk diikhlaskan. Jadi tingkat kesulitan kerja keras dan hasil yang diperoleh membuat tidak mudah mengikhlaskan apa yang dikerjakan dan menerima hasil yang diperoleh.

Melewati kerja keras dengan meminimalkan faktor yang bisa membuat tidak ikhlas adalah mengurangi kesulitan dalam kerja. Kalau mudah, Insya Allah mudah juga ikhlasnya. Apa yang kita lakukan ? kerja cerdas. Selalu meingkatkan kemampuan yang lebih agar apa yang dikerjakan itu ringan. Tetapi dalam kondisi merasa mampu, kita suka menganggap kerja itu gampang dan diremehkan, dengan kata lain "sombong". Ada kalanya orang yang kerja cerdas bisa mengabaikan peran Allah untuk meraih hasilnya, sekalipun mereka berdoa (formalitas).


Bagaimana level berikutnya ? Kerja ikhlas, kerja yang menggunakan hati. Rendah hati dan terus ingin berbagi dalam banyak hal. Karena menggunakan hati maka kesombongan bisa dihilangkan dan hati selalu dekat dengan Allah. Karena hati yang bekerja, maka kerja kita hanya ditujukan kepada pemilik hati, orang lain atau siapapun adalah media untuk menuju Allah. Semakin hati kita berfungsi dengan bener, maka kerja ikhlas itu semakin terbuka untuk diwujudkan.


Kamis, Desember 08, 2022

Bahagia hari ini dan berikutnya

Jumpa lagi dalam motivasi hari ini. Ada yang menarik untuk saya bahas, yaitu apakah bahagia itu harus naik dan setiap hari ? Misalkan hari ini saya mendapatkan kebahagiaan, bagaimana dengan hari berikutnya ? Pasti ingin bahagia lagi. Dan pertanyaan berikutnya adalah, apakah nilai kebahagiaan itu mesti sama dengan hari sebelumnya ? Pasti saya ingin bahagia yang lebih lagi.

Secara alamiah, semua orang ingin bahagia setiap hari dan frekuensinya semakin sering. Kebahagiaan ini menunjukkan saya mesti "banyak memberi" dengan strategi dalam waktu yang berbeda. Rencanakan aktivitas memberi setiap saat mulai bangun pagi sampai malam. Selanjutnya dari hari ke hari untuk ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. 


Semakin banyak memberi, semakin sering memberi dan semakin hari semakin memberi. Insya Allah kebahagiaan itu semakin saya rasakan.



Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...