Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Jumat, Februari 10, 2023

Sudahkah siap ?

 Dalam keseharian saya, banyak yang hebat sebetulnya yang terjadi. Apa buktinya ? Saat seseorang ditanya," sudah siap untuk sukses ?" Jawabannya pasti sudah siap. Atau info dari beberapa orang yang menerima hadiah besar (atau uang besar) selalu bilang siap menerimanya. Mereka pernah bilang,"mereka selalu siap dan tidak ada itu kesempatan". Pertanyaannya,"emang sudah siap ?" Siap memegang jabatan, siap menerima gaji tinggi, siap dengan pekerjaan baru, siap menikah, siap apa saja.

Ada seseorang siap memiliki mobil baru dengan mencicil atau beli cash. Siap itu bukan berarti tetap memiliki sikap dan perilaku sebelum memiliki mobil, dan "bisa menerima mobil". Jika ini yang terjadi maka siapnya itu bisa menimbulkan masalah. Misalkan sebelum punya mobil memiliki sikap dan perilaku hemat, berhematnya itu juga dalam rangka menabung untuk membeli mobil. Bagaimana setelah memiliki mobil ? Masih memiliki sikap dan perilaku yang sama yaitu hemat. Yang terjadi adalah mobil jarang digunakan karena "takut habis uangnya" (berhemat). Mobil hanya digunakan untuk keperluan yang penting atau ingin menunjukkan kepemilikan mobilnya. Sikap hemat itu terlihat pula saat ada yang meminta sumbangan, maka mereka hanya menyumbang sedikit dengan alasan uangnya sudah habis untuk membeli mobil. Akhirnya mobil dimiliki hanya untuk "pamer" saja. Keadaan seperti ini disebut belum siap memiliki mobil. Atau sebaliknya siap memiliki mobil dengan selalu menggunakannya dan "berlagak" punya banyak uang. Malah jadi boros (berubah sikap dan perilaku). Keadaan inipun membuat masalah bagi mereka. Apakah Anda sudah siap betul memiliki sikap dan perilaku dengan adanya mobil ? yaitu merubah sikap dan perilaku tanpa mobil menjadi sikap dan perilaku memiliki mobil dengan benar.

Bagaimana dengan jabata di kantor ? Banyak orang merasa bisa (siap) untuk menjadi jabatan yang lebih tinggi, walaupun kemampuan dan ketrampilan belum siap. Bahkan sikap dan perilakunya belum mendukung. Misalkan seseorang dengan jabatan yang lebih tinggi memiliki sikap dan perilaku tidak emosional dan memiliki visi yang jauh ke depan, atau sikap dan perilaku bijaksana. apakah juga memiliki sikap dan perilaku mengayomi bawahan ? Yang bilang siap hanya berani mengambil amanah dan resikonya. Dalam perjalanannya seseorang yang memiliki jabatan tinggi "mengalami tekanan" antar kebutuhan untuk berubah menjadi sesuai jabatan dan mengelola teamnya serta permintaan untuk lebih hebat dari pemiliki. Beberapa juga ada seorang pemilik perusahaan belum siap menjadi pemiliki perusahaan karena memang belum ada pengalaman dan kemampuan yang cukup sebagai pemilik. Hanya karena ada uang atau penerus orang tua, mereka menjadi pemilik perusahaan.

Siap dan belum siap, selalu memberdayakan diri untuk menaikkan level sikap dan perilaku yang bener. Di saat saya belum memiliki mobil misalnya, saya mesti mulai belajar dan menjadi mahir menyetir mobil, merawat mobil, bekerja optimal dengan mobil, tidak pelit, suka membantu dan sebagainya. Saatnya memiliki mobil, maka saya sudah siap. Kapan saya merubah sikap dan perilaku itu ? Sekarang. Dengan apa ? Jika memiliki motor, anggap saja motor itu sebagai mobil. Siap nggak dengan motor memiliki sikap dan perilaku bisa merawat motor, tidak pelit, beraktivitas produktif dengan motor ? Jadi keadaan ini bisa dikatakan bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang dan siap menerima nikmat yang lebih besar lagi.

Sama halnya dengan jabatan yang lebih tinggi, sudah siapkah menjadi orang dengan sikap dan perilaku mengayomi anak buah ? Sudah siapkah berdisiplin dalam kerja ? Sudahkah memiliki sifat ramah dan suka membantu ? Sudahkah kita bisa tidak sombong dan tidak pelit ? Sudah siapkah kita dapat memberi solusi kepada bawahan ? Dan banyak lagi. Jika sikap dan perilaku yang tidak sesuao dengan jabatan tersebut, maka kita bermasalah. Ada upaya yang tinggi untuk menyesuaikan diri dengan jabatan, ada tekanan dari pimpinan di atas kita yang menuntut hasil kerja yang bagus dimana sikap dan perilaku kita belum siap, ditambah lagi mengontrol bawahan dengan segala kebutuhannya.

Siap berarti kita merubah diri tanpa disuruh orang lain untuk menjadi apa yang kita inginkan. Ingin sukses ? Ciptakan dalam diri untuk bersikap dan berperilaku sukses dari sekarang. Jangan pernah merasa untuk keadaan kita yang sekarang aja sudah bilang berat, apalagi menjalani keadaan di atasnya.

Yang perlu dilakukan adalah menyisihkan waktu untuk belajar dan mengamalkan sikap dan perilaku baru (pada level yang lebih tinggi). Kedua benar-benar melatih sampai bisa (mahir) dengan sikap dan perilaku baru itu. Kata orang bijak, kita tidak perlu meminta yang lebih, tapi semua itu sudah dibuktikan oleh sikap dan perilaku kita sekarang yang berubah (bertambah).

Kultum hari ini mengingatkan kita untuk selalu termotivasi menjadi semakin baik dengan mendahulukan sikap dan perilaku yang sesuai. Insya Allah . Tak perlu disuruh atau diperintah atau didorong oleh lingkungan, tapi merubah sikap dan perilaku itu adalah upaya rasa syukur kita kepada Allah. Hal ini karena Allah telah memberikan begitu banyak nikmat. 

Kamis, Februari 09, 2023

Kerja keras ya

 Ada perintah atasan atau nasehat orang kepada kita yang umum,"kerja keras ya agar sukses". Saya selalu mengiyakan dan berusaha menjalaninya. Tapi dalam perjalanannya seperti saya paham nasehat atau perintah itu. Otak saya bertanya apa sih kerja keras itu ? Karena otak tidak memahami dengan detail yang membuat saya "tidak mengerjakan kerja keras yang dimaksud". Apakah kerja keras itu kerja sampai malam ? Apakah kerja keras itu betul kerja yang sungguh-sungguh mengerahkan segala tenaga ? Apakah kerja keras itu kerja tanpa mengenal waktu ? karena "otak saya" tidak bisa memahami kerja keras yang sebenarnya sehingga saya kerja keras sesuai apa yang bisa saya lakukan. kalau ditanya sudah kerja keras ? Saya sudah, tapi sambil bertanya kok belum sukses ya ?

Kejadian di atas sering dialami banyak orang, baik sebagai karyawan kantor, sebagai pribadi di rumah atau masyarakat. Bisa nggak sih menjawab pertanyaan berikut ini, apa sih yang dimaksud dengan sukses ? Yang bertanya memiliki pemahaman sendiri tentang sukses dan yang menjawab juga punya juga (bisa jadi berbeda). Pada saat seseorang menyuruh kita untuk sukses, bisa terjadi bingung "sukses kayak apa yang diinginkan kepada saya". Disinilah terjadi gagal paham dalam komunikasi. Sama halnya dengan kata kerja keras di atas. Pemakaian kata-kata tersebut sebaiknya dihindari agar tidak salah paham (gagal paham), atau  bisa kita gunakan dengan penjelasan detail tentang kata-kata tersebut.

Seperti ingin mengajak orang kerja keras, sebaiknya diikuti penjelasan kerja kerasnya. "kerja keras ya, kalau kerja keras itu tanpa menolak dan selalu pantang mundur untuk diselesaikan sampai tuntas hari itu juga". Dalam hal ini otak rada ngerti nih tentang kerja kerasnya. Yang menerima pesan pun dapat menjalaninya. Jadi perlu komunikasi yang berinteraksi agar bisa saling memahami dengan benar, hindari komunikasi 1 arah seperti diperintah jangan sekedar oke aja tapi perlu bertanya tentang apa perintah detailnya.

Sebenarnya kita sering menerima pesan langsung atau pun tidak langsung untuk menjadi semakin meningkat kemampuannya. "Kalau mau sukses mesti jadi orang yang rendah hati" ... kita sebagai penerima mesti mencari tahu tentang rendah hati yang bisa kita lakukan. Bayangkan satu pesan saja sudah cukup untuk membuat kita menjadi lebih baik, dan biasanya bisa merembet kepada hal lain. Tapi sekali lagi pesan yang baik itu sering direspon dengan sikap yang kurang baik (berpikir secara emosional) sehingga kita tidak dapat menerima dan tidak juga menjalaninya. Misalkan kita bilang,"pesan rendah hati itu sudah nggak zaman lagi ntar bikin sakit hati. yang penting duit " atau "pesan rendah hati itu buat orang yang beragama bukan untuk urusan dunia".


Dalam menemukan petunjuk untuk jadi semakin benar atau meningkat itu tidak susah dan tidak berbayar mahal, siap diri untuk menjadi orang yang terbuka pikiran dan hatinya (tidak responsif dan emosional). Tinggal jalaninya saja, just do it now. Tanpa perlu menanggapi apa reaksi orang lain. Inilah kultum motivasi hari ini agar kita bisa memberdayakan diri untuk jadi lebih baik. Semangat terus mengisi pikiran dengan hal yang positif dan bener.

Rabu, Februari 08, 2023

MaGIC WORD perintah Pikiran

 



Salah lagi dan masih salah juga

 Apa yang salah dengan saya jika saya masih salah lagi dan yang repotnya masih aja salah. Sudah mulai belajar agar tidak salah, masih aja sedikit yang saleh. Adakah sih bosen salah terus ? Insya Allah ada, tapi mengapa ya salah lagi walaupun sudah belajar juga ? Memang sih kesalahannya itu bisa tidak terlalu banyak, dan kadang kesalahan terjadi untuk waktu yang lama dikit (1 minggu atau 1 bulan terulang lagi). Yang masalah adalah hasil yang saya rasakan berulang kali itu bikin susah/sulit dalam menjalani hidup.

Hidup itu mesti dijalani dengan baik (ada kemudahan dan kelancaran), prinsipnya mau nyaman. Ada petunjuk untuk hidup nyaman, tapi nyaman bukan sekedar senang (perasaan) saja, kalau bisa nyaman di hati (tenang dan bahagia). Petunjuknya udah bener, tapi yang perlu saya evaluasi adalah pelaksanaannya. Pelaksanaan petunjuk itu mesti melibatkan hati, akal sehat, perasaan baik dan tubuh yang sehat. Bisa saja saya sudah mengerjakan petunjuk itu, tapi hati nggak ikhlas maka hasilnya tidak baik. Atau hanya mengandalkan akal sehat saja atau bisa juga hati tanpa ilmu (akal sehat) menyebabkan kesulitan dalam mengerjakannya.

Kalau soal hati, kesalahan saya bisa disebabkan hati yang tidak bersih sehingga koneksi kepada Allah. Hal ini menyebabkan kesulitan melibatkan hati dalam tindakan, alias tidak mudah ikhlasnya. Yang ada adalah akal sehat yang selalu ingin  untungnya saja. Hati-hati jika hal terus-menerus terjadi, bisa berarti membiarkan saya dalam kesesatan (kesalahan). Untuk itu sebagai langkah awal untuk meminimalkan kesalahan adalah banyak beristighfar (meminta ampun) kepada Allah. Insya Allah saya mampu mengerjakannya dan dengan ilmu akal sehat semua menjadi lebih baik

Salah itu alami dan bisa terjadi pada siapa saja, kultum motivasi hari ini untuk saling mengingatkan untuk semakin baik untuk siap menyikap kesalahan dan memperbaikinya. Memberdayakan diri dengan istighfar adalah yang terbaik dari Allah dan terus belajar. Insya Allah dengan mengikuti petunjuk Allah (Al Qur'an).


Selasa, Februari 07, 2023

Magic Word KEMUDAHAN

 


Kesalahan itu membuat kita kesulitan

 Dalam sehari-hari saya jarang memperhatikan bahwa setiap ada kesalahan yang dibuat dapat membuat saya mengalami kesulitan. Saya anggap biasa dan tinggal perbaiki aja. Tapi dalam kenyataannya saya tidak pernah ingin mencari cara yang bener, maka kesalahan itu pun terjadi. Misalkan bangun pagi yang terlambat, mestinya saya sadar bahwa tidak boleh terlambat lagi. Tapi bangun pag yang terlambat itu terus terjadi. Inilah yang dibilang kesulitan itu berasal dari kesalahan, ya kesalahan cara menjalaninya (kurang ilmu atau tidak tepat ilmunya) atau kesalahan dalam menyikapinya atau kesalahan lain. 

Kesalahan demi kesalahan terjadi dari mulai bangun pagi, indikasi kesalahan itu adalah kesulitan atau kerjanya banyak hambatannya. Di kantor apa lagi, banyak orang melakukan dengan ilmu dan cara yang sama setiap hari setiap bulan untuk pekerjaan yang sama. Disiplin kerja saja yang sudah terbiasa terlambat masuk kerja, mengerjakan laporan yang tidak sesuai tanggal atau laporannya begitu-begitu saja, pulang kerja on-time tapi kerjaan belum selesai dan pencapaian yang tidak pernah terjadi. Apa yang salah dengan semua itu ? Masuk kerja, saya masuk kerja walaupun ada beberapa kali terlambat, laporan tetap dikerjakan dan pencapaian kerja selalu ingin dicapai ... mungkin itu semua hanya menyenangkan hati saya saja. Tapi ada indikasinya mau mulai kerja berat ("rada malas") , bukankah ini kesulitan dalam kerja. Apakah ini masih dianggap biasa ? Akibat dari masuk kerja ini menular kepada pekerjaan lain jadi tidak nyaman dan tidak tepat. Indikasinya kerja jadi kurang fokus dan membuat  kelelahan, mengerjakannya rada males (bosen). Apakah ini masih dianggap biasa ? Bukankah ini adalah kesulitan kerja. Semua indikasi ini berujung kepada bosen, males, tidak produktif, "cepek dulu", atau kok pendapatan saya begitu-begitu saja (alias nilai kepercayaan yang tidak naik). Sadarkah saya semua itu berawal dari kesalahan cara menyikapinya, kesalahan menggunakan referensi ilmu yang tepat, kesalahan tidak mampu mengendalikan diri, atau kesalahan kecil yang menganggap itu semua itu biasa. 

Dalam beragama juga sering saya lakukan, shalat tidak tepat waktu sudah dianggap biasa. Salahkah ini ? Ya salah karena Allah inginnya saya shalat tepat waktu. Lalu apakah ada kesulitan ? Bisa jadi kesulitan itu berupa banyak keinginan yang belum diizinkan Allah, rezeki kurang sesuai harapan dan sebagainya. Sadarkah saya ? Menyadari indikasi ini penting. Sebenarnya shalat tidak tepat waktu itu tidak mendekatkan saya kepada rahmat Allah. Pilihannya ada satu yaitu shalat tepat waktu, maka saya mendapatkan kebaikan dari Allah (tidak ada kesalahan waktu shalat, maka tidak mendapatkan kesulitan tapi malah mendapatkan balasan kebaikan dari sisi Allah). Karena saya tidak memilih yang bener dengan shalat tepat waktu, maka itu kesalahan, maka hasilnya saya belum mendapatkan balasan yang sebenarnya dari Allah

Yuk mulai perhatikan indikasi dari kesalahan yang kita perbuat adalah kesulitan, kesusahan, masalah, banyak hambatan dan sejenisnya. Akibat dari kesalahan itu ditunjukkan dengan

1. sikap yang berat untuk mengerjakannya

2. bosen

3. sering ditegur orang baik berupa kemarahan atau nasehat baik

4. malas belajar (males mikir) terus-menerus

5. mudah capek dan mudah merasa lelah, inginnya istirahat aja

6. banyak keinginan tapi tak pernah diwujudkan, menjadi pemimpi saja

Apa yang bisa saya lakukan dengan hal di atas ? 

a. Pertama adalah menyadari setiap merasakan indikasi di atas, saya mesti memeriksa bagian mana yang tidak tepat dalam mengerjakannya. 

b. Kedua yang mudah mengatasi hal itu adalah merubah sikap yang berbeda. Langkah ini untuk tindakan segera untuk mengurangi kesalahan dan mengurangi indikasi tidak baik terhadap saya.

c. Barulah langkah ketiga menyempurnakannya dengan belajar ilmunya, meningkatkan iman (dekat) dengan Allah, dan melatih semuanya agar terampil.


Berani salah itu bagus, karena berani juga untuk memperbaiki kesalahannya. Hasilnya berani untuk mendapatkan kemudahan. Bayangkan saat saya tidak berani salah, maka saya selalu khawatir salah dan kesalahan itu terjadi, hasilnya saya belum mengerjakannya atau mengerjakannya dengan cara lama (kesulitanlah yang saya dapat).  Seolah ada 2 pilihan, tapi sebenarnya pilihan itu hanya satu yaitu berani salah atau mau lebih baik (mengurangi kesalahan). Pilihan tidak berani salah itu bukan pilihan, apakah saya mau memilihnya ? Tidak mau. Semua itu karena emosional saya yang mau nyaman aja (tidak terganggu). 

Kultum motivasi hari ini untuk menyadari hal biasa yang saya lakukan ternyata kurang baik buat diri saya. Oleh sebab itu saya mesti memberdayakan diri saya untuk menjadi lebih baik dengan memaksimalkan potensi saya berupa akal sehat, referensi yang tersedia sudah ada (Al Qur'an dan online), hati yang ingin selalu mendapatkan banyak kebaikan dari Allah dengan kerja. 

Senin, Februari 06, 2023

Produktivitas kerja dengan kehadiran diri

 Dalam dunia kerja semakin hari semakin banyak yang tidak percaya kalau tidak melihat karyawannya hadir secara fisik. Hal ini terjadi saat atasan yang disiplin melihat stafnya tidak berada di tempat kerja saat jam masuk. Bagaimana bisa tahu kehadiran bawahan di tempat yang berbeda (cabang) ? Ada yang pakai foto selfi kehadiran atau ada yang cek random dengan menelpon karyawan bersangkutan atau pakai aplikasi dan sebagainya. Sebenarnya kehadiran bisa dijadikan ukuran bagi semua orang BUKAN saja karyawan, tapi atasannya sendiri harus memberi teladan. Terkadang ada pilih kasih, orang tertentu boleh hadir terlambat dan yang lain wajib hadir tepat waktu. Ini salah satu sebab mengapa disiplin kehadiran menjadi tidak berhasil. Ada yang bilang,"ditempat saya semua hadir tepat waktu". Bukankah hadir tepat waktu itu masih bermasalah, jika belum mulai kerja. Masuk jam 08:00 dan mulai kerja jam 08:30, alasannya rapi-rapi dulu, sarapan dulu lah, baru juga nyampe di absensi jam 08:00. semua alasan ini hanya cara menyiasati kehadiran tepat waktu, tapi tidak berarti.

Saya melihat dari sisi karyawan, mereka berat dalam salah satu disiplin kerja untuk hadir fisik saja. Ada yang berlagak,"yang penting hasil kerjanya, kehadiran tepat waktu itu tidak penting". Ada benernya, tapi banyak orang seperti itu sebenarnya beberapa hanya mencari alasan aja karena mereka tidak bisa datang tepat waktu dan belum seprofesional apa yang mereka ucapkan. Mengakui berat masuk kerja bukan sekedar itu saja. Tapi banyak hal yang terjadi. Mari melihat diri agar diri kita lah yang hebat (mendapatkan keuntungan/kebaikan dan tak perlu melihat hasilnya kepada perusahaan). Salah satu disiplin dalam masuk kerja tepat waktu adalah sikap seseorang yang tidak positif atau tidak melihat kerja sebagai bagian dari kehidupannya, seperti halnya seseorang makan, minum, bangun tidur dan aktivitas lainnya. Sikap yang ada pada karyawan itu cenderung berat atau malas berangkat kerja, macetlah, panaslah dan sebagainya. Bayangkan kalau kita sikapi berat dalam berangkat kerja, mestinya bangun pagi juga malas, dan senang tidur malam (menganggap tidur memerlukan waktu yang cukup). Teruskan bayangkan apakah mereka males juga terima uang hasil kerja ? Sikap ini mesti diubah menjadi positif. Dimulai 

1. Dari Uang yang diperoleh dari hasil kerja, semakin banyak hal dikerjakan dengan waktu yang cukup (dengan kehadiran lebih awal) maka semakin tidak berat mengerjakan pekerjaan di kantor. Bahkan datang pagi itu memberi kesempatan pikiran yang masih fresh untuk mudah mengerjakan pekerjaan.

2. Sikap positif di atas memberi dampak untuk kerja yang semakin baik. Mengapa ? Karena tidak terganggu oleh emosional, karena situasi dan kondisi yang tidak nyaman (dengan kehadiran yang sekedar tepat waktu) membuat banyak orang merasa tidak mudah memulai pekerjaan. Situasi ini membuat akal sehat cenderung aktif dan siap menjalani kehidupan hari ini.

3. Apa yang terjadi setelah itu ? Bekerja menjadi produktif dan hasilnya jauh lebih baik. Hal ini dapat menghadirkan penilaian perusahaan untuk dipercaya.

4. Sikap positif di atas mesti dibangun dengan tidur lebih awal tanpa banyak pikiran yang terbawa tidur. Buatlah relax sebelum tidur agar tidurnya menjadi berkualitas dan bangunnya menyegarkan.

5. Kerja - istirahat - tidur - bangun - kerja lagi, siklus yang dihadapi setiap hari. Bukan sekedar dijalani rutin, tapi dikembangkan menjadi aktivitas yang menarik (tidak bosen) dengan terus mengembangkan diri menjadi pribadi yang positif. Istirahat dan tidur yang cukup dan berkualitas, Insya Allah bangunnya seger dan sehat, dan yang mesti ditingkatkan kualitasnya adalah kualitas kerja yang produktif dan tetap semangat. kerja yang demikian dapat mempengaruhi kualitas istirahat dan tidur yang baik. Jadi menjadi disiplin yang bener, maka jadikan kerjaan menjadi menarik karena produktif dan berkualitas.

Disiplin masuk kerja bukan sekedar tepat waktu, bukan sekedar 30 menit lebih awal, bukan sekedar kehadiran yang dilihat atasan, tapi disiplin kerja mesti membuat rasa nyaman dan mendorong kerja yang produktif. Hal ini menjadi penilaian untuk menjadi dipercaya, dan nilai kepercayaan inilah yang mesti dipertaruhkan agar nilai ini menjadi kebaikan dalam pendapatan kerja karyawan.

Kultum motivasi kali ini ingin mengingatkan semua untuk selalu menjadi orang yang produktif dan berkualitas tinggi. Dimulai dari sikap dan menindaklanjutinya dalam kerja. Memberdayakan diri untuk bisa produktif mesti dilakukan. Tak perlu merasa tidak adil karena bekerja produktif kepada atasan dan perusahaan, yang wajib itu karyawan sendiri yang menikmati semuanya.

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...