Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Minggu, November 27, 2022

Tip 3 cara untuk yakin

"Mas, kayaknya sampean itu pinter loh. Tapi kenapa ya belum sukses ?" tanya saya. Lalu masnya bilang,"mungkin belum waktunya". Dalam hati saya,"iya juga sih. Kalau udah waktunya ya pasti sukses".  Berkaca dari temen yang lain, ada yang sudah jadi pengusaha dan sukses dan dia tidak pinter. Apa iya ya, kesuksesan itu karena faktor keberuntungan ? Siapa yang sukses tidak pernah ada yang tahu, termasuk dirinya sendiri ?
Mungkin iya, bagi yang tidak memiliki pengalaman dengan banyak praktek. Tapi berbeda dengan mereka yang sudah mengerjakan banyak hal dan terus mengerjakannya. Awalnya memang tidak begitu yakin dan selanjutnya semakin membuat mereka optimis dan yakin bisa berhasil. Kalaulah keberuntungan itu miliki kita pastilah yang mau duluan sukses, tapi kayaknya keberuntungan dan kesuksesan itu bukan milik kita, tapi milik Allah.
Bisa jadi keberuntungan itu berupa kesuksesan yang Allah berikan untuk menguji orang atau juga membalas atas apa yang sudah dilakukannya. Terlepas status orang yang sudah bekerja dengan kesungguhan, atau memiliki ilmu/tidak, atau orang kaya/tidak dan sebagainya.
Dari tulisan di atas, paling tidak kita mesti memiliki keyakinan di awal untuk mengerjakan kesuksesan itu. Tanpa keyakinan maka kerja kita tidak bersungguh-sungguh "
Tip untuk lebih yakin :
1. Karena keyakinan buahnya tindakan, maka paksakan diri untuk bertindak. Salah satunya menciptakan keadaan kepepet.
2. Menciptakan harapan-harapan baru yang sangat kuat untuk mengalahkan keraguan (kekhawatiran).
3. Beranilah untuk  mengerjakan banyak hal menuju kesuksesan kita dan mesti konsistensi yang memunculkan keyakinan bahwa "saya bisa". Sesering kita mengerjakan langkah demi langkah membuat kita menyenangi dengan apa yang sudah kita kerjakan. 


Bagaimana dengan "kegagalan" ? Sebenarnya tidak ada kegagalan, yang ada adalah feedback dari Allah untuk memperbaiki apa yang sudah kita kerjakan. JIka kita anggap kegagalan itu ada, maka kita bisa jadi tidak menyenanginya, ubahlah sikap ini dengan senang menerima feedback untuk mengoreksi kerja yang tidak tepat. Keadaan ini pun bisa menimbulkan keyakinan yang baru dengan kerja yang dikoreksi.
Semoga kita mampu memahami bahwa keyakinan sangat dibutuhkan di awal kita untuk kerja, yakin kerjanya dan dengan senang menerima feedback saat kerja itu tidak tepat. Semakin sering mengerjakan kerja kesuksesan semakin membuat kita menyenanginya dan akhirnya memberi rasa optimis dan yakin untuk sukses.



Sabtu, November 26, 2022

Magic Word Tidak menguasai

Selamat malam, seperti apa kita sampai saat ini adalah cerminan apa yang kita sudah kerjakan dan bener-bener dikerjakan setiap waktu. Bukan lagi sekedar apa yang kita tahu atau sering kita bicarakan. Sudah begitu banyak yang kita tahu ... walaupun hanya kulitnya saja. Tapi semua itu sudah cukup untuk memulai langkah demi langkah agar kita menjadikan diri semakin berkualitas.


a

Semoga kita mampu mengamalkan ilmu dan pemahaman yang sudah kita tahu, dan mengetahui kondisi kita yang sebenarnya.



Pesan tren Bacaan Al Fatihah dalam salat

Selamat malam, saya berbagi untuk meningkatkan salat kita. Saya pun terus menjalankan salat dengan lebih baik. Insya Allah kita masih diberi kesempatan untuk salat terus dan mampu meningkatkan kualitas salat kita.

Bacalah Al Fatihah dalam salat dengan seksama, memahami arti dan makna. Dibaca perlahan dan seolah kita berkomunikasi dengan Allah dan Allah menjawab setiap ayat yang kita baca. Berilah jeda setiap ayat agar kita merasakan jawaban Allah.







 

Katanya mau nggak khawatir lagi

Katanya mau nggak khawatir lagi, tapi masih beranjak dari dari khawatirnya. Kok tahu mas ? Ya tahulah dari cara berpikir kamu. Yang diucapkan masih tentang hal itu terus, seperti tidak ada cerita lain. Masih membicarakan "saya pengen ini dan itu". Itu tandanya masih ada kekhawatiran yang membuat kamu belum melakukan yang sebenarnya. Bisa aja sudah kamu lakukan tapi biasanya berhenti dan melemah. Merasa ada yang kurang. Kekurangan kamu adalah tidak konsistennya dalam beraktivitass.


Jangan sampai kamu memikirkan apa yang tidak bisa kamu kontrol. Mikiran ini aja bisa menghabiskan waktu lama dan tidak tindakan nyata. Misalkan kamu mau bertindak kalau ada mobil, sedangkan kamu tidak punya mobil. Bisa saja kamu hanya butuh mobil sewaan atau pinjem. Biar terjadi kamu mesti melakukan step by step nya. Untuk pinjem mobil aja, kamu mesti bersilaturahmi dengan temen yang punya mobil. lalu menyampaikan tujuan pinjem mobil. dan seterusnya. Maka hambatan dapat diselesaikan. 

Kalau nggak mau khawatir lagi, ya bertindak atau kerja dan sebaiknya dari hal kecil dan mudah. Agar khawatir semakin kecil, maka teruskan apa yang sudah kamu lakukan untuk semakin tinggi nilainya. Saat itulah muncul keberanian dan teruskan sampai khawatir itu hilang.

 


Tip untuk melakukan sesuatu hal :

Jika malas untuk melakukan sesuatu dan berat, maka bagilah tindakan itu dalam beberapa proses yang berkelanjutan. Semakin detail proses (step) tersebut semakin mudah untuk dikerjakan.




Jumat, November 25, 2022

Pesan tren batasan itu kita yang bikin

Kita ingin berkembang dari sekarang sering dihambat oleh pikiran kita sendiri. Misalkan kita mau pulang kerja, tapi nggak jadi karena ada pekerjaan yang belum selesai. Padahal pekerjaan itu bisa dijadwalkan besok. Atau kita bisa pulang karena ada urusan keluarga. Semua itu kita sendiri yang batasin. Dalam kerja sering kali kita menunggu hasil kerja orang lain baru bisa kerja. Seusai SOP dan job desc. Lalu mau sampai kapan kita mulai kerja kalau orang lain belum selesai ? Contoh lain seorang suami “tidak boleh cuci piring” karena itu tugas isterinya. Tapi sebenarnya suami bisa aja mencuci piring tanpa alasan apapun.

Semua hal yang ingin kita kerjakan atau memang seharusnya kita membantu orang atau memang karena kita pengen aja TIDAK perlu dibatasi oleh pikiran kita sendiri. Pikiran kita membatasinya karena persepsi yang sudah ada atau aturan dan sebagainya. Mestinya pikiran kita bisa berkembang tanpa batasan tersebut. Mulailah kata orang “ringan tangan” untuk membantu orang lain atau kita sangat ingin segala sesuatu itu menjadi baik atau memang kita ingin mengerjakannya (ikhlas).


Bayangkan dalam kerja kita harus menunggu proses dari kerja orang lain atau kita memberikan kerja kita kepada orang lain sesuai waktunya, maka banyak waktu yang hilang. Maka dari itu ringan tangan atau proaktif membantu orang lain selama kita bisa mengerjakannya. Berikan dengan cara santun (berkontribusi) mengajarkan cara kerja yang lebih baik. Bagi orang lain semakin produktif dan kita pun semakin baik kerjannya. Terkadang masih banyak orang tidak mau dibantu atau tidak mau mencari bantuan agar pekerjaannya semakin baik, disinilah perlu silaturahmi (bersahabat) untuk saling memahami.



Ada hal yang menarik lagi, membuka batasan pikiran memperluas wawasan tentang banyak hal yang baik. Mengambil peran yang proaktif dengan ikhlas jauh lebih produktif, karena setiap orang sangat ingin menambah ilmu dan ketrampilan semakin tinggi. Bahasa saya adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk beramal. Misalkan saja, ada sampah yang terlihat oleh kita. Bukankah seharusnya ada OB kalau di kantor atau tugas pembantu rumah tangga. Berhubung orang yang bertanggung jawab tidak ada, apakah kita menyiakan kesempatan itu untuk mebuang sampah ? Bukankah itu amal saleh. Amal saleh itu baik buat diri kita dan dibalas kebaikan oleh Allah. Semakin banyak yang kita lakukan seperti ini semakin menambah kebaikan bagi kita. Seorang suami yang umumnya tidak mengerjakan pekerjaan rumah tangga dapat menjadi idaman keluarga karena mengerjakannya dengan ikhlas. Beres-beres rumah, mencuci piring, mencuci pakaian dan sebagainya. Hati-hati jika kesempatan itu tidak kita ambil, maka kita maka “memanggil” orang untuk melakukannya (terkadang memancing emosi kita).

Insya Allah kita selalu dimampukan untuk proaktif melakukan apa yang bisa kita lakukan sekalipun bukan pekerjaan kita dan dikuatkan untuk ikhlas mengerjakannya.

Magic word, wujudkan keinginan

Apa yang terjadi saat kita melihat orang yang lebih sukses ? Pengennya sih. Tapi kan dia ini dan itu, apa bisa saya ? Apa yang kita inginkan membuka pikiran memikirkan banyak hal tentang kepengen sukses itu. Kepikiran, apa bisa saya sendiri ? kan mesti dikerjakan dengan uang, apa ada oarng yang membantu ? dan bagaimana kalau gagal ? Semua itu menghambat saya segera kerja untuk suksesnya. Pikiran terus mendetail apa yang dipikirkan dan berkembang sehingga menimbulkan kekhawatiran. Semakin tidak berani meniti jalan sukses tersebut

Sebenarnya apa yang tidak bisa saya kontrol (kendali), pastilah tidak bisa saya kerjakan. Bagian ini mestikan tidak dipikirkan. Karena ada faktor yang tidak saya miliki atau saya tidak bisa meminta orang meolong saya dan sebagainya. Saya mestinya sudah bisa mengerjakan hal kecil saja dari perjalanan sukses itu, yang memang dibawah kontrol saya tanpa faktor lingkungan dan orang lain. Sekarang saya mesti memastikan saya mampu mengerjakan yang kecil itu step by step yang menghadirkan saya semakin berani. Kalau sudah berani ya tinggal konsistennya aja.


Saya mesti mencari apa yang saya punya, maka saya pergunakan dalam kerja sukses saya. Saya mesti menyisihkan waktu saya, maka saya segerakan itu terjadi. Ternyata saya bisa, maka saya percaya diri untuk mengerjakannya. Lalu apakah saya mau seperti ini terus ? Perkaya nilai yang sudah saya dapatkan menjadi semakin meningkat.

Insya Allah kita semakin berani dan kekhawatiran di pikiran menjadi minimal, dan bukan lagi sebagai penghambat.

Kamis, November 24, 2022

Magic Word Marah itu merasa bener

Saya banyak mendapatkan hikmah yang banyak dari orang yang marah. Bukan berarti saya menyalahkan orang yang marah, tapi kasihan karena tidak bisa berpikir sehat. Bagi saya menjadi menarik untuk mengambil hikmahnya.
Orang marah itu pasti menyalahkan orang lain, "ini salah dan itu salah". Lalu karena yang dimarahi salah, terus apakah yang yang marah tidak salah ? Yang marah hanya sebagai penilai BUKAN pelaku yang mengerjakannya. Jadi bener atau salah mestinya dilihat dari sisi pekerjaannya. memang salah, tapi dengan salah itu yang mengerjakan dapat yang benernya. Inilah yang menjadi bagi yang mengerjakan untuk menyikapinya dengan bener, salah satu menjadi bener itu lewat salah, tapi yang marahin tidak melihat itu. 

Kalau memang yang marah  itu merasa bener, maka kerjakan sendiri. Maka mesti ada saling menghargai dan saling support agar pekerjaan itu dikerjakan bersama. 

Featured post

Bos Sok tahu, ngga ada yang salah ...

Alhamdulillahirabbilalamin, Allah telah memberi ilmu yang banyak, tapi kadang kita tidak merasakannya. Seringkali kita menganggap kecil ilmu...