Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

3.11.22

Kok mau marah sih ?

Kok mau marah sih ? Itulah yang sering dialami banyak orang termasuk saya. Kayaknya jarang ada yang tidak pernah marah. Siapa ya ? Pastilah semua orang pernah marah atau emosi. Terus ada yang bilang,"15 menit marah berarti kehilangan kebahagiaan 15 menit". Sebenarnya orang marah itu sudah tidak bahagia, tapi setelah marah juga bikin tidak bahagia. Marahnya sih 15 menit tapi ngedumelnya bisa 60 menit hingga 1 hari kebawa terus dalam emosi dan pikiran kita. Jadi bahaya marah itu bukan sekedar 5 menit tapi dampaknya masih marah sekian jam kemudian. 5 menit marah 60 menit hilang kebahagiaan.

Kalau marah itu ada dan tidak mudah dihilangkan, maka seharusnya kita tidak perlu pedulikan. Marah ya marah aja, abis itu selesai. Ada yang marah bisa seperti itu, tapi dimarahin tetap aja mikirin dan emosi berkepanjangaan. Sebenarnya orang marah itu mengharapkan keinginannya dijalani oleh orang lain, atau paling tidak yang dimarahi mesti mengerti dan memahaminya. Apakah kita bisa mengajak atau mengubah orang lain mengikuti apa yang kita inginkan ? Mungkin bisa dan sesuai juga dengan orang lainnya. 100% pasti tidak bisa, maka marah itu tetep ada.

Beberapa faktor yang bisa mengurangi marahnya kita, Pertama dimarahin juga orang tidak berubah. Apakah cara marah itu solusi ? Sedangkan marah itu merusak kesehatan kita sendiri. Lalu ajarin aja dan ajak orang lain itu mengerjakan apa yang kita mau dengan santun. Tapi udah diajarin berkali-kali tetep aja bikin marah. Marah itu tanda kita tidak mampu menguasai diri kita sendiri untuk mengerjakan apa yang kita inginkan terjadi. Bertanyalah kepada diri sendiri, apakah kita sudah memberitahu dan mengajarkan dengan santun dan detail sesuai kemampuan orang lain itu ? kalau sudah artinya tercapai kesepakatan dan marah itu terhindarkan. Tapi kalau belum paham, maka kita yang introspeksi diri untuk terus melakukan komunikasi agar penjelasan kita dipahami dengan bener dan pasti kita wajib kontrol step by stepnya agar dikoreksi.

Faktor kedua adalah tidak ada orang yang sempurna, jangan asal salah dimarahin. Bukankah kita juga pernah dimarahin orang lain juga. Berempati kepada orang yang dimarahin, logika atau pesan marahnya itu baik, tapi perasaan yang dimarahin terluka. Disinilah logika apapun yang baik kalah dengan perasaan yang terluka, orang yang dimarahin pasti membela diri dan melawan agar dirinya menjadi aman. Tanpa empati, maka marah itu berseri dan tidak pernah selesai. Padahal hati kecil kita tidak ingin marah.

Alih-alih fokus untuk tidak marah, apakah nggak sebaiknya kita mengambil sikap yang berbeda ? Apa itu ? Kalau marah itu terjadi, maka dengan berani dan ikhlas kita meminta maaf dan memperbaiki diri. Dengan meminta maaf kepada yang dimarahin, bisa mengobati perasaan yang terluka. Apalagi kita berani memperbaiki diri menjadikan orang lain respek kepada kita. Seiringnya waktu sikap di atas membuat kita tidak sering marah lagi.

Pesan yang sering diucapkan saat orang marah adalah "sabar, sabar". Sabar itu urusan hati BUKAN perasaan/emosi kita. Ucapan sabar itu lebih baik dilakukan oleh yang dimarahin, yaitu tidak panik dan merespon juga dengan marah. Sabar itu mengajak kita empati dengan marah bahwa ada keinginannya yang tidak sesuai. Maka meminta maaf kepada yang marah adalah jalan terbaik dan segera memperbaikinya.

Alangkah indahnya jika saat ada yang marah, kita yang dimarahin berani meminta maaf dan berani memperbaiki diri. keadaan ini bisa mengubah perilaku orang yang marah, syukur-syukur bisa diikuti yang marah juga dengan meminta maaf dan memperbaiki diri. Jika kita marah 5 menit, maka selebihnya kita bisa bahagia. Karena kita mengerjakan kebaikan dengan meminta maaf dan memperbaiki diri, sikap dan perilaku ini disenangi oleh Allah. 


Anda ingin menambah wawasan dan ketrampilan untuk bersemangat dalam kerja, e-Book saya hadir untuk itu. Hanya dengan Rp 50.000 saja Anda mendapatkan e-Book dan e-Book pendampingnya serta siap dibantu pendampingan dalam menemukan semangat kerja yang konsisten.

Hubungi sekarang WA 081310737352
 


Katanya mau menulis

Katanya mau menulis, kok belum ada juga tulisannya ? Saya mau nulis apa ? Saya nggak ada ide, dan kalau pun ada ide, rasanya idenya nggak menarik. Yang menjadi pertanyaan, kok saya sudah memutuskan bahwa idenya tidak menarik sehingga tulisannya tidak ada. Inilah hambatan terbesar banyak orang dimana belum ada tulisan sudah dihakimi sendiri. Bagaimana ide itu tidak menarik, sedangkan tulisan itu belum dibuat dan belum dibaca ?

Katanya mau menulis, tulis aja. Bersyukurlah jika ada yang protes, itu artinya tulisan itu dibaca. Ada ketidaksesuaian apa yang saya maksudkan dalam tulisan dengan orang yang membaca. Tanggapi saja dengan senang untuk menulis lagi. Sebaliknya ada tulisan yang tidak ada protes, bisa jadi tulisan itu belum ada yang baca.

Buatlah sikap bahwa menulis itu BUKANlah perlombaan, jadi jangan pernah khawatir untuk kalah. Setiap tulisan berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. Saya "berlomba" dengan diri saya sendiri untuk bisa menulis, Anda "berlomba" dengan Anda sendiri untuk bisa menulis. Jangan pernah membandingkan dengan orang lain. Menulislah terus ... membuat kita semakin senang dan sehat.

Jika dalam menulis aja seperti hal di atas, maka bisa jadi persoalannya sama dengan aktivitas lain. Bagaimana kita ingin berdagang/berbisnis ? Apakah ada ketakutan dengan kegagalan ? Ya. Padahal gagal itu menunjukkan kita tidak melakukan apa-apa. Berdagang/berbisnis adalah menjalankan usaha unik yang kita miliki untuk memberikan solusi kepada banyak orang. Tidak ada yang sama dalam berdagang, sekalipun yang dijual produknya sama. Pasti ada pelayanan yang berbeda, lokasi yang berbeda, konsumen yang berbeda ... bahkan bahasa agamanya, rezeki kita tidak sama alias tidak tertukar satu sama lain. kegagalan kita karena kita sudah menyakini kita gagal. Dagangnya takut tidak laku dan sebagainya. 


Hal yang sama juga terjadi dalam kerja, banyak orang merasa bahwa nggak perlu kerja yang luar biasa. "ntar juga dicuekin" dan sebagainya. Apalagi hasilnya belum jelas. Kondisi ini membuat orang hanya bekerja dengan cara-cara yang sama. Tidak ada keinginan menjadi semakin baik, hanya menjalankan perintah atasan. Tidak ada produktivitas dan hidupnya sama sepanjang tahun. 


Katanya mau menulis atau kerja atau berbisnis ... jalani aja. kalau belum ada yang membaca tulisan kita, tulislah lagi. kalau belum ada yang merespon kerja kita, maka kerja lagi. Demikian juga dengan berdagang, kalau belum ada yang beli, maka jual lagi. Kita tidak pernah tahu kapan dibaca tulisan kita, dihargai kerja kita, dibeli produk kita, tetaplah meningkatkan semua itu semakin baik.



2.11.22

Referensi sukses

Selamat pagi, semoga kesejahteraan dan keselamatan bagi semua. Tulisan saya hari ini merenungkan perjalanan menuju kesuksesan dalam kerja. Yang pasti semua dimulai dari mencari kerja dan meneruskan kerja tersebut semakin baik. Apakah saya tahu caranya sukses ? Saya hanya berpikir untuk sukses adalah menjalani pekerjaan yang baik, mengikuti dengan bener dari atasan dan memiliki disiplin yang tinggi. Sampai saat ini kesuksesan itu belum menunjukkan hasil ? Apakah ada yang tidak tepat yang jalani ? Ada yang bilang pasrah aja, atau kerja saja terus sambil beribadah dan doa.

Yang serius memperjuangkan kesuksesannya, ada yang terus belajar dari berbagai buku dan seminar, berguru kepada motivator, atau mengikuti cara-cara orang sukses. Berhasil nggak ? Ya belum, dan kata manis yang memanjakan kita adalah "sabar, nanti juga berakhir manis" atau "bukan kegagalan tapi sukses yang tertunda" atau "semua berproses dan indah pada waktunya". Jika diperhatikan bahwa orang yang sekarang sukses, dulunya tidak tahu cara yang dilakukannya itu bisa mengantarkan kesuksesan. Atau buku sukses serta seminar cara cepat untuk sukses itu hanya mereferensi kepada cara-cara yang bener (umum) bagi semua orang, misalkan sukses itu diraih dengan motivasinya atau orang sukses itu disiplin dan sebagainya.Bagaimana saya yakin bahwa apa yang saya lakukan saat ini bisa bikin sukses ? Memang usaha yang terus-menerus saya lakukan adalah sebuah kewajiban menuju kesuksesan.



Bagi seorang muslim sudah diberikan atau disampaikan Al Qur'an, kitab yang menjadi penuntun hidup di dunia dan di akhirat. Percayakan ? Ya pasti percaya. Kesuksesan yang ingin saya raihpun sudah terdapat di Al Qur'an yaitu orang yang beruntung yaitu orang yang sukses dan bahagia di dunia dan di akhirat. Mengapa kita tidak memahaminya ? Bisa jadi saya percaya dengan Al Qur'an tapi saya kurang pede Al Qur'an sebagai cara untuk meraihnya. Padahal kesuksesan itu atas izin Allah, ada orang biasa saja bisa sukses, dan ada pula orang yang sekolah tinggi belum sukses. Kalau sukses itu karena sekolah tinggi , maka orang yang punya uang dan bersekolah tinggilah yang bisa sukses. Atau sukses itu karena kekayaan, maka orang paling kayalah yang pasti sukses. Ternyata tidak seperti itu. Tidak ada juga formula baku untuk orang sukses. Setiap orang memiliki kesuksesannya masing-masing dan bergantung ridhonya Allah atas apa yang dikerjakannya.



Saat ditanya kepada motivator, apakah saya bisa sukses dengan memiliki motivasi Anda ? Sang Motivator tidak menjamin. Sama halnya dengan penulis buku yang sukses. Bagaimana jika saya tanyakan kepada yang menurunkan Al Qur'an ? Jawabnya Allah memberikan kesuksesan asal saya bener-bener menjalani cara yang Allah berikan (petunjuk dalam Al Qur'an). Sekarang mengapa saya tidak yakin dengan hal ini ? Inilah persoalannya, karena iman saya belum sepenuhnya yakin tanpa ragu. 

AL Qur'an di depan mata, bagaimana saya mau yakin jika saya belum membaca dan memahaminya. Kuatkan diri saya untuk bener-bener untuk memahami Al Qur'an dan mengamalkannya dan BUKAN sekedar membaca untuk mendapatkan kebaikan. Berat nggak sih membacanya ? Allah menyakinkan saya bahwa Al Qur'an itu mudah (bukan untuk membuat saya kesulitan) dalam Thaha 20:2. Dengan kecanggihan sekarang yang serba digital, semua tersedia dengan terjemahan dan tafsirnya. 

Semua yang ada di atas bum dan di bawah langit adalah milik Allah, termasuk diri saya sendiri milik Allah. Apa yang ada dalam pikiran dan keinginan saya pun milik Allah. Maka tentunya Allah memiliki kekuasaan untuk mengatur semuanya. Sudah sepantasnyalah saya berserah diri dengan mengikuti apa-apa yang Allah telah turunkan dalam Al Qur'an. Bismillahirrahmanirrahiim.

Munir Hasan Basri, WA 081310737352

Trainer dan Writer



1.11.22

Mulailah membaca atau mendengarkan Al Qur'an

Tulisan kali ini membahas pesan yang disampaikan Al Qur'an untuk saya pahami. Membaca saja udah bagus, mendengarkan suara Al Qur'an untuk meraih rahmat, dan berani memahami dan mengamalkannya adalah amal saleh yang Allah izinkan.
Saya hanya menyampaikan dalam bentuk video untuk didengarkan beberapa dari ayat Al Qur'an dengan terjemahannya, ingin menghafalnya tinggal mengikutinya berulang-ulang, ingin membacanya langsung lihat Al Qur'an, Saya pun melengkapi pesan ini dengan tafsir dari Kemenag dan Ibnu Katshir.
Saya memulai dari surat Thaha, surat 20 ayat 2 -3 :
Berikut tafsir ayat di atas :










Insya Allah dilimpahkan petunjuk di hati untuk selalu ingat Allah dengan mengamalkannya. Aamiin


Magic Word Nggak bosen

Dalam keseharian saya kerja, hampir 80% mengerjakan hal yang sama. Misalkan datang pagi dengan melakukan finger print, memulai pekerjaan dengan mengecek pekerjaan yang belum diselesaikan dan apa yang mesti dikerjakan hari ini. Bertemu dengan rekan kerja yang sama setiap hari. Kepikiran nggak sih bikin bosen" ? Kok yang saya kerjain itu-itu aja dan tetep saya lakukan. Bagaimana dengan produktivitas kerja ? Tidak lebih baik.

Bosen kerja atau rutinitas kerja menjadi "berat" untuk dijalani, mungkin hal itu kerja ringan. Karena mengerjakan hal yang sama dengan cara yang sama, maka tidak ada peningkatkan kualitas (produktivitas) dari pekerjaan tersebut. Begini terus ? Pertanyaan ini cenderung mengantarkan saya kepada jawaban untuk tidak "begini terus", artinya da semangat untuk menjadi semakin baik. Tapi kan memang begitu-begitu aja kerjaannya.


Perhatikan orang lain, kok masih bisa sibuk dengan pekerjaannya ? Ada aja yang menarik untuk dikerjakan agar tidak bosen. Bayangkan jika saya mengerjakan dengan cara yang berbeda :

1. Melakukan dengan cara yang berbeda yang bisa jadi ilmunya tetep sama. Mengapa tidak ?

2. Melakukan dengan ilmu yang berbeda, tentu caranya pun berbeda. Sikapi aja semua itu membuat saya tertarik melakukannya.

3. Memotivasi saya mengerjakan pekerjaan itu dengan motif yang berbeda.

4. Memberikan pekerjaan itu sebagai kebaikan buat orang lain agar mereka seneng.

5. Menyikapi pekerjaan itu dengan hal baik yang bisa saya kerjakan.

6. Menciptakan suasana hati yang menyenangkan agar bisa mengerjakannya dengan seneng.

7. Atau mengajak orang lain kerja bersama saya agar nilai pekerjaannya semakin kaya.


Yakinlah bahwa ada banyak cara untuk bisa produktif dalam kerja, bosen itu mengarahkan saya kepada malas kerja (maker) sebagai pilihan yang nyaman bagi diri saya. BUKAN pilihan yang menjadikan semakin baik.

"Sehari mengerjakan hal yang sama dengan cara yang sama, sama dengan kehilangan 1 hari untuk menjadi lebih hebat". 



Hamba yang tak tahu diri

Dalam beberapa ayat di dalam Al Qur'an ditemukan banyak kata "tidakkah kamu bersyukur ?" Bersyukur bukan perkaran berterima kasih dengan mengucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin. Perhatikan Allah menciptakan saya dengan pendengaran, penglihatan dan hati agar saya bersyukur. Tentu saya mesti bersyukur dengan menggunakan pendengaran saya, buat apa ? mendengarkan ayat-ayat Allah yang dikumandangkan atau disampaikan secara tersirat dalam hidup ini. Begitu juga penglihatan saya mesti melihat dan membaca ayat-ayat Allah, dan hati yang mesti dibiasakan untuk memahami dengan bener. Sudahkah saya bersyukur ?

Saya tidak bersyukur tidak mempengaruhi kekuasaan Allah, tapi yang sebenarnya rugi adalah saya. Saya ingin berhasil, ingin sukses, ingin bahagia. Apakah saya tahu caranya ? Apakah saya bisa mengerjakannya agar tercapai ? Begitulah saya yang dididik dengan ilmu untuk meraih apa yang saya inginkan dan Allah adalah yang membantu saya. dengan kondisi ini Allah pun masih sayang kepada saya, Allah ingin mewujudkan keinginan saya tercapai, Allah ingin membantu saya untuk memudahkan saya meraihnya dan yang pasti Allah juga selalu memanggil saya agar ingat kepadaNya, serta Allah pun memiliki resep sukses buat saya.

Allah dekat dengan saya, tapi saya merasa jauh. Setiap hari Allah memanggil saya 5 kali sehari dengan panggilan kemenangan (azan), Allah memberi saya semangat setiap bangun pagi, Allah mengizinkan ilmu buat saya bekerja, Allah kasih kesehatan dan banyak nikmat lagi yang tidak saya bisa sebutkan ... saya hanya tahu saja. Apakah saya mendengar, melihat dan memahaminya ? Ternyata saya tidak memahaminya dengan hati. mendengar suara azan, tapi hati tidak memahaminya sebagai panggilan Allah untuk meraih kemenangan

Kejadian demi kejadian telah terjadi, ada musibah, ada sakit dan ada kegagalan ... Allah ya rahman ya rahiim tetap ingin membantu saya meraih apa yang saya inginkan. Akhirnya Allah membuat saya tak berdaya. Saat itulah hati saya memahaminya. Terimalah kembali saya kepadaMU, Maafkan, ampuni dan hapuskan kesalahan kami dengan tidak bersyukur kepadaMU.



Jangan sampai Anda juga mengalami yang sama, hanya karena sibuk kerja mencari uang untuk memenuhi hasrat hidup yang duniawi. Insya Allah tulisan ini menjadi renungan kita semua sebelum bekerja untuk selalu ingat Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahiim


31.10.22

Pertanyaan yang menyemangati

Ada banyak pertanyaan yang hadir setiap hari dalam pikiran saya. Ada yang mulai dengan kata tanya, Mengapa tidak begitu ? Yang mana yang dipilih ? Kapan mau dikerjakan ? Siapa yang bisa bantu ? Bagaimana cara mengerjakan semua ini ? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena saya tidak melakukan yang seharusnya saya lakukan. Sebenarnya saya tahu jawaban semua itu, tapi merasa tidak yakin. Bertanya sendiri dan jawab sendiri. Dari sekian banyak pertanyaan tadi menjadi semakin tidak menentu karena saya tidak menjawabnya. Jawaban yang benar adalah dengan mengerjakannya. Bisa jadi pertanyaan-pertanyaan itu menjadi saling meniadakan dan melemahkan.

Kata orang ahli, pertanyaan yang tepat sudah menjadi 50% solusi untuk dijalankan. Pertanyaan seperti apa yang tepat itu ? Semestinya jawaban atas pertanyaan itu mesti menggugah saya untuk melakukannya. Misalkan saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah saya semangat kerja ? Jawaban tidak jujurnya adalah saya semangat. Tapi kenyataannya saya tidak bersemangat. Apakah pertanyaan ini tepat ? Belum tepat. Karena tidak mengantarkan saya kepada tindakan atau perbuatan.

Keahlian bertanya menjadi kunci seseorang menemukan jawaban yang sekaligus tindakan yang mesti dilakukan. Bayangkan saat saya bertanya dengan kata mengapa ? maka jawabannya adalah mencari penyebab dan tidak ada jawabannya. Kalau saya pakai kata kapan ? susah menentukan waktunya. 

Bayangkan saya bertanyanya seperti ini, bagaimana caranya saya bekerja yang bener sekarang ? Tentunya saya menjawab, "saya mesti disiplin sekarang", "saya bertanggungjawab sekarang" dan sebagainya. Perhatikan jawaban tersebut. Ternyata jawaban dengan pertanyaan bagaimana mengajak saya untuk mengerjakan dengan semangat.



Bisa jadi saya selama ini banyak pertanyaan yang tidak mengarahkan saya untuk bersemangat kerja sehingga jadi banyak pertimbangan alias maker (malas kerja). Tumpukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyemangati setiap hari semakin membuat saya lemah dalam tindakan. Karena sudah terbiasa maker (malas kerja), saya membutuhkan energi yang cukup untuk memulai jawaban atas pertanyaan bagaimana agar terjadi.



Bagaimana caranya saya bisa menerapkan ilmu yang sudah saya miliki sekarang ? Jawab dan langsung kerjakan, jangan pernah menunda. Kata menunda membuat saya memikirkan banyak hal lagi yang akhirnya jadi maker (malas kerja). Kunci pertanyaan yang menyemangati adalah buatlah pertanyaan dengan bagaimana caranya .... ikuti jawaban dengan tindakan segera.

Jawablah pertanyaan berikut ini :

1. Bagaimana caranya saya sehat sekarang ?

2. Bagaimana caranya saya belajar dari kesalahan saya sekarang ?

3. Bagaimana caranya saya memulai untuk meraih apa yang saya inginkan sekarang ?

4. Bagaimana caranya saya bisa kerja yang bener sekarang ?

dan banyak pertanyaan lagi yang mesti saya buat agar saya selalu mengerjakan apa yang menjadi jawaban saya.

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...