Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

15.11.24

Tajuk 03 Allah, Berdoa untuk masalah yang benar

Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah dimudahkan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan diizinkan keinginannya. Aamiin

Alhamdulillah kali ini masih diberi kemampuan untuk menulis catatan kajian petunjuk Allah masih seputar doa, dimana sebelumnya juga masih tentang doa. Saya masih ingin mengkaji lebih lanjut tentang doa dari sisi apa sih yang diinginkan oleh saya yang berdoa. Isinya pasti berupa keinginan, tapi apakah keinginan itu berupa tujuan. Bukankah tujuan itu mesti dilalui dengan aktivitas dan permasalahan yang mengikutinya. Boleh saja berdoa untuk sebuah keinginan seperti tujuan ingin bahagia. Apakah tepat saya berdoa untuk kebahagian itu ? Mengapa saya tidak berdoa proses menuju bahagia itu diberi kemudahanan dan kelancaran ? Mana yang mungkin pantas buat saya berdoa untuk bahagia atau berdoa untuk proses menuju bahagianya ? Secara umum, apa saja boleh didoakan kepada Allah, tapi sebagai hamba berdoa itu dapat membuat diri saya semakin baik.



Berandainya saja, doa untuk kebahagiaan itu dikabulkan Allah. Maka saya sangat berterima kasih dan bersyukur, dimana saya dapat merasakan kebahagiaan itu. Hati menjadi tenang dan tentram, tidak merasa kehawatir tentang masa depan saya, saya tidak merasa takut dengan kehilangan apa yang saya miliki dan sangat ingin terus beribadah. Saya beranikan untuk jujur, disini kebahagiaan itu dapat saya raih tapi saya tidak merasa melakukan aktivitas yang menyakinkan sehingga saya bahagia. Bisa jadi aktivitas saya itu tidak benar, tapi Allah beri rahmat dan mengizinkan bahagianya, atau bisa jadi saya beraktivitas tidak sempurna tapi saya sudah dapatkan kebahagiaannya. Disinilah apa yang mesti saya beri catatan, bahwa kebahagiaan itu tidak membuat saya semakin mahir untuk beraktivitas menuju kebahagiaan itu. Dengan kata lain, setelah saya bahagia, seperti rada agak tidak mudah bagi saya untuk mempertahankan kebahagiaan itu karena tidak tahu apa yang mesti saya lakukan. Maka dari itu saya memberi catatan pada diri saya sendiri tentang isi doa saya dan menjadi pantas saya berdoa untuk apa yang saya jalani menuju kebahagiaan itu dimampukan dan diizinkan Allah.



Dari catatan di atas, mestinya saya memiliki kepatutan kepada Allah dalam berdoa. Saya mesti tahu benar apa sih yang ingin doakan. Bukankah berdoa itu saya meminta pertolongan kepada Allah, Apa sih yang pertolongan Allah ? Pertolongan yang saya minta adalah sesuatu yang menjadi masalah saya yang sebenarnya.Misalkan saya berdoa minta kepada Allah rezeki berupa "uang.  Ya Allah ya Razzaq Ya Rahman Ya Rahiim, berikan kami rezeki (uang) untuk kehidupan kami. Aamiin. Saya dan bisa jadi semua manusia berdoa seperti itu. Sebenarnya apakah masalah saya dan Anda adalah uang ? Lalu kalau Allah kabulkan uang itu, apakah masalah saya selesai ? Sedangkan saya tidak tahu cara mengelola uang, saya tidak punya aktivitas dalam menginvestasikan uang dan sebagainya. Apa yang terjadi setelah mendapatkan uang ? Saya menggunakan uang itu untuk ditabung dan digunakan (kebutuhan). Semakin hari semakin habis uangnya tanpa ilmu, dan tabungan pun menipis. Bisa jad beginilah doa yang tidak tahu masalah yang ingin diminta pertolongan dari Allah. Saya membayangkan saat itu saya tidak punya karena saya tidak memiliki pekerjaan. BUkankah masalah saya adalah tidak memiliki pekerjaan ? Bagaimana kalau saya berdoa kepada Allah meminta tolong, Ya Allah Ya Razzaq Ya Rahman Ya Rahiim mohon petunjuk agar kami bisa mendapatkan pekerjaan yang halal dan baik, dan Ya Rasyid Ya Alim, tunjukilah hati kami dengan ilmuMU agar kami mampu menemukan pekerjaan bagi kami dan kami pun mampu mengerjakannya. Aamiin. Doa seperti ini jauh lebih patut dan pantas saya panjatkan kepada Allah Yang Maha Tahu SegalaNya, sedangkan saya saya lemah, saya tidak tahu, tidak memiliki apa-apa. Apa yang terjadi dengan doa yang saya sampaikan ? Saya memohon petunjuk (karena ketidaktahuan saya) agar diberi jalan menuju pekerjaan yang halal dan baik bagi saya. Dengan doa ini saya memohon diberi petunjuk (ilmu) sehingga mampu menemukan pekerjaan saya, baik di mata Allah. Dan doa berikutnya saya memohon Allah memberi kemampuan (ilmu, semangat, keyakinan dan motivasi) untuk dapat mengerjakan pekerjaan yang Allah berikan. Al hasil, saat doa ini Allah kabulkan saya diamanhi pekerjaan, lalu saya yakin mampu mengerjakannya dan Allah pun izinkan rezeki yang saya inginkan. Bahkan nilai rezeki yang saya inginkan itu bisa semakin bertambah karena saya diberi ilmu dan petunjuk Allah untuk mengerjakan pekerjaan semakin baik. Subhanallah walhamdulillah walaailaa ha illallah WallahuAkbar



Bisa jadi dalam berdoa itu bisa saja saya berdoa untuk keinginan saya, seperti contoh di atas "memohon rezeki", dan alangkah indahnya saat saya mulai memahami makna doa yang lebih baik dari sisi kepatutan dan kepantasannya, saya pun berdoa dengan memohon masalah yang sebenarnya saya hadapi untuk minta pertolongan Allah. Proses ini adalah proses yang baik menuju keimanan yang meningkat.Proses terus belajar untuk petunjuk Allah dan Insya Allah diberikan petunjuk di hati ini untuk semakin memahami petunjuk Allah. Begini pula saya berusaha untuk menjadi semakin baik imannya dengan membaca petunjuk Allah dan mulai tergerak hatinya untuk memahami dan mengamalkannya. Insya Allah pula hati ini selalu dijaga imannya oleh Allah dalam menjalani kehidupan ini, yang penuh dengan hal yang melalaikan hati dalam beriman.

Catatan belajar petunjuk Allah (Tajuk Allah) edisi 03 ini adalah berdoa itu memohon pertolongan, pertolongan terhadap masalah yang saya hadapi. Pahami dengan benar apa yang sebenarnya yang menjadi masalah yang saya hadapi. Lalu sayapun menyampaikan doa ini untuk Allah mampukan dan izinkan terjadi. Dengan cara ini saya saat doa saya diizinkan, maka saya sudah siap menghadapinya. Menghadapi dengan ilmu dan kemampuan dari Allah sehingga apa yang saya dapatkan dari doa saya dapat berkembang menjadi paham untuk mensyukurinya. 

BUkankah dalam pekerjaan saja saya mesti tahu masalah saya yang sebenarnya, dari sinilah saya memohon doa kepada Allah. Sekali lagi bukan sekedar tujuan yang ingin saya raih atau masalah yang bukan sebenarnya. Contoh lain, Apakah saya berdoa untuk jodoh saya ? Tidak salah, karena doa itu mengikuti ilmu saya saat itu. Apakah saya boleh berdoa agar dipertemukan dengan orang-orang saleh ? Jauh lebih baik. Bagaimana kalau saya berdoa untuk diberikan kemampuan (ilmu komunikasi, ilmu agama dan sebagainya) untuk mampu berani mendekat kepada orang-orang saleh ? Dan bermohon pula kepada Allah untuk memberikan saya. salah satu orang saleh itu menjadil pasangan hidup saya. Bagaimana pandangan Anda tentang berdoa seperti ini. Semua berpaling kepada iman seseorang, dan hanya Allahlah yang tahu segalaNYa.

Insya Allah TAJUK Allah 03 ini memberi inspirasi dan motivasi bagi siapa saja yang dapat mengambil hikmahNya. Yang kurang pasti dari saya yang lemah dan tidak tahu ini, Paling tidak saya berusaha memberdayakan diri saya menjadi semakin baik. Feedback menjadi hal baik buat saya dalam membangun tulisan ini. Terima Kasih

Munir Hasan Basri

Book Writer, Trainer, Motivator

14.11.24

Menjadi trainer sepanjang masa

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah pekerjaan saat ini menjadi pekerjaan yang langgeng walaupun sudah tidak bekerja di perusahaan dan menjadi sumber amal saleh. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang, Trainer yang menginspirasi, Menjadi trainer sepanjang masa


Judul kali ini kayak serem. Apa iya ingin menjadi trainer sepanjang masa ? Dan ada yang nanya, bagaimana sudah tidak menjadi trainer lagi karena pekerjaan baru ? dan mau bilang, apakah sejalan trainer dengan masa sekarang ? Okelah mari saya mulai. Yang pertama adalah apa sih yang dimaksud dengan trainer ? Istilah trainer dikenal karena orangnya melakukan training. Ada trainer di tempat Gym atau sejenisnya. Tapi trainer yang saya maksud disini adalah orang yang menyampaikan pelatihan (training). Ternyata trainer tidak hanya menyampaikan pelatihan, tapi memiliki tujuan. Tujuan menyampaikan pelatihan itu adalah Change. Bisa jadi change dari chance yang ada, saat menyampaikan kepelatihan. Apa sih yang menjadi tujuan kepelatihan ? Change, merubah peserta kepelatihan yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak paham menjadi paham, yang tidak bisa menjadi bisa, yang tidak mahir menjadi mahir. Dibalik semua change itu menyasar kepada cara bersikap, berilmu dan berketrampilan. Lalu ada pertanyaan, bagaimana kalau peserta setelah kepelatihan tidak paham-paham apa yang disampaikan ? Kepelatihan tersebut disebut gagal. Atau jika saat ingin lebih detail lagi, Apakah cukup peserta kepelatihan itu pintar dengan materinya ? Tidak cukup pintar atau trampil didalam kepelatihan, karena changenya sebatas pada pemahaman saja, tapi tentu pintar dalam menerapkannya dalam pekerjaan yang ditunjukkan oleh memiliki kemampuan tinggi.


Dari tujuan di atas, maka di sisi trainer mestilah menjadi orang yang mampu dan mahir dalam materi dan mampu pula berubah dalam pekerjaannya (trainer yang berubah dan berkembang). Kalau mau dibilang bahwa trainer itu seperti halnya guru (mendidik), maka sikap dan tindakan dalam mendidik itu mesti ada dalam setiap orang, baik memiliki bawahan atau tidak. Tidak ada kata bosan dalam pekerjaan seorang trainer, begitu banyak aspek yang mesti dididik pada dirinya sendiri agar menjadi orang yang berhasil dalam mendidik. Inilah yang menginspirasi trainer untuk terus belajar dan mendidik diri sendiri dan peserta. kemampuan ini terus terpakai apapun amanah yang dipegang. Misalkan menjadi seorang staf saja, mesti memiliki kemampuan mendidik diri sendiri agar menjadi staf yang profesional. Seorang staf seringkali berkoneksi dengan orang lain, maka kemampuan yang dimiliki mesti ditularkan kepada orang lain agar pekerjaan menjadi tersambung dengan baik. Apalagi sudah memiliki jabatan, maka kemampuan mendidik ini mesti disampaikan kepada bawahan. Apakah bawahan mampu mengamalkan apa yang diperintahkan atau disampaikan ? Ini disebut juga "kepelatihan". Atasan adalah trainer dan wajib mengubah (change) bawahannya agar memiliki kemampuan tinggi.

Trainer tidak hanya membuat materi kepelatihan, ada proses belajar yang terus berkembang dan ada pula change yang ingin dibuat dengan mendorong menerapkan materi kepelatihan. Bayangkan kemampuan ini dimiliki juga oleh seorang staf atau atasan, maka pekerjaan yang dilakukannya menjadi berkelanjutan. kemampuannya terus berubah menjadi semakin produktif. Artinya makna menjadi trainer itu tidak pernah putus dan terus dijalani. 



Seorang trainer mesti pula menjadi orang yang menarik dan sekaligus motivator bagi terlaksananya kepelatihan. Akhirnya mendorong peserta untuk menerapkannya. Bukankah siapa pun dia, mesti menjadi personal yang menarik dan mampu bekerja dengan baik, atau menjadi inspirator orang lain. Amanah ini menjadi penting dari seorang trainer, dan saat kemampuan ini diterapkan oleh seorang karyawan maka jadilah karyawan yang produktif.

Ilmu dan pengalaman seorang trainer sejati adalah terus berkelanjutan sampai usianya. Kalau hanya sebagai trainer saja, biasanya ilmu dan pengalamannya terbatas dan berhenti dalam mengembangkan diri. Apa iya seorang karyawan tidak memiliki kemampuan seperti trainer ini ? Disinilah seseorang dibilang profesional atau seorang yang mahir dibidangnya. 



Bagi saya menjadi trainer di perusahaan atau lembaga itu bisa selesai karena sesuatu. Sebagai trainer perusahaan itu bisa selesai, tapi sesungguh saya masih menjadi trainer dengan jabatan berbeda. Menjadi seorang manager bidang berbeda, saya adalah meneruskan tugas trainer itu bersama jabatan dan orang yang berada di dalamnya. Saya mesti membawa change menjadi semakin mahir team. Kalaupun saya sudah pensiun dalam pekerjaan, menjadi trainer itu tetap terus saya kerjakan, paling tidak untuk temen-temen dekat, keluarga, dan paling utama saya sendiri untuk terus mengembangkan diri. Buat apa ? Saya berbagi kepada siapa saja (terutama menulis buku atau menulis di medsos) dimana saya terus menjadi trainer yang update. Kemampuan menjadi trainer update itu mesti menjadi bagian dari amanah pada siapapun dengan apa yang ditekuninya. 

Sekali lagi dalam diri seorang trainer itu ada proses belajar, terus belajar untuk update, menjadi menarik dan menggugah orang untuk change, merubah sikap, ketrampilan dan ilmu dan sekaligus action, kemampuan yang berkelanjutan, menjadi orang yang menyenangkan dengan perubahan, mendidik, memastikan perubahan terjadi, menjadi ahli, mahir dan profesional, berani menerapkan ilmu baru, menyenangi masalah dan happy untuk menemukan solusi, berpikir kritis pada diri sendiri, dan berpikir kreatif.  Beginilah saya menyakini trainer itu menjadi sepanjang masa,  sampai detik inipun (saat saya menulis ini), amanah menjadi trainer itu selalu ada. Dalam diri seorang karyawan yang produktif ada amanah dalam dirinya sebagai trainer, begitu pula pada diri seorang pimpinan.

Inilah yang saya lakukan dan saya mengalaminya sepanjang tahun, dan saya bersyukur dengan amanah menjadi trainer ini. Saya bisa melanglang buana dari satu bidang ke bidang lain, dari satu daerah ke daerah lain, dari satu ilmu menjadi berbagai ilmu, dari satu buku ke buku yang banyak, dari satu pelatihan menjadi pelatihan yang banyak. Semua ini karena Allah yang izinkan dan karena pertolongan Allah. Ikuti terus tulisan saya berikutnya ....

Munir Hasan Basri

Writer, trainer, motivator


13.11.24

Trainer yang menginspirasi

Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah apapun yang dilakukan dapat mengantarkan kepada keikhlasan. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang, Trainer yang menginspirasi

Kali berbagi menjadi trainer yang menginspirasi. Bisa jadi banyak orang memberikan training atau kepelatihan sebagai sebuah tugas yang diamanahkan sehingga selesai training maka selesailah tugasnya. Tetapi saya berhasil mengembangkan diri untuk menjadi trainer yang menginspirasi. Apa sih yang saya maksud menginspirasi ? Apa yang saya deliver dalam training memberi dampak baik bagi peserta training dan bahkan mereka bisa menerapkannya. Makna ini terasa tidak mudah untuk dijalankan, tapi saya berusaha dalam setiap training atau komunikasi dengan siapapun. Bahkan inspirasi itu berbalik juga kepada diri saya sendiri, yang membuat saya menjadi semakin baik. 

Contoh sederhana, saya memberikan motivasi kerja dengan tema hendaklah selalu mencari kerja, kerja-kerja yang bertambah kualitas dan kuantitasnya. Hal ini saya buat agar setiap tidak terlalu fokus untuk mencari uang dalam pekerjaannya, tapi lebih sibuk untuk menemukan kerja-kerja baru atau mengembangkan kerja dari sebelumnya yang tidak dibatasi oleh batasan kerja tertentu. Yang saya lakukan terlebih dahulu adalah saya menerapkannya pada diri sendiri. Saya sebagai trainer, tidak hanya mengerjakan hal yang berhubungan dengan trainer saja, tapi mau belajar untuk jadi salesmen dan mempraktekkannya. Secara job desc menjadi salesmen itu bukan yang harus saya kerjakan. Tapi saya semakin paham dan bisa berempati sebagai trainer dalam memotivasi salesmen. Saya pun mendapatkan pengalaman berharga sebagai salesmen saat menghadapi berbagai pertanyaan dunia sales.  Apa yang saya lakukan ini adalah untuk memberi gambaran bagi peserta training bahwa training yang saya bawakan itu bukan sekedar teori saja tapi benar-benar pengalaman berharga untuk diikuti (menginspirasi). Bayangkan saat training itu saya juga mengajak seorang salesmen yang tugas hanya berjualan saja, mesti mau mencari kerja-kerja lain untuk memperkuat kemampuannya. Misalkan bagaimana seorang salesmen mesti mahir dalam administrasi, memiliki catatan stok produk, atau bagaimana seorang salesmen mesti memahami perilaku orang, belajar komunikasi dan mungkin belajar jadi "pelawak (orang yang menarik) dan sebagainya. Tidak lain training ini mengajak peserta (salesmen) dapat menginpirasinya agar pekerjaannya menjadi mudah dan memiliki kemampuan tinggi. Pasti ada yang tidak setuju dengan mencari kerja seperti ini, buat apa bagi mereka ? Hanya menghabiskan waktu dan sebagainya. Langkah saya merespon seperti ini adalah membuat role play untuk memperlihatkan kepada salesmen perbedaan seorang salesmen dengan salesmen yang mencari kerja. Setelah mereka mendapatkan inspirasinya, saya mengajak mereka membayangkan menjadi seorang salesmen yang bekerja dengan mudah dalam menjual, lalu secara sadar untuk melakukannya.


Langkah awal untuk menginspirasi  itu sudah saya lakukan, tapi ada kalanya apa yang ingin saya sampaikan itu tidak memungkinkan saya mempraktekkannya, maka saya berusaha memahami trainingnya dengan sangat baik. Sebelum training, saya memprediksi sebanyak-banyak kemungkinan yang bisa terjadi dari training, seperti keadaan yang tidak menyenangkan atau pertanyaan yang bisa muncul. Saya berusaha mengantisipasi semuanya sesuai dengan pikiran saya. Agar antisipasi ini mendekati kepada situasi yang sebenarnya, saya berusaha menyampaikan materi training saya kepada staf atau siapa saja agar mendapatkan feedbacknya. Training kecil kepada staf itu menjadi bekal untuk menggugah (menginspirasi) kepada training yang sebenarnya. Biasanya saya menambahkan materi training dengan pesan-pesan yang menyentuh "hati" agar merasakan bahwa training itu bagus, inspiratif dan nggak salah untuk diiikuti dalam pekerjaan.


Training yang menginspirasi itu tidak sekedar menyampaikan materi yang dibawakan, tapi dalam diri trainer selalu ada cara untuk mengukur penerimaan materinya. Mengukurnya dapat dilakukan dengan berbagai pertanyaan dan bisa saja quiz atau saya suka menantang peserta training dengan hadiah bila mereka mampu meningkatkan penjualan karena sudah menerapkan materi training. Langkah ini menjadi wajib dilakukan selama training, agar saya bisa mengantisipasi dan mengoreksi training yang membawa peserta dapat memahami dan mendapatkan inspirasinya. Salah satu cara agar peserta dapat memahami dan mendapatkan inspirasinya, saya senang untuk mengulang-ngulang point penting dari materi training yang saya lakukan sendiri atau mengajak peserta mengulangnya. Ada kalanya saya mengajak peserta menulis kembali materi dan langkah penting untuk menerapkannya di board atau melemparkan pertanyaan untuk peserta agar mereka paham. 


Trainer yang  menginspirasi tidak sekedar menyampaikan pesan atau bahkan "perintah", tapi jadilah trainer yang benar-benar memberi inspirasi kepada peserta training. Yang pertama pasti Trainer sendiri dengan sadar mampu menjadikan training itu inspirasi bagi trainer sendiri. Langkah ini selalu memotivasi diri saya untuk terus mengembangkan diri dan materi yang saya bawakan. Untuk materi training yang sama bagi beberapa kelas, saya mampu menyampaikan materi yang tidak sama persis dan selalu ada pengembangan. Staf saya yang juga trainer bilang, "kok beda pak trainingnya, padahal temanya sama". Bagi saya trainer yang menginspirasi itu mengantarkan saya untuk selalu menampilkan yang terbaik (menghindari juga trainernya bosan menyampaikan hal yang sama), mendorong saya selalu mengembangkan diri untuk menjadi trainer yang semakin baik, bisa dengan mengembangkan materi yang lebih menarik dan luas atau mengembangkan diri dalam menyampaikan materi training.  Saya merasa tak habis materi yang mau dideliver. Semua itu sangat didukung oleh sikap menjadi pembelajar secara otodidak dari berbagai sumber. Jadilah saya sebagai trainer (manager training) bisa memegang amanah lain dibidang lain.

Alhamdulillah dari berbagai pengalaman di atas, saya pun bisa membawakan pula training Spiritual Motivation bagi umum atau kalangan tertentu. Secara teknis lebih mudah untuk menggugah peserta berubah dan merasakan materi sangat bermanfaat. Saya menamai training ini dengan "Kesadaran spiritual untuk meningkatkan produktivitas dengan Tafakkur dan Tadharru".  Training ini sangat inspiratif yang outputnya di atas 50% sadar dan berubah. Ada peserta dari kantor/perusahaan, ada dari kalangan komunitas, ada keluarga besar, ada pengajian, ada jamaah masjid, ada sekolah, ada guru dan banyak lagi. Biasanya training ini memerlukan waktu paling sedikit 1 hari. Sudah hampir lebih dari 50 batch saya laksanakan. Saya juga ingin berbagi training ini secara gratis bagi mereka yang ada di Bandung atau diluar Bandung hanya perlu biasa transport saja. Training ini sangat inspiratif yang saya buat sendiri.


Apa lagi yang saya lakukan ? Insya Allah saya berbagi pengalaman yang positif yang memotivasi dan memberdayakan diri untuk semakin berkualitas dalam berkarya. Ikuti tulisan selanjutnya


Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator


10.11.24

Magic Word Uang atau Kebahagiaan

 Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah berdoa untuk kebahagian itu mampu disempurnakan Allah dengan apa yang sudah dilakukan. Aamiin

Pada tulisan sebelumnya, saya menulis "Katanya mau banyak uang" ... terungkap bahwa keinginan itu tidak salah, tapi perlu dimaknai lebih dalam dengan menyempurnakan keinginan tersebut dapat mendorong untuk mewujudkannya. Bersama Allah keinginan itu tidak ada yang mustahil, tapi perlu merasa dekat dengan Allah dengan menjalankan apa yang Allah perintahkan.

Lalu, ada apa dengan Magic Word ? Kata magic menghadirkan kekuatan atau sugesti bagi yang melisankannya, seakan menjadi nyata. Magic yang diiringi kata Word, ingin memberi motivasi atau sugesti bagi yang melisankan kata. Dalam pengetahuan tentang imajinasi, sebuah kata bisa menjadi jangkar bagi pikiran untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan. Hal ini menciptakan suasana emosional yang terkendali sehingga mendorong untuk melakukan hal yang diinginkan.

Kali ini Magic Word mengambil tema, "Magic Word Uang atau kebahagiaan". Kata uang sudah menjadi kata magic yang membangkitkan semangat orang melakukannya atau menerimanya. Bisa jadi dengan menyebut saja, banyak orang melirik, banyak orang bertanya, banyak orang bergerak kepada sumber suara, dan banyak orang mau melakukannya untuk mendapatkannya. Tapi sebaliknya kata uang bisa menjadi tidak disukai karena harus mengeluarkan uang. Membayar zakat, sedekah, iuran dan sejenisnya menjadi beban bagi seseorang dan merasa uang yang dimilikinya segera berkurang. Uang bisa menambah atau uang bisa mengurangi nilainya. Ini cara berpikir logika.


Emang ada berpikir tidak logika ? Dalam hal ini kata logika tertuju kepada pikiran manusia. Tidak logis berarti berpikir tidak mengacu kepada manusia, bisa berpikir setan atau yang sangat mungkin adalah cara "berpikir" Allah. Berpikirnya setan, menunjukkan uang itu adalah hasil dari  kerja tidak baik atau malas kerja. mendapatkan uang banyak dengan cara tidak baik dan instan. Sedangkan cara "berpikir" Allah adalah bekerja dengan cara baik (dihalalkan dan dithayibkan) dan Allahlah yang membalasnya, baik berupa uang atau selevel. Bekerja yang ikhlas semakin ikhlas pula Allah membalasnya dengan sempurna. Dalam logika umumnya mengeluarkan pasti mengurangi, tapi cara "berpikir" Allah mengeluarkan itu bahkan bisa mendapatkan uang lebih banyak. Dalam berpikir logika manusia, sebenarnya tidak terlepas dari cara berpikir Allah. Misalkan ada orang yang bekerja keras mendapatkan hasil uang yang banyak, tapi ada juga yang tidak mendapatkannya. Disisi lain ada yang berpikir setan yang melakukan niat dan perbuatan tidak baik, malah mendapatkan uang lebih banyak. Kok bisa begitu ? Dimana peran Allah ? Allah memiliki kehendak dalam memberi uang dan hasilnya (rezeki) seusai kehendaknya. Bisa jadi Allah memberinya, ada kalanya Allah melentarkan cara berpikirnya semakin tidak baik, ada kalanya Allah menguji dan karena hal lain dimana manusia tidak mengetahuinya. Sebagai hamba Allah hendaklah diambil hikmahnya untuk tetap terus mengikuti apa yang diperintahkan Allah, dalam rangka meningkatkan iman dengan ketaqwaan.


Uang sebagai kata magic sering ditafsirkan sebagai makna materi. Yang pasti uang itu hasil dari sebuah kerja, kerja apa saja atau kerja yang kecil sekalipun. Uang sering menghadirkan imajinasi tentang banyak uang, memiliki kemampuan membeli apa saja. Atau menghadirkan imajinasi tentang memiliki mobil, rumah dan fasilitas yang sangat mewah. Atau yang menghadirkan imajinasi tentang hidup yang berkecukupan dan berlebih. Tapi mungkin yang sering terlupa dalam imajinasi itu uang dan materinya itu membuat seseorang menjadi serakah atau haus untuk memiliki lebih dan kalau bisa terus memilikinya. Ada pula sifat sombong karena merasa banyak uang. Imajinasi ini yang sering tidak digambarkan dalam pikiran yaitu selalu ingin menjaga uang dan materi tersebut, ada kekhawatirkan uang dan materi itu berkurang atau habis. terus apa yang terjadi ? Sang pemilik uang atau mater selalu menjaga uang dan materinya, dan hadir ketidakpercayaan kepada orang lain. Hal ini dilakukannya 24 jam yang membuat hidupnya malah menjadi budak dan tidak mendapatkan kenyamanan hidup. Senang tapi tidak bahagia. Perhatikan orang yang memiliki banyak uang selalu menghabiskan uangnya dengan berbagai cara, dimana seringkali tidak memberi manfaat sama sekali dan bahkan sebaliknya bisa merongrong kehidupannya. Dari sini dapat dipahami bahwa apakah banyak uang yang diinginkan (kesenangan) atau ketenangan hati (bahagia) diinginkan ? Sebuah pilihan sebagai gaya hidup seseorang.


Mungkin bagi seseorang untuk memiliki banyak uang, umumnya mengindahkan cara berpikir Allah. Tapi kenyataannya cara berpikir Alla itu mutlak berlaku bagi semua hamba Allah. Salah satunya, Magic Word uang itu cenderung melupakan "kematian", bukan tidak percaya mati tapi tidak mempersiapkan kematian tersebut. Bayangkan saat seseroang meninggal dunia, apa sih yang dibawanya di dalam kuburan ? Apakah semua uang dan materinya di bawa ? Pasti tidak. BUkankah uang dan materi tersebut menjadi rebutan isteri dan anak-anaknya. Lalu pernahkah terpikir dengan logika, buat apa semua uang dan materi ? Setelah meninggal dunia, apakah uang dan materi itu menjadi penolong ? Pasti tidak. Karena semua itu tidak bisa dibawa kepada pengadilan Allah. Cara berpikir Allah membuktikan boleh banyak uang dan materi tapi itu adalah media untuk berbuat yang baik. Banyak uang dan materi itu bisa menjadi amal saleh atau sedekah, yang menjadi ukuran Allah. Bahkan orang yang mau berpikir cara Allah, uang dan materi itu bisa semakin kaya lewat amal saleh dan sedekah.

Bagi yang siapapun, yang belum merasa memiliki banyak uang. Nasehat di atas hanya sebagai nasehat baik, tapi saya sekarang butuh uang untuk kebutuhan hidup. Faktanya mungkin pesan itu tertuju kepada mereka yang sudah banyak uang dan materi. Yakinlah pesan di atas belaku bagi siapa saja, bagi yang belum banyak uang, jadikan selalu amal saleh dan sedekah itu dasar yang baik untuk memanfaatkan uang dan materi agar siap memiliki iman yang kuat dengan banyak uang. Bagi yang banyak uang, pesan ini untuk mengingatkan diri semua urusan kembali kepada Allah. Bersegeralah kembali kepad jalan Allah. 


Magic Word Uang, dan uang bukanlah tujuan utama. Tapi bayangkan saat semua orang merasa tentram dan nyaman, bukankah mendapatkan uang itu tidak menjadi beban dan bahkan ringan. Jangan sampai Magic Word Uang itu berubah kepada Magic Word Kebahagiaan diakhir usia. Jauh lebih baik menciptakan Magic Word Kebahagiaan dari sekarang. Insya Allah Magic Word kali ini dapat menginspirasi, memotivasi dan memberdayakan diri menjadi semakin baik setiap hari.

Munir Hasan Basri

Book Writer, Trainer, Motivator

9.11.24

Lisanmu adalah singamu

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu ada kebaikan yang menyemangati diri dalam beraktivitas. 

Perhatikan setiap hari tiada lisan yang terucap maupun hanya dalam hati menghiasi langkah kehidupan setiap orang. Tidak hanya itu saja, tapi ada banyak hal lain seperti beraktivitas rutin dan bekerja. Tetapi bila didalami lebih lanjut, ternyata dalam beraktivitas pun mesti ada background lisan saya. Seperti saat ini saya sedang menulispun selalu ada yang saya pikirkan seperti ngomong sendiri. ini adalah lisan dalam hati. Lisan ini adalah salah satu penentu kualitas diri saya. Kok bisa ? Iyalah bukankah apa yang saya pikirkan (lisan yang tak terucap) maupun lisan langsung merupakan seluruh pikiran saya. Apa hubungan dengan kualitas diri ? Ada dong. Seluruh pikiran saya bisa disebut saya sendiri, saat isi pikiran tidak baik menjadikan saya tidak baik, dan sebaliknya isi pikiran baik maka hadirlah kebaikan dalam diri saya. Bukankah ini menunjukkan kualitas diri saya. Begitulah yang terjadi tentang lisan, dimana seringkali lisan itu lebih diperhatikan saat berisi yang tidak baik. Ada ungkapan yang mewakili itu "Hati-hati, lisanmu adalah singamu".


Mengapa yang sering diperhatikan itu adalah lisan yang tidak baik ? Bisa jadi karena memang inilah yang sering dirasakan dan berdampak tidak baik. Ada lisan yang dengan nada tinggi saja, bisa ditafsirkan seseorang itu lagi emosional. Dampak yang dirasakan secara umum adalah direspon dengan hal tidak baik juga, sangat bergantung kondisi seseorang saat itu :
1. Apakah dalam keadaan relax atau santai ? Kondisi relax mendorong seseorang merespon dengan hal baik. Kalau tidak relax, maka seseorang dalam kondisi emosional yang cenderung merespon secara emosional juga.
2. Apakah materi lisannya bisa mudah diakses oleh keadaan sadar atau tidak memiliki referensi di dalam pikiran ? Kondisi ini bisa membuat seseorang diam atau merespon karena gengsi dengan sok tahu atau malah berprasangka tidak baik.
3. Apakah seseorang memilki pikiran positif atau tidak positif ? Saat kebiasaan dan alam bawah sadar yang membentuk sikap seseorang itu positif, maka responnya cenderung positif, dan sebaliknya. 
Inilah beberapa kondisi yang mempengaruhi lisan seseorang. Bagaimana dengan Anda ?

Misalkan lisan atasan yang menegur bawahan yang terlambat,"Terlambat terus !" Lisan ini bisa jadi singanya, karena bisa menyinggung perasaan yang ditegur menjadi tersinggung, dan langsung menjawab,"Emang gue pikirin". Dalam hatinya,"ntar saya balas kalau dia telat. Sok disiplin, bos aja yang begitu". Sebaliknya lisan yang tadi bermaksud menegur keterlambatan menjadi berarti dan positif saat kondisi yang ditegur itu relax dan berpikir positif, kira-kira begini responnya,"Terima kasih nasehatnya, berikutnya saya usahakan tidak terlambat lagi". Bener kan apa yang terjadi begitu ? Lalu bagaimana kalau saya ngomong sendiri ? Sama juga. Misalkan saya bilang ke diri saya sendiri,"lagi males banget". Apakah lisan itu berhenti di situ saja ? Tidak, pasti ada jawaban selanjutnya dari saya sendiri. Bisa jadi jawabannya,"Wajarlah saya males karena capek habis kerja". atau saya membela diri saya sendiri,"nggak apa kok males, kan sekali-sekali aja".  kalau pikiran saya positif, maka saya menjawab,"nggak boleh males, ayo bangun dan beraktivitas lagi". Kalimat hati-hati Lisanmu adalah singamu, kata singamu berarti efek tidak baik dari lisan atau direspon dengan lisan yang tidak positif. Maka pesan itu diawali dengan hati-hati karena merasa khawatir berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain.


Ada banyak kata yang terucap maupun yang tidak terucap, ada yang mengatakan sekitar 20.000 kata. Bayangkan kata-kata (atau lisan)  tersebut didominasi oleh makna tidak baik atau kata (lisan) tidak baik, maka dominasi ini menciptakan gambaran tentang orang tersebut. Menjadi baik kalau kata (lisan) didimoninasi oleh makna positif. Kata (lisan) tidak positif itu seperti virus yang mudah menyebar dan  menguatkan. Bayangkan saat lagi marah, kata (lisan) yang hadir adalah makna tidak positif dan bisa berkelanjutan dengan kata (lisan) tidak positif lainnya. Tetapi hal ini tidak terjadi begitu saja, dengan kata (lisan) positif. Dalam hal ini hati-hati lah dengan kata-kata (lisanmu) yang cenderungnya tidak positif. Untuk itu latihlah mengganti kata (lisan) tidak positif dengan makna positif. Latihan ini tidak mudah dan mesti kontinu.
Tidak ada orang yang ikhlas membuat diri saya sendiri menjadi semakin baik, tapi saya sendirilah yang membuat saya menjadi baik. Saat nasehat (lisan) orang lain kepada diri saya sendiri itu baik maupun tidak baik, tetaplah saya  saya bersyukur dan berterima kasih. Dengan prasangka baik, semua lisan itu menjadi berharga untuk membuat kualitas diri saya. 
Tulisan ini tidak lain hanya untuk mengkaji kejadian sehari-sehari agar memberdayakan diri saya sendiri dan pasti memotivasi diri. Kajian sekaligus memberi nasehat bagi diri sendiri tanpa perlu menunggu kata (lisan) dari orang lain. Ada kalanya saya lebih banyak sendirinya daripada berintraksi dengan banyak orang.  Kata (lisan) mu adalah dirimu.


 

8.11.24

Katanya mau memiliki banyak uang

 Semangat pagi semuanya, Insya Allah yang kurang gairah dalam bekerja, masih memiliki harapan sehingga apa yang dikerjakan masih terus menuju apa yang diinginkan.

Katanya mau, sebagai ungkapan bahwa saya masih menginginkan sesuatu. Tapi dalam kenyataannya Katanya mau sesuatu itu tidak dijalankan dengan benar. Lalu bolehlah saya bahas bagaimana caranya untuk meraihnya, atau saya perlu mengoreksi Katanya mau itu dengan benar. Contoh Hampir semua orang muslim Katanya mau ke surga, tapi kenyataannya apa yang dikerjakan tidak menuju jalan Surga. Malas Salatnya, sedekahnya kalau perlu, amal saleh tidak banyak dan banyak mengurusi dunia. Hal ini terjadi hampir pada semua orang, sepertinya tidak sadar tapi nyata tindakannya. Seperti contoh inilah yang sering terjadi dan saya pikir perlu ditinjau ulang. Penggunaan katanya mau adalah sebagai dorongan dan sekaligus sindiran (evaluasi) atas apa yang diinginkan untuk diluruskan dan dikoreksi atau disemangati lagi. 

Apa sih yang menjadi keinginan banyak orang ? Yang pertama biasanya termasuk saya, sangat  ingin memiliki uang banyak. Saya tulis dalam judul "Katanya mau memiliki banyak uang". Kayaknya perlu dikaji ulang "Katanya mau memiliki banyak uang". Ada yang bilang,"Kan maunya sudah jelas dan menjadi kebutuhan semua orang". Iya memang begitu. Tapi perlulah untuk mengkajinya. Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah Apa iya memang maunya banyak uang ? Iya dong. Apakah banyak uang itu bisa tercapai ? Pertanyaan membuat sedikit mikir untuk menjawabnya. Karena memang apa yang diinginkan itu begitu banyak bahkan tidak tahu berapa nilai uangnya seperti keinginan yang spontan dan tidak dipikirkan dengan mateng. Jawaban diplomatisnya, Insya Allah sih bisa diraih, doain aja. Jawaban diplomatis ini mulai menunjukkan "keraguan" tentang "Katanya mau memiliki banyak uang". Kalaulah diperoleh 100 juta, apakah ini disebut banyak uang ? Besar sih, tapi kalau bisa lebih banyak lagi. Mau berapa ? 200 juta ? atau 1 Milyar ? atau 100 ribu ? Disinilah mulai terlihat keinginannya menjadi kurang jelas, karena tidak menunjukkan nilanya. Padahal apa yang dikerjakan untuk meraih keinginan. Seandainya keinginan itu tidak jelas, maka tentu arah apa yang dikerjakan pun menjadi tidak jelas. "Katanya mau memiliki banyak uang" itu bisa jadi seseorang mendapatkan 100 ribu saja sudah besar, karena orang tersebut tidak memiliki uang sama sekali. Bahkan berapa yang didapat menjadi bernilai besar. Dari kajian pertama ini saja, "Katanya mau memiliki banyak uang" sangat perlu dikaji tentang nilainya. Tanpa ada nilai atau angkanya menjadi buram atau abu-abu untuk dijadikan keinginan.  Bayangkan kembali "Katanya mau memiliki banyak uang" atau ini lebih baik "Katanya mau memiliki uang sebesar 2 Milyar". Iya sih. 

Pertanyaan berikutnya, apa iya pengen uang 2 Milyar ? Pikir-pikir besar juga nilainya. Apa mungkin dicapai ? atau sampai kapan dapat meraihnya. Dengan sikap positif, ada yang bilang,"Uang 2 Milyar itu dijadikan motivasi dan kekuatan untuk meraihnya". Dari "Katanya mau memiliki uang 2 Milyar", apakah benar-benar bisa diraih ? Kapan mulainya dan kapan waktu yang ingin dicapainya (apa 1 tahun  atau 2 tahun atau memang sebisanya). Kajian ini pun mulai meragukan kembali tentang maunya. Ada cerita karyawan yang sampai pensiun pun tidak dapat meraih uang sebesar 2 Milyar tersebut. Jadi apa yang dilakukan bertahun-tahun itu memang mengacu kepada tidak ditentukannya waktunya (untuk meraihnya). Bayangkan "Katanya mau memiliki uang 2 Milyar dalam 3 tahun ke depan dari sekarang", Iya ya. Kalimat itu sangat memotivasi dan mendorong untuk meraihnya, hanya soal nilainya saja. Tentukan nilai yang bisa dicapai.

Kedua kajian di atas tentu ditujukan untuk memotivasi diri yang mampu diwujudkan dalam kerja atau tindakan nyata. Apa iya saat menginginkan sesuatu itu tak mungkin dicapai ? Ada sih beberapa orang yang benar-benar termotivasi dengan keinginan yang sangat besar dan sebagian kecil saja yang bisa mewujudkannya. Bagi orang yang normal saja, perlu mengkaji bahwa keinginan itu maunya dapat dicapai. Ada caranya sederhana untuk dapat meraih keinginan yaitu buatlah keinginan itu sangat mungkin diraih dalam waktu pendek. Misalkan "Katanya mau uang sebanyak 20 juta dalam tahun ini", suatu keinginan yang sangat mendorong melakukannya, hadir motivasi tinggi. kesampingkan penilaian banyak orang bahwa hal itu kecil dan gampangan. Yang menjadi concern adalah keinginan itu dapat diraih dan menggerakkan diri untuk dapat meraihnya dengan hal yang sangat mudah dan nyaman dilakukan. Kontinuitas keinginan ini bisa berlanjut (bertahap), saat keinginan pertama tercapai, maka ada dorongan untuk mampu meraih keinginan keduanya (selanjutnya). Hal ini dapat terjadi karena motivasi yang pertama mampu memotivasi lebih tinggi lagi untuk keinginan selanjutnya, ditambah lagi dengan pengalaman mampu meraih keinginan sebelumnya. Ada logika kalau saya mengerjakan begitu bisa meraih segitu. lalu saya tingkatkan lebih baik maka saya mendapatkan hasil lebih baik lagi dalam waktu yang lebih pendek. Bisa jadi keinginan berikutnya menjadi "Katanya mau uang 50 juta dalam setahun".   


Dari penjelasan di atas, "Katanya mau memiliki banyak uang" sudah bagus memiliki keinginan. Yang perlu diperhatikan tetap menjaga keinginan itu dapat dicapai. Mungkin tadinya hanya iseng bilang begitu, maka perlu dipoles dengan ilmu yang benar.

1. Ciptakan keinginan itu menjadi jelas, sesuatu yang bisa diukur. Untuk apa ? Agar bisa dimonitor dan dievaluasi serta bisa menjadi referensi pasti untuk dicapai. 

2. Jangan sampai sebuah keinginan itu untuk sekali seumur hidup, artinya perlulah untuk membuat periode waktu pencapaian dari keinginan. periode waktu ini bisa sangat mendorong dalam penyesuaian kerja dan aktivitas agar keinginan dapat diraih.

3. Dalam melaksanakan keinginan perlu memperhatikan semangat agar selalu terjaga. Semangat yang terjaga dapat mempertahankan atau meningkatkan apa yang dilakukan semakin baik menuju keinginan. Semangat menghadirkan energi dan motivasi, yang biasanya sangat bergantung kepada kekuatannya. Bayangkan cara berpikir manusia yang selalu ingin nyaman dan mudah terhadap apapun, sangat baik diperhatikan hal ini, termasuk dengan keinginan. Alangkah bersemangat dan termotivasinya saat memiliki keinginan itu dapat dikerjakan dengan mudah dan nyaman serta sangat mungkin diraih.  Persoalan keinginan yang tinggi itu merupakan tafsiran saja, keinginan yang tinggi itu dapat diraih dengan memilahnya menjadi keinginan kecil yang berkelanjutan. Kondisi ini sangat menyehatkan fisik dibanding memiliki keinginan tinggi yang mengalami tekanan.


4. Sesuatu yang tidak mungkin itu menurut seseorang, tapi sangat mungkin bagi Allah. Saat memiliki iman sekalipun kecil, mesti sangat percaya dan yakin Allah memenuhi keinginan (didoakan) hambaNya. Sekalipun keinginan yang kecil sertailah dengan doa, karena bisa jadi Allah lah yang menyempurnakan keinginan dapat dicapai dengan caranya Allah. Atau bisa jadi juga Allah mengabulkan keinginan yang tinggi itu untuk menguji keimanan seseorang. Saya dapat mengatakan bahwa keinginan yang tinggi, apa yang dilakukan untuk meraihnya, doa adalah serangkaian upaya untuk bersyukur kepada Allah atau meningkatkan iman atas nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat ilmu. 


Ucapan itu sering berupa keinginan, keinginan itu adalah doa, doa itu sendiri ibadah. Alangkah indahnya keinginan itu mengandung hal baik dan bertujuan baik. Seringlah berucap yang baik yang menunjukkan sesering itu pula doa yang dipanjatkan kepada Allah, yang bisa menjadi ibadah kepada Allah. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, dengan syarat hambanya berucap itu selalu mengikuti ucapannya dengan perbuatan yang baik dan menjalankan perintah Allah. Insya Allah kajian itu menjadi inspiratif dan bisa membantu mengkaji apa yang sudah dilakukan selama ini. Ini bisa menjadi motivasi, ini juga mendorong seseorang memberdayakan dirinya untuk menjadi semakin baik.

Munir Hasan Basri

Book Writer, Trainer, Motivator 

7.11.24

Menyemangati trainer terus berkembang

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah persoalan yang dihadapi hari ini diberikan solusi dengan terus menambah ilmu dan menerapkannya. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang

Kali ini saya berbagi bagaimana mengembangkan team yang terdiri dari trainer untuk terus bersama meraih tujuan bersama. Dalam dunia bisnis sekarang ini yang kompetitif membuat setiap karyawan, juga termasuk trainer selalu ada godaan untuk pindah perusahaan dengan gaji yang lebih tinggi. Hal ini pasti ditrigger oleh kebutuhan keluarga yang tak bisa ditahan alias meningkat. Saat itu, saya dan team bisa dibilang tidak memiliki gaji yang tinggi. Saya sendiri mengalami dimana kebutuhan itu bisa mendorong untuk berpikir di tempat lain, tapi saya berpikir kalau saya sendiri bermasalah bagaimana dengan team (trainer) ?? Berantakan deh team yang sudah dibangun dan tidak mudah untuk membangun team baru sekalipun bisa. Butuh waktu dan proses kebersamaan yang menghabiskan waktu lama. Oleh karena itu, saya memutuskan menjadi motivator dan pemberi solusi bagi trainer dalam menghadapi permasalahan mereka.



Apakah bisa saya menyemangati trainer ? Bisa, tapi saya mesti menjadi motivator bagi diri sendiri. Motivator diri menuntut saya untuk terus belajar dengan visi ke depan jelas dan menjanjikan. Disinilah saya setiap malam belajar dengan membaca hal ringan untuk didalami agar menjadi inspirasi, inspirasi inilah yang memberi harapan saya untuk melakukan banyak hal untuk visi saya. Lebih jauh motivasi diri ini lebih saya terjemahkan sebagai pemberdayaan diri saya, dengan benar-benar menerapkan ilmu yang sudah saya miliki sehingga tercipta pengalaman yang menjanjikan. Saya terus menggali ilmu-ilmu baru dan pengalaman-pengalaman baru yang semakin memperkaya kemampuan saya, dan tak lupa sangat pun meningkatkan nilai ibadah saya kepada Allah. Alhamdulillah saya mampu menjadi motivator bagi diri saya sendiri, Saya ikhlas tetap bertahan di perusahaan dengan selalu berpikir selalu ada ilmu yang bisa saya raih dan saya pun saya mendapatkan ilmu dalam berbagi kepada team dan karyawan lainnya. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya memiliki berkemampuan tinggi yang menyebabkan saya dipercaya yang tadinya hanya sebagai manager training, lalu menangani call center, customer care, service center, dan berbagai program-program tertentu. Dengan amanah yang bertambah tersebut menjadi saya dipercaya menjadi GM dan akhirnya menjadi Direktur. Jabatan akhir ini menjadi kebanggaan saya di perusahaan karena semua itu diraih dengan perjalanan yang panjang 1997 - 2010. Saya mengabdi di perusahaan sekitar 27 tahun lamanya. Tak sia-sia juga apa yang saya lakukan, Allah mengizinkan dengan memberi gaji (rezeki) yang baik.



Berbekal diri yang produktif menjadi bekal saya menyemangati team saya (trainer) untuk terus berkarya bersama saya. Yang pertama saya selalu mengingatkan bahwa suasana team dan pengembangannya tidak pernah di dapat di perusahaan lain. Ada kebersamaan, ada ilmu dan wawasan, ada kepercayaan dan karya yang terus berkembang. Boleh saja mereka mau keluar dari perusahaan, tapi setelah itu mereka menjadi kangen dengan suasana team yang seperti saat itu. Ada sih satu trainer pindah perusahaan dan bisa meraih gaji lebih baik dan perusahaan yang lebih baik. Alhamdulillah apa yang sudah saya didik dapat digunakan. Kedua saya mengarahkan trainer dengan visi yang jelas untuk masa depan mereka dan juga saya. Dan ketiga saya terus mendampingi mereka dalam menjalani visi tersebut dengan banyak melakukan karya untuk karyawan dan siapapun yang membutuhkan. keempat saya mengajak mereka berpikir sebagai hamba Allah yang memiliki bos besar yaitu Allah, dimana trainer bekerja untuk bos besar. kerja sebagai amal saleh yang ikhlas mesti diwujudkan kepada bos besar (Allah), Insya Allah Allah memenuhi kebutuhan hambaNya. Saat itu saya membayar semua trainer untuk mengikuti training ESQ, hasilnya berdampak positif bagi mereka dalam bekerja.



Saya yang tadinya memiliki trainer 4 orang, satu trainer berpindah perusahaan asing. Saya menambah 1 trainer baru yang awalnya hanya sebagai merchandizer. Team baru ini benar-benar menjadi trainer hebat dalam membawakan training, dan sering menjadi partner MC bagi saya dalam acara-acara penting perusahaan seperti launching dan lainnya. 1 trainer wanita meninggal karena sakit kanker otak, orangnya periang dan selalu menjadi pembeda dalam melakukan training. 1 Trainer lagi menjadi manager sales. Tersisa 2 trainer, satu trainer wanita menjadi spesialis dalam demo masak. Semua anggota team saya mampu mengembangkan diri dengan baik dan menjadi "trainer" berkemampuan tinggi. Itulah yang saya lakukan menyemangati trainer untuk menjadi karyawan berkualitas. Tidak sekedar menyemangati saja, tapi mendidik dan mengembangkan diri mereka menjadi trainer plus-plus. Tidak hanya sebagai trainer, kemampuan mereka bisa adaptasi dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Alhamdulillah saya merasakan kegembiraan dan juga merasa kehilangan dengan team karena beberapa tidak bersama lagi.


Menyemangati trainer lebih efektif dengan memberi teladan, contoh baik yang terus-menerus. Untuk itu, jadilah motivator yang update dengan visi masa depan yang bagus yang sekaligus menjadi pemberdaya diri sendiri. Tugas ini mesti tersemat juga bagi siapa saja yang menjadi pemimpin dan manager dan memiliki staf atau anak buah. Sekali lagi, ini ada pengalaman yang tak terlupakan bagi kehidupan saya, kadang ingin mengulanginya lagi. Saya sangat berkeyakinan dengan kemampuan saya, yang memiliki dimensi teknis dan religius, untuk selalu bisa menciptakan banyak hal, seperti menciptakan salesmen, manager sales, trainer profesional, karyawan produktif.     

Ada pengalaman lainnya ? Insya Allah saya berbagi lagi tentang pengalaman yang baik untuk dijadikan referensi dan inspirasi bagi produktivitas kerja. 

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator                                                                                                                                                                                                                                                                                             

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...