Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Kamis, Desember 08, 2022

Berlatihlah memberi, kalau tidak kita kecewa

 Selamat pagi semuanya, Insya Allah selalu bangun pagi dan membuat pagi menjadi bermakna. Tak ingin mengajari dan ingin mengajak siapa saja untuk berlatih memberi. Memberi itu bukan dipersepsikan memberi uang atau materi, tapi memberi apa saja. Misalkan memberi ilmu, memberi senyuman, memberi bantuan tenaga, menolong, pokoknya sesuatu yang kita keluarkan atau lakukan itu juga sudah memberi. Contoh kerja, kerja itu melakukan sesuatu dengan mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk perusahaan. kerja ini pun memberi. Membukakan pintu rumah untuk orang lain juga sudah memberi. Tapi persoalannya memberi yang kita lakukan, apakah sudah ikhlas ? karena tanpa ikhlas memberinya BUKAN lagi membei tapi "meminta balasan".

Apa yang kita rasakan saat memberi, secara logika itu memberi berarti mengeluarkan sesuatu yang kita miliki untuk orang lain. Perhitungannya rugi, tapi perasaan kita seneng.  Jika ikhlas, maka hati pun jadi bahagia. Semakin banyak orang memberi semakin orang itu bahagia. Masak sih ? Buktikan aja. Dan kalau sudah bahagia, maka hadir perasaan senang dan selalu mendapatkan keuntungan. kebahagiaan inilah yang menjadi tujuan akhir kita dalam hidup ini. Masak sih ada orang yang tidak mau bahagia ? Kebahagiaan itu kita sendiri yang ciptakan dengan memberi.

Bagaimana jika kita memberi tapi orangnya tidak mau atau bersikap tidak baik kepada kita ? Keadaan ini menjadi feedback bagi kita untuk memperbaiki cara memberinya. Ada ilmu dan ada cara memberi. bersyukur kita diajari Allah untuk menyempurnakan memberinya. Tidak perlu direspon tidak baik lagi. Tinggal mengalihkan kepada orang lain atau memberi yang dibutuhkan orang tersebut, maka perlu silataruhmi dengan orang tersebut agar dapat saling memahami.

Apa yang terjadi saat kita memiliki niat memberi tapi nggak jadi ? Niat baik itu pasti dilawan oleh setan untuk digagalkan. Apa yang harus kita lakukan ? Menjaga niat dengan berlindung kepada Allah, karena kita tidak bisa melawan setan. Tapi agar kita terjaga terus untuk melaksanakan niat tersebut, perbanyak mengingat Allah. Dan yang penting juga adalah persiapan memberinya dan menyegerakan terjadi.


Memberi bukan sekedar memberi, orang yang bisa memberi adalah orang yang berkecukupan atau memiliki kemampuan mendapatkan sesuatu karena kemampuan. Bisa jadi orang bisa memberi hari ini, tapi hari berikut tidak memberi lagi. Maka memberi adalah mereka yang produktif dan bisa menghasilkan. karena kemampuan inilah seseorang mampu memberi setiap saat. Orang pintar belum tentu mau memberi, jika takut tersaingi. Takut tersaingi itu karena memang tidak mampu mendapatkan ilmu lagi. Orang yang memberi tidak takut kehilangan, tapi mereka merasa memberi atau mengeluarkan sesuatu kepada orang lain berarti kita ditambah lagi dari Allah dengan mengupayakannya dengan bener. Membayangkan ada orang yang tidak bekerja dengan baik (memberi - kontribusi) kepada perusahaan, artinya orang ini memang tidak ada kemampuannya. 

Tidak itu saja, memberi itu merupakan rasa syukur kita kepada Allah. Kok bisa ? Tidak memberi berarti tidak bersyukur. Karena sampai hari ini kita sudah banyak diberi nikmat oleh Allah dan kalau mau dihitung malah tidak bisa. Dosa yang ditutupi  Allah dan tidak dibalas di dunia agar kita bisa memperbaikinya dengan taubat, ada rahmat dan karunia Allah selalu diutamakan daripada azabnya dalam hidup kita selama ini. Ada doa yang dikabulkan atas permintaan kita dan banyak lagi. Yuk bersyukur dengan selalu memberi. lakukan setiap hari dan setiap saat, Insya Allah kita pun berbahagia.

 

 





Rabu, Desember 07, 2022

Kesungguhan butuh kesiapan

 Selamat malam semua, ketemu lagi. Alhamdulillah masih diberi kebaikan untuk menulis terus apa yang pernah dan terus saya lakukan. Insya Allah bermanfaat tulisan berikut ini untuk melengkapi tulisan sebelumnya.

Tidak ada kesungguhan itu tidak mungkin terjadi, hanya soal waktu. Jika tidak memperoleh pun sikap dan perilaku yang sungguh-sungguh sudah tidak memikirkannya lagi, yang terpenting adalah menjalani kesungguhan itu dengan kesiapan yang bener.


Kerja untuk hidup

Selamat sore semuanya, Insya Allah kehidupan sore ini memberi banyak kebaikan. Tulisan sebelumnya tentang kerja cari uang atau cari kerja mendorong saya menulis tulisan dengan judul di atas. Mereka yang masih mempertahankan atau mencari alasan bahwa kerja itu cari uang itu sudah bener. Memang bener, tapi yang perlu direnungkan adalah proses selama kerja yang cenderung kepada hal yang tidak baik dan bagi diri kita saja berdampak buruk (tidak sehat).

Boleh saja ingin mengatakan, "saya kan kerja nih. lalu dengan uang yang saya dapat untuk memenuhi kebutuhan keluarga". lalu apa ? ingin mengatakan lagi bahwa tujuan akhir saya mulia, yaitu kerja untuk keluarga dan ingin ditekankan lagi bahwa kerja itu ibadah. Semuanya itu ada benernya, tapi renungkan dan camkan lagi. Apakah semua itu jujur Anda ungkapkan atau hanya sekedar membenarkan apa yang sudah dilakukan sampai sekarang ? Dengan tujuan mulia tersebut mestinya uang yang didapat sudah banyak. Tetapi kenyataannya masih belum cukup dan ditutupi dengan kartu kredit dan nyicil atau hutang. Bukankah seharusnya jika memang tujuan mulia itu mesti didukung oleh kerja yang baik dan diizinkan Allah. kalau mau bilang apa adanya, "Saya budah uang dan dipaksa kerja dengan cara apapun".




Renungkan hal berikut ini, jika kerja itu untuk hidup (uang dan keluarga) :

1. mengapa kehidupan Anda tidak lebih baik sekarang ? Jangan bilang Anda mau bilang "Apa yang diterima itu disyukuri dan belum diizinkan Allah". Bukankah Allah memberi kehidupan akhirat yang baik dan juga memberi kehidupan yang baik juga di dunia.

2. kalau kehidupan ini tidak lebih baik, ada apa dengan kerja kita selama ini, apakah sudah sungguh-sungguh ?  Apakah ada orang yang sungguh-sungguh kerja yang baik tidak dibalas dengan kebaikan oleh Allah ?

3. kurang yakin dengan kesungguhan sendiri, apakah yang kita kerjakan masih sama dengan kemarin ?  Iya sih. itu memberi indikasi bahwa kita tidak menjadi lebih baik dan itu tidak sungguh-sungguh.

4. Buka hati untuk mengakui dan jujur kepada diri sendiri, tidak perlu ditunjukkan kepada orang lain bahwa saya jujur. kejujuran menghadirkan kesungguhan untuk kerja yang lebih baik. kerja yang lebih baik membuat kita bahagia dan berdampak baik kepada perusahaan tempat kita kerja, khusus orang di sekitar kita. Semua orang senang dan mendoakan kita.

Mau tunggu apalagi, segeralah merenungkan arah kerja kita yang sebenarnya. Tidak membuat kita tertekan dan malah membuat kita menjadi optimal kerjanya. kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah menikmati perjalanan kerja yang selalu optimal BUKAN kepada hasilnya. 

 





 




Kerja cari uang atau cari kerja ?

Selamat sore hari ini, Insya Allah dalam keadaan sehat dan terus mampu mengerjakan banyak hal. Saat seperti ini Anda sangat membutuhkan "uang" untuk membiayai hidup Anda. Selepas sekolah atau kuliah seperti lazimnya hampir 99% mencari kerja. Harapannya dengan kerja itu mendapatkan uang. Lalu pertanyaannya adalah Apakah Anda kerja cari uang atau cari kerja untuk hidup ? keduanya bisa bener, tapi memiliki makna berbeda. Bisa jadi Anda memilih kerja cari uang. Nggak salah, yang dicari itu uang atau kerjanya ?

Mulai bingung untuk menjawab pertanyaan terakhir di atas. Bener sih cara kerja dan dengan kerja itu saya dapat uang. Kalau begitu bukan uang yang dicari tapi kerjanya. Kalau cari kerja (belum kerja), Anda bener-bener tidak "begitu memikirkan" uang (gajinya), yang penting kerjanya dulu. Setelah dapat kerja dan beberapa tahun berikutnya Anda mulai berubah cari uang. Bukankah begitu ? Saat dengan pekerjaan yang ada sekarang Anda berpikir cari uang dengan persepsi kerja kalau ada uangnya. Kualitas kerja yang Anda berikan mesti diukur berapa uang yang diperoleh. Kalau yang diterima sedikit, maka kerja Anda pun tidak banyak. Apakah Anda mendpatkan uangnya ? Tidak banyak dan banyak kecewanya. Tak hanya itu ada tekanan saat deal uang kerja itu disepakati, yang memberi uang mengontrol ketat kerja Anda dan Anda pun merasa tidak berkembang karena diawasi sehingga kerja tidak optimal. Jika menghadapi masalah Anda merasa tidak nyaman dan semakin tertekan karena kurang menemukan solusi yang pas. Saat terdesak Anda membela diri untuk menyalahkan orang lain lingkungan. Maka dikatakan bahwa Anda tidak siap dibayar dengan uang (cari uang) karena memang Anda mencari uang sedangkan kemampuan dan ketrampilan Anda tidak siap.


Bagaimana jika Anda berpikir lain, mencari kerja ? Awal sih memang Anda mencari perusahaan yang mempekerjakan Anda. Setelah memasuki awal kerja, Anda berusaha maksimal kerja yang luar biasa. Soal uang pasti mengikuti. Selang beberapa lama, Anda pun masih sibuk cari kerja, yaitu mencari kerja yang mesti ditingkatkan, menemukan kerja yang inovatif agar semakin mudah, dan mencari kerja untuk menyelesaikan masalah yang Anda hadapi dan banyak lagi. Apakah habis kerja yang Anda cari ? Tidak pernah habis. Selama itu kemampuan Anda menjadi meningkat dan membawa hasil luar biasa. Anda menjadi dipercaya, inilah buah dari kerja yang dicari.


Yuk merenungkan kerja cari uang atau cari kerja terus ? Carilah kerja dan kerja lagi yang membuat Anda sibuk selalu memperbaiki diri sampai usia Anda. Dan selama itu pula Anda dipercaya. Dipercaya itu membuahkan uang yang Anda harapkan. Insya AllahAnda diberi petunjuk dalam kerja dan terus bertambah kebaikan.






ang


Selasa, Desember 06, 2022

Menjadi lebih baik

Menjadi lebih baik ? Pasti semua orang mau. Tapi persoalannya adalah tidak semua orang tergerak untuk menjadi lebih baik. Ada beberapa orang yang sudah khawatir untuk menjadi lebih baik, karena banyak hal yang mesti dikerjakan. Kekhawatiran ini bisa berubah menjadi rasa takut. Akibatnya bisa berdampak "menolak" menjadi lebih baik, sekarang sudah nyaman. Nyaman karena kita sudah bisa mengerjakannya. Terus bagaimana cara untuk menjadi lebih baiknya ?

Menjadi lebih baik itu tidak segera kita dapatkan, tentu menjalani prosesnya dan butuh waktu. Ringankan pikiran kita agar tidak terbebani untuk mengerjakan yang besar dan harus dapat hasilnya segera. Hal inilah yang bisa membebani pikiran dan bikin takut. Jadi ubah dulu pikiran kita dengan hal kecil yang bisa dikerjakan dan hasilnya juga dalam waktu pendek. Hasil yang bagus walaupun kecil sudah membuat perasaan senang dan pikiran merasa mampu. 


Untuk bisa menjalani hal kecil di atas, maka kita mengukur apa yang sudah kita hasilkan hari ini dan apa yang sudah kita kerjakan. Berani nggak kita jujur kepada diri kita sendiri mengakui apa yang ada sekarang. karena tanpa mengakuinya, kita tidak mudah untuk melangkah menjadi lebih baik. Beberapa orang tidak mengakuinya sehingga seperti menolak menjadi lebih baik. Mengapa itu terjadi ? Sebenarnya kita merasa tidak nyaman untuk merubah banyak hal mulai dari belajar ilmunya, berlatih tindakannya dan menghadapi masalahnya. Ketidaknyamanan ini akibat kita didominasi oleh perasaan (emosional). Mau menjadi baik secara logika tapi emosional tidak mau (karena tidak ringan).


Salah satu cara mengurangi dominasi emosional adalah mengukur dan mencatat apa-apa yang sudah kita kerjakan dan menganalisa mengapa kita tidak mau menjadi lebih baik. Semua ini mengantarkan kita kepada pola berpikir logis dan dapat mengurangi dominasi emosional. Karena kita berpikir logis, maka kita dapat melihat ada untung dan rugi. Mau nggak menjadi lebih baik, bukankah untung buat kita ? 

Mau lebih dalam lagi, renungkan apa yang sudah kita dapatkan selama ini dengan hati. Kok sedikitnya rezekinya ? Padahal doa kita mintanya dicukupkan (bukan kekurangan). Doa kita seperti belum dikabulkan, dan bisa jadi Allah belum memberikannya. mengapa belum ? Temukan jawaban ini dari kerja kita dan motivasinya. Apakah kita kerja menjadi lebih baik itu untuk kepentingan dunia ? padahal kan diujung usia kita, kita mesti bertanggung jawab atas semua apa yang kita lakukan. Kok kita tidak mau bersyukur menjadi lebih baik ? Insya Allah dalam perenungan ini bisa membuka hati kita dan Allah berikan petunjuk sehingga menjadi lebih baik itu bisa bersama Allah. 

Kejar target sesuai logika manusia

Tulisan berkaitan dengan tulisan sebelumnya tentang "Impossible vs Kehendak Allah". Membayangkan jika kita bekerja mengandalkan kemampuan dan ilmu yang kita miliki untuk meraih keinginan (bisa jadi yang impossible). Apakah bisa ? Shalat dan doa sebagai alat bantu pengungkit (meminta pertolongan kepada Allah) untuk dikabulkan tapi tidak diikuti petunjukNya (hanya sekedar aja). Kecenderungan dan dominasinya adalah kerja dunia tanpa melibatkan petunjuk Allah. Banyak orang seperti ini  dan termasuk diantaranya bisa kita sendiri.

Mari kita tesuluri, bagaimana shalat dan doa (Allah) itu hanya membantu kita dan kadang juga nilai shalat dan doanya kurang serius ? Bener nggak. Bukankah fakta menunjukkan bahwa shalat tidak utama diantara aktivitas kita, paling banter doa kita,"mohon rezeki yang halal dan berkah". Kalau didalami lagi, shalat dan doa kita pun tidak bertambah baik dari kualitas maupun jumlah. Maknanya iman tidak bertambah baik, tapi minta tolongnya getol. kalau belum dikabulkan, kita berusaha dengan cara lain. Bagaimana dengan ibadah lainnya, yang umum seperti sedekah ? Ada sedekahnya ? Bukan soal jumlahnya tapi keikhlasannya. Sudah ikhlas, apakah setiap hari (terus-menerus) ? Hal inipun menjadi pertimbangan kita saat sedekah, apa nggak habis uangnya, sedangkan kita mencari uang ? Sedekah kita pun bisa dibilang lemah dan tidak sinkron dengan doa kita ingin dikabulkan. Dimana amal saleh yang lainnya ? Apakah suka menolong orang lain ? Apakah suka berbagi ilmu yang ikhlas ? Apakah berakhlak baik ? Semua ini menjadi indikator kita dalam beriman. Apakah pantas kita shalat dan berdoa untuk memohon dikabulkan keinginan tanpa kenaikan iman yang semakiin tinggi ? Bisa saja sih Allah mengabulkannya. Khawatir kita bisa mencapainya, tapi akhlak dan amal kita tidak mendukung. Akibat rasa syukurnya hanya sebatas di lisan saja, tapi tidak mampu mengoptimalkan nikmat (keinginan yang dicapai) yang Allah berikan. Inilah sisi Allah yang lemah dari kita dalam mengejar target kerja kita.


Disisi lain kita hanya berusaha dengan kemampuan kita. Kerja semakin keras dengan tidak mengenal waktu dan tempat, dan juga menambah lembur dalam kerja. Selain itu kita pun belajar lagi agar kerjanya jadi cerdas. Apapun dilakukan. Inilah yang sangat yakin dapat dilakukan agar tercapai. Ada orang yang cepat meraihnya dan ada pula udah sampai tua belum meraihnya. Bagi yang sudah meraihnya, terlihat di Mall berada di kursi roda didampingi anaknya. Keberhasilannya dibayar untuk kesehatannya yang kurang sehat karena telah banyak bekerja keras. Atau ada juga yang bekerja luar biasa di masa mudanya dan diujung pensiunnya atau sebelumnya sudah terkena berbagai penyakit yang menahun. Pernahkah kita merenungkan bahwa semua terjadi atas izin Allah ? Bukan manusia yang meraihnya, manusia berusaha dan Allah yang izinkan. Atas dasar inilah kita suka berdoa saja.


Satu hal sederhana soal kejar target dengan kemampuan logika manusia. Manusia pasti ingin mengumpulkan uang yang banyak, berapa lama bisa dikumpulkan ? Disinilah cara logika Allah berbeda, contoh ada tukang bubur naik haji, padahal uang dikumpulkan hanya recehan. Mengapa terjadi karena pedagang buburnya menerapkan petunjuk Allah. Dan banyak lagi cerita lain. Ada orang yang punya hutang sangat besar bisa lunas dalam beberapa bulan, tidak lain sangat mengandalkan logika Allah. berusaha dengan dasar iman yang kuat dan menjalankan usahanya dengan petunjuk Allah. Ada Warung gratis, tapi tak pernah bangkrut. Sebaliknya beberapa hanya mengandalkan jualan tidak berkembang dan ada yang bangkrut.

Mulailah untuk mengevaluasi apa yang sudah kita kerjakan selama ini, bagaimana menyelaraskan iman (Allah) dan kerja (aktivitas) kita di dunia ini ? Renungkan dengan memperbaiki ibadah dan amal kita agar dibukakan pintu keberkahannya.

  



Senin, Desember 05, 2022

Imposibble vs Kehendak Allah

Kita selalu memiliki keinginan-keinginan untuk menjadi semakin baik, ada yang inginnya sangat tinggi dan ada pula yang biasa saja. keinginan yang hadir merupakan apa yang pernah dilihat dalam pemikirannya. Orang yang biasa bergaul dengan bisnis, maka keinginannya tinggi. Misalkan ingin memperoleh nilai uang 2 Milyar, memang sesuatu yang mustahil. Tapi sebelumnya sering berhasil dalam mencapai keinginannya. 

Bagi mereka yang pernah berhasil, hal yang mustahil itu sangat ingin diraihnya. Maka mereka selalu berusaha dengan sungguh-sungguh. Tapi sebaliknya bagi orang yang belum pernah berhasil menjadi sangat mustahil untuk diraih. Beginilah manusia berpikir sesuai kemampuannya. Selain mereka berpikir sesuai kemampuannya, bagaimana cara meraihnya ? Mereka tetap memiliki harapan hal itu bisa dicapai yaitu memohon pertolongan Allah, dengan berdoa. Disinilah mereka mulai memasuki cara berpikir bukan sebagai manusia lagi, tapi berpikir dengan cara Allah. Bagi Allah tidak ada yang mustahil dan sesuai kehendakNya.

Logika manusia tidak sama dengan logika Allah. Maka saat kita berlogika dengan cara manusia, yang terjadi adalah bisa mustahil, karena kemampuan manusia terbatas. Sedangkan logika Allah tidak terbatas. Apa yang mesti dilakukan dengan cara berpikir logika Allah ? Jika kita memasuki logika Allah dengan berdoa, maka mau tidak mau kita mesti menggunakan cara-cara Allah. Selain kita berusaha sesuai kemampuan kita, maka kita mesti mengikuti aturan dan petunjuk Allah. Insya Allah jika cara-cara mencapai keinginan kita itu dengan cara Allah, hasilnya menjadi tidak mustahil lagi.


Yang bermasalah adalah kita sok mampu dengan cara kita untuk meraih keinginan kita, tapi meminta pertolongan Allah tanpa mengikuti Allah. Kita yang beriman, kok hanya meminta pertolongan tanpa mengikuti cara Allah (tanpa melibatkan Allah). Disinilah kita diuji, apakah kita merasa berhasil karena kemampuan kita (cenderung sombong) atau kita merasa berterima kasih atas rahmat Allah yang diberikan kepada kita (bersyukur) ?  

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...