Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

10.11.22

If I can see it then I can do it

If i can see it, then i can do it. Jika saya bisa melihat apa yang ada dalam pikiran dengan jelas, maka saya bisa melakukannya. Mengapa ? Karena apa yang ada dipikiran (imajinasi) dengan jelas menjadi perintah oleh pikiran yang mudah untuk dijalankan oleh tubuh. Tubuh kita hanya menerima perintah dan menjalankan, jika perintah itu jelas maka tubuh dapat melakukannya. Misalkan perintah makan, maka tubuh tidak bisa melaksanakannya. Karena perintah makan itu tidak jelas, makan apa ? makan sekarang ? dan banyak pertanyaan yang muncul. Bisa berbeda saat perintah itu seperti ini,"makan sekarang di warung A dengan sayur dan rendang".  Maka saat perintah itu minta dilaksanakan maka tubuh merespon dengan melakukannya.

Perhatikan pikiran selama ini, ada keinginan tapi tidak jelas atau tidak detail. Maka kita tidak melakukan apa-apa. Misalkan lagi keinginan kita,"ingin jadi orang kaya". Apakah bisa dilakukan ? Pikiran saja menjadi bingung ingin kaya seperti apa ? dan tidak terbayangkan dalam pikiran apa yang harus dilakukan. Maka sekali lagi keinginan itu sekedar mimpi saja. Kita berpindah dari satu keinginan kepada keinginan lainnya. Apakah yang terjadi bila setiap hari seperti ini ? Tubuh sudah terbiasa tidak melakukan apapun karena memang tidak ada perintah dari pikiran sehingga menjadi malas. Hati-hati untuk tidak terjerumus kepada angan-angan kosong seperti ini. Beranikan diri kita untuk melihat dengan jelas apa yang mesti kita lakukan untuk memenuhi keinginan kita.


Membayangkan diri kita untuk mendapatkan uang dengan berdagang. Misalkan berdagang roti. Saya setiap hari membuat roti sebanyak 100 biji. Saya menjualnya ke warung dan penjual kue dengan titip jual 10 per warung. Dengan harga roti Rp 6000/biji dan diharapkan terjual 80 biji/hari maka saya mendapatkan uang sebesar Rp 480.000 per hari. kalau saya tingkatkan penjualan dengan menambah warung 2 lagi, maka harapan saya bisa menjual 100 perhari dan pendapatan saya naik menjadi Rp. 600.000. Imajinasi ini bisa dengan mudah untuk diwujudkan. If i can see then i can do it. Disinilah muncul semangat untuk berdagang. Demikian juga imajinasi saya tentang kerja di kantor yang sukses mesti diperlihatkan dalam pikiran dengan jelas apa yang mesti dilakukan. Pikiran menuntun atau mengarahkan kita untuk berbuat apa yang ada dalam skenario pikiran.


Dalam keseharian kita, ada orang yang tidak melakukan sesuatu bukan karena tidak bisa, tapi tidak berani. Dalam pikirannya sudah terlihat jelas apa yang ingin dikerjakan. Tidak terjadi karena juga ada pikiran yang menghambatnya atau membuat orang tersebut tidak percaya bisa melakukannya. Akumulasi dari yang ingin dikerjakan dan yang menghambat, jika pikiran yang menghambat juga terlihat jelas maka tidak ada tindakan apapun alias tidak berani. Begitulah kekuatan pikiran kita yang jelas dapat mendorong kita melakukannya, dan saat dilakukan terus-menerus maka keberhasilan semakin nyata. 


Keberuntungan

Keberuntungan ? Ada dong. Ada sebuah pertandingan sepakbola dimana ada kesebelan favorit kalah dikalahkan di akhir menit pertandingan usai lewat sepak pojok. Hasil 1 : 0 untuk kemenangan tim underdog. Yang kalah mengatakan,"itu keberuntungan dan itulah bola tidak bisa ditebak karena bulat". Yang menang bilang,"kegigihan dalam meraih kemenangan". Kok dua belah pihak tidak sinkron jawabannya. Begitulah yang terjadi. Ada nggak sih keberuntungan itu ? Kalau gitu keberuntungan itu milih-milih dong. Siapa yang milih ? Yang pasti bukan yang terlibat. 

Bagaimana kalau ada keberuntungan orang yang sukses ? Ada sih, nggak begitu pinter, sekolah tidak tinggi dan kerjanya biasa saja bisa sukses. Yang sudah bekerja luar biasa dan melakukan banyak hal bilang, "beruntung kamu bisa sukses". Apa iya keberuntungan itu ada ? Faktanya sih ada, tapi kok bisa ? Kok nggak saya ? Kalau bisa milih mah, "iya kalau bisa saya yang beruntung". Terus ada bilang,"kemarin saya beruntung bisa jual produk, padahal sudah tidak ada lagi pembeli" dan banyak lagi keberuntungan lain, tapi memang tidak setiap hari keberuntungan itu ada.

Secara logika bilang keberuntungan itu terjadi jika ada kesempatan dan kitanya siap. Ada orang yang memiliki kesempatan dan tidak siap dengan kemampuan, maka belum beruntung. Seballiknya ada kemampuan dan tidak ada kesempatan, sama juga belum beruntung. Apakah keberuntungan kita itu kita ciptakan sendiri ? Mestinya tidak, karena kalau kita yang ciptakan keberuntungan itu berarti kita bisa dong beruntung terus. Oleh karena itu keberuntungan itu ada yang ngatur yaitu Allah yang menguasai seluruh alam ini. Bisa jadi keberuntungan itu Allah ciptakan dengan situasi di atas untuk menguji siapa saja, apakah yang beruntung itu bisa bersyukur atau yang tidak beruntung bisa bersabar ? Apakah ada keberuntungan terus ? Tidak ada, yang ada adalah kita menjalani langkah demi langkah dengan ilmu yang bener dan sabar/bersyukur. Proses inilah yang memberi kebaikan tak terbatas dari Allah.


Tak ada yang ingin tidak beruntung, maka mulailah kerja dengan bener dan selalu memohon kepada Allah agar bisa sabar dan bersyukur. Semakin kerja semakin yakin kepada Allah, semakin bertambah ibadah dan amal salehnya. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, maka raihlah ridho Allah dengan kerja yang ikhlas (sabar dan syukur). 

9.11.22

Harga sebuah kesalahan

Banyak orang masih melihat kesalahan itu dari sisi negatifnya. Orang yang salah mesti dimarahin dan dihukum. Berharap yang salah dapat memperbaiki kesalahannya. Kondisi ini membuat orang takut salah, maksudnya bukan takut salah tapi takut melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Untuk mengantisipasi hal itu yang salah tidak mau disalahkan dan berusaha membela diri serta menutupi kesalahannya. Apakah hal ini menjadi baik ? Ternyata tidak membuat orang menjadi lebih baik. 

Jika ada salah, maka yang merasa bener (tapi tidak juga karena orang ini tidak melakukan apapun) segera bereaksi dengan marah. Yang salah karena dimarahi sering baper dan membuat situasi saling menyalahkan. Semestinya harus ada lingkungan yang saling dukung, maka yang salah diempati dan dikuatkan dengan mengoreksi kesalahan dengan cara yang santun. Tidak perlu menghukum kesalahan yang diperbuat. Sebaliknya yang salah bener-bener mengakui ada yang salah dan ingin memperbaikinya. Jika ini terjadi maka lingkungan seperti ini menjadi kondusif untuk semakin baik, berani bertindak dan berani juga mengakui, serta berani memperbaiki. Inovasi, kreativitas dan perubahan tidak luput dari salah, dan yang hebat semua itu tercipta dari kesalahan.

Berapa nilai kesalahan itu ? Sebesar dampak dari kesalahannya. Misalkan karena lalai menyebabkan kehilangan materi sebesar Rp 1 juta. Maka kesalahan itu bernilai 1 juta, semakin besar membuat orang semakin marah. Kemarahannya itu merasa kehilangan nilai materi. Kemarahan dan hukuman yang diberikan tidak seimbang dengan apa yang diperoleh dari kesalahan tersebut. Kok bisa ? Orang yang salah dimarahin dan dihukum, padahal yang marahin mendapatkan ilmu atau pelajaran dengan membayar uang Rp 1 juta. Apakah ada sekolah yang memberikan ilmu dengan 1 juta ? Bukan soal 1 jutanya, tapi sekolah tidak memberikan pelajaran tentang kesalahan tersebut. Nilai inilah yang tidak pernah dilihat sebagai hal yang menguntungkan. Apalagi pelajaran itu yang hanya 1 juta dapat diajarkan kepada semua orang. Yang pasti tidak ada lagi kesalahan berikutnya yang bisa mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Apa pantas yang salah itu dimarahin dan dihukum, padahal disisi lain banyak yang menguntungkan juga ?


Yang salah selalu dimarahin dan dihukum, tapi pernahkah Anda berpikir sebaliknya jika Anda yang salah, mau nggak sih dimarahin dan dihukum ? Yang pasti Anda tidak mau. Lalu mengapa orang lain dimarahin dan dihukum ? Bukankah semua orang tidak luput dari salah. Yuk memahami dengan hati bukan lagi pikiran dan emosi saja. Berempati kepada yang salah adalah yang terbaik. 

Bayangkan semua orang bisa berempati dengan kesalahan, sepertinya banyak hal yang luar biasa yang bisa dilakukan sehingga banyak hal yang luar yang dihasilkan. Semua orang berani melakukan sesuatu yang baru dan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

 

Buatlah cita-cita setinggi langit

Kalau ingat masih kecil dulu, guru bertanya, "Apa cita-citamu kalau udah besar ?" Yang saya ingat adalah ingin jadi dokter atau ir atau mau jadi pilot. Semua cita-cita itu terkesan adalah menjadi orang yang hebat dan banyak uangnya. Beberapa orang masih sama cita-cita sampai besar, tapi ada juga berubah. Apa yang ada dibenak orang yang waktu kecilnya tidak punya banyak uang untuk sekolah ? Cita-citanya tidak tinggi, mungkin tamat SMA pun sudah lumayan dan bisa kerja.

Apa kabarnya cita-cita itu ? Ada yang tercapai ... tapi kayaknya tidak seperti yang dibayangkan masih kecil. Ternyata berat banget cita-cita itu, uang yang diperoleh dari kerja tidak sesuai harapan. Mesti kerja keras dan banyak persaingan. Mungkin beberapa orang berandai,"Kalau saya dulu sekolah tinggi lagi, pekerjaan saya lebih baik" dan sebagainya. Lalu ? Jalani aja.

Cita-cita atau tujuan bukan sekedar untuk masa depan, tapi sudah menjadi motivator dalam kerja dan kehidupan. Yang masih sama adalah persepsi kita bahwa buatlah cita-cita itu setinggi-tinggi. Apa yang terjadi ? Kita merasa terbebani dengan cita-cita atau tujuan yang tinggi. Berapa lama bisa dicapai ? Bagaimana caranya ? Butuh pikiran, dan energi yang besar. Banyak orang hanya meninggalkan cita-cita itu dalam pikiran dan tidak pernah diwujudkan.

Tujuan akhir itu memang perlu yang tinggi, tapi agar bisa diwujudkan, maka kita perlu berkompromi dengan kemampuan dan fisik kita. Mengapa kita tidak memilah tujuan yang tinggi itu dalam beberapa tujuan antara dengan target waktu tertentu ? Bukankah pemilhan tujuan yang tinggi dalam beberapa tujuan antara sangat memungkin pikiran dan tindakan dapat diwujudkan. Ada perasaan senang dengan merasa tidak berat menjalani dari waktu ke waktu untuk meraih tujuan antara. 

Misalkan Tujuan A dibagi dalam 10 tujuan antara. A1 - A10. Fokus kita menjadi lebih detail kepada A1 dan setelah tercapai barulah berpikir menuju A2 dan seterusnya. Dalam hidup kita memiliki tujuan dari kerja dan tujuan untuk keluarga. Keduanya seperti bercabang dan membuat tidak ada waktu untuk meraih keduanya. Bagaimana caranya ? Buatlah tujuan kerja adalah bagian dari tujuan keluarga. Tujuan keluarga lebih besar/tinggi dari tujuan kerja. Dampaknya adalah kita kerja bukan untuk perusahaan, tapi untuk keluarga karena tujuan kerja itu hanya perantara menuju tujuan keluarga yang lebih besar.



Bisa dibayangkan ... bagaimana kita mau shalat khusyuk ? Menjadi berat untuk langsung mengamalkan shalat khusyuk. Bisakan kita memulai tujuan akhir (shalat khusyuk) dengan mengamalkan memahami syarat dan rukun shalat, kemudian memahami dan mengamalkan wudhu yang bener, mempelajari dan mengamalkan makna bacaan shalat dan seterusnya. Cara ini membuat kita merasa nyaman untuk khsuyuk dalam shalat.





Semoga kita mulai menyadari bahwa memang baik untuk memiliki tujuan/cita-cita yang tinggi. Tapi jauh lebih penting adalah mewujudkan tujuan itu secara bertahap. 

8.11.22

Just do it now

Just do it now, kalimat yang mengajak saya melakukannya sekarang. Tapi banyak hal yang mesti dilakukan sekarang menjadi tertunda karena memang saya yang menunda. Tidak ada alasan yang mesti membuat saya menunda semua itu. Banyak dari waktu lebih dihabiskan untuk hal yang pasif, hanya menonton yang menarik sehingga waktu habis, atau hanya membaca karena sesuai keadaan saya yang bikin saya larut, atau ngobrol yang tak ada ujungnya dan sebagainya (konsumtif). Semua itu bisa penting, tapi tidak ada yang bisa saya lakukan untuk berbuat sesuatu. Misalkan menulis, membuat sesuatu, melakukan pekerjaan, dan yang sifatnya beraktivitas kerja (produktif).

Just do it now, ingin apa yang sudah saya miliki (menerima sesuatu) dapat langsung dipraktekkan. Tidak perlu mengumpulkan banyak hal untuk semakin tahu. Karena semakin tahu membuat saya semakin ingin tahu lagi, dan akhirnya saya tidak berbuat apa-apa. Saat ditanya, seberapa banyak yang sudah saya ketahui ? Banyak, dan ditanyakan lebih detail lagi. Seberapa banyak yang saya pahami ? Tidak banyak dan sedikit. Lalu pertanyaan berikutnya, Seberapa banyak yang saya kerjakan (praktekkan) ? Sedikit sekali. Apa yang bisa saya praktekkan adalah diri saya, nilai dari diri saya. Agar nilai diri untuk meningkat, Just do it now.

Just do it now, mengajak saya untuk tidak menjadi sempurna atau memerlukan bantuan orang lain untuk mengerjakannya. Kata orang,"tidak ada yang sempurna di dunia ini, jadi lakukan sekarang". Kalau berpikir harus cukup ilmu untuk bisa berhasil, maka tidak ada yang bisa berhasil. Waktu mengantarkan saya untuk terus mengerjakan dan memperbaikinya sehingga ilmu yang saya peroleh semakin bener (tetep belum sempurna). Jangan pernah meminta bantuan orang lain agar saya bisa mengerjakannya. Bersyukur jika ada, tapi saya lah yang semestinya melakukannya sendiri, dengan begitu saya paham bahwa saya bisa melakukannya sendiri atau perlu bantuan orang lain. 

Just do it now or never, sudah banyak ide atau pikiran atau keinginan untuk melakukan banyak hal. Tapi kenyataannya tidak pernah terjadi (tidak dilaksanakan). Apakah nanti dikerjakannya ? Saya tidak pernah bisa menjawabnya, karena hari-hari saya sudah "penuh" dengan rutinitas dan memikirkan banyak hal yang tidak dikerjakan. Besok ? Sudah ada situasi yang membuat saya melakukannya lagi. bertaruhlah bahwa sekarang adalah waktu terbaik untuk melakukan apa yang ada dalam pikiran saya. Apakah saya mau menghabiskan waktu untuk hal yang tidak pernah terjadi ? Pasti tidak, just do it now or never

Just do it now, mengandung makna mengerjakan saja apa yang bisa saya kerjakan dan makna waktu sekarang. kadangkala ada waktu, tapi saya bingung apa yang mesti saya kerjakan. Sebaliknya saya bisa mengerjakannya karena memiliki kemampuan, tapi waktunya tidak ada. Saya disibukkan oleh aktivitas rutin atau lainnya. Just do it now, sudah menjadwalkan waktu (menyisihkan waktu) saya untuk mengerjakan apa yang mesti saya lakukan. Apa yang dikerjakan ? Apa yang bisa saya kerjakan sendiri (yang ada dalam pikiran saya). Semakin sering saya "Just do it now" semakin membuat saya berani beraktivitas.


7.11.22

Orang hebat dan lemah

 




Magic Word Menulislah

Menulis itu sama halnya sengan berbicara atau curhat dan sebagainya. Ada yang bilang,"Menulis itu bisa bikin plong dan lega perasaan" dan ada yang membuat therapy menulis untuk kesehatan. Menulis apa ? Tulislah apa yang kita rasakan atau kita pikirkan.




 

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...