Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Minggu, Juli 13, 2025

Hati tenang dalam salat

 Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah kita diberi dorongan dan belajar sedikit demi sedikit untuk dekat dengan Allah. Aamiin


Apa yang terjadi saat orang memulai salat ? Seringnya banyak hal yang diingat diluar salat, tentang barang yang dicari, memikirkan pekerjaan yang belum kelar dan sebagainya. Hati dan pikiran tidak kepada salatnya. Salat bisa berjalan sampai tuntas, karena itu sudah menjadi rutinitas, tanpa perlu mikir. Berusaha pun masih suka terjadi. Lalu bagaimana menjadikan salat kita semakin baik ?

Salah satu rukun salat adalah tuma'ninah. Anda sudah tahu adan ada juga yang belum tahu. Tapi percayalah, saya pun menuliskan ini untuk mengingatkan saya lagi tentang tuma'ninah yang diartikan sebagai diam sejenak. Dan Anda yang membaca ini pun, Insya Allah mendapatkan hikmah yang lebih baik. 

Berikut ini perbincangan ringan tentang tuma'ninah :

Obrolan Ringan tentang Tuma’ninah, Zikir, Meditasi, dan Muthmainnah. Sore itu di alun-alun kota Bandung, tiga sahabat—Bujang, Myra, dan Mamat—duduk berbincang sambil menyeruput teh hangat. Suasana dingin dan enak 

Bujang: “Akhir-akhir ini aku gampang gelisah. Kerja, ibadah, bahkan tidur pun kadang nggak tenang. Kayak ada yang kurang.”

Myra (tersenyum): “Mungkin kamu kehilangan tuma’ninah, Bang.”

Mamat: “Tuma’ninah ? Itu yang di salat itu, ya? Duduk dan ruku harus tenang?”

Myra: “Iya, bukan cuma tenang fisik, tapi juga hati. Dalam salat, tuma’ninah itu rem agar kita nggak gerak kayak robot. Hening sejenak, biar hati sempat menyapa Allah.”

Bujang: “Iya ya… Kadang aku salat cuma gerakan cepat. Kayak ngebut pulang ke dunia.”

Mamat (tertawa): “Waduh, kayak ‘pit stop’ ya. Tapi serius, kalau salat aja buru-buru, kapan sempat tenang?”

Myra: “Makanya zikir penting. Itu alatnya hati untuk hadir. Kalau kita bilang ‘Alhamdulillah’ sambil mikir kerjaan, itu baru mulut yang hadir. Hatinya di tempat lain.”

Bujang: “Jadi zikir itu bukan cuma wirid panjang?”

Myra: “Bukan. Zikir bisa satu kalimat, asal sadar dan khusyuk. ‘La ilaha illallah’ sambil napas dalam itu bisa menenangkan. Seperti meditasi juga, cuma versi kita lebih spiritual.”

Mamat: “Aku pernah coba duduk diam sambil sebut ‘Allah…’ pelan-pelan. Ternyata damai banget.”

Myra: “Nah, itu kunci menuju muthmainnah. Jiwa yang udah tenang, nggak gampang goyah. Kayak dalam Al-Qur’an: ‘Hai jiwa yang tenang… kembali pada Tuhanmu.’”

Bujang: “Jadi kalau salat pelan-pelan, zikir dengan sadar, dan duduk diam sejenak itu latihan jiwa?”

Myra: “Iya, kita lagi mendidik hati. Supaya waktu dunia sibuk dan ribut, hati tetap damai.”

Mamat (mengangguk): “Gimana kalau kita mulai hari ini? Salat Maghrib nanti, coba hadir sepenuhnya.”

Bujang: “Setuju. Dan sebelum tidur nanti, kita dzikir pelan bareng. Biar hati ini ingat jalan pulang.”

Mereka tersenyum. Langit senja menggelap perlahan, tapi cahaya dalam hati mulai menyala.

Kemudian mereka bertiga ngobrol lagi di Kantor. Adegan Lanjutan: Di Kantor – Menemukan Tuma’ninah di Tengah Kesibukan. Pagi hari di kantor. Bujang sedang duduk di depan layar komputer dengan ekspresi lelah. Myra lewat dan menyapanya.

Myra: “Bang, kamu kelihatan tegang banget. Udah istirahat belum?”

Bujang (menghela napas): “Belum, dari tadi ngerjain laporan ini. Otak rasanya mumet.”

Myra: “Coba tarik napas dalam. Terus tahan, lalu embuskan pelan-pelan. Sambil ucap pelan ‘Alhamdulillah’.”

Bujang (mencoba, lalu tersenyum): “Wah… baru segitu aja udah lumayan ringan.”

Mamat datang membawa dua gelas teh.

Mamat: “Ngomongin ketenangan ya? Aku udah coba duduk 3 menit tadi pagi sebelum mulai kerja. Sambil zikir pelan. Lumayan banget buat nenangin pikiran.”

Myra: “Itu kayak meditasi juga. Tapi karena kita pakai zikir, lebih dalam. Kita hadir, tapi juga terhubung sama Allah.”

Bujang: “Aku jadi kepikiran, mungkin selama ini aku kerja kayak mesin. Penuh tapi kosong.”

Mamat: “Coba kasih ruang buat tuma’ninah meski di luar salat. Misalnya sebelum balas email, berhenti sejenak, tarik napas, lalu niatkan dengan sadar.”

Myra: “Itu juga bagian dari hadir. Bukan cuma kerja cepat, tapi kerja dengan hati.”

Bujang: “Kalau gitu, tiap jam aku pasang alarm buat zikir 1 menit. Biar nggak hanyut terus.”

Mereka bertiga tertawa. Tapi tawa itu bukan tawa kosong—ada makna baru di balik kesadaran mereka.

Mulai paham tentang tuma'ninah, kalaupun belum jangan khawatir, Berikut ini penjelasan lebih lanjutnya ;

Tuma’ninah: Bukan Sekadar Pelan, Tapi Penuh

Ketika kita belajar fikih, kita akan menemukan istilah tuma’ninah sebagai bagian penting dalam salat. Bahkan sebagian ulama menyebut, tanpa tuma’ninah, salat bisa tidak sah.

Tapi di lapangan, kata tuma’ninah sering hanya dipahami secara teknis: jeda sebentar dalam setiap rukun salat. Hanya sebatas “jangan buru-buru.” Padahal tuma’ninah lebih dari itu. Ia bukan sekadar soal pelan, tapi soal kehadiran hati.

Apa Itu Tuma’ninah?

Secara bahasa, tuma’ninah berasal dari kata طمأنينة yang berarti: Ketenangan, Kedamaian, Keteguhan hati yang tidak tergesa. Secara ruhani, tuma’ninah adalah saat hati berhenti berlari, dan mulai berdiam dalam hadirat Allah.

Dalam salat, tuma’ninah adalah ketika kita:Menikmati rukuk, bukan sekadar menunduk. Tenang dalam sujud, bukan hanya menempelkan dahi ke sajadah. Merasakan bacaan, bukan hanya mengulang hafalan. Bahkan, tuma’ninah adalah diam yang penuh makna, bukan jeda yang kosong.


Salat Cepat vs Salat Hadir
Ada orang yang salat dalam dua menit, selesai begitu saja. Semua gerakan lengkap, bacaan benar. Tapi... apakah hati sempat ikut sujud?
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri dalam salatnya.” Sahabat bertanya, “Bagaimana ia mencuri dalam salatnya?” Rasul menjawab, “Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

Mengapa begitu keras? Karena salat adalah dialog, dan tuma’ninah adalah bukti bahwa kita menyimak dan menghadirkan diri. Tanpa tuma’ninah, salat hanya gerakan tubuh tanpa ruh.

Mengapa Kita Sulit Tenang? Karena, 
 - Hati kita terbiasa tergesa. 
- Pikiran penuh dengan daftar tugas dan notifikasi. 
- Kita terbiasa cepat, instan, serba buru-buru. 
Padahal, salat seharusnya menjadi ruang jeda dari dunia, bukan justru menirunya.
Tuma’ninah mengajak kita untuk: 
- Berhenti. 
- Bernapas. 
- Mengingat bahwa kita sedang berdiri di hadapan Allah, bukan mengejar waktu.

Latihan Kecil: 
Hadir Sejenak dalam Setiap Rukun
Coba lakukan ini dalam salatmu:
Saat rukuk, tahan sebentar, dan ucapkan “Subhana rabbiyal ‘azhim” sambil menyadari siapa yang kau agungkan.
Saat sujud, diam sesaat setelah bacaan, dan rasakan betapa dekat dirimu dengan Rabbul ‘Alamin.
Saat duduk di antara dua sujud, hayati doa “Rabbighfirli...” dengan permohonan sungguh-sungguh.
Bukan panjang-panjangan. Tapi hati ikut masuk.
Salat yang Menenangkan, Bukan Melelahkan
Kita semua pernah salat dalam kondisi tergesa. Tapi bukan berarti kita harus terus begitu.
Allah tidak meminta salat yang sempurna. Tapi Allah mencintai salat yang dilakukan dengan hati yang sadar.
Tuma’ninah bukan soal memperlambat, tapi tentang membiarkan hati merasa tenang di hadapan Allah.
Karena bisa jadi...dalam satu sujud yang tenang, tersembunyi sebentuk kedekatan yang tidak kau temukan di tempat lain.

Insya Allah tulisan di atas mencerahkan dan memberi inspirasi buat saya dan Anda untuk semakin memahami tuma'ninah yang menjadi jalan kita dekat dengan Allah lewat salat. Tiada lain, semua ini untuk memberdayakan diri dan memotivasi diri sengan motivasi Islam untuk kehidupan yang lebih baik.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri





Sabtu, Juli 12, 2025

Salat merasa dilihat Allah

 Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah selalu ada keinginan untuk belajar bukan sekedar tahu, tapi menjadikan belajar itu untuk menikmati hidup yang membahagiakan bersama Allah. Aamiin

Apa iya kita yang bilang beriman kepada Allah tidak benar-benar menambah ilmu agar semakin dekat dengan Allah. Allah itu diyakini dengan hati, yang menggerakkan lidah berucap dan akhirnya mendorong kita mengamalkannya dengan tindakan yang Allah ridhai. Tidak ada jaminan iman kita hari ini bisa bertahan disaat dunia berubah, dimana kita berkehidupan. dan yang pasti dunia ini adalah sarana kita menuju kehidupan yang kekal. Sekaligus dunia ini tempat menguji iman yang Allah berikan dengan kebaikan dan keburukan.  Oleh sebab itu kita butuh petunjuk yang benar, dimana kita mesti cari dan temukan lalu dipahami dan diterapkan. Itulah proses belajar dengan terus menjaga kedekatan dengan Allah.

Yang utama dalam hidup ini adalah Salat, lebih utama dari ibadah dan amal lainnya. Insya Allah salat yang bener, yang dinilai dari kekhusyukannya. Salat yang yang sebenarnya dapat mengubah hidup seseorang semakin beriman dan beramal saleh. Bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Kalau sudah bisa begini menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan semuanya adalah kebaikan yang terus-menerus. Continously itu perbaikan yang berkelanjutan, yang artinya semakin produktif. Apalagi dalam menjaga kualitas salat kita menunjukkan kesungguhan untuk selalu bersama Allah.

Berikut ini adalah hadis tentang Salat itu diukur oleh kehadiran hati. Hadis yang sangat kuat maknanya: salat dinilai hanya sesuai kadar kehadiran hati (kekhusyukan).

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ رضي الله عنه قَالَ:
"إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ مِنْ صَلَاتِهِ، وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُهَا، تُسْعُهَا، ثُمُنُهَا، سُبْعُهَا، حَتَّى بَلَغَ نِصْفَهَا

Artinya: "Sesungguhnya seseorang itu menyelesaikan salatnya, namun tidak ditulis untuknya (pahala) kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya… hingga separuhnya. (Tergantung pada kadar kehadiran hati dan kekhusyukannya)." (HR. Ahmad, no. 18895 – dinilai sahih oleh al-Arna’uth)

Salat dinilai hanya sesuai kadar kehadiran hati (kekhusyukan). Mengapa tidak belajar mencari ilmunya untuk bisa hadirkan hati dalam salat. Bisa jad kita zalim kepada diri sendiri, karena tidak mau belajar. Inilah hak diri untuk muslim yang benar yang terus belajar ilmu. Iman itu semakin baik dibarengi dengan ilmu yang update.

✅ Hadirkan salat yang diterima hanyalah bagian yang dihadiri oleh hati. 
✅ Mulailah dengan niat, mohon berlindung serta menjaga hati Dimana hati selalu dilihat Allah
✅ Salatlah dengan tenang, tidak terburu-buru
✅ Baca dengan seksama. Setelah satu gerakan salat, diamlah sejenak dan metadaburi bacaan yang sudah dibaca. Setelah itu barulah membaca bacaan dengan "perlahan" (tenang). Sebelum menuju gerakan salat berikutnya, diam sejenak.





Hati kita berfungsi saat kita merasa dilihat Allah. Lalu hati ini terhubung dengan Allah, yang mengantarkan kita untuk selalu berbuat baik dalam segala hal. Latihlah dalam salat dan berbagai aktivitas kehidupan kita. 

Berlatih itu tidak cukup 1 kali, dalam sehari kita melatih 17 rakaat dalam salat, dan belum lagi dalam berbagai aktivitas kita. Masak iya kita tidak semakin terlatih, kalau tidak artinya kita tidak bersungguh-sungguh dalam mengerjakaannya. Bagaimana kalau kita diancam oleh Allah, salat yang tidak bermakna, menunjukkan kita lalai dalam salatnya ... Ancamannya adalah neraka.


مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ   ( المدثر: ٤٢ )

”Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” (QS. [74] Al-Muddassir : 42)

قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَۙ  ( المدثر: ٤٣ )

Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat, (QS. [74] Al-Muddassir : 43)

Kalaulah ancaman ini tidak berpengaruh, maka bisa jadi keislaman kita dipertanyakan. 

Kami sudah melakukannya, tapi tidak mudah. Berat ? Iya. 

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ  ( البقرة: ٤٥ )
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (QS. [2] Al-Baqarah : 45)

الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ  ( البقرة: ٤٦ )
(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. [2] Al-Baqarah : 46)

latihan demi latihan adalah mengurangi beratnya, dan menunjukkan kita serius. Allah berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Artinya: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh (muhajadah) untuk untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS, Al-'Ankabut, 29: 69)

Insya Allah kita benar-benar ingin terus belajar ilmu hati terutama menghadirkan hati dalam salat agar dapat mengupdate kesungguhan yang terjaga. Inilah yang mesti kita sikapi dengan benar dan diterapkan (diamalkan).

Berdayakan diri kita menjadi semakin baik, dengan memotivasi diri dengan cara islami (motivasi islam). Tidak lain kita berharap rahmat Allah untuk kehidupan kita di dunia dan di akhirat.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri


Kamis, Juli 10, 2025

Fenomena terucap "Ya Allah atau Oh My God"

 Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah kita selalu disadarkan oleh dengan hati yang mendorong kita melakukan setiap aktivitas agar bermakna. 



Saya beranikan diri untuk melihat fenomena saat mungkin semua orang berkata "Oh My God" atau yang muslim mengatakan "Ya Allah". Padahal bisa jadi mereka yang mengucapkan itu tidak dekat dengan Tuhannya (Allah). Kecenderungan ungkapan "Oh My God" atau "Ya Allah" terucap saat kondisi tidak berdaya atau takjub. Mungkin hal ini biasa aja. Tapi yang menjadi pertanyaan, "Mengapa kita mengucapkan ungkapan tersebut ?" dan Bukan mengatakan yang lain. 


Alya : OMG! Lihat sunset-nya… cantik banget!
Nadia : Eh, kamu kok bilang “Oh my God”?
Alya : Iya, refleks aja. Emang kenapa?
Nadia : Aku cuma penasaran aja… kamu sadar nggak sih, itu sebenarnya nyebut Tuhan ?
Alya : Hehe… iya juga ya. Tapi aku nggak mikir sampai ke situ sih, 
cuma ekspresi doang.
Nadia : Menarik ya. Bahkan saat kita nggak mikir pun, kadang hati kita kayak langsung berseru ke Tuhan.
Alya : Iya, kayak otomatis ya. Jadi kayak… tanpa sadar kita ini nyari Allah juga?
Nadia : Mungkin itu bagian dari fitrah kita. Hati selalu tahu ke mana harus berpaling, bahkan sebelum 
otak sempat mikir.
Alya : Wah, aku jadi pengin lebih sadar kalau nyebut nama Allah. Ganti OMG jadi “Subhanallah” kali ya?
Nadia : Bagus tuh. Biar bukan cuma ekspresi, tapi juga zikir.

Karena Sudah Jadi Latah Budaya (Cultural Conditioning). Dalam budaya Barat (yang banyak memengaruhi dunia lewat media), “Oh my God” (OMG) sudah menjadi ungkapan standar untuk reaksi emosional. Melalui film, musik, media sosial, dan percakapan sehari-hari, orang terbiasa mendengarnya sejak kecil, bahkan tanpa memahami maknanya. Akhirnya, frasa ini jadi refleks linguistik, seperti latah — diucapkan otomatis saat kaget, marah, atau takjub, tanpa kesadaran spiritual.

"Seperti orang latah, tapi yang dilatahkan adalah kalimat tentang Tuhan.”



Bisa juga Karena Jiwa Hanya Tahu Satu Arah: Kepada Tuhan. Dari sudut fitrah dan jiwa, ada penjelasan yang lebih dalam. Di saat manusia benar-benar kehilangan kendali, atau menyaksikan sesuatu yang agung, jiwa secara naluriah mencari tempat bergantung. Dan tempat bergantung itu hanyalah Tuhan (Allah). Bahkan orang yang mengaku ateis bisa spontan berseru “Oh my God!” saat terkejut atau dalam bahaya. Ini menandakan bahwa jiwanya tetap memiliki pengakuan terhadap adanya kekuatan tertinggi, walau pikirannya menolak.

"Ini adalah gema dari perjanjian ruh dalam QS Al-A'raaf, 7: 172 — ketika semua manusia bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan mereka" 

Nggak enak kali kalau diganti. Karena Tak Ada Alternatif Yang Sejajar Secara Emosi. Pertanyaannya, Kenapa orang tidak bilang, misalnya: “Oh my universe!”  atau "Oh my science!” atau “Oh my logic!” Jawabannya : Karena tidak ada satu pun dari itu yang mampu menampung kedalaman rasa manusia — seperti: Rasa takut, Takjub, Syukur mendalam, Atau kepanikan akan kehilangan kendali.

"Hanya konsep “Tuhan” yang cukup besar untuk jadi sandaran semua perasaan ekstrem itu"

Lidah Mungkin Latah, Tapi Jiwa Tidak Bohong. Orang bisa mengira dirinya cuma mengikuti kebiasaan (“latah”), tapi sejatinya: Seruan “Oh my God” bisa menjadi suara batin yang menyimpan pengakuan bahwa manusia tidak berdiri sendiri. Lidah boleh lupa, tapi fitrah tetap ingat.

Sisi lain kita bisa melihat Karena Jiwa Tidak Pernah Lupa Arah Pulangnya. Di sisi yang lebih dalam, bisa jadi ini bukan sekadar refleks bibir — tapi gema dari batin. Gema dari fitrah yang tertanam sebelum tubuh ini tercipta, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka  dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berkata):” Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:” Betul , kami menjadi saksi “ (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami orang orang yang lengah terhadap ini. (QS Al A’raaf, 7 : 172)

Semua manusia, sebelum lahir ke dunia, telah mengakui Allah sebagai Tuhan. Itulah sebabnya mengapa dalam keadaan tertentu, seruan “Oh my God” atau “Ya Allah” bisa muncul spontan — sebagai pantulan fitrah yang pernah bersaksi. Jiwa manusia, pernah bersaksi, Jiwa tahu siapa Tuhannya. Maka saat akal sibuk berpikir dan lidah terbata, jiwa bisa saja yang pertama berseru — kepada Allah.

Akhirnya kita ini adalah makhluk, makna kita tidak bisa maunya kita sendiri. Ada Allah sebagai Pencipta dari makhluk, mesti kita percaya bahwa semua yang terjadi itu pasti terhubung dengan penciptaNya. Apapun yang kita kerjakan spontan yang baik atau ucapan seperti di atas, adalah kehendak Allah untuk mengingatkan manusia untuk berpikir dan memahaminya dengan hati, pasti tidak ada yang sia-sia. Bagi yang sudah beriman dengan benar, itu adalah peringatan untuk terus sadar kepada Allah. Sedangkan bagi mereka yang selain belum beriman, menjadi sinyal kuat untuk berpikir ada Allah. 

Insya Allah penjelasan di atas semakin membuat kita beriman lebih baik. mari kita tingkatkan memberdayakan diri untuk semakin memahami petunjuk-petunjuk Allah. Jadikan motivasi diri ini sebagai motivasi islam yang kita terapkan. 

Sahabatmu

Munir Hasan Basri

Rabu, Juli 09, 2025

Apa iya tujuan kerja cari sukses ??

 Salam sejahtera dan bahagia, Insya Allah apa yang kita kerjakan hari ini memberi tambahan ilmu dan kemampuan untuk hidup yang semakin baik.

Hari ini berbagi pengalaman dimana kita sering terpecah 2 antara ingin sukses dalam kerja atau berbahagia dalam hidup. Dalam dunia modern seperti sekarang ini tuntutan untuk sukses dalam kerja selalu terngiang di telinga kita. Dari sekian banyak karyawan dalam satu perusahaan, kesuksesan itu hampir pasti jadi milik pemimpin perusahaan atau pemilik perusahaan. Siapa lagi ? Mungkin 1 atau 2 orang saja yang telah berhasil menggerakkan perusahaan mendapatkan keuntungan lebih banyak. Bagaimana dengan lain ? kalah, dan pemimpin perusahaan konsisten dengan kesuksesan beberapa orang saja. Inilah kompetisi dalam perusahaan dan pasti juga kompetisi di luar perusahaan. Apa yang mesti dilakukan untuk sukses pasti mengorbankan beberapa hal  :

1. Bekerja dengan tekanan yang luar biasa, artinya apa yang ingin diraih yang lebih tinggi pasti melakukan pekerjaan yang lebih hebat. 

2. Banyak bidang yang dipikirkan dan membutuhkan ilmu yang tidak sedikit untuk mengelola team untuk bergerak lebih cepat, lebih hebat dan seterusnya. 

3. Semua itu pun pasti menghabiskan waktu yang banyak waktu diluar jam kerja.

4. dan yang pasti mesti menambah waktu rehat selepas kerja. 

Pertanyaannya ... apakah ada waktu untuk kebahagiaan ??? Tentu, kebahagiaan yang dimaksud adalah bersama keluarga, bukan kesenangan di luar rumah. kebutuhan keluarga tidak bisa hanya dipenuhi oleh materi untuk bahagia.

5. Terus lagi belum kesehatan yang tidak terkontrol dengan tekanan dan gaya hidup yang membuat pola hidup sehatnya terganggu. Tentu kesehatan fisik dan jiwa menurun.  Kondisi kesehatan mudah terganggu oleh stress dari pekerjaan.

Masih ada pilihan bahagia atau sukses ? Ini semua karena sebuah keinginan yang didorong oleh tuntutan kebutuhan. Semua dilakukan dalam keadaan sadar sepenuhnya, sadar kepada tujuan untuk sukses. Dinikmati ? Iya. Lalu apakah maksimal ? Belum tentu karena tindakan dilakukan pada pikiran yang dipacu untuk bergerak (kondisi pikiran tidak tenang) dan ada kegelisahan tidak sukses. Mengapa itu terjadi ? Karena kita hanya mengandalkan otak atau pikiran, dan dalam keadaan tertentu tercampur dengan emosional atau nafsu. Apa yang terjadi ? Tindakan yang dipilih adalah bersifat kepada untung ruginya kita, tanpa peduli dengan orang lain. Dan emosional menuntun kita bekerja untuk memilih yang instan atau cepet ... karena nyaman buat kita. kemana peran hati dalam bekerja dalam mengejar sukses ? Tak ada. Karena keseringan hati itu tak tersentuh atau jarang berfungsi. Apa yang terjadi ? mereka yang muslim mulai melalaikan ibadah dan hanya mengandalkan doa. Ibadahnya hampa, misalkan salat yang dilakukan hanya gerakan dan bacaan saja serta tubuh bergerak. Semakin lama hati itu "mengeras" dan semakin menggila pikiran. Semua seperti bisa diselesaikan dengan pikiran, padahal pikiran pun terbatas dalam kondisi hati yang lemah. Bisa jadi kebaikan dalam bekerja tidak diiringi keikhlasan, misalkan berbagi materi kepada teman atau siapa saja ... ujungnya ada udang dibalik batu. Berharap orang yang dikasih sesuatu itu mesti bantu untuk perjalanan karir yang diinginkan.

Lalu so what ? Bagi orang beragama hati menjadi penting dalam bekerja. Dengan hati yang berfungsi, maka hati yang tenang membawa pikiran yang cerdas (kreatif) dan memberi efek perasaan yang senang. Hati itu berfungsi karena ada iman dan banyak beribadah dan amal saleh. keadaan ini membentuk persepsi bahwa bagi orang muslim bahwa kesuksesan itu menurunkan nilai agamisnya. Sebaliknya orang yang agamis tidak mudah untuk sukses. 

kesuksesan adalah pertarungan atau kompetisi, ada yang menang dan ada yang kalah. Semua itu lumrah, bagi yang kalah pasti membalas dengan segala cara untuk mengalahkan pemenang dan seterusnya. Lalu adakah kebaikan didalamnya ? Tidak ada, yang ada dorongan untuk menang dengan berbagai cara. Mengalahkan itu juga mengandung unsur membandingkan yang bisa membuat orang "iri" dan melakukan hal yang tidak pantas. Yang pasti tidak sejalan iman dan kerja, sekalipun bisa beribadah tapi kecenderungan tidak berbuat baik. Ada yang sukses dalam dunia bisnis, tapi kurang harmonis dalam berkeluarga alias kurang bahagia.  

Bagaimana kalau kita kembali berkarir dengan cara Allah ? Kuno dan nggak bisa menurut kalangan bisnis. Tetapi bila kita berjalan dan memperhatikan seluruh bisnis di bumi ini, ada loh yang sukses itu dengan membuat iman dan kerja itu sejalan harmonis. Kesuksesan itu bonus dari Allah agar dapat menikmati bagian di dunia, dan pasti Allah berikan kehidupan lebih baik di akhirat. Dua karyawan ini ngobrol sembari ngopi ....

Percakapan: "Kerja di Bawah PengawasanNya“

Di sebuah ruang santai kantor startup, setelah sesi makan siang bersama. Dua rekan kerja, Bujang dan Myra, sedang mengobrol santai sambil menyeruput kopi.

Bujang : Myr, kadang saya bingung... kerja keras siang malam, tapi rasanya kosong. Dikejar target terus, tapi kok kayak nggak bahagia.

Myra :Pernah ngalamin itu juga, Mas. Sampai akhirnya saya sadar : Saya kerja cuma buat gaji dan pujian. Lupa buat siapa sebenarnya aku bekerja. Itu saya yang dulu, kerja hanya cari uang dan uang. Lalu uangnya saya habisin untuk kesenangan. Buat siapa kita kerja ?

Bujang : Buat siapa ? Ya perusahaan, klien, atasan...

Myra :Itu cuma perantara. Yang utama, kerja itu bagian dari ibadah. Dan ibadah itu mestinya... buat Allah.

Bujang  : Kerja juga ibadah ? Mira : Iyalah. Ibadah buat Allah, gaji pemberian Allah lewat Perusahaan buat isteri agar isteri loh bersyukur kepada Allah. Nabi pernah bilang, bahkan memberi makan keluarga pun bisa jadi ibadah kalau niatnya benar. Apalagi kerja profesional, jujur, disiplin—kalau dilakukan dengan sadar Allah sedang melihat, itu namanya ihsan.

Bujang : wah bisa jadi ustazah nih. Ihsan ...? Jelasin lebih dalam, Myr.

Myra :Pernah dengar, kan? Ihsan itu berbuat sebaik-baiknya seolah kita melihat Allah. Tapi walau kita tak melihat-Nya, kita yakin Allah selalu melihat kita.

Bujang : Entar … pengamalannya bagaiamna ?

Myra : kalau Allah melihat kita sebagai level ihsan paling rendah, apakah kita mau “malas” kerja di Perusahaan ini, atau apakah kita mau bekerja asal aja ? Atau juga kita mau berbohong Sedangkan Allah melihat, yang telah menciptakan dan memberi kita rezeki dan Amanah. Marah ngga kira-kira Allah melihat perilaku kita ? 

Bujang : Marahlah, bisa jadi dibalas langsung dengan kekuasaanNya. 

Myra : nah negerti tuh. 





Bujang : Iya, makasih Myr. Kalau begitu, orang yang ihsan itu orang yang produktif kerjanya. Tadi itu level ihsan paling rendah. Lalu level tingginya apa, Myr ?
Myra : Iya, Mas. Kalau level lebih tingginya, kita mampu melihat Allah. Bisa nggak ? Insya Allah, dengan berlatih dan diupayakan sungguh-sungguh. 
Kita bisa terlihat sukses di luar, tapi kalau lupa Allah dalam prosesnya... hati tetap kosong.
Bujang : Pantes. Saya merasa kehilangan arah akhir-akhir ini. Mungkin saya mesti memulai kerja dengan sadar... bukan cuma pakai tangan dan otak, tapi juga hati.
Myra : MasyaAllah... itu langkah awal menuju keberkahan. Kerja jadi tenang, hasilnya pun InsyaAllah bermanfaat. Kalau sukses itu bonus dari Allah.
Bujang : Yuk semangat jadi yang terbaik dihadapan Allah, dan yang pasti itu juga yang terbaik untuk Perusahaan.

Keduanya mengakhiri obrolannya dan melanjutkan kerja mereka Kembali. Percakapan singkat itu membuat Bujang sadar. Hari-hari yang selama ini ia habiskan dengan kelelahan dan tekanan target, perlahan Fajar mulai melihat dari kacamata yang baru: bahwa dalam bekerja, ada Allah yang selalu mengawasi. Dan ketika hati sadar akan kehadiran-Nya, pekerjaan pun terasa lebih hidup dan produktif

Bayangkan Bujang dan Myra dengan bekal pengetahuan ihsan saja sudah mampu mendorong mereka untuk menjadi produktif dalam kerja. menunjukkan kerja terbaik di hadapan Allah, apa iya kinerja seperti ini tidak memenuhi harapan untuk sukses ? Pasti bisa. Kinerja terbaik kepada Allah itu pasti di atas kinerja untuk sukses. Perhatikan hati sangat berfungsi dengan baik dengan tidak  meninggalkan ibadah dan amal saleh, kecenderungan untuk berbuat baik kepada siapa saja, terutama dalam kondisi tidak dilihat atasan atau temen. kerjanya pasti disiplin, berilmu dan produktif. Semua itu membuat diri bahagia, yang memberi hati yang tentram dan tenang. ketenangan di hati membawa ketenangan jiwa yang mendorong berpikir dengan akal sehat dan bernilai baik dalam tindakan/kerja. Satu lagi yang menarik adalah tidak ada kompetisi, yang ada adalah berkompetisi terhadap diri kita sendiri. Mau sukses ? kerja melawan malas, ketidaktahuan, tidak disiplin mimpi dan sebagainya. Kita menang karena mengalahkan diri kita sendiri. Semua orang sukses dengan jalannya masing-masing, dan Allah lah yang menjaminNya.

Jika ilmu yang kita dapat dalam bisnis dari perkataan seseorang yang pernah sukses atau mereka yang pintar, maka kita terus menerapkannya. hasilnya belum tentu berhasil. Dalam hati mereka yang sukses mengatakan "kesuksesan itu karena saya".  Tidak ada orang yang kita ikuti itu menjamin kesuksesan kita. Bukankah kesuksesan itu karena kita dan doa kita kepada Allah. Bagaimana dengan petunjuk dari Allah sebagai petunjuk hidup. Petunjuk untuk sukses. Allah itu kan yang Maha tahu dan Penciptanya kita ini. Sudah sepantasnyalah petunjuk yang juga ilmu sukses itu pasti bener, Mengapa kita tidak menerapkannya (mengamalkan) ? karena memang kita belum membaca dan memahaminya, lalu karena memang hati ini lemah (kecenderungan kepada dunia). Allah memberi harapan sukses, Allah itu mau diajak kerja bersama, Allah itulah yang mampu kita, Allah itu juga yang menjamin kesuksesan kita.

Ingat kesuksesan dunia yang kita raih tanpa menjadi bekal kita menuju kematian kita. Apapun yang kita lakukan semua kembali kepada Allah, apapun itu. Menghadap Allah untuk bertanggung jawab. 

Insya Allah semua ini mampu memberdayakan diri kita untuk sukses, maka jadikan pengetahuan di atas sebagai motivasi diri sendiri. pemahaman menjadi tak bermakna saat kita tidak mengamalkannya. Bekerja dan bekerja, terus berlatih dan belajar lalu menyempurnakan dengan tindakan yang baik. Jangan sampai semua ini hanya bicara saja, ada banyak dluar sana orang yang mengerjakan apa yang kita hanya baca atau bicarakan.

Sahabatmu
Munir Hasan Basri



Selasa, Juli 08, 2025

Saya dengar dan saya salat

Salam sejahtera dan bahagia selalu. Insya Allah hari demi hari kita dimampukan untuk memahami apa yang kita kerjakan dan dapat memaknai apa yang kita inginkan. Kemudahn dan kelancaran selalu mengiringi kita.

Mungkin orang bertanya, kok bahasannya tentang salat ? Yang lain dong, terutama tentang "mencari uang", tentang kerja atau tentang motivasi agar hidup lebih baik. Bener juga sih, Tapi mana lebih utama memahami salat dengan sebenarnya dengan yang lain. Renungkan apakah bersemangat cari uang bisa memberi waktu untuk salat lebih baik ? Atau sebaliknya ?  Dalam pandangan Allah, Salat lebih utama dari amal soleh lainnya, dan memiliki nilai tinggi. Tak perlu panjang lebar ya. 



Sudah banyak penelitian tentang Salat yang menghasilkan kebaikan yang diperoleh. Terutama penelitian tentang dampak sehat dari salat. Ada orang yang tergerak salat karena ingin sembuh, bisa saja terjadi. Atau ada yang sudah salat terus dari dulu dan kesehatan tidak bermasalah. Boleh-boleh saja bahwa orang mau salat itu karena sesuatu. Tapi jangan sampai dijadikan tujuan. Padahal salat itu niatnya karena Allah. Lalu bagaimana dengan salat agar sehat ? Fokuslah kepada salatnya dan sehat itu hanya dampak dari salat yang bener. Disisi lain, ada orang nggak sehat juga walaupun sudah salat. Lalu salat itu bagian dari pembuktian iman kita. "Kami dengar dan kami taat". Sehat atau belum sehat adalah efek dari salat yang Allah izinkan kepada kita. Bisa jadi kita sudah salat lebih baik, tapi kondisi tubuh kurang sehat.  Jangan sampai kita berprasangka buruk kepada Allah dengan menganggap sudah salat malah sakit. Disisi lain sakit dijadikan Allah untuk menguji kita, apakah kita beriman kepada Allah atau malah sebaliknya. Yang penting adalah lakukan salat dengan niat ikhlas kepada Allah dan mengikuti syariatnya seperti apa yang telah diteladani oleh Rasululllah.

Berikut ini beberapa kajian tentang manfaat salat, yang dijadikan pengetahuan dan ilmu untuk menguatkan keimanan kita dan semakin berkualitas salatnya.

Yang pertama adalah membiasakan atau menjaga keterhubungan hati kita kepada Allah. Dalam segala hal kita mesti terhubung atau sadar kepada Allah agar apa yang kita lakukan itu memberi makna, bukan sekedar aktivitas fisik saja. Salat merupakan ibadah kita kepada Allah yang mesti menghadirkan hati epanjang salatnya. Kondisi ini mendorong kita untuk selalu salat dengan yang terbaik dihadapan Allah.

Ciptakan suasana hati merasa diperhatikan (dilihat) Allah dan pasti Allah melihat kita. Setiap lisan dan gerakan tubuh dalam salat mesti bersumber dari hati.  Berlatih untuk melakukan semua ini dalam salat agar mampu mengendalikan lisan dan gerakan salat kita hanya kepada Allah. Mudah nggak ? Pasti berat.

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ  ( البقرة: ٤٥ )

Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (QS. [2] Al-Baqarah : 45)

salat itu pasti berat, kecuali orang yang khusyuk. Siapa yang khusyuk itu ?

الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ  ( البقرة: ٤٦ )
(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. [2] Al-Baqarah : 46)

Yaitu orang yang yakin menemui Tuhannya. Kita bisa meneladani beberapa hadist yang menerangkan tentang salat yang benar dari Rasulullah dan para sahabatNya. Karena berat, maka lakukan dengan kesungguhan dan terus konsisten. Apa yang sudah kita lakukan dapat membentuk kesadaran kita selalu kepada Allah, yang menyertai setiap langkah kehidupan kita.

kebaikan yang kedua adalah Salat mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Iya sih, kata Al Qur'an.

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ  ( العنكبوت: ٤٥ )
Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. [29] Al-'Ankabut : 45)

Tapi kenyataannya ? Salat ya salat, keji dan mungkar ada aja yang kita lakukan. Dalam berita terkabarkan ada yang korupsi tapi orangnya salat. Lalu bagaimana agar salat mampu mencegah yang keji dan mungkar. Petunjuk di atas benar adanya sebagai janji Allah (dengan kata sesungguhnya), salat yang dilakukan dengan bener. Sikapi petunjuk itu menjadi ukuran keberhasilan salat kita. Orang yang salat tidak dijamin tidak berlaku keji dan mungkar, sesuai dengan kadar (nilai) salatnya.
Salat yang sebenarnya dan bernilai tinggi dapat membawa pelakunya tidak berbuat keji dan mungkar. Iya. Agar kita dapat melakukan salat dengan sebenarnya, maka sangat pantas kita memiliki ilmunya yang didasari iman yang semakin baik. Beberapa hal yang dapat mendorong kita belajar lebih banyak dan lebih kuat lagi untuk melakukan salat dengan sebenarnya :
Salat itu ibadah yang lebih keutamaannya dari ibadah lain. Maknanya kita mesti menempatkan salat sebagai hal yang utama (prioritas utama), mesti ada waktu dan ada juga perhatian dalam belajar salatnya dan melakukan salatnya. 
"Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salat. Jika salatnya baik, maka ia akan beruntung dan selamat. Namun jika salatnya rusak, maka ia akan rugi dan celaka.“ (HR at-Tirmidzi no. 413, Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' no. 2573)

kalau sudah menjadi prioritas utama, maka dorongan yang luar biasa untuk mengerjakan salat tepat pada waktunya. Mengapa ? Jika ini dilakukan, maka Allah sangat mencintaiNya.
“Rasulullah ditanya: ‘Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?’Beliau menjawab: ‘Salat tepat pada waktunya.’Ditanya lagi: ‘Kemudian apa?’Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’Ditanya lagi: ‘Kemudian apa?’Beliau menjawab: ‘Jihad di jalan Allah.’” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (no. 527) dan Imam Muslim (no. 85)
Satu hal lagi yang mampu mendorong kita untuk salat yang sebenarnya, apa itu ? Salat itu adalah amal yang pertama di hisab di akhirat, dan Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salat. Jika salatnya baik, maka ia akan beruntung dan selamat. Namun jika salatnya rusak, maka ia akan rugi dan celaka.“ (HR at-Tirmidzi no. 413, Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' no. 2573)
Allah berfirman di ayat Al Ankabut ayat 45 ; Salat itu lebih utama dari ibadah yang lainnya. Mari kita jadikan hal ini sebagai pemacu untuk salat yang sebenarnya.

kebaikan yang ketiga yang dapat kita raih sebagai bonus dari salat adalah Salat sebagai sumber cahaya. "Nuur" (cahaya) di sini mencakup dua makna, 
Cahaya di dunia: menerangi hati dan jalan hidup, membimbing seseorang menjauhi maksiat. Cahaya di akhirat. Menjadi penerang di alam kubur dan di hari kiamat. 
Shalat bukan sekadar kewajiban, tapi sumber cahaya ruhani yang menerangi batin, menyinari langkah hidup, dan menuntun seseorang di dunia maupun akhirat. Dalam konteks kesadaran kepada Allah, shalat adalah penguat koneksi vertikal, agar hati tidak gelap oleh dunia. Memelihara salat adalah menjaga sumber cahaya dalam hidup kita.
“Salat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, dan sabar adalah sinar...” Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 223














kebaikan keempat adalah Mendatangkan kebahagiaan. Apa bisa begitu ? Dalam psikologi modern, Salat yang sadar kepada Allah (khusuk) merupakan suatu kondisi yang dikenal dengan istilah “flow”. Keadaan membuat hati bahagia dan sumber kreativitas.
Flow adalah kondisi mental ketika seseorang sepenuhnya tenggelam dalam suatu aktivitas, dengan fokus tinggi, kehilangan rasa waktu, dan perasaan puas yang mendalam. Konsep ini diperkenalkan oleh Mihaly Csikszentmihalyi, seorang psikolog yang meneliti kebahagiaan dan produktivitas.
Mengapa Flow Membuat Bahagia? Saat seseorang berada dalam flow, 
1. Ia mengalami keterlibatan total dalam hidupnya.
2. Otak melepaskan dopamin dan endorfin, zat kimia alami yang memberi perasaan senang.
3. Karena fokus pada saat ini (present moment), pikiran negatif, kecemasan, dan beban mental mereda.
4. Flow membuat seseorang merasa hidupnya bermakna—terhubung antara potensi diri dan pengalaman nyata.


Yang terakhir dampak dari salat adalah kebaikan membuat tubuh jadi sehat. Penemuan terakhir menyatakan bahwa sebenarnya kesehatan tubuh berasal dari jiwa. Beberapa penyakit tubuh dapat disembuhkan melalui ketenangan jiwa. Dalam berbagai penelitian memperlihatkan manfaat mengerjakan salat secara teratur bagi kesehatan tubuh.

Dan bisa jadi masih banyak kebaikan yang diperoleh dari salat, terutama memiliki kebaikan tersendiri pada masing-masing pelakunya. Yakinlah salat itu ibadah yang Allah perintahkan. Perintah untuk disyukuri dengan menjalaninya dengan ikhlas.
Jangan sampai kita salat karena ingin mendapatkan kebaikannya. Manfaat itu adalah efek dari salat yang dilakukan dengan benar. Ada iman, dikerjakan ikhlas, dan mengikuti persyaratan salat. Misalkan sehat karena Salat, sehat bukan tujuan tapi manfaat dari Salat. Salat karena iman kepada Allah.

Tulisan ini bisa dijadikan pengetahuan untuk menguatkan iman kita tentang salat. Bukankah iman itu perlu ilmu yang mendorong kita untuk beramal saleh. Mestinya semakin kuat motivasi islam kita untuk terus memperbaiki iman dan amal saleh. Jika hal ini dilakukan, maka kita telah memberdayakan diri menjadi semakin baik hari ini. 

Sahabatmu
Munir Hasan Basri
 






Senin, Juli 07, 2025

Menikmati hidup

 Salam sejahtera dan bahagia semuanya. Insya Allah hari ini selalu dapat membuka hati agar dapat melihat segala sesuatu dengan kacamata Allah.

Apapun yang terjadi atau apa yang kita hadapi dalam hidup ini adalah "Ujian" dari Allah. Saat pikiran dan hati merasakan sesuatu yang nikmat, artinya kita merasakan kebaikan dari Allah. Jangan bersenang dulu, karena nikmat ini adalah ujian, untuk menguji apakah kita bersyukur atau kufur ? Apakah kita menjadi yang bersyukur dengan mengalirkan kebaikan dari Allah itu kepada orang atau sesuatu yang tepat. Disisi lain, ada orang yang menyia-nyiakan nikmat tersebut dengan tindakan tidak baik, misalkan dihambur-hamburkan atau disia-siakan. Tetapi kita merasakan sesuatu itu sebagian "penderitaan" atau kesusahan hidup yang kita namai hal itu dengan musibah (lawannya dari nikmat). Sama halnya ini juga ujian untuk menguji kita bersyukur atau kufur. Beberapa orang cenderung kufur, dengan tidak menerima keadaan itu dengan ikhlas. kalau tidak menerimanya, maka kita berpikir yang lain yaitu berpikir meminta yang baiknya (tanpa mendalami "musibah" itu). Padahal musibah mengajak kita mendalami persoalan yang terjadi sehingga menemukan yang sebenarnya apa yang terjadi. Hal ini terjadi bila kita menerima dengan ikhlas, hati membimbing untuk berpikir akal sehat. Setelah itu akal sehat itu menemukan masalah dan solusinya.Dari sini kita dapat mengambil hikmah yang kita katakan sebagai musibah menjadi nikmat dengan naik level dengan solusi tersebut. Inilah ujiannya. 

Dari ujian di atas, ternyata dimata Allah tidak ada kategori nikmat atau musibah. Kedua hal ini memiliki nilai untuk manusia, karena kita memiliki persepsi. Berkecukupan atau berkekurangan hanya dilihat dari mata manusia, bagi Allah hal itu tidak berpengaruh apapun terhadap kemuliaan dan kekuatan Allah. Bagi kita ? Allah jadikan ujian untuk mengukur tindakan yang dilakukan sebagai amal saleh. Tindakan baik berarti bersyukur atau sebaliknya tindakan tidak baik adalah kufur. Perhatikan syukur atau kufur ... yang berbeda adalah tindakannya. Tindakan baik itu (syukur) didasarkan kepada hati, dan sebaliknya tindakan tidak baik itu (kufur) didominasi oleh nafsu tanpa pengetahuan. Contoh, saat seseorang memiliki pendapatan atas hasil kerjanya. Nikmat atau musibah ? 

1. Ada yang merasa berlebih atau bersyukur banget diberikan rezeki dari Allah, kok bisa ? karena kacamata yang digunakannya adalah hati. Maka dia memanfaatkan pendapatannya (rezekinya) dengan benar dan mengutamakan yang penting dan didasari petunjuk Allah. Selanjutnya 

2. Ada yang berpikir pendapatannya tidak cukup. Biasanya orang ini menggunakan akal pikirannya atau logika. Terus apa yang terjadi ? Orang ini selalu fokus kepada kekurangan dan pasti berusaha untuk mencari solusi agar tidak kekurangan. Salah satu yang dikerjakan adalah bekerja lagi dengan bekerja keras lagi, menghabiskan banyak tenaga dan waktu untuk bekerja yang mendapatkan pendapatan lebih. Sepanjang kerja ternyata hasilnya tidak begitu proporsional dengan apa yang diinginkan. Tanpa dirasakannya, orang ini merasakan dampaknya berupa "sakit" karena lelah dan capek, waktu terbatas dengan keluarga sehingga meniadakan potensi kebahagiaannya, dan menjadi sangat emosional terhadap apapun (gampang marah dan tersinggung). Yang paling dirasakan adalah telah melalaikan tanggung jawab sebagai hamba Allah. Tidak dapat memaknai hidup dengan baik

3. Bisa jadi ada yang merasa kecewa dengan pendapatannya, hal ini disebabkan karena dominasi nafsu (emosional). Tidak sekedar kecewa saja, tapi sering dilanjutkan dengan "marah" atau curhat kepada orang lain,"Saya sudah bekerja baik tapi hasilnya tidak sesuai. Ini tidak adil dan sebagainya". Apa yang terjadi selanjutnya ? Akal sehat tidak berfungsi baik sehingga kecenderungan berpikir dengan tindakan emosional. Tindakan seperti ini adalah tindakan tidak baik, selalu mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya. Tindakannya selalu terukur dengan hasil, yang membawa seseorang kepada cara licik atau hanya mengandalkan tindakan yang ada uangnya aja (kalau tidak ada hasilnya malas dikerjakan). Apalagi pekerjaan itu sangat tidak nyaman dilakukan, maka pasti ditinggalkan atau dikerjakan tapi dengan terpaksa. Hari-hari dilewati dengan mengeluh dan curhat, sekalinya sadar ... berusaha untuk ibadah dan doa agar Allah membalas dengan mengabulkannya doanya. Tapi hanya menunggu dan hasilnya tidak menambah ketidakpercayaan kepada Allah. Dalam hati,"Sudah ibadah dan berdoa serta bekerja "seadanya", tapi kok Allah tidak mengabulkan doa saya ?"  Ada beberapa menjadi malas beribadah (misalkan salat seadanya" atau malas bersedekah)  yang membuat semakin lemah iman. Apa iya dengan iman yang rendah ini Allah ingin mengabulkan doanya ? Allah itu membalas sesuai dengan apa yang dikerjakan hambaNya.

Mari kita berpikir dari 3 sikap dan respon dari melihat apa yang diterima sebagai pendapatan mereka. Mana dari ketiga itu yang saya bilang bisa memaknai hidup ? Nomer 3 adalah yang paling tidak memaknai hidup dan nomer 2 agak lebih baik tapi tidak juga dapat memaknai hidup sehingga tidak mampu menikmati hidup. Setuju nggak kalau kita memilih nomer 1 adalah orang yang mampu menikmati hidup atau memaknai hidup. Mengapa ? karena bersyukur. Mengapa dilakukannya dengan bersyukur ? Bersyukur itu adalah tindakan baik, artinya orang ini melihat pendapatan sebagai ujian dari Allah. Apa yang terjadi pada orang ini ? Dia berprasangka baik kepada Allah. Pendapatan yang diterima itu adalah sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Untuk itu dia memanfaatkannya dengan benar dan yang pasti bekerjanya menjadi lebih baik (produktif). Dia membaca petuntuk Allah, "mereka yang bersyukur dengan nikmat Allah, maka Allah tambahkan nikmatNya. tapi sebaliknya jika tidak bersyukur (kufur) seperti nomer 2 dan 3, maka Allah mengisyaratkan tunggu azabNya (salah satu azab Allah itu adalah tidak diberi petunjuk atau kesusahan yang tidak dapat memaknai hidup)

Lalu apa hikmahnya ? Semua yang dilakukan oleh nomer 1, dengan bersyukur itu adalah mengfungsikan hatinya. Kacamatanya adalah hati, bukan sekedar logika dan nafsu saja yang dominan. Hati yang terbuka dengan memahami kebenaran dari Allah, membuat suasana hati tenang. Bukankah hati yang tenang membuat akal sehat bisa berpikir cemerlang. Bisakah orang berpikir akal sehat saat gelisah dan ketakutan ??? Nggak dong. kegelisahan itu mendorong nafsu menjadi dominan. Tapi dengan hati yang tenang, mendorong bisa berpikir akal sehat dan memberi perasaan senang (emosional positif).

Paham dong sekarang ? Iya. Itu semua adalah pengetahuan yang menguatkan keyakinan kita. Tapi apa iya bisa langsung seperti nomer 1. Ujian itu bukan saja pendapatan, tapi 

1. Bagaimana kita menyikapi kalau ada yang marah kepada kita ?

2. Bagaimana kita menyikapi saat sakit ?

3. Bagaimana kita menyikapi rong-rongan dari keluarga yang meminta "uang" untuk kebutuhan ?

4. Bagaimana kita menyikapi masalah yang ada dalam pekerjaan ?

dan banyak lagi ... sebanyak waktu yang kita lewati.

Terkadang kita menjadi bisa bersyukur dengan satu hal saja tapi belum konsisten. Bagaimana dengan hal lain ? 









Apa yang kita lakukan ? Kembali kepada Allah dengan memberi banyak waktu dalam kesadaran kepada Allah. Hal ini berdampak kepada hati yang terlatih tenang. Inipun harus dilatih dengan berbagai keadaan dan situasi. Oke kita bisa sadar kepada Allah dalam menyikapi pendapatan, bagaimana dengan msalah dalam kerja ??? Tak perlu berpikir licik atau emosional, kita hanya butuh berlatih juga. Berlatihnya kita adalah bukti kesungguhan dalam beramal soleh (bertindak baik). Tidak cukupkah kita berlatih dalam sebulan penuh dalam hidup kita ? Beri motivasi kepada hati dan pikiran, "Bukankah saya mau menikmati hidup dengan memaknai hidup lewat aktivasi hati", dorongan pemahaman dan keyakinan itu semakin kuat. Kalau pun satu bulan tidak cukup, tak perlu risau juga jalani dengan bulan berikutnya hingga 1 tahun. Masak sih kita tidak mahir juga dalam bersyukur (menempatkan hati tersadar kepada Allah) ? Agar terjadi, boleh dong kita berdoa dimampukan.

Penjelasan di atas memberi pemahaman karena kita beriman kepada Allah. Allah telah memberi hati untuk dipergunakan sebagai langkah untuk memahami setelah kita melihat atau mendengar. Tidak lain yang buta itu adalah hati BUKAN mata atau telinga. Tak lengkap dan sempurna iman dan pemahaman kita tanpa mengamalkannya (beramal saleh). semua itu butuh ilmu agar amal saleh kita menjadi nyata seperti yang Allah mau. Ilmu itu mesti selalu didasarkan iman dan diupdate agar mampu mengimbangi ujian yang terus ada dan berkembang.



Alhamdulillah tulisan ini semakin menambah pemahaman dan medorong saya untuk menikmati hidup semakin baik. Hari ini lebih baik dari hari sebelumnya dan hari berikutnya lebih baik dari sekarang. Insya Allah bisa menjadi inspirasi dan syukur-syukur dapat memotivasi diri untuk mempraktekkannya. Ini pemberdayaan diri yang produktif. 

Sahabatmu

Munir Hasan Basri



Minggu, Juli 06, 2025

Salat, kok tidak bikin rindu jalaninnya ?

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Salam bahagia buat semua, Insya Allah selalu tercurahkan rahmat dan keberlahan dari sisi Allah.

Hari ini memacu saya untuk beraktivitas yang baik dengan berbagi hal baik yang mudah dikerjakan. Tentunya saya hanya menyalurkan kebaikan yang Allah berikan kepada saya dengan seizinNya, berupa ilmu dan pemahamannya. 

Saya dapat merasakan beberapa hal setelah membaca petunjuk Allah didalam surah Al Alaq, surah ke-96 ayat 19.

كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ  ( العلق: ١٩ )

sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah). (QS. [96] Al-'Alaq : 19)

Janganlah kita patuh kepada orang yang menghalangi kita untuk salat. Dalam kisahnya nabi salat sering diganggu oleh Abu Jahl, mulai dari gangguan halus sampai kepada gangguan yang keras. Perbuatan jahat orang itu (Abù Jahl) tidak akan mengenai dirimu, wahai Nabi. Sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya. Tetaplah menunaikan salat sesuai perintah Tuhanmu dan sujudlah serta dekatkanlah dirimu kepada-Nya dengan menaati aturannya, niscaya Dia akan selalu melindungimu dari ancamannya.

Inilah yang kita hadapi dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah melalui salat. Bagaimana sekarang ? Gangguannay tetap ada, tapi berbeda dan semakin kuat. Apa iya ? Iya lah gangguan itu sudah meresap dalam diri kita. Kok bisa ? Karena sudah sering kita hadapi dan kita tidak lebih baik untuk melewatinya. Misalkan malas salat ??? Malas itu adalah sedikit bergerak tapi berharap banyak, atau kalaupun bergerak tetap saja berharap banyak perubahan dalam diri kita tapi salatnya seadanya (malas-malasan). Bener nggak ? Ganguannya dari dalam diri kita, bukan lagi gangguan dari luar, dan bukan lagi bisikan setan. Malas bisa diartikan berharap kepada hasil yang diinginkan. Kepada siapa harapan itu digantungkan ? Mestinya harapan itu digantungkan kepada Allah. Allah memberi harapan itu dengan mengerjakan salat. Ada ilmu dan pemahaman ... maka salat itu proses kita mengharap dari Allah. 

Syukur-syukur ilmu dan pemahaman untuk melewati malas itu tertanam di hati dan Allah kuatkan ayatNya karena kita benar-benar menginginkannya dengan membaca ayat tersebut, memahaminya dan mulai mengamalkannya. Dengan petunjuk yang masuk ke hati inilah yang mendorong kita mengerjakan salat. Rindu nggak untuk salat ? Mau dong rindu salatnya, lalu apa yang membuat kita rindu ??? Allah mengingatkan kita untuk selalu semangat melakukan salat sekalipun ada halangan dan gangguan, karena dalam salat itu ada sujud. Dan Allah melalui kekasihNya nabi Muhammad saw, di dalam hadis sahih yang ada pada Imam Muslim melalui jalur Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Samiy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"Tempat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tukannya ialah saat ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa (padanya)"

Apa  maknanya ? Apakah ada orang muslim yang ingin dekat dengan Allah ? Ngga ada kecuali tidak beriman atau lalai dalam beriman. Kapan kita dekat dengan Allah ? Sujud dalam salat, dan disaat itulah Allah membuka komunikasi dengan siapa saja yang sujud, yang berdoa. Doanya adalah apa yang kita inginkan. Bukankah kita ini selalu banyak keluhan dan masalah ? Allah menunggu situasi yang paling dekat denganNya yaitu sujud, sebanyak 17 kali dalam sehari situasi itu disediakan Allah. Jika benar salat kita dan sujud kita, Insya Allah hati ini menjadi tenang dalam hidup sepanjang hari.

sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya. (Al-'Alaq: 19)

Yakni hai Muhammad, janganlah kamu patuh kepada orang itu yang melarang kamu melakukan rutinitas ibadahmu, melainkan teruskanlah salatmu menurut yang kamu sukai. Janganlah engkau pedulikan dia, karena sesungguhnya Allah-lah yang memeliharamu dan menolongmu, dan Dia akan memelihara kamu dari gangguan orang lain

dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (Al Alaq: 19)

Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis sahih yang ada pada Imam Muslim melalui jalur Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Imarah ibnu Gazyah, dari Samiy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

Tempat yang paling dekat bagi seorang hamba kepada Tuhannya ialah saat ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa (padanya).




Apakah kita masih malas untuk salat ??? Salat itu membuka ruang untuk dekat dengan Allah (sujud), yang mampu mengantarkan persoalan hidup yang disampaikan dalam doa. Ilmu dan pemahaman sudah kita dapatkan. Ada motivasi untuk solusi hidup dengan dekat dengan Allah. Solusi itu tidak mudah diperoleh, mengapa ? Kita butuh pemahaman untuk dipraktekkan. Maka salat sekarang dan salat lagi agar pemahaman itu membuahkan hikmah, diantaranya kita bisa merasakan ketenangan hati yang membuka pula pikiran akal sehat. Mengapa ini terjadi ? karena salat itu merupakan zikir kepada Allah, dan siapa yang zikir kepada Allah, maka hatinya menjadi tenang (tentram) dan dengan mengingat Allah hati kita jadi tenang.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ   ( الرعد: ٢٨ )

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS. [13] Ar-Ra'd : 28)

dan

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِي

Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku. (QS. [20] Taha : 14)

Di ayat lain Allah berfirman Salat itu jalan menuju taqwa, dimana Allah memberi jalan keluar atas masalah kita :

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ  ( الطلاق: ٢ ) )

Maka apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah pengajaran itu diberikan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, (QS. [65] At-Talaq : 2)



Bacalah berulang-ulang petunjuk dan penjelasan di atas agar kita bisa memahaminya dengan benar. Dengan salat dan salat ... membuka hati menerima petunjuk Allah tersebut. Apa yang terjadi ? Insya Allah kita menjadi ringan untuk salat, dan merindukan salat itu karena "bertemu" dimana Allah itu Maha Melihat dan Maha Mendengar serta Maha mengabulkan dalam sujud kita. Bagaimana ? Iman itu butuh ilmu agar tidak gagal paham, sedangkan amal saleh itu dengan mempraktekkan ilmu dan pemahaman ... membuat kita semakin yakin (tanpa ragu). Allah tidak menyia-nyiakan amalnya orang beriman. 

Sahabatmu

Munir Hasan Basri



Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...