Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Rabu, Februari 01, 2023

Merasa berat kerjanya ?

 Salah satu sebab dari menurunnya semangat saya adalah pekerjaan yang saya anggap berat. Berat untuk memulai dan sudah tergambar pekerjaan itu menyita tenaga dan memiliki tingkat kesulitan serta resikonya. Tapi kata berat sebenarnya bisa saya ciptakan karena memang saya malas untuk mengerjakannya. Misalkan disuruh bikin laporan untuk hari ini, Kata berat itu saya tafsirkan dengan pencitraan positif (cari alasan), yaitu saya mengatakan,"laporan belum selesai karena masih ada kerjaan lain yang lebih penting" atau "saya sibuk banget hari ini jadi laporan dibuat besok aja ya" dan begitu saya atau Anda menjaga harga diri, padahal saya atau Anda lagi nggak mau mengerjakannya BUKAN tidak mampu mengerjakannya.

Kejadian di atas banyak dilakukan karyawan kepada atasannya. Kata "belum selesai atau belum capai target, saya kerjakan sekarang (tadi sibuk)" seolah ingin mengatakan saya sudah mengerjakannya tapi belum selesai/belum target. Padahal saya memang belum melakukan apa-apa. Hikmahnya adalah setiap saya mengatakan alasan, bisa jadi sebenarnya pekerjaan itu belum dikerjakan dan mau dikerjakan saat itu kalau dipaksa (merasa tidak nyaman). Buat apa sih saya melakukannya semua ini ? Minimal saya menjaga harga diri tidak turun. Langkah ini jika sebagai karyawan membuat Anda menjadi terpuruk dan menjadi biasa melakukan hal ini. Efeknya ? Saya semakin tertekan dengan waktu yang berjalan, dimana pekerjaan mesti diselesaikan.


Apa yang mesti saya lakukan ? Kata berat dalam menjalani kerja, jika disebabkan tidak menarik, sedangkan saya mampu. Saya cenderung menolak kalau bisa atau menunda. Sebenarnya jika memang itu kerjaan saya, pasti kembali ke saya juga pekerjaan itu. Jika ditunda pekerjaan itu semakin berat karena waktu yang terbatas, mengapa tidak dikerjakan sekarang ? Saat saya berpikir tenang, maka saya cenderung mengerjakannya (sekalipun di awal terasa berat). Sikap dan perilaku saya mesti saya ubah. Pertama, langkah awal sudah mengurangi level berat menjadi berkurang, dan jika saya kerjakan langkah berikutnya maka menjadi semakin berkurang beratnya dan menjadi ringan. Kedua adalah saya mesti memiliki sikap (prasangka) baik dari pekerjaan yang saya anggap berat itu, yaitu pekerjaan itu jika saya dapat selesaikan segera, maka menambah nilai dari diri saya (menumbuhkan nilai kepercayaan). Atau sikap lain yang bernilai baik sehingga sikap ini menciptakan semangat untuk mengerjakannya. Soal kata berat, maka perilaku saya mesti mengerjakan step by step agar tidak berat.

Bayangkan pekerjaan itu berat, maka saya cenderung "berbohong" dan malas. Kemalasan ini bagaikan virus yang merembet kepada pekerjaan lain. Saya mengajak Anda berhentilah mengatakan,"nanti saya kerjakan atau saya sibuk atau apa saja" yang intinya kita menolak halus pekerjaan itu. Ingat bahwa pekerjaan itu adalah mendorong kita meningkatkan kemampuan semakin tinggi. Tidak saja meningkatkan kemampuan, tapi pekerjaan itu adalah media untuk beramal saleh. Amal saleh yang merupakan ungkapan syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikannya. Masih kerja, masih dipercaya orang, masih ada tubuh yang sehat, masih ada iman dan masih ada orang yang mendoakan kita menjadi orang baik. 

Alhamdulillahirrabbilalamin, kultum kali ini menyadarkan saya untuk memotivasi diri menjadi orang yang bersegera beraktivitas (beramal saleh). Inilah langkah pemberdayaan diri agat dapat memaksimalkan diri (bersyukur).

mengapa saya tidak memahami petunjuk Allah ?

 Dari hari ke hari, saya dan semua orang ingin hidup lebih baik. Maka semua mencari jalan menuju yang hidup lebih baik melalui sekolah tinggi, melatih kemampuan lebih tinggi, belajar terus tentang ilmu dalam perjalanan yang saya pilih dan banyak lainnya. Sebagai orang beriman kepada Allah dan sangat tahu dan paham bahwa Allah menurunkan petunjuk yang mutlak kebenarannya, tapi mengapa tidak serius dan sungguh-sungguh mendalaminya agar hidup kita sebagai hamba menjadi tidak khawatir dan tidak sedih ? Al Qur'an hanya sekedar dibaca dan dipahami, tapi belum untuk diamalkan dalam pekerjaan kita dalam mencari kehidupan lebih baik.

Apakah saya tidak percaya kepada Al Qur'an ? Ternyata saya beriman, tapi apakah hanya sekedar beriman saja sebagai kewajiban ? Saya membaca kisah ilmuwan Islam yang berjaya di masanya yang menjadi referensi orang Barat mengembangkan ilmu sampai sekarang. Ternyata Ilmuwan Islam mengambil referensi mengembangkan ilmunya dari Al Qur'an, baik sebagai pedagang (bisnis), sebagai dokter, sebagai arsitektur, ilmuwan matematika dan sebagainya. Mereka memahami benar Al Qur'an sebagai petunjuk hidup. Bagaimana dengan saya dan Anda ? Entah tidak berani atau ntah tidak menarik atau beranggapan Al Qur'an itu sebagai referensi agama saja. Bisa jadi mereka yang memahami Al Qur'an itu dipintarkan oleh Allah sebagai pedoman detail yang dipahami dari Al Qur'an. Ulama zaman dulu bisa menulis, mengapa ulama sekarang jarang bisa menulis ? Apakah kita memikirkannya ?

Akal sehat saya hanya berpatok kepada ilmu yang mendorong pekerjaan menjadi lebih baik. Belajar dari Jepang, belajar dari China, belajar dari Korea, belajar dari Amerika, belajar dari Jerman ... ada dalam waktu kita untuk belajar Al Qur'an. Apakah ada jaminan dari belajar dari berbagai negara tersebut ? Padahal dalam kerja itu, ujung-ujungnya kita ingin meraih uang yang banyak, karir yang tinggi dan sebagainya. Sudahkah kita meraihnya ? Kalau ilmu yang kita miliki belum juga memberikan hasil yang memuaskan, bagaimana kita memilih ilmu Al Qur'an dalam kerja ?

Bayangkan jika dalam kerja itu, kita hanya bekerja dengan jujur saja. Apakah atasan dan perusahaan menyukainya ? 99,99% menjawab mencari karyawan yang jujur dan dipercaya memegang amanah. Bagaimana karyawan itu sangat menguasai Kaizen ? Maka kemampuan kaizen dihargai lebih tinggi dari kejujuran (kaizen lebih bermanfaat daripada kejujuran). Dalam dunia kerja nilai kaizen lebih tinggi dan dihargai. Bagaimana jika saat karyawan meninggal dunia ? Maka nilai kaizennya yang diingat rekan kerja daripada kejujurannya. Bayangkah bagi karyawannya sendiri, apakah bangga meninggal dengan kejujuran atau bangga dengan kaizennya ? Jawabannya adalah kejujuran dihargai Allah dengan  balasan sempurna, sedangkan kaizen belum tentu dibalas (karena bisa jadi kaizen itu diniatkan untuk kebanggaan dan sebagainya).

Ada banyak cara untuk berhasil dalam perjalanan kerja kita yaitu IQ dan EQ yang tinggi. Tapi tidak banyak orang yang memanfaatkan SQ sebagai referensi bagi keberhasilannya. Mungkin ini menjadi renungan bagi kita bagaimana iman menjadi pemimpin atas ilmu agar menjadi bermakna dalam kerja.

Kultum ini untuk memotivasi kita dalam memberdayakan diri agar meraih kehidupan dunia dan akhirat dengan bener. Insya Allah petunjuk Allah itu pasti benar janjiNya, mestinya kita berpegang kepada Allah dalam segala hal, dan Allah mengurus segala hal di dunia ini. Dia lah yang Maha Pencipta dan Maha Memelihara seluruh ciptaannya.


Selasa, Januari 31, 2023

Magic Word Belajarlah untuk hidup yang lebih baik

 Hidup bukan untuk hari ini saja, tapi untuk masa depan kita. Jadi belajarlah untuk meningkatkan kemampuan. Kemampuan hari ini tidak cukup untuk hari ini, bayangkan saat tidak belajar. Maka hari selanjutnya bukan jadi miliki kita lagi.


Insya Allah kultum singkat ini dapat memotivasi kita untuk selalu meningkatkan kemampuan. Selalu berdayakan diri agar selalu hidup pada masanya.

Team harus selalu belajar

 Dalam dunia kerja, beberapa orang senang diupgrade ilmu dan ketrampilan lewat training. Mereka baru menyadari saat apa yang dikerjakannya terasa tidak mudah. Keadaan ini membuat mereka tertekan karena ada batas waktu yang ditentukan harus selesai. Mau belajar sendiri mungkin bisa tapi butuh waktu agak lama, dan "uang" buat beli buku dan sejenisnya. Belum lagi memiliki sikap untuk belajar mesti didorong. Alhasil pekerjaan tetap dan bertambah tidak mudah.

Bisa jadi dari sisi atasan yang mau mengerti keadaan tersebut berupaya memberikan ilmu dan buku, atau mengusulkan pelatihan. Tapi hal itu tidak mudah, apalagi mesti mengeluarkan biaya. Biasanya sih atasan hanya mengejar pekerjaan sesuai waktunya dan tetap mengandalkan kemampuan karyawannya. Kadang terjadi negosiasi waktunya, bisa dijadwalkan ulang atau diminta untuk mengerjakannya lebih awal. Kejadian ini bisa berlangsung terus setiap hari atau setiap minggu atau setiap bulan. Apa akibatnya ? Atasan tidak mau peduli dengan kemampuan karyawan yang tidak mencukupi, yang membuat karyawan tertekan. Team dari atasan ini pasti tidak berkembang dan bertahan pun tidak mudah. Dasar team itu bisa berkembang adalah kemampuan yang meningkat dari semua anggota team. Ketidakpedulian atasan tersebut membuat karyawan pun menjadi tidak peduli dengan pekerjaan, dikerjakan seadanya dan tidak peduli juga waktu selesainya (kalau belum selesai tinggal lapor). Hati-hati bila keadaan ini menjadi sudah biasa, maka team (termasuk) atasan selalu bilang,"mereka sudah sibuk dan banyak kerjaan". Atasan selalu mengajukan tambahan SDM jika ada target baru  atau kerjaan tambahan.

Dari sisi karyawan, maka keadaan di atas juga mempengaruhi sikap dan perilakunya. "Menolak" kerjaan tambahan dan target baru. Status karyawan ini pasti stabil dan tidak berkembang. Bertahan dengan jabatan yang dipegang dan bertahan seolah sudah bekerja luar biasa. 

Dari sisi mana pun, karyawan atau atasan. Keduanya mesti memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuan. Jika tidak ada budget training, maka atasan dan karyawan mesti belajar sendiri. Atasan yang memiliki kemampuan tinggi lebih mudah akses untuk belajar, mau tidak mau ilmu yang dimiliki mesti diajarkan kepada karyawan. Disini atasan mesti memiliki kemampuan sebagai training manager untuk meningkatkan kemampuan karyawannya. Dan karyawan mesti banyak aktif menyampaikan ketidakmampuannya kepada atasan agar diketahui dan ditindaklanjuti. Salah media belajar itu adalah You Tube yang gratis dan bisa diakses siapa saja. Buat apa sih training (meningkatkan kemampuan) ? Yang paling sederhana adalah setiap orang bisa mengerjakan pekerjaan dengan mudah, tidak tertekan dan nyaman. Kondisi ini membuat orang tidak mudah sakit, tidak mudah capek dan selalu dapat menjaga diri untuk siap menjadi yang lebih baik. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dari kemampuan karyawan adalah efek dari keuntungan dari karyawan sendiri, jadi tak perlu dipikirkan.


Belajar untuk meningkatkan kemampuan diri adalah bentuk syukur atas pemberian Allah berupa tubuh untuk beraktivitas, akal sehat untuk memikirkan penciptaan Allah buat kehidupan kita, hati yang Allah siapkan untuk menerima petunjuk (ilmu) yang semakin baik. Kerja yang Allah amanahi untuk dipertanggungjawabkan dan masih banyak lagi. masihkah kita tidak mensyukuri semua itu ?

Insya Allah kultum ini membuat kita dapat menyadari baik sebagai atasan maupun karyawan untuk terus memberdayakan diri, meningkatkan kemampuan menjadi semakin baik. Apapun atasan yang tidak mendukung atau sebaliknya karyawan yang rada malas, tetap terus memotivasi untuk belajar. Untuk apa ? Untuk kebaikan diri kita sendiri.

Hidup ini mau dibawa kemana

 Judul di atas adalah pertanyaan yang mesti kita jawab. Ada banyak pilihan di dunia ini untuk melayani apa yang kita inginkan, tapi mau kemana hidup ini mau dibawa ? Mau mengejar uang untuk ditunjukkan kepada orang bahwa kita banyak uang atau mau menikmati kesenangan dunia saja atau mau jadi orang baik saja dan seterusnya. Semua pilihan itu disediakan oleh banyak orang dengan berbagai fasilitas.

Yang mau kehidupan dunia, mereka mesti bekerja atau usaha agar hasilnya dapat dipergunakan untuk menikmati kesenangan dunia. Ada banyak pilihan kerja atau ada banyak pilihan usaha, semua pilihan itupun ada yang bener dan ada yang nggak bener. Terkadang dengan satu pilihan yang tidak memberikan kebaikan bagi siapapun maka dia bisa pindah ke pilihan lainnya. 

Yang mau jadi orang baik, ada yang mengikuti guru yang taat beragama dengan banyak ibadah, ada guru yang mengajarkan banyak sedekah, ada guru yang mengajak banyak zikir saja, dan banyak lagi. Mereka yang memilih satu jalan ingin mengatakan mereka berada di jalan yang bener dan yang lain kurang tepat. Untuk itu mereka mengajak menjadi golongannya. Itulah yang terjadi.

Semua pilihan kerja dan pilihan beragama dan pilihan apapun mesti didasarkan iman kepada Allah. Dengan iman yang benar, kita mampu mengendalikan pilihan hidup apapun. Mau dibawa kemana ? Bawalah diri kita kepada Allah dengan iman. Misalkan dengan iman, kita mampu menjadikan profesi kerja kita menjadi baik dan bermanfaat bagi orang lain. Dengan iman yang kuat, kita bisa berzikir yang bener dan memberi kebaikan bagi semua orang. Zikir kita semakin menambah iman kita. Kata iman selalu bersanding dengan amal saleh. Berimanlah yang utama dan lalu beramallah yang saleh dengan profesi dan aktivitas kita. Beramal saleh itu merupakan rasa syukur kita karena telah diberi iman, telah diberi kehidupan, telah diberi akal sehat, telah diberi hati, telah diberi pendengaran, telah diberi amanah (kerja), telah dititipkan harta, telah dititipkan orang yang dicintai (anak dan isteri) dan banyak lagi.

Insya Allah kultum singkat ini memberi wawasan kepada kita untuk introspeksi diri menjalani kehidupan dengan benar. Yuk motivasi diri kita untuk semakin beriman dengan memberdayakan diri dengan potensi yang kita miliki. 

Senin, Januari 30, 2023

Magic Word bersyukur itu bikin nyaman

 Kata bersyukur cenderung ditafsirkan menerima dan berterima kasih. Jika kita memberi sesuatu kepada seseorang, maka harapan kita tidak hanya menerima dan berterima kasih, tapi sebisanya mengggunakan dengan bener apa yang kita berikan.



Insya Allah kultum motivasi kali ini bisa memberdayakan diri semakin meningkat.




Wajib, butuh dan bersyukur

 Dalam hidup lebih banyak terpaksa dijalaninya. Misalkan cari uang, ya mesti untuk kehidupan diri dan keluarga. Cari uang itu dengan kerja, maka banyak orang merasa terbebani dan ada persepsi "kalau bisa kerja sedikit hasil banyak". Kita sih bilang kerja itu sedikit dipaksakan (wajib) karena kita sebagai anak untuk kebutuhan orang tua, atau sebagai orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kalau nggak kerja nggak bisa hidup. Keadaan ini memaksa kita wajib kerja.

Sama halnya shalat sebagai kewajiban dalam beragama. Karena memang dasarnya kewajiban, maka perasaan kita merasa "berat" untuk shalat. Ada yang bilang,"nggak berat tuh". Kalau shalat itu nggak berat, mengapa kita tidak shalat di awal waktu ? atau mengapa kita tidak ingin belajar shalat untuk lebih khusyuk ? Mengapa kita tidak menambah shalat dengan shalat sunnah ? Jika jawaban iya, maka bisa jadi shalat kita sudah tidak terpaksa lagi atau kewajiban.

Kewajiban tidak salah, dan menjadi kunci awal untuk membiasakan kita untuk mengerjakannya. Kewajiban yang dijalankan menjadi biasa mesti menyadarkan kita tentang mengapa kewajiban itu dilaksanakan, yang bukan sekedar perintah. Proses mengerjakan bukan lagi sekedar perintah (kewajiban) memunculkan bahwa kita butuh dengan apa yang kita kerjakan menjadi lebih baik. Kalau kita butuh berarti apa yang kita kJierjakan itu adalah untuk diri kita sendiri. Sedangkan kalau kewajiban cenderung untuk orang lain. Butuh kerja adalah upaya kita untuk meningkatkan diri kita sendiri menjadi lebih baik. Butuh shalat untuk komunikasi dengan Allah agar doa kita dikabulkan. Kewajiban itu cenderung dikerjakan ("terpaksa") untuk mengamankan apa yang ingin kita dapatkan (atau kita terhindar dari suatu kerugian). Sedangkan kebutuhan cenderung dikerjakan (termotivasi) untuk mendapatkan apa yang kita inginkan (mencegah kita dari ketidaknyaman).

Jika dalam menjalani aktivitas karena butuh disadari, maka kita dapat merasakan bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengerjakan apa yang kita inginkan. Memiliki potensi, menyadarkan kita bahwa potensi itu pemberian Allah. Maka kita berterima kasih dengan memuji dan menggunakan potensi itu untuk kebaikan kita sendiri. Inilah level yang lebih baik dari sekedar butuh, yaitu bersyukur. Kita mengerjakan sesuatu bukan lagi menginginkannya, tapi ungkapan terima kasih kepada Allah karena kita selalu diizinkannya.

Dimanakah level kita ? Apakah kita kerja masih berat ? Apakah terpaksa mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga ? Jika memang level ini yang terjadi, maka kerja kita masih terasa beban sehingga tidak mudah untuk menyenangi pekerjaan tersebut. Ada yang bilang kalau berat menghidupi anak dan isteri, maka mengapa mau menikah ? Solusi lain dari ini adalah menikah itu wajib, maka beban anak dan isteri jadi "terpaksa" menghidupinya. Bagaimana kalau menikah itu rasa bersyukur kita ? Allah memberikan potensi sebagai laki-laki atau perempuan sehingga menikah itu rasa syukur kita. Maka memiliki anak juga sebagai bersyukur kita karena Allah telah berikan titipan. Maka kehidupan keluarga itu tidak jadi beban dan tidak berat dijalaninya.

Insya Allah kultum ini dapat memberikan motivasi kita untuk menjadi lebih baik lagi. Pemberdayaan diri menjadi penting untuk menjalani proses mulai dari terpaksa, butuh dan menjadi yang terbaik dengan bersyukur. 

Featured post

Senyum itu bukan untuk orang lain saja

Alhamdulillahirabbilalamin. Di hari Jum'at yang dimaknai sebagai bentuk hari baik, dan Insya Allah kita selalu dimampukan berbuat baik h...