Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Rabu, Desember 21, 2022

Trik konsisten menuju tujuan

 Saya pernah mengalami semangat yang turun, padahal di awal semangat itu begitu besar untuk mencapai tujuan. Saya fokus dan mengerahkan energi yang besar untuk mewujudkan tujuan. Tapi ditengah jalan semangat itu menurun dan tak dorongan lagi untuk menuntaskan aktivitasnya.

Seperti halnya tanaman, waktu bertumbuhnya kita serius dengan menyiram dan memberi pupuk agar tanamannya menjadi besar. Harus ada upaya menyayangi tanaman agar kita dapat memeliharanya. Memelihara tanaman bukan sekedar menyiram tanaman, tapi memberi aktivitas yang lebih dengan memberi pupuk dan merawatnya mesti kita lakukan agar tanaman bertumbuh besar. Kalau tidak dirawat maka tanaman mati. Begitu juga dengan semangat. Semangat selalu besar di awal dan perlu dipelihara agar terus tumbuh menjadi semangat lebih besar sehingga dapat menopang aktivitas agar konsisten.

Langkah apa saja dalam memelihara semangat, perlu terus-menerus melakukan aktivitas. Agar aktivitas itu tidak membosankan, maka perlu ilmu baru agar aktivitas menjadi menarik dan menambah semangat. Sikap menyenangi aktivitas menjadi penting, untuk itu kerjakan hal kecil yang memberi hasil. Hasil inipun sebagai upaya menumbuhkan rasa senang.

Yuk memelihara semangat kerja atau beraktivitas agar semangat itu tidak menurun dan hilang ditelan kesibukan rutin.


Keluhan seorang karyawan

 Seorang karyawan bilang,"kok gaji saya nggak naik-naik beberapa tahun ini ?" Pertanyaan ini seharusnya tidak ditanyakan kepada diri sendiri atau teman, karena pasti nggak ada jawabannya. Pertanyaan ini mesti disampaikan kepada HRD atau pemilik perusahaan, kalau tidak bisa berdampak buruk kepada karyawan itu sendiri. Karyawan jadi rada malas kerjanya karena tidak ada jawaban atas pertanyaan tersebut. Dijawab sendiri jadi ngawur dan banyak prasangka buruk.

Sebenarnya karyawan tersebut sudah tahu berapa gajinya 5 tahun lagi secara normal. Bukankah gaji naik karena inflasi tahunan ? Anggap saja 10%, maka gaji 2023 sudah bisa diprediksi naik 10%. Kalau gaji sekarang Rp 5 juta, maka naik menjadi Rp 5,5 juta. Dan segitu sepanjang tahun 2023. Terus ngapain lagi ? Kerja bener sama nggak bener, gajinya tetep. Karena kewajiban maka kerja kita biasa saja. kecuali orang yang berakal dikit.

Bayangkan jika kita kerja biasa-biasa saja bisa berdampak buruk kepada kinerja dan mulai berkurang kepercayaan atasan atau perusahaan terhadap kita. Akibatnya kenaikan gaji tahun berikutnya di bawah kenaikan yang umum. Rugi kan ? Kita bilang masih untung kok, kerjanya nggak berat ? Itu namanya rugi, sudah tidak dipercaya lagi. 

Pilihan berikutnya adalah kerja luar biasa, tapi lama-lama bikin lemah juga semangat kita. Lalu, apakah ada cara lain ? Ada yaitu bekerja yang cerdas dan ikhlas. Artinya kita kerja kepada Allah dengan ilmu yang bener. Kita sudah dapat gaji Rp 5,5 juta, dengan bekerja ikhlas hanya mengharap kepada Allah, maka Allah bisa memberikan rezeki yang berkecukupan. Bukankah Allah Maha Pemberi Rezeki. Meminta tambahan gaji sama atasan dan perusahaan cenderung tidak bisa alias ditolak, tapi minta kepada Allah Insya Allah diberikan asal kita mau mengikuti jalannya. Kerja ikhlas. Pilihan ini adalah pilihan karyawan yang berakal sehat. Saat karyawan ini bekerja ikhlas dan diikuti yang lain, bisa jadi pendapatan perusahaan meningkat dan bisa berbagi bonus atau lainnya.


Selasa, Desember 20, 2022

Apakah uang membahagiakan ?

 Sebuah pertanyaan yang menarik,"Apakah uang yang Anda cari bisa membahagiakan keluarga ?" Jawaban ya BISA, tapi bisa juga tidak. Tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya. Okelah yang bilang "bisa", karena kehidupan mesti dibiayai dengan uang. Uang dicari dengan kerja. Sedangkan kerja adalah alasan kita untuk hidup. Artinya hidup cari kerja, kerja cari uang dan uang untuk kebahagiaan. Hidup untuk bahagia, dan jika tidak tepat kerjanya bikin tidak bahagia. Pilihan kerja atau menyikapi kerja yang kita lakukan adalah menentukan arah menuju kebahagiaan itu, BUKAN sekedar mencari uang

Untuk direnungkan, kalau hidup untuk sebatas cari uang atau tergoda untuk sukses. Maka tak  bedanya seorang singa hidup buat makan dan menjadi raja hutan. Masak sih kita manusia sama dengan hewan ? Yuk berpikir jernih, bahwa kita ingin bahagia. Kebahagiaan itu melewati kerja, uang, kesuksesan. Apakah harus berjenjang melewati semua itu ? Mungkin nggak sih kita bahagia duluan ? jawabannya sederhana, kalau kita mau ya bisa. Ada orang bahagia dalam kerja, maka dia bekerja sangat menyenangkan dan produktif. Ada orang bahagia dengan uangnya, maka dia senang berbagi kepada sesama. Ada juga orang bahagia dalam sukses, maka dia menjadi orang yang diteladani. Terus apa sih yang membuat kita bahagia ?

Kebahagiaan itu adalah bertemu dengan sang Pencipta. Untuk menemuinya kita mesti beribadah (menghamba) dan menjadikan Allah itu Esa. Hanya kepada Allah lah kita menggantungkan hidup kita. Jadi saat kita beribadah kita ketemu Allah, saat kerja dengan ikhlas kita bertemu Allah , saat kita menerima uang kita bertemu Allah dan sama halnya saat kita sukses kita mengakui Allah yang mengizinkannya. Dengan demikian kita ini hidup rindu dan kangen bertemu dengan yang menciptakan kita. 

Jangan sampai kita hanya terpesona dengan apa yang kita kumpulkan, seperti tercukupinya hidup dengan materi dan uang. Menikmati kesenangan dan kebanggaan yang membuat kita menjadi "budak" dunia. Kita terus menjaga materi dan terus mengumpukan materi sebanyak-banyaknya agar terlihat kaya dan diakui oleh orang banyak (pujian).

Mengapa kita tidak mampu "melihat" Allah ? Allah ada dibalik kerja kita, Allah ada dibalik uang kita dapatkan, Allah ada dibalik tercukupi kebutuhan kita, Allah ada dibalik kesuksesan kita, Allah ada dibalik kebahagiaan kita. Di saat bahagia itulah mata dan hati kita sudah bisa "melihat Allah". 


Yuk sekarang "lihatlah" Allah dengan hati yang bersih sehingga jelas Allah itu berkuasa atas diri kita dan Allah itu rahman dan rahiim. maka hidup ini hanya untuk bersyukur kepadaNya lewat ibadah dan amalan kita sepanjang usia. Bersyukur itu memberi kemanfaatan dari apa yang Allah telah berikan kepada kita untuk menjadi nilai tambah (amal yang diterima).

Senin, Desember 19, 2022

Juru parkir menyembuhkan pasien

 Apakah seorang karyawan bisa merubah pelayanan kesehatan bagi pasien yang lebih baik ? Jawabannya adalah bisa, ada tapinya. Seorang karyawan bilang,"Semua mesti ada SOP dan job descnya". Artinya semua bergantung kepada pemilik tempat berobat. Yang klasik adalah soal uang dan pelayanan, mau pelayanan bagus mesti mengeluarkan uang lebih. Apakah seperti itu ?

Dalam persepektif pelayanan bukan SOP sebenanya, saat pasien merasa nyaman di layani oleh orang tertentu, lebih disebabkan personal daripada SOPnya. Saya sih mengajak semua orang untuk memberi pelayanan sepenuh hati :

Pelayanan juru parkir menjadi penentu bagi siapa saja yang mau ke lokasi tertentu. Pasien yang sakit tidak menemukan lokasi parkir sudah membuat sakitnya bertambah. Boleh dong tanpa perlu minta izin atau mengikuti SOP, juru parkir dengan senang hati menyambut pasien dengan kendaraanya dibantu dicarikan tempat parkir dan memarkirnya. Seorang juru parkir bilang,"nggak ada uangnya, kan saya juga digaji". Bagaimana manajemen bersyukur mengajak semua beraktivitas yang bernilai tambah ?

a. Bersyukur bukan mencari sesuatu yang tidak ada. Kondisi di atas, juru parkir berharap uang lebih dengan pekerjaan melayani sepenuh hati. Bersyukur melihat potensi yang dimiliki juru parkir yaitu mampu mengelola parkir dan memiliki potensi juga untuk melayani dengan senang mereka yang datang. Inilah yang semestinya dioptimalkan (diwujudkan) terjadi dengan potensi (nikmat) yang Allah telah berikan. Boleh dong juru parkir mendatangi pasien yang berobat agar sudah memberi rasa tenang (perasaan ini bisa mengawali kesembuhan pasien). Keuntungan bagi juru parkir adalah bisa mengatur parkir dengan rapi dan mudah dijangkau.

b. Bersyukurlah sepenuh hati agar Allah balas dengan tambahan nikmat. Juru parkir merasakan senang (bahagia) bisa membantu orang lain (pasien), dan menjadi yang diingat terus. Apalagi seorang juru parkir ingat nama pasiennya, menjadi luar biasa. Menyambut dengan menyebut nama dan mendoakan segera sehat. Pelayanan ini tak perlu dibuatkan SOPnya karena setiap juru parkir memiliki keunikan tersendiri baik dari penampilan, budaya dan agama.

c. Motivasi terbesar melakukan hal di atas adalah kesempatan beramal saleh. Ingat sepanjang hari memang menjadi juru parkir dan hanya kesempatan membantu orang parkir bisa menjadi amal saleh. Amal saleh ini menjadikan pekerjaan sebagai ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah. "kan saat meninggal tidak membawa apa-apa, hanya amal saleh".

d. Apakah semua itu bisa dilakukan oleh juru parkir ? Sangat bisa dan tidak butuh bantuan orang lain dan tidak perlu juga uang. Pahala Allah jauh lebih besar dari uang yang hanya Rp 5.000. Insya Allah pekerjaan ini tidak perlu support atasan atau pemilik gedung. Bahkan semua itu menimbulkan kepercayaan dari pemilik untuk menghargai juru parkir



Ingat juru parkir bisa memulai kesembuhan pasien dengan pekerjaannya, menjadi amal saleh dengan bersyukur, Insya Allah ada titipan Allah dari ucapan pasien, menjadi kepercayaan dari pemilik dan Allah membalas dengan nikmat yang terus-menerus. 

Pasien sakit dan menunggu tidak nyaman

 Hari ini saya mengantarkan anak berobat karena batuknya nggak sembuh-sembuh. Kalau malam, batuknya nggak habis-habis dan membuat tidak bisa tidur. Keluarga terganggu dan merasa kasihan. Berobat ke dokter dengan klinik/rumah sakit/tempat praktek bertujuan ingin sembuh. Ingin sembuh itu berharap mendapatkan pelayanan di lokasi berobat yang tenang dan nyaman.

Apakah saya mendapatkannya. "iya sih, semua tidak banyak bicara" Tapi dalam hatinya banyak ingin diutarakan ... "ya sudahlah, memang begitu adanya". Sudah menjadi budaya untuk antri kalau menunggu dokter, pasien tidak bisa berbuat banyak. Dokter terlambat sudah maklum, tapi pasien terlambat kedatangan maka dokter tidak maklum untuk menunggu. Pekerjaan menunggu ini sangat memberatkan pasien yang datang, niatnya untuk segera ditangani tak jadi kenyataan. Yang heboh lagi, sesama pasien saling menatap dengan diam dan merasakan hal yang sama. Tidak ada lingkungan yang menyenangkan dan saling melemahkan,"saya sudah menunggu 1 jam". Dalam hati saya,"saya mendapat giliran jam berapa". Sakit yang anak saya derita pun semakin bertambah. Apakah dokter dan klinik bisa mendengar perasaan itu ? Saat itu ada ibu yang membawa anaknya yang tidak kuat duduk, hanya tiduran di kursi dan tidak ada yang peduli. Pokoknya antri. 

Saya berharap banyak, klinik dan dokter dapat mendengar suara pasien.

1. Apakah ada orang yang membayar untuk antri ?  kalaupun antri, pasien berharap lagi ada kepastian waktu. Menunggu 10 menit saja sudah waktu yang lama, mungkin 10 menit itu sudah menjadi harapan pasien tentang gilirannya.

2. Apakah ada suasana atau aktivitas selama menunggu itu membuat pasien merasakan "sakitnya" sedikit terobati. Banyak ruangan diisi dengan acara TV, iklan klinik dan seterusnya membuat suaranya menjadi tidak nyaman berada di ruangan tersebut. Pasien berharap dapat menikmati apa yang menjadi apa ingin didengar atau dilihatnya.

3. Apakah perawat dan staf klinik yang menjadi sahabat bagi pasien ? Untuk apa ? Untuk bertanya dan bila perlu curhat sakitnya. Paling tidak pasien tidak diberatkan dengan urusan administrasi. Terbayang oleh saya sewaktu mendaftar memberi KTP dan mendapat nomer antrian, lalu staf memanggil antrian dengan nama dan nomer HP. "kan bisa kaget dan tersanjung". Tidak ada pertanyaan tentang alamat, umur dan lainnya. Apalagi yang sudah pernah berobat, hanya menyebutkan nama saja bisa terdeteksi.

4. Membayangkan saat keluar dari klinik diantar oleh staf sampai ke kendaraan perlu, ada ucapan,"terima kasih dan semoga segera sehat". 

Keadaan ini pasien saat ini adalah pilihan dari yang terbaik dari yang terburuk. Tidak ada pilihan, pasien mau berobat BUKAN karena puas dengan pelayanan. Ini hanya suara pasien dan yang menemaninya. Apakah ada mendengarnya ? Sekalipun ada yang mendengar, tapi kayaknya tidak mampu melakukannya. Alasannya adalah dokter. Bagaimana ya kalau dokter berobat ?  Pasien segera sembuh dimulai dari pelayanan dari klinik dan dokter, dan jangan dibuat yang nemenin pasien malah jadi ikut sakit. Insya Allah, ada orang yang ingin merubahnya, mengajak temennya, pemilik klinik, dokter yang terhormat. 





Minggu, Desember 18, 2022

Memaknai kesulitan karena dosa

 Dalam kehidupan dunia selalu muncul kesulitan atau kegagalan, ada yang menganggap hal ini wajar. Mengapa begitu ? Karena tidak mungkin mudah terus dan berhasil. Iya sih. Terus ? Apakah ada hubungan antara kesalahan (dosa) dengan kesulitan/kegagalan ? Mestinya ada, tapi banyak orang tidak memperhatikannya.

Menurut saya yang namanya kesalahan itu merupakan ketidaktahuan saya terhadap yang bener. Akibat dari kesalahan ini adalah kesulitan atau saya sebut gagal. Ketidaktahuan itu mestinya diikuti dengan mencari tahu (proses belajar). Tapi jika saya tidak belajar maka saya yang salah karena tetap mengerjakan kesalahan lagi. Kesulitan ini semakin bertambah, yang bisa memunculkan pikiran negatif. Sebaliknya jika saya sudah mempelajarinya, maka saya butuh latihan untuk semakin mahir agar tidak terjadi kesalahan lagi. Setelah itu saya mendapati kemudahan. Dari sisi lain, kesalahan saya bisa bertambah banyak (akumulasi) dan kesalahan itu terhadap apa ? Kesalahan terhadap Allah, karena saya tidak mau mengikuti aturan/petunjuk yang Allah telah berikan. Oleh sebab itu, tidak hanya belajar tentang petunjuk Allah, tapi  saya juga mesti meminta maaf. Mohon ampunan Allah. Allah mengajarkan,"perbanyaklah istighfar". Mengapa ? karena saya tanpa sadar terus banyak melakukan kesalahan demi kesalahan. Insya Allah dengan cara memperbanyak istighfar kesalahan itu bisa dimaafkan dan dibukan pintu kebenarannya.

Bagaimana dengan dosa ? Saya melakukan kesalahan terhadap aturan larangan dan perintah agama. Terus apakah ada perbedaan kesalahan dalam keseharian saya (urusan dunia) dengan dosa ? Mestinya tidak, aturan agama adalah aturan dunia. Misalkan saya berbohong dalam bisnis, apakah ini kesalahan atau dosa ? Dosa kepada Allah dan salah juga dalam bertindak. Yang saya rasakan hanya saya berbohong dalam bisnis jadi bisnis saya mengalami kesulitan. Padahal kebohongan itu adalah dosa, dan setiap dosa (kesalahan) sekecil apapun dibalas Allah. Contoh lain adalah niat berdagang cari untung, apakah kesalahan atau dosa ? Saya menganggap saya salah (boleh berniat kepada selain Allah), tapi sebenarnya saya sudah paham niat yang bener itu kepada Allah. Maka bukan sekedar menganggap niat tidak kepada Allah itu boleh (tidak salah), tapi tidak mengikuti petunjuk Allah. Maka itu dosa. Bisa jadi berdagangnya mengalami kesulitan atau gagal.

Hanya ada dua hal yaitu bener dan salah/dosa. Jika saya tidak atau belum bener, maka saya salah. Membayangkan mulai pagi sampai malam (tidur) begitu "berat" atau "sulit" beraktivitas, merupakan kesalahan dalam melakukan aktivitas (dosa), maka hal itu terjadi. Bangun pagi yang berat, bisa jadi cara tidur atau petunjuk tidur tidak diikuti (kesalahan). Bisa jadi lain setelah saya melakukan kesalahan itu diikuti dengan istighfar. Memohon maaf dan ampun, dan meminta diberi jalan rahmat. 


Berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu, ingat kepada Allah, lalu niatkan kepada Allah dan memohon berlindung kepadaNya dari godaan setan dan ucapkanlah Bismillahirrahmanirrahiim.  

Sikapi dengan hati, yang besar menjadi kecil

 Ada hal kecil menjadi besar, dan hal besar menjadi kecil. Apa ya ? Dalam berita TV, ada yang membunuh gara-gara ditegur atau memperebutkan uang Rp 10.000 saling berkelahi. Ada banyak lagi kisah hal kecil menjadi hal besar. Anda pernah mengalaminya ?


Misalkan ditegur oleh orang, padahal tegurannya biasa saja,"Mas jangan minta uang saya dikembalikan". Yang ditegur menanggapi dengan responsif yang emosional, dan dilanjutkan,"mentang-mentang banyak uang, kok nggak pengertian". lanjutannya,"Saya ngingetin uang saya mas, hutang ya dibayar". Situasi ini jadi panas dan saling emosi. Begitulah jika kita merespon dengan sikap emosional. Apa yang terjadi jika mereka merespon dengan hati. Kata maaf dan merendah menjadi sikap dan perilaku yang bisa diterima,"terima kasih mas sudah diingetin, dan mohon maaf 2 hari lagi saya bayar". 

Sebaliknya jika suatu perkara ditangani dengan hati bisa menjadi semakin baik (hal besar menjadi kecil). Seseorang difitnah karena tidak hadir dalam pertemuan. Bagi seseorang yang menyikapi dengan hati mestinya tidak membalas dengan yang buruk. Orang tersebut tidak merespon, tapi menunjukkan hal positif sehingga persoalan itu menjadi tidak diperhatikan lagi dan hilang seiring waktu. Atau kita dapat menyelesaikan masalah dengan tindakan yang baik.

Setiap hari, kita dihadapkan berbagai masalah. Dan masalah itu pasti ada terus. Bayangkan jika kita menanggapi masalah dengan emosi ... bukan masalahnya selesai tapi malah membesar. Perasaan tidak nyaman dan mudah capek. Padahal kita butuh energi yang besar untuk menjalani kehidupan ini agar bersemangat dan mudah menjalaninya.

Terkadang memang tidak mudah untuk mengaktifkan hati, karena bisa bergantung kesalahan/dosa kita. Semakin besar kesalahan/dosa kita semakin tidak mudah mengaktifkan hati, dan cenderung emosional  yang mudah hadir. Dengan demikian harus ada upaya untuk terus mengaktifkan hati. Salah satunya adalah istighfar, sebagai bentuk mengingat Allah dan juga memohon ampun (membersihkan hati) serta ibadah kepada Allah. Insya Allah kita dimampukan menerima iman dengan bener.

Featured post

Senyum itu bukan untuk orang lain saja

Alhamdulillahirabbilalamin. Di hari Jum'at yang dimaknai sebagai bentuk hari baik, dan Insya Allah kita selalu dimampukan berbuat baik h...