Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Jumat, September 22, 2017

Penampilan diri yang semu

Penampilan yang menjadi penting dalam organisasi, bisnis dan masyarakat. Apa yang kita tampilkan ? Tampilan yang biasa yang diperbarui sehingga terlihat menarik dan menjadi sorotan banyak orang. Banyak atribut yang kita pasangkan pada diri kita seperti jabatan, pekerjaan yang "terlihat sangat sibuk", pakaian yang bagus, pulpen yang bermerek, kendaraan yang bagus dan ternama serta banyak hal lain.
Benarkah ? 90% benar. Perhatikanlah diri kita, saat kembali ke rumah kita tidak menunjukkan perilaku yang sama saat berada di luar. Demi apa ? demi gengsi dan harga diri untuk dilihat dan dihargai orang lain. Padahal harga diri adalah nilai dari diri kita yang diukur dari seberapa banyak yang sudah kita lakukan untuk kebaikan orang banyak (bukan sebagai bentuk pencitraan).
Sebenarnya harga diri itu bukan diberikan orang lain terhadap kita, tapi penilaian diri kita sendiri. kitalah yang tahu apa yang sebenarnya sudah kita lakukan.
Apakah harga diri kita itu dinilai dari pulpen bermerek yang digunakan untuk menorehkan tanda tangan ? Apakah harga diri itu dinilai dari merek baju yang kita gunakan ? dan seterusnya Tentunya tidak jika kita berkata jujur. 
Harga diri kita sepadan dengan apa yang kita kerjakan atau sama dengan amal saleh kita. Renungkan apakah kita bekerja untuk menampilkan pencitraan diri ? atau apakah kita bekerja karena Allah ?
Bagaimana kerja karena Allah ?? yang pasti dimulai dari niat bahwa hidupku (matiku) untuk Allah, maka selanjutnya kita bekerja sesuai petunjuk Allah. Awali pekerjaan dengan Bismillahi rabbil alamin dan ada kesabaran dalam bekerja untuk mengikuti proses yang ada, istiqamah dalam bekerja untuk menemukan solusi, jujur dalam mengungkapkan fakta, bersyukur dengan memanfaatkan nikmat (potensi yang ada) untuk mendapatkan hasil yang bernilai tambah, berdoa agar diberi kemampuan dan petunjuk, berkata yang baik dan banyak amal saleh lainnya.
Harga diri kita ditinggikan Allah atas apa yang kita kerjakan menjadi dirahmatiNya. Insya Allah kita diberi petunjuk dengan sering membaca Al Qur'an dan dimampukan untuk mengamalkannya. Aamiin

Senin, Agustus 07, 2017

Silaturahmi bukan ala kadarnya

Kata silaturahmi atau silaturahim sudah sering kita dengar. Saya pun yakin Anda sudah paham dengan maknanya. Dan sudah menjadi materi ceramah bagi banyak penceramah dengan berbagai versi. Apa yang menarik untuk dibahas dalam motivasi  ?
kebaikan silaturahmi sudah kita ketahui banyak manfaatnya. Semua manfaatnya berupa kebaikan dan pahala, bisa jadi Anda sangat ingat "silaturahmi itu membuka pintu rezeki". Ada orang yang sudah mendapatkan kebaikannya tapi ada juga sudah bersilaturahmi belum merasakan kebaikannya.
Saatnya kita menggugat diri kita sendiri mengapa silaturahmi belum dapat dirasakan kebaikannya ???
1. Periksa apakah silaturahmi yang kita lakukan yang dibalas oleh Allah dengan kebaikan, sudah dengan niat yang benar ???
Bukankah kita bersilaturahmi terkadang bukan niat kepada Allah, tapi niatnya untuk dibalas dengan kebaikan (misalkan membuka pintu rezeki). bener nggak ???
Buktinya saat silaturahmi yang kita bicarakan tentang bisnis, bukannya memulai silaturahmi dengan berbincang tentang satu sama lain (keadaannya dengan saling bertanya).
Bayangkan saat kita bersilaturahmi kita bertemu untuk saling mengetahui keadaan masing-masing dan bisa jadi ikut merasakan (berempati) dengan keadaan saudara kita. Dengan saling merasa berempati maka ada rasa untuk saling membantu, Rasa ingin membantu ini bisa membuat kita merasa tidak ada rahasia lagi atau tidak takut .... dan akhirnya jika ada bisnis pun menjadi perbincangan dalam silaturahmi ini.
2. Kebanyakan orang dalam silaturahmi menjadi ajang untuk menunjukkan kehebatan masing-masing.
Bukankah saat silaturahmi kita ingin menunjukkan apa yang kita miliki .... pake mobil bagus, pakaian yang terkenal dan bahkan dandanan yang wah. Kalau ini terjadi maka bisa jadi salah satu pihak merasa minder dan membuat suasana silaturahmi jadi hambar.
Buktinya perhatikan saja silaturahmi disekitar kita. Kumpul-kumpul atau arisan atau reuni atau berkunjung yang menjadi media silaturahmi selalu ada orang yang menunjukkan "kehebatannya dalam materi". Sekalipun suasana bisa diterima semua orang, dalam hati kecil merasa kecewa dan komunikasi jadi tidak menarik (berbangga-bangga dengan kepemilikannya).
Bayangkan silaturahmi itu didasari niat baik, maka semua orang tidak peduli dengan atribut materi tapi saling berkomunikasi dengan baik. "wah bajunya bagus, dimana belinya ?" maka jawabannya "lumayanlah kok dibilang bagus, murah loh harganya dan saya beli di pasar tradisional tebet kok".  Apa yang terjadi selanjut, bisa jadi komunikasi ini berlanjut,"nitip ya saya mau beli juga dong" atau "temenin dong belinya" semua ini kebaikan dari silaturahmi.
3. Silaturahmi tidak penting yang penting HP.
Saat silaturahmi sering semua anggota bukan banyak berbincang tapi sibuk main HP dengan media sosialnya.
Bukankah saat bertemu semua mulai sibuk dengan HPnya dan saat makan pun bukan makannya yang dimulai dengan doa tapi yang penting adalah foto makanannya untuk diupload.
Bayangkan begitu nikmatnya saat bersilaturahmi semua menikmati makan tanpa HP. Ada yang bilang "ini makanannya buat sendiri ya, boleh dong kasih resepnya" atau "tuan rumah bilang, kalau ada acara saya bisa bantu cateringnya". Ada cerita dan pengalaman yang menarik
4. Bisa jadi Anda punya hal lain untuk menggugat silaturahmi ??? Gemana jika silaturahmi sudah menjadi hal wajib untuk diikuti sehingga beberapa merasa keberatan karena ada keperluan keluarga yang lebih penting.
Apa motivasinya ??? Jika silaturahmi banyak kebaikannya, maka saya dan Anda menyempurnakan silaturahmi dengan benar. BUKAN berpikir hasilnya.
Sudahkah silaturahmi itu membuat kita memahami dan berempati ???
Sudahkah silaturahmi itu membuat kita saling mengenal dan membuat kita seperti saudara ?
Sudahkah silaturahmi itu membuat kita merasa penting untuk dijalani dan tidak terbatas oleh waktu dan tempat ???
Yang utama itu bersilaturahmi itu menjalankan perintah Allah karena kita beriman. Percaya kepada Allah dan terserah Allah saja untuk membalasnya
Mulailah dengan Bismillahi rabbil alamin
Berkomunikasilah dengan prasangka baik dan saling memahami
Bersyukurlah silaturahmi itu bisa terjadi
Berdoalah untuk kebaikan buat orang lain dengan silaturahmi itu
Mari kita belajar dan mengevaluasi apa yang sudah kita kerjakan. Menggugat bukan berarti ada yang salah, bisa jadi dengan menggugat kita mampu melihat ada sesuatu yang harus diperbaiki. Ya Allah yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu, tundukkan lah hati kami untuk rendah hati dan terus bisa memperbaiki diri untuk menjadi semakin percaya kepadaMU. Dan jadikan kami orang yang senang bersilaturahmi, Aamiin

Kamis, Juli 06, 2017

Memulai

Kita hidup dimulai dari kelahiran dimana kita tidak bisa berbuat apapun dalam proses itu. Setelah itu pun kita tidak punya apa-apa dan hanya bisa menangis dan naluri kepada kehidupan untu bergerak dan sebagainya. Semua itu menjadi bagian dari kehendak Allah.
Ketika masuk sekolah, memulainya tanpa ilmu yang cukup dan hanya mengandalkan semangat. Yang ada adalah pakaian baru, tas baru dan support orang tua.
Pernahkah terpikir oleh kita bahwa semua langkah memulainya berasal dari Allah baik itu dorongan maupun izinNya.
Sekarang sudah dewasa dan proofesional merasa bisa memulai semua lewat kendali kita sendiri. Ilmu dan nafsu memegang kendali untuk mewujudkan keinginan kita. Tapi boleh untuk direnungkan saat kita ingin memulai sesuatu adakalanya hasilnya tidak terjadi. Pernahkah kita berpikir bahwa hal ini ada peran Allah swt yang tidak mengizinkan itu terjadi ?
Sebagai orang yang beriman kepada Allah diberi petunjuk untuk memulai sesuatu demgan menyebut namaNya. Sudahkah kita melakukannya ? Mari kita mulai segala sesuatu dengan menyebut nama Allah, Bismillahorrahmaanirrahiim dan bersyukur saat memgakhirinya dengan Alhamdulillahi rabbil alamin.
Saya yakin petunjuk ini sudah dipahami banyak orang dan pertanyaannya, seberapa sering kita mengamalkannya ? Apakah hanya lisan aja atau dengan khusyuk ? Atau apakah dengan mengikuti petunjuk itu kita sudah merasakan kebaikannya ? Jawablah semua itu yang.menandakan refleksi pengamalan dari petunjuk Allah. Allah tidak pernah ingkar janji dan bukan juga kita ingin menguji Allah, Tapi kita mengamalkannya karena kita beriman atau percaya kepada Allah.

Sabtu, April 22, 2017

Allah urus semua

Seringkali kita tahu tentang masuk WC itu ada doanya dan adab di dalam WC dimana tidak boleh berduaan (salah satunya). Saya dan Anda tahu .... hafal doanya dan pernah melakukannya. Tapi sekarang apakah kita melakukannya lagi sekarang ? Bisa ya dan tidak, tidak konsisten. Mengapa begitu ?
Bisa jadi semua itu karena kita merasa itu adalah pelajaran saat TK/PAUD. Oleh sebab itu kita sering meminta anak kita atau adik kita untuk menghafal doa dan adab masuk WC. Atau buat renungan kita lebih dalam,"saya sudah berdoa dan mengikuti adab masuk WC itu, tapi ngga ada pengaruhnya ?"
Pertanyaan terakhir itulah yang membuat kita semakin tidak membiasakanya. Mari kita belajar memahami dan memaknai adab masuk WC itu,
1. Allah itu Maha Mengatur segala sesuatu dan meliputi apa yang kita kerjakan. Maka masuk WC pun mesti didasari iman, percaya kepada Allah. Kita yang muslim dan percaya kepada Allah maka kita pun wajib percaya dengan petunjuk Allah dalam adab masuk WC. Akibatnya adalah mau melakukan petunjuk apa yang Allah perintahkan seperti halnya bersilaturahmi dan sebagainya.Apa yang kita dapatkan ? Saat masuk WC yang kita anggap "tidak bersih" bisa memelihara iman kita dengan cara mengamalkan petunjuk Allah (amal saleh). Bayangkan saat kita beriman lalu terputus imannya karena masuk WC, dan keadaan tidak beriman ini bisa membuat tidak beriman juga setelah keluar WC. Pantaslah Allah mengajari dan memberi petunjuk agar kita selalu memelihara iman dengan banyak beramal saleh.
2. Petunjuk Allah itu adalah agar kita sendiri menjadi manusia yang teratur, seperti halnya kita diperintahkan untuk berkata yang baik. Hasilnya ? Kita tidak merasa manfaat langsung, tapi yakinlah bahwa hasil amalan ini bisa berdampak banyak pada diri kita. Insya Allah kita dilindungi dari perbuatan yang tidak baik dan dilindungi dari syetan. Ngga itu aja, Ridha Allah atas ketaatan kita tersebut bisa mengantarkan kita kepada rahmat.
3. Selain itu adab masuk WC membuktikan kepada kita, Allah itu Maha Kuasa dan Maha Mengatur. Allah mengatur dan memelihara makhluk dan alamNya, sekalipun kita tidak mengikuti petunjukNya, Allah berkuasa untuk memberikan balasannya dengan kecelakaan di kamar mandi agar kita lebih berhati-hati (kembali kepada petunjukNya). Urusan adab masuk WC bisa jadi amal saleh kita sehingga menambah catatan kebaikan kita dan dibalas dengan kebaikan. Beriman kepada Allah bukan sekedar shalat dan sedekah, tapi masuk WC pun jadi catatan kebaikan kita.

Insya Allah pemahaman ini dan berdoa agar mampu mengamalkannya bisa mengantarkan kita menuju iman yang semakin kuat. Memelihara iman dapat dikerjakan dimana saja dan kapan saja dengan aktivitas sehari-hari kita.

Minggu, Oktober 16, 2016

nggak pake zikir juga sukses

Seringkali kita melihat dan membandingkan diri kita dengan orang lain. Yang terlihat orang lain sukses tanpa menjalani apa yang kita kerjakan dan kita sendiri belum sukses. Yang gampang bagi kita untuk menilai adalah cara kita salah dan yang sukses itu benar.
Contoh dalam kehidupan, bisa jadi kita bertanya,"kok yang nggak shalat sukses sedangkan yang shalat belum sukses ?" atau Anda juga yang bilang zikir itu baik untuk mengingat Allah,"jika zikirnya banyak maka banyak kebaikan (diberikan kesuksesan), tapi ternyata hasilnya tidak demikian ?" Logika yang bercampur emosi dengan mudah menilai sebagai berikut
1. Zikir/shalat dan kesuksesan tidak ada hubungannya. Mau sukses ? Kerja yang luar biasa dan zikir ya zikir aja, bahkan ada yang nggak zikir sukses.
2. Zikir/shalatnya ada yang salah/kurang sempurna
Apa yang kita bisa ambil hikmahnya ? Hikmah yang bisa memotivasi diri kita untuk semakin baik. Motivasi Islam menjadi yang utama agar motivasi spiritual kita menjadi sangat kuat dan berada dalam tindakan yang benar.
Hikmahnya, tidak perlu kita membandingkan apa yang sudah kita kerjakan dengan apa yang sudah dikerjakan sama orang lain. Penilaian kita hanya sebatas tampilan bukan pada niat dan hatinya, dan sekali lagi kita hanya melihat beberapa kali saja dan ada tindakan lain yang tidak terlihat oleh kita.  Maka Allah yang Maha Mengawasilah yang tahu semua tindakan seseorang dan bahkan tahu niatnya. Perbandingan yang kita buat itu sangat rendah dari kebenaran, dan Allah lah yang Maha bisa menilai semuanya.
Yang kita bandingkan cenderung dari hasil yang diperoleh dan beberapa tindakan yang terlihat. Hasil sangat tergantung pada apa yang dikerjakan. Apa yang dikerjakan menjadi mutlak penilaiannya dari Allah. Jadi tak perlu juga kita membandingkan karena hak membandingkan hanya milik Allah.
Jadi saat kita zikir dan hasilnya tidak sesuai harapan kita, maka perlu disikapi dengan merenungkan niat kita. Jika memang kita berzikir meminta sesuatu ... bukankah ini menunjukkan kita berzikir karena Allah tapi karena mohon dikabulkan permintaan kita.
Renungkan ... jika zikir itu menenangkan hati, maka periksa ketenangan hati kita. Jika kita gelisah berarti ada yang salah dengan zikir kita.
Teruslah berzikir tanpa melihat kuantitas zikir dan orang lain dapatkan. Ukurlah nilai zikir itu dengan hati kita sendiri. Kuatkan kami ya Allah untu terus berzikir lewar amal dan lisan kami. Aamiin

Sabtu, Oktober 08, 2016

Pantaskah meminta ?

Motivasi kali ini ingin membangun diri lebih baik lagi. Motivasi yang dibangun dalam diri (motivasi diri) yang didasarkan referensi yang kuat yaiTu motivasi spiritual. Motivasi Islam menjadi yang terbaik bagi muslim agar terus menjadi orang beriman dna beramal saleh.
Judul di atas banyak terjadi pada diri setiap orang, karena merasa tidak mampu atau tidak punya atau malas. Semua alasan itu sah-sah saja. Seorang karyawan merasa oke saja meminta naik gaji dan minta fasilitas. Tapi tergantung bos yang mau memberikannya dengan melihat kinerja kita. Jika bagus bisa diberikan atau diberikan setengahnya agar kita semangat lagi bekerja. Jika tidak berkenan maka bos pasti tidak mau memberikannya.
Sama halnya kita dengan orang tua, tapi karena ada kasih sayang maka pemberian atas permintaan kita jauh lebih mudah. Bahkan seorang anak yang bandel aja masih saja orang tuanya memberikan apa yang diminta anaknya.
Mari kita berpikir lagi pada level yang lebih tinggi yaitu meminta kepada Allah, bandingkan permintaan naik gaji atau fasilitas di tempat kerja kita sebagai berikut :
1. Disampaikan ke bos, iya banyak persyaratannya dan bahkan ada tuntutannya jika dipenuhi
2. Menyampaikan ke orang tua atau keluarga, paling doa dan dukungan. Lalu usul cari kerja baru saja
3. Disampaikan ke Allah dalam doa kita yang mengiringi amal saleh kita sepanjang hari. Memang Allah lebih besar kasih sayangnya kepada kita melebihi level orang tua atau keluarga. Kebaikan Allah itu biasanya tidak langsung kepada permintaan kita. Kita minta uang belum tentu diberikan uang tapi diberikan pekerjaan yang menghasilkan uang atau diberi kemampuan yanug menghasilkan uang atau Allah memberikan kesehatan agar kita mampu beraktivitas dan Allah berikan pula pikiran agar kita mampu menemukan jalan yang baik atau Allah memberikan hati agar kita mampu memilih jalan yang benar.
Masihkah kita pantas meminta ? Meminta ke atasan berujung kepada seberapa bagus kerja kita, meminta kepada orang tua juga tergantung seberapa patuh kita kepada orang tua alias seberapa besar bakti (amal) kita dan tergantung kasih sayang orang tua, meminta kepada Allah pun tergantung seberapa besar amal atau kerja kita hanya untuk Allah.
Semua jawaban kepantasan meminta itu bergantung amal atau kerja atau kepatuhan, artinya kita mesti mengiringi permintaan kita lebih awal dengan amal ya kerja ya kepatuhan. Insya Allah kebaikan itu membuka pintu kepantasan kita meminta untuk diizinkan Allah lewat doa orang tua dan melalui atasan kita. Makna lain bahwa kebaikan yang kita lakukan sudah banyak memberikna porsi penentu kepantasan pada diri kita dan Allah Selalu memberi jalan yang benar agar kepantasan itu terjadi.
Seberapa besar kepantasan kita meminta ? Ukurlah apa yang sduah kita perbuat dalam kebaikan.

Kamis, Oktober 06, 2016

Kemampuan itu ada, tapi tidak mau

motivasi diri hari ini masih berbicara tentang hal kecil yang kita sepelekan dalam hidup ini. Motivasi yang berdasarkan motivasi Islam yang menjadi motivasi spiritual yang mujarab untuk bangkit menjadi yang terbaik.
Seringkali kita mengatakan,"saya nggak bisa", atau "saya ngga mampu". Sebenarnya jika kita telusuri pernyataan itu bisa jadi keluar saat Anda ditanya untuk melakukan sesuatu atau diberi tugas. Maka yang terjadi adalah penolakan halus yang sopan. Jujur ya pada diri sendiri.
Jika Anda bilang,"saya ngga bisa", maka sebenarnya ada hal yang anda sudah tahu yaitu tentang hal yang ditanyakan. Misalkan bisa nggak kamu ke Bandung ? Maka dibenak Anda adalah Anda tahu Bandung dan Anda bisa. Artinya Anda punya kemampuan untuk mengerjakannya. Tapi Anda berpikir dan berimajasi tentang jauh, capek, biaya dan sebagainya maka Anda jawab tidak bisa.
Disisi lain ada orang yang tidak tahu Bandung, tentu ada rasa penasaran yang ingin Anda ketahui dengan bertanya. Kok Bandung ? Emangnya Bandung itu oke ? Tapi keinginan tahu Anda dikalahkan  emosi yang mengimajinasikan Anda susah dan ribet dengan sesuatu yang baru. Padahal Anda sangat ingin meningkatkan kemampuan tentang Bandung. Artinya Anda punya kemampuan untuk mencari tahu dan memahami Bandung. Lalu jika dilanjutkan ada keinginan untuk bisa.
Sama halnya dengan "saya nggak mampu", kita menolak bukan karena tidak mampu tapi tidak mau. Berarti kita ini mempunyai kemampuan yang sangat mampu mendorong kita untuk bilang bisa dan mampu.
Ada pertanyaan, kok belum shalat ? Jika Anda terus beraktivitas dengan mengabaikan pertanyaan itu bukan berati kita tidak mampu shalat saat itu tapi kita tidak mau. Kemampuan untuk meninggalkan aktivitas pun kita mampu lalu shalat. Kalau pertanyaan seperti, mau nggak sih kamu jadi orang kaya ?  Maka jawabannya mau. Lalu kita menjadi sangta mampu mengerjakan apa yang diperintahkan. Jadi sebenarnya kita ini sduah diberi kemampuan oleh Allah untuk bisa dan mampu beraktivitas lebih baik dqlam hal apapun lkarena Allah sudah memebrikqn modal seperti akal, emosi, tubuh dan alam untuk dimanfaatkan (bersyukur).  Yang jadi pertanyaan adalah mengapa kita tidak mau ? Karena kita belum yakin kepada Allah. Mari kita koreksi dan tingkatkan keyakinan atau iman kita kepada Allah lewat ilmuNya dalam Al Qur'an.
Insya Allahkita diberi selalu hidayah untuk terus menyakini dqn meningkatkan iman kita kepada Allah dan menjadi hamba yang pandai bersyukur dna terus mampu beramal saleh. Aamiin

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...