Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

13.11.22

Masalahmu adalah emosimu

Masalahmu adalah emosimu, apa iya ? Perhatikan saat kita sedang bermasalah, dominan emosi kita. Masalah kerja yang tak beres, yang dirasakan adalah "marah", "kok saya nggak bisa menyelesaikannya", "kecewa dengan orang lain yang tidak support", "merasa kerja sendiri", "wajarlah saya nggak bisa, ilmunya belum ditraining". Hanya sedikit kita bisa berpikir,"kok saya tidak bisa memperbaiki kerja saya". Emosimu adalah masalahmu, dan masalahmu adalah emosimu.

Mengapa emosi menjadi masalah kita ? Pada dasarnya ada 3 pola berpikir, yaitu yang pertama adalah pikiran. Jika ada masalah pada pikiran, maka pikiran mencari solusinya. Kedua, emosi atau nafsu. Jika ada masalah pada pikiran, permasalahannya selesai dengan kerja lagi. Tapi jika diambil alih sama emosi maka muncul ketidaknyaman. ketidaknyaman itu ditindaklanjuti dengan marah, kecewa, sedih, bete dan lainnya. Semua itu tidak menyelesaikan masalah. Misalkan Anda kurang uang, solusinya sederhana kerjanya lagi. Tapi jika emosi yang menganggapinya, maka yang ada adalah "emosi", "susah banget cari uang", "orang kok nggak mau bantu ya" dan sebagainya. Ketiga berpikir dengan hati, tidak melihat lagi bahwa kita bukan kurang uang, tapi ada yang salah dengan diriku kepada Allah. Maka solusinya semakin dekat dan kerja yang diridhai Allah. Masalah nggak jika berpikir/memahami dengan hati ? Insay Allah nggak masalah, karena masalahnya ada dalam diri kita sendiri.


Perhatikan formula berikut ini :

Kemampuan - kerja = Hasil

Kemampuan adalah akumulasi kemampuan dari pikiran, emosi dan hati sesaat. Sebenarnya kemampuan kita mesti mengikuti apa yang kita hadapi (kerja). Tetapi kerja bisa memiliki target lebih tinggi dari kemampuan kita, maka terjadilah masalah. 

Kemampuan (10) - Kerja (12) = Masalah (-2)

Sikap kita terhadap hasil yang berupa kekurangan (-2) dapat dilakukan oleh pikiran, emosi atau hati. Seperti contoh diatas, dijelaskan bahwa kerja tersebut bermasalah jika didominasi oleh emosi. Tidak masalah jika dipikir atau dipahami dengan hati, yang ada adalah kerja yang lebih baik lagi.


Kemampuan mau tidak mau mesti ditingkatkan untuk bisa melewati kerja sehingga hasil menjadi positif. Dorongan dari hati sangat memaksimalkan kerja yang bener.

Kemampuan (14) - Kerja (12) = Senang/Bahagia/Puas (+2)

Kemampuan yang tinggi dengan terus belajar ilmu dan petunjuk Allah meminimalkan masalah yang terjadi (mengendalikan emosi) dan memberikan emosi positif.

Magic Word Yang buruk terlihat baik

Judul di atas saya jadikan tulisan saya kali ini. Inilah yang banyak terjadi di sekitar kita. Kalau dulu banyak orang baik (dibenci penguasa) masuk penjara, sekarang orang terlihat baik masuk penjara karena korupsi. Saat ini terasa sulit untuk membedakan orang baik dan orang yang tidak baik (bukan orang jahat tapi orang yang terlihat baik). Sepertinya sama dihadapan umum, bahkan orang yang terlihat baik itu memang kebaikannya diviralkan. Apa yang terjadi dengan kita ? Kita selalu berusaha melakukan pencitraan baik saat tidak berada di rumah.

Pencitraan dalam kerja pun ada. Karyawan selalu berusaha terlihat baik, atau menutupi kesalahannya dengan hal yang baik. Bukankah keseharian kita terlihat "sok sibuk kerjanya", "di depan komputer terlihat kerja", dan sebagainya. Sebenarnya nggak ada yang salah sih, tapi yang menjadi ukuran adalah hasil kerjanya. Bahkan penilaian kerja sering kepada suka atau tidak suka, ada atasan yang seneng orang kerja keras sekalipun hasilnya masih kurang. Atau atasan lebih suka mereka yang lembur sampai malam daripada yang pulang tepat waktu, padahal keduanya menghasilkan kerja yang sama.


Disisi lain, ada orang berbuat salah dalam agama merasa tidak salah. Karena nggak sadar ? Nggak ingat Allah, dan yang salah itu terlihat nikmat (proses) menjalaninya,"yang buruk itu terlihat baik". Padahal saat kita ingat Allah maka yang dibayangkan mestinya balasannya. sebaliknya yang baik terlihat buruk, karena kita nggak sadar kepada Allah yang dilihat adalah prosesnya berat, padahal balasannya baik. Pencuri melihat kerjanya baik, karena nggak ingat Allah. yang dipikirkan saya perlu makan (baik dalam pandangan pencuri). Jika kita memahami petunjuk Allah, maka yang buruk terlihat baik adalah kerjaan syetan. Yang menjadi fokus kita adalah kenikmatan yang dijanjikan syetan saat mengerjakannya. 


Apakah ada hubungannya dalam kerja dan perbuatan buruk ? Pasti ada, dan semua itu kerjaan syetan. Syetan membisikkan ke dalam dada manusia berupa angan-angan kosong, yang enaknya aja. Luruskan pikiran baik kita kepada hati agar tindakan kita yang baik menjadi baik.

Tidak ada pagi yang cerah

Setiap pagi pasti suasana dingin. Apa yang ingin lakukan ? Tidur lagi. Paling shalat subuh dan lanjut tidur. Apalagi di hari Libur, Sabtu dan Minggu. Lalu apa yang Anda dapatkan setelah tidur ? Ya agak berat bangunnya dan jika ada terdesak maka Anda segera bangun. Nyadar ngga sih berapa banyak waktu yang hilang ? Waktu yang disediakan Allah dengan pikiran dan tubuh yang fresh tidak dimanfaatkan, apakah Anda bersyukur atas nikmat tersebut ? 


Kecuali orang yang bangun pagi kemudian mengisi paginya dengan ibadah dan waktu yang bagus untuk belajar mengisi pikiran dengan yang baik, dan bersama keluarga menikmati pagi. Nikmat Allah ini menjadi kebaikan dengan bersyukur. Bersyukur itu beramal atau bekerja atau beraktivitas. Seberapa besar apa yang kita kerjakan menjadi ukuran nikmatnya pagi. Bahkan yang bersyukur itu merasa waktu tidak cukup. Bayangkan orang yang tidur atau malas-malasan telah menyiakan kesempatan (nikmat) yang tidak disyukuri. Misalkan satu hari habis 2 jam, lalu kali 30 hari atau Anda kalikan 365 hari/tahun = 730 jam/tahun. Jika kita membaca saja 1 ayat atau 10 ayat Al Qur'an tidak lebih dari 30 menit, bukankah kita sudah memahami petunjuk Allah dan mendorong mengamalkannya di pagi itu atau siang harinya. Bekal yang baik dalam beriman, beramal dengan ilmu yang bener. Tidaklah sama orang bersyukur dengan yang tidak bersyukur.

Disisi lain bukan sekedar tidak beryukur, tapi setiap hari kita lakukan demikian membuat kebiasaan tidak baik. Apakah kita jadi malas ? Iya, karena sudah menjadi kebiasaan yang tahunan kita lakukan. Untuk merubahnya tidak mudah. Bagaimana caranya untuk bisa bersyukur dengan suasana pagi ? Yang pertama sadarkan pada diri kita bahwa beruntunglah orang yang bersyukur dan itu perintah Allah. Berdoa agar kita dimampukan bangun pagi setiap pagi. Dalam hadist Nabi disabdakan,"Allah turun ke bumi pada 1/3 malam untuk mendengarkan keluhan hambaNya dan mengabulkan permintaannya"



Tidak ada pagi yang cerah kecuali kita bangun pagi. Kebaikan bangun pagi bukan sekedar menyehatkan, tapi membuat kita menjadi hamba yang bersyukur (dicintai Allah).  

12.11.22

Magic Word Sampai kapan kamu tidak berubah ?

Seorang temen bilang ke saya, "mas kamu kok nggak berubah dari dulu ?" Saya jawab pasti berubah lah. Umur tambah, fisik mulai melemah dan pikiran pun mulai lupa. Temen saya bilang secara fisik tidak berubah banyak. "oh gitu", jawab saya. Tapi memang kamu berubah banyak secara fisik, "rambutmu udah uban banget dan wajah kelihatan tua". "Soal yang lain masih kuat kan ?" sambil saya tersenyum.


Benerkan saat kita tidak mau berubah secara utuh, tetep aja yang tubuh dan pikiran kita berubah seiring waktu. Biasanya sih orang bilang,"berubah itu cenderung kepada pekerjaan dan hasilnya". Kok kerjanya masih gitu-gitu aja ? Dan pendapatannya naik mengikuti inflasi. Ayam aja dengan direkayasa untuk berubah agar lebih cepat untuk dimakan, tumbuhan juga sama. Apakah kita sama dengan pohon yang ada di hutan bertumbuh tanpa dipelihara. Menua mengikuti usia. Pohon di hutan itu disebut Penglamaan sedangkan kita berubah dan merubah sikap dan perilaku kita lebih baik disebut Pengalaman.


Jadi kita jangan kalah bersaing dengan usia. Pikiran dan praktek hidup mesti diubah menjadi semakin baik. Berubah itu ingin menikmati hidup semakin baik. Terbayangkan ada anak tamatan kuliah udah jadi manager, sedangkan kita masih jadi karyawan. 



Mengajak sukses

Perhatikan orang yang sukses, apa yang dilakukannya sebelum sukses tidak pernah dia prediksi untuk sukses. Artinya mereka yang sukses itu hanya menjalani cara-cara yang diyakini memberikan kebaikan. Mereka tidak tahu kapan mereka sukses. Apa yang terjadi saat mereka sukses ? kesuksesan yang sekali itu sudah membanggakan mereka dan mereka bilang,"apa yang dikerjakannya selama ini adalah cara sukses". Apakah mereka menjamin bahwa apa yang dikerjakan (tentu yang baik) adalah cara sukses ? bagaimana dengan cara yang tidak baik ? Mereka bilang tidak berguna dan bukan cara sukses, tapi apakah mereka tidak sadar bahwa cara yang tidak baik itu memberi mereka pelajaran untuk menjalani cara yang baik. semua cara yang tidak baik itu tak pernah diungkap mereka yang sukses kepada orang lain.

Yang lebih heboh lagi adalah mereka menganggap cara yang sukses itu bisa diulang lagi. padahal mereka baru sekali suksesnya, tapi seakan mereka bisa melakukannya lagi dan lagi. Dengan pengalaman mereka itu, mereka ingin menunjukkan bahwa cara mereka yang bisa diandalkan untuk orang lain sukses. Apakah bener begitu ?? Apakah dengan meniru cara mereka membuat kita yang mengikutinya bisa sukses ? Perhatikan hal berikut :



1. Sukses yang baru satu kali saja tidak bisa menjamin untuk sukses berikutnya, apakah kita bijak untuk menyakininya sebagai cara kita juga untuk sukses.

2. Cara-cara sukses seseorang tidak sama dengan orang lain. Latar belakang, kepribadian, pendidikan, lingkungan dan sebagainya TIDAK pernah SAMA. Apakah kita yakin kita bisa bener-bener mengikuti cara sukses seseorang dengan banyak hal yang berbeda ?

3. Sisi lain dari cara-cara yang tidak sukses itu menjadi penting untuk mendorong seseorang memperbaikinya menjadi cara sukses. Apakah kita yakin hanya mengikuti cara suksesnya saja, padahal cara yang tidak sukses mereka pun menjadi bagian yang penting (mereka tidak pernah memberitahukan hal ini) ?


4. Kita yang ingin sukses ... mestinya kita belajar memahami cara-cara yang pas buat kita untuk dijadikan cara kita untuk sukses. Tidak perlu meniru, tapi meneladani hikmah (yang tersirat). kita mesti menemukan kekuatan yang kita miliki dan membangkitkannya untuk meraih impian kita sendiri. Bukan menjadikan diri kita sama seperti mereka yang sukses.

5. Yang pernah sukses menyadari bahwa mereka bukanlah ahli sukses. Jadi tidak menclaim semua cara mereka itu cara yang terbaik untuk diikuti. cara mereka hanya untuk mereka, cara seseorang hanya untuk dirinya sendiri. Sebaiknya mereka mengajari tentang kekuatan setiap orang itu berbeda dan mesti bisa menemukannya. Tidak menggurui tapi mengajak setiap orang menyadari kekuatannya dan apa yang mereka inginkan. Bila perlu mereka yang pernah sukses itu mendampingi orang yang ingin sukses agar merasa yakin untuk sukses

semoga kita semakin menyadari tentang melihat kesuksesan tidak dari sisi saja. Kesuksesan bukan sekedar meniru cara suksesnya, tapi pahamilah cara sukses itu ada dalam diri kita. mengapa kita tidak membangkitkan cara sukses kita sendiri ? Sukses orang lain itu mesti membangkitkan kesuksesan kita.  

11.11.22

Magic Word Ganti Harapan

Magic Word kali ini meneruskan tulisan sebelumnya. Saat kecewa muncul harapan baru untuk memulai kehidupan baru. Tapi masih sering ada keraguan, bisa jadi harapan baru itu tidak jelas (tidak tergambarkan dalam pikiran) atau memang tidak cukup ilmunya sehingga tidak mudah untuk diwujudkan. Keraguan itu bisa memunculkan ketakutan, beranikan untuk memunculkan harapan baru atau membuat harapan itu menjadi bertahap.


Semoga apapun harapan yang hadir dalam pikiran kita menuntun kita mengurangi keraguan dan ketakutan sehingga hadir yang namanya keberanian.




 

Menjadi semakin yakin

Soal yakin ? Sebenarnya banyak orang tidak memilikinya, apa yang dikerjakan sekarang ini bukan soal yakin, tapi soal emosi yang mendorong orang beraktivitas atau kerja dan soal keterdesakan untuk melakukan sesuatu untuk rasa nyaman. Orang yang yakin bener-bener menikmati apa yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan terus konsisten. Yakin bukan sekedar pertimbangan logika, karena tidak semua orang yang memiliki logika belum tentu yakin. Memang keyakinan itu mesti didasari ilmu (logika), tapi ilmu yang bener. Misalkan soal yakin bisa menjual produk. Apakah hanya yakin aja ? Membayangkan saat kita memiliki ilmu cara menjual yang beragam dan memiliki waktu untuk menerapkannya, maka keyakinan itu tumbuh. Yakin untuk bisa menjual, terus apa iya ? Tentu siapa yang menjamin kita bisa menjual ? Selain diri kita sendiri, dan yang pasti Allah yang mengizinkannya. Kok bisa ? Karena mereka yang sudah ada ilmu menjual belum tentu bisa berhasil dan sebaliknya.

Apa bedanya orang yang yakin dengan ilmu yang bener dengan yang berilmu kurang yakin ? Orang yang yakin dengan ilmu yang bener, menyikapi hasil dengan prasangka baik kepada Allah. Apapun hasilnya menjadi kebaikan. Kalau berhasil jadi bersyukur dan kalau belum berhasil jadi sabar dengan terus memperbaiki diri agar diizinkan Allah. Kalau yang berilmu tapi tidak yakin kepada yang mengizinkan, maka saat tidak berhasil mereka hanya bilang terus aja bekerja dan bisa jadi berganti ilmu satu ke ilmu lainnya. kalau berhasil mereka sedikit "sombong" dan bilang,"saya berhasil karena saya melakukan ini dan itu". Kalau gagal sering menyalahkan orang lain dan lingkungan. Jadi sudah seharus untuk yakin itu memang perlu ilmu dan percaya kepada yang memberi izin yaitu Allah.



Apa yang terjadi saat kita yakin ? Ada keberanian atau dorongan yang kuat untuk mempersembahkan kerja kepada yang kita yakini, dalam hal ini Allah. Sebaliknya kalau orang yang kurang yakin menimbulkan keraguan dan bahkan "takut" sehingga timbul malas kerja. Untuk menambah keyakinan kita, maka dekatkan diri kita kepada Allah dengan berbagai aktivitas ibadah dan amal saleh. Semakin sering melakukan ini semakin yakin kepada Allah. Sama halnya dengan keyakinan tersebut, pikiran kita membutuhkan ilmu untuk mampu melaksanakan apa yang kita yakini. Kuasai ilmu agar kita semakin nyata untuk melakukannya. Terkadang saat kita kurang berilmu sering disebabkan karena kita tidak suka, maka bersikaplah positif (prasangka baik) terhadap ilmu apapun karena ilmu itu mengantarkan kita untuk bertambah keyakinannya.



Apakah Anda masih merasa bahwa hanya dengan ilmu semua bisa terjadi ? Bisa sih Anda yakin dengan ilmunya, tapi apa iya ilmu menjamin Anda untuk meraihnya ? Bukankah ilmu itu membahas tentang cara dan dasarnya Anda melakukan sesuatu ? Kita pasti membutuhkan sesuatu yang menjamin kita yakin mengerjakannya (sesuai ilmu) yang memberikan kebaikan kepada kita dan menjamin keberhasilannya. Bukankah setiap langkah yang kita kerjakan diiringi doa ? Begitulah kita mesti yakin dengan hati, dimana hati tempatnya Allah memberikan petunjuk untuk yakin kepadaNya. Alangkah indahnya kita bisa yakin kepada Allah yang memberi keberanian untuk melakukan sesuatu, dengan ilmu yang bener yang Allah ridhai.

 

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...