Salam bahagia selalu, Insya Allah kita selalu dimampukan dalam berbuat baik dengan memanfaatkan waktu sekalipun singkat. Aamiin
Hari ini saya berbagi tentang semangat dalam berinvestasi yang pasti menguntungkan. Semangat itu mesti disiapkan ilmunya, paham dalam berinvestasi. Investasinya adalah tidak menggunakan uang atau aset tapi dengan berbuat baik. Yang pasti pertama kita menyadari waktu itu sangat berharga. Semua orang rugi kecuali orang yang beriman dan beramal saleh. Tanpa modal uang dan aset, dapat dilakukan semua orang. Tapi belum tentu semua orang mau melakukannya.
Investasi berbuat baik itu terlihat tidak nyata oleh banyak orang dibandingkan mereka berinvestasi uang dan aset. Ini soal dimensinya saja yang tidak sama, investasi berbuat baik itu menggunakan hati, sedangkan investasi uang dan aset lebih dominan dengan pikiran atau logika. Ada pola orang baik itu bisa diajak berinvestasi berbuat baik, sedangkan mereka yang suka berbisnis (dunia) yang fokus kepada keuntungan dunia, maka tidak mudah berinvestasi berbuat baik. Orang seperti ini lebih suka berinvestasi uang dan aset. Investasi berbuat baik itu pasti tidak rugi malah untung berlipat-lipat dan bisa dilakukan semua orang, sedangkan investasi uang dan aset bisa untung dan bisa juga rugi, dan investasi ini hanya bisa dilakukan orang tertentu saja.

Investasi apapun membutuhkan semangat dalam melakukannya. Semangat menjadi penggerak untuk melakukannya. Disamping itu semangat memberi nuansa senang dan merawat konsistensi, dan memunculkan menyenangi tantangan dan masalah serta solusi. Semangat bisa tumbuh dari yang awalnya tidak ada atau kecil menjadi besar karena
1. Ilmu yang mendukung atau ilmu yang diraih selama masa investasi
2. Keyakinan kepada "siapa" yang memberikan hasil investasi. Misalkan dalam investasi uang dan aset, percaya dan yakin kepada Bank atau tempat berinvestasi. Sedangkan investasi berbuat baik itu sangat tergantung kepada keyakinan kepada Allah yang menjanjikannya.
Dalam perjalanannya, semangat bisa naik-turun sesuai hasil yang didapat. Sebagai contoh, dalam investasi uang dan aset yang menghasilkan sekalipun sedikit sudah bisa membangkitkan semangat luar biasa dan kesenangan. Ada yang nyata diperoleh berupa keuntungan. Tapi saat rugi, maka semangat itu bisa naik atau cenderung turun karena rugi dan bikin kecewa. Secara emosional, bila dilanjutin investasinya tidak memberikan keuntungan. Apa yang dilakukan tidak dengan akal sehat. Bagaimana dengan investasi berbuat baik ? Bisa terjadi hal yang sama, tapi disini ada kebahagiaan di hati yang cenderung membuat kita berbuat baik lagi (berinvestasi lagi). Hanya disini semangat bisa naik atau turun tergantung kesadaran kita kepada Allah. Saat kita tergoda dengan selain Allah, maka kita rugi. Hal ini tidak disebut lagi investasi berbuat baik, investasinya disebut investasi berbuat buruk. Misalkan kita sombong atau tidak berilmu, maka investasi berbuat baik jadi berubah investasi berbuat buruk alias mengalami "rugi" dengan merasakan kesulitan dalam hidup.
Investasi berbuat baik ini tidak bisa dipaksakan, karena menyangkut hati. Sedangkan investasi uang atau aset cenderung mudah dipaksakan karena kita cenderung sangat ingin untung. Investasi berbuat baik itu kita sebut dengan beramal saleh, yang menjadi pembuktian bahwa kita ini memiliki keyakinan kepada Allah. Dalam kehidupan yang serba cepat ini, kita sering kali disibukkan oleh urusan dunia: pekerjaan, target, dan rutinitas yang tak ada habisnya. Namun, di tengah kesibukan itu, jangan sampai kita lupa bahwa ada satu hal yang jauh lebih bernilai dan abadi—amal saleh.
Amal saleh bukan hanya tentang sedekah atau ibadah formal, tapi juga mencakup hal-hal sederhana: senyum tulus kepada orang lain, membantu sesama, menjaga lisan, dan menebar kebaikan di mana pun kita berada. Setiap amal baik, sekecil apa pun, tidak akan pernah sia-sia di sisi Allah.
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ( الزلزلة: ٧ )
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ ( الزلزلة: ٨ )
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, (QS. [99] Az-Zalzalah : 7)
Allah bedan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (QS. [99] Az-Zalzalah : 8)
Investasi berbuat baik (amal saleh) memiliki persyaratan yaitu beriman kepada Allah. Setiap berbuat baik sekecil apapun dapat melihat balasannya, dan sebaliknya investasi berbuat buruk sekecil apapun dapat melihat balasannya. Bisa orang tidak tertarik untuk berinvestasi berbuat baik, yang katanya hasilnya tidak nyata. Mungkin ini tidak tepat, lebih seringnya tidak tahu kapan melihat hasilnya. Padahal waktunya bisa langsung atau paling lama di akhirat, ada yang bisa dilihat atau dirasakan di dunia dan bisa juga diakhirat. Ini yang saya sebut sebagai pahala. Akumulasi pahala mengikuti akumulasi investasi berbuat baik dan investasi berbuat buruk. Sebenarnya dalam pandangan saya, pahala itu bisa saja menjadi balasan yang dapat kita lihat/rasakan di dunia. Semua ini terjadi dengan izin Allah. Tapi bisa juga pahala ini menjadi banyak dan sampai pada nilainya (Allah ridha dan Allah berkehendak), yang dijadikan nilai yang sesuai untuk mengabulkan doa kita. Dan jangan lupa, Allah menyimpan pahala itu untuk kebaikan di akhirat. Ini investasi jangka panjang dan juga investasi jangka pendek, investasi langsung atau investasi saat ketika butuh yang disampaikan lewat doa. Semakin besar pahala dengan investasi berbuat baik membuat kita dicintai oleh Allah, yang memberi jaminan investasinya. Semua hal ini tidak didapat dengan berinvestasi uang atau aset.
Firman Allah berikut ini menunjukkan apa yang dapat kita peroleh dengan investasi berbuat baik (amal saleh), kita mendapatkan minimal 10 X sampai 700 X. Hukum investasi ini tidak dapat diperoleh dalam investasi uang dan aset. Dicatat dengan ayat di atas aja, tidak ada yang sia-sia dalam investasi berbuat baik (amal saleh).
مَا كَانَ لِاَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِّنَ الْاَعْرَابِ اَنْ يَّتَخَلَّفُوْا عَنْ رَّسُوْلِ اللّٰهِ وَلَا يَرْغَبُوْا بِاَنْفُسِهِمْ عَنْ نَّفْسِهٖۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ لَا يُصِيْبُهُمْ ظَمَاٌ وَّلَا نَصَبٌ وَّلَا مَخْمَصَةٌ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَطَـُٔوْنَ مَوْطِئًا يَّغِيْظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُوْنَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلًا اِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهٖ عَمَلٌ صَالِحٌۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ ( التوبة: ١٢٠ )
Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak pantas (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada (mencintai) diri Rasul. Yang demikian itu karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu akan dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, (QS. [9] At-Taubah : 120)
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ( الأنعام: ١٦٠ )
Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi). (QS. [6] Al-An'am : 160)
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ( البقرة: ٢٦١ )
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (QS. [2] Al-Baqarah : 261)
Apakah ini janji palsu ? Pastinya tidak, inilah janji yang memberikan investasi yang benar, yang disampaikan Allah kepada orang yang ingin selalu mendapatkan keuntungan. keuntungan yang memberi kebahagiaan dan kesuksesan (muflihun). Ini hanya untuk mereka memiliki hati dan kesadaran kepada Allah.
Oleh sebab itu, sangat utama adalah memperkuat keyakinan (iman) yang sudah Allah berikan. Dengan apa ? Dengan ilmu, dimana sumber ilmu itu telah Allah wahyukan. Baca, pahami, imani dan amalkan. Sudahkah ? Bila iman yang sudah ada tidak pernah diperkaya dengan ilmu yang bener, maka iman itu melemah alias keyakinan untuk berinvestasi berbuat baiknya sangat kecil. Bahkan kalau diakumulasi, kita bisa menjadi rugi ... rugi yang ditunjukkan oleh kesulitan hidup dan tidak membuat kita berinvestasi berbuat baik.
Keyakinan yang Menghidupkan Produktivitas berinvestasi berbuat baik dan bekerja optimal. Kadang kita merasa lelah, jenuh, atau bahkan ragu dengan apa yang sedang kita kerjakan. Tapi tahukah kamu? Salah satu bahan bakar utama dalam kerja produktif adalah keyakinan. Keyakinan bahwa apa yang kita lakukan punya arti, punya dampak, dan akan membawa kebaikan—baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Kerja yang dilandasi keyakinan bukan sekadar rutinitas. Ia menjadi ibadah, menjadi jalan untuk tumbuh, dan menjadi sarana untuk berbagi manfaat. Ketika kita yakin bahwa usaha kita tidak sia-sia, maka semangat pun tumbuh, ide mengalir, dan hasil pun terasa lebih bermakna.
Keyakinan juga membuat kita tahan banting. Saat gagal, kita tidak langsung menyerah. Kita belajar, bangkit, dan mencoba lagi. Karena kita percaya, setiap proses punya pelajaran, dan setiap langkah mendekatkan kita pada tujuan.
Dalam obrolan santai dengan teman, saya sering bilang: “Kerja itu bukan cuma soal hasil, tapi soal niat dan arah.” Kalau kita yakin bahwa kerja kita adalah bagian dari kontribusi untuk kehidupan yang lebih baik, maka lelah pun terasa ringan.
Tunggu apalagi segeralah perkuat keyakinan dalam setiap aktivitas kita. Mau itu kerja kantoran, usaha sendiri, atau bahkan mengurus rumah tangga—semua bisa jadi ladang amal dan sumber keberkahan, asal kita menjalaninya dengan hati yang yakin dan niat yang lurus. Kerja produktif bukan soal sibuk, tapi soal bermakna. Dan makna itu lahir dari keyakinan.
Mari kita saling menyemangati untuk terus berbuat baik. Jangan menunggu sempurna untuk mulai beramal. Karena amal saleh adalah jalan menuju ketenangan hati, keberkahan hidup, dan kebahagiaan yang hakiki.
Jika hari ini kita bisa membantu satu orang, memberi satu senyum, atau mendoakan seseorang dalam diam—itu sudah cukup untuk menjadi bekal kita di akhirat. Yuk, mulai dari sekarang. Kebaikan itu menular, dan dunia ini butuh lebih banyak orang baik.
Berikut Obrolan Warung Kopi: Keyakinan dan Produktivitas
Mamat: Eh, kalian pernah ngerasa kerja tuh kayak muter di tempat nggak sih? Capek iya, hasilnya kadang nggak kelihatan.
Myra: Pernah banget, Mat. Tapi aku belajar satu hal: kalau kita kerja cuma ngejar hasil, ya gampang capek. Tapi kalau kita yakin kerja kita itu bermanfaat, beda rasanya.
Bujang: Betul tuh, Ra. Keyakinan itu bikin kita tahan banting. Aku dulu jualan nggak laku-laku, tapi aku yakin, asal terus belajar dan jujur, pasti ada jalannya.
Mamat: Jadi maksud kalian, kerja itu harus pakai hati ya?
Myra: Iya, pakai hati dan niat yang lurus. Kalau kita yakin kerja kita bagian dari ibadah, dari kontribusi buat orang lain, semangatnya beda.
Bujang: Dan jangan lupa, gagal itu bukan akhir. Kadang justru dari gagal kita belajar paling banyak. Yang penting yakin dan terus jalan.
Mamat: Wah, jadi malu sendiri. Aku sering ngeluh, padahal belum tentu usahaku sia-sia.
Myra: Nggak apa-apa, Mat. Yang penting sekarang kita sadar. Yuk, mulai kerja dengan keyakinan. Biar produktifnya bukan cuma sibuk, tapi juga bermakna.
Bujang: Setuju! Kerja itu bukan cuma cari uang, tapi juga cari berkah.
Pesan dari obrolan di atas,
Kadang kita merasa lelah, merasa usaha kita sia-sia. Tapi dari obrolan sederhana di warung kopi, kita belajar satu hal penting: kerja yang dilandasi keyakinan akan selalu punya makna.
Mamat awalnya merasa jenuh, tapi setelah mendengar pandangan Myra dan Bujang, ia sadar bahwa kerja bukan cuma soal hasil, tapi soal arah dan niat. Ketika kita yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah bagian dari kebaikan, maka semangat pun tumbuh, dan lelah terasa ringan.
Keyakinan membuat kita bertahan, belajar dari kegagalan, dan terus melangkah. Ia memperkaya produktivitas bukan hanya secara materi, tapi juga secara hati dan jiwa.
Seperti kata Mamat:
"Aku sering ngeluh, padahal belum tentu usahaku sia-sia."
Mari kita jadikan keyakinan sebagai bahan bakar dalam setiap langkah. Karena kerja yang bermakna lahir dari hati yang yakin.
Obrolan di atas mengingatkan Myra saat menyadarkan Bujang agar kembali ke jalan Allah dengan investasi berbuat baik, Beginilah kisah tiga sahabat: Jalan Pulang ke Allah
Di sebuah warung kopi kecil, tiga sahabat lama—Mamat, Myra, dan Bujang—berkumpul setelah sekian lama. Obrolan mereka awalnya ringan, sampai akhirnya menyentuh soal kerja dan hidup.
Mamat bercerita, “Dulu aku kerja siang malam, ngejar target, tapi hati kosong. Sampai akhirnya aku jatuh sakit. Di situ aku sadar, kerja keras tanpa arah itu melelahkan. Baru setelah aku mulai shalat tepat waktu dan sedekah rutin, hatiku tenang.”
Myra menimpali, “Aku juga pernah di titik itu, Bang. Dulu aku pikir kerja keras cukup. Tapi saat usahaku bangkrut, aku merasa hampa. Baru setelah aku kembali mengaji dan memperbaiki niat, Allah bukakan jalan baru. Sekarang, aku kerja bukan cuma cari uang, tapi juga cari ridha-Nya.”
Bujang terdiam. Ia dikenal paling sukses di antara mereka, tapi wajahnya tampak lelah.
“Aku iri sama kalian,” katanya pelan. “Aku punya semuanya, tapi sering gelisah. Mungkin karena aku lupa siapa yang kasih semua ini.”
Myra tersenyum, “Nggak ada kata terlambat, Jang. Allah selalu buka pintu pulang.”
Mamat menepuk bahu Bujang, “Kerja itu penting, tapi jangan lupa arah. Kalau niatnya karena Allah, capek pun jadi berkah.”
Hari itu, bukan hanya kopi yang menghangatkan suasana. Tapi juga kejujuran, nasihat, dan cahaya hidayah yang mulai menyapa hati Bujang.
Bagaimana ? Bukankah keyakinan kepada Allah, yang pasti janjinya dan janjinya baik. keyakinan itu mendorong kita berinvestasi berbuat baik (ibadah dan kerja serta aktivitas hidup) yang mendatangkan balasan yang baik di dunia dan di akhirat. Apa ada yang bisa seperti Allah ? Tidak ada yang setara dengan Allah.
Akhirnya saya ingin berbagi untuk berinvestasi berbuat baik itu mudah dan sangat memungkinkan untuk melakukannya. Tak perlu repot, mulai dari diri sendiri tanpa banyak memikirkan orang lain :
Setiap saat (waktu) adalah kesempatan kita berinvestasi berbuat baik. Janganlah kita kehilangan fokus kepada kesadaran kepada Allah agar waktu itu menjadi investasi berbuat baik. Karena manusia bisa jadi kita tidak memanfaat waktu untuk investasi berbuat baik. Jika ini terjadi masih ada kesempatan berinvestasi berbuat baiknya dengan cara perbanyak istighfar agar tidak berdampak buruk bagi kita. Insya Allah dimaafkan Allah.
1. Setiap bangun pagi, duduklah sebentar ... renungkan apakah ada yang membuat kita bangun pagi kalau bukan karena Allah. entah itu rasa dingin, suara berisik dan sebagainya. Tidakkah kita mempunyai ilmunya dengan mengucapkan doa bangun tidur. lanjutkan berinvestasinya dengan mengikuti kebiasaan rasul, membersihkan diri dan beribadah.
2. Saat kita mengendarai kendaraan, daripada daripada ... aktifkan hati dengan berzikir. Melihat sepanjang perjalanan adalah kesempatan mendoakan orang lain. Mendoakan pedagang agar rezekinya didekatkan, mendoakanorang yang kesulitan dengan kendaraannya, mendoakan mereka yang mau menyeberang dengan memberi kesempatan, dan seterusnya. Apakah tidak ada yang dilihat itu memberi kesempatan untuk berbuat atau mendoakannya.
3. Saat bekerja, sepanjang waktu kerja memberi kita kesempatan investasi berbuat baik. Apa kesempatan itu ? Bersyukur kita masih ada pekerjaan dengan berzikir Ya syakur. Memulai pekerjaan dengan doa dan bismillah. Bekerjalah dengan benar dan bertanggung jawab, ingat Allah lagi saat mengalami masalah dengan perbanyak asmaul husna dan istighfar, bekerjalah dengan ilmu dan memberi yang terbaik. Apakah ada waktu yang sia-sia ? Tidak ada, yang ada kita selalu ingin berinvestasi lebih banyak lagi berbuat baiknya.
4. Berada di rumah sepulang kerja, ini waktu terbaik untuk memberi waktu dan perhatian kepada anak dan isteri serta orang tua. Hindari hanya mengatakan,"saya sudah capek kerja", menjadi lebih baik dengan membersihkan diri dan terlibat membantu aktivitas keluarga di rumah.
Mungkin kita mau bilang," itu mah ideal banget, ngga mungkin dijalani". Tidak ideal berarti kadang bisa dan kadang lupa. Mengapa itu terjadi ? Karena kita fokus dengan logika (dunia) yang menutupi hati. Padahal kita sangat membutuhkan aktivasi hati sepanjang hari. Tidakkah Allah memanggil kita untuk salat 5 kali sehari, bukankah ini waktu untuk menghadirkan hati untuk ngobrol sama Allah (bahkan kita bisa curhat). Jika diantara salat kita juga "lalai" dengan hati, maka Allah memberi opsi istighfar dan zikir agar selalu dalam kesadaran kepada Allah. Kalau pun itu terjadi lagi (tidak investasi berbuat baik), maka Allah mengajarkan doa memulai suatu aktivitas, Baca Bismillahirabbilalamin dan mengakhirinya dengan Alhamdulillah. Bayangkan kita diajari agar tidak terputus dengan kesadaran Allah itu dengan cara ini, Bismillah - Alhamulillah, lalu Bismillah lagi dan Alhamdulillah lagi dan seterusnya. Mau tidur pun kita berdoa dan mengikuti kebiasaan rasul yang berarti kita pun berinvestasi berbuat baik.
Insya Allah ... semua ini menjadi renungan kita. Mikir dan resapi dengan hati. OOohh iya, ya. Kok yang ini belum paham, pelajari ilmu dan membuka Al Qur'an dan Hadist. Sudah tahu di akal, yakini dengan hati dan Segera saya berinvestasi berbuat baiknya dan terus berlanjut untuk semakin baik. Jadikan ini sebagai proses memberdayakan diri melalui motivasi islam dan motivasi diri.