Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

2.10.22

Katanya mau bermanfaat

Katanya mau bermanfaat, tapi masih mikir untung rugi. Manfaat berarti memberi tanpa perlu memperhitungkan banyak hal. Mau membantu orang lain, yang pasti bantu aja. Mau memberi kebaikan, ya just do it. Jika kita ingin memberi manfaat kepada orang lain tapi masih mikir, artinya kita belum tahu apa yang seharusnya kita lakukan dan tidak memiliki kecukupan. Misalkan mau memberi tapi kita tidak memiliki lebih, maka memberinya masih mikir.

Memiliki kecukupan merupakan hal yang mesti kita miliki agar mampu memberi manfaat kepada orang lain. Keadaan ini menjadi latihan untuk menjadi bermanfaat buat orang. Tetapi tidak selau demikian, misalkan orang kaya belum tentu bisa memberi manfaat kepada orang lain. Bisa jadi dia kaya tapi merasa kecukupan maka tidak mudah untuk memberi. Dia sendiri merasa kurang dan ingin mendapatkan lebih lagi. 

Ada keadaan yang lebih tinggi nilainya, memberi manfaat itu bukan lagi perkara kecukupan tapi tidak kecukupan pun orang tertentu suka memberi manfaat. Tidak ada rasa takut dan khawatir tentang apa yang ingin diberikan (manfaat). Misalkan ada orang memiliki uang Rp. 25.000 dan bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan memberikan sebagian yang dimilikinya. Mengapa ? Karena dia merasa ada orang yang membutuhkan uang daripada dirinya. Ini terjadi karena dorongan hati yang yakin tanpa ragu untuk memberi manfaat. Orang ini tidak berharap apapun dan yakin kepada Allah yang Maha bersyukur. Disisi lain juga ada orang yang berilmu yang suka mengajarkan orang lain agar menjadi lebih pintar.

Apakah kita bisa memberi manfaat jika kita sendiri masih banyak hal tidak manfaat ? Kita pun mesti belajar memperbaiki diri terutama aktivitas kita yang kadang "tidak manfaat". Seperti kebanyakan istirahat, malas, suka ngomongin orang, main hp dan sebagainya. Jika kita sendiri sudah mendapatkan manfaat yang banyak dari aktivitas sehari-hari, maka kita mudah pula memberi manfaat kepada orang lain. Contoh jika kita mendapatkan ilmu dengan membeli, maka rasanya kita sulit untuk berbagi ilmu. "Mau ngasih ilmu kan saya dapatkan dengan uang". Sebaliknya ada orang yang bertambah ilmunya dengan membayar juga tapi senang berbagi ilmu gratis. Sadari bahwa peran hati sangat mendorong seseorang berbuat sesuatu yang bermanfaat.

Yuk kita menjadi orang yang memberi manfaat kepada sekitar kita. Insya Allah kita sangat dirindukan kehadirannya. Teruslah melatih diri untuk meraih kecukupan apapun agar mudah memberi manfaat, tinggalkan kebiasaan yang tidak bermanfaat dan aktifkan hati untuk menemani aktivitas kita agar yakin untuk menjadi orang yang bermanfaat.




Katanya tidak bisa

Katanya tidak bisa, tapi masih ada waktu yang digunakan untuk hal lain. Seringkali kita tidak mengerjakan yang bisa kita kerjakan untuk kebaikan kita, tapi sepertinya waktunya tidak ada. Faktanya waktu itu selalu ada dan tidak mau dipaksakan untuk kebaikan kita dan kita terperangkap dengan rutinitas dan kerja yang enak-enak aja. Hasilnya memang penyesalan, kenapa dulu nggak dikerjakan ? 

Waktu bangun pagi adalah waktu yang baik bahkan ada yang mengatakan "waktu emas" dimana pikiran dan situasi siap untuk melakukan hal yang baik. Ada beberapa orang memanfaatkan waktu pagi dengan duduk sambil ngopi atau baca berita, "Santai dulu". Bagaimana waktu pagi itu kita gunakan untuk "belajar", mengisi pikiran dan hati dengan ilmu baru dan penerapannya. Jika memang kita bisa memahami ilmu itu di pagi hari, maka kita bisa merencanakan penerapannya langsung atau disiapkan untuk hari itu. Belajar ilmu manajemen waktu, maka sesampai kita di kantor lebih awal dari jam kerja. kita bisa melakukan persiapan atau mengerjakan hal penting terlebih dahulu. Pekerjaan yang kita kerjakan di waktu yang baik dapat memudahkan kita mengerjakannya.

Bagaimana jika ilmu yang kita pelajari adalah ilmu sedekah ? Ilmu yang kita peroleh umumnya menguatkan ilmu yang sebelumnya. Lalu apakah ilmu itu dibiarkan tanpa mengamalkannya ? Jangan sampai karena ilmu makin melemah karena memang tidak dipraktekkan. Ilmu yang dipraktekkan membuahkan hasil, hasilnya dapat menambah keyakinan kita tentang ilmu itu. Keyakinan ini mendorong kita untuk melakukan lagi (bisa) dengan mengambil waktu kita. Saat kita memberi sedekah, maka beberapa pasti kita alami ... terasa berat, ada yang ringan, ada yang menyenangkan dan ada pula balasan yang kita rasakan.  Kita menjadi bisa (waktu dan tindakan) karena kita mulai dengan belajar dan mempraktekkan.

Bersyukurlah saat kita ada kesempatan dan dapat beraktivitas yang baru atau memperkaya aktivitas yang sebelumnya. Terkadang ada kesempatan tapi tidak terjadi apa-apa, atau sebaliknya kesempatan sempit tapi bisa mengerjakan sesuatu. Semua itu atas izin Allah, maka kita mesti pula memohon izin Allah dengan doa dan amal saleh kita (pengaruh dari keyakinan kita kepada Allah)

serta mengerjakan apa yang kita inginkan.


1.10.22

Katanya mau bahagia

 Katanya mau bahagia, tapi belum juga. Kalau ditanya mau bahagia ? Pasti mau. Kata mau belum cukup mengantarkan kita untuk bahagia. Bahagia terjadi jika kita melakukan tindakan-tindakan yang membahagiakan kita. Kita bahagia dan kebahagiaan itu menyebar ke orang-orang di sekitar kita. Mau didefinikan bahagia itu apa ? Sangat relatif dan berbeda bagi setiap orang. Ada yang bahagia setelah lulus kuliah, ada yang bahagia waktu menikah, ada juga yang bahagia saat berbagi dan banyak lagi. Dan memang sebuah kebahagiaan itu tidak dapat dilogikan, tapi kita menafsirkannya dengan logika dan perasaan.

Orang yang bahagia itu pasti perasaannya senang, tapi orang yang senang belum tentu bahagia. Banyak orang yang sudah sukses merasakan bahwa kebahagiaan itu bukan sekedar materi atau uang. Jika kebahagiaan itu diukur dari materi, maka hanya orang yang berlebih materi yang berhak untuk bahagia. Tapi kenyataannya tidak demikian. Ada yang tak memiliki materi berlebih dan bahkan pas-pasan, hidup merasakan bahagia. Bahagia itu ada di hati, kok gitu mas ? Bayangkan jika bahagia itu ada di perasaan, maka kita hanya merasakan kesenangan saja dan itu sangat terkait dengan sikon dan materi. Atau kita mau bilang bahagia itu ada dipikiran kita, masak sih yang bahagia itu miliki orang pintar ? Perhatikan diri kita sendiri, saat bahagia ... kita merasa senang, kita merasa cerdas dalam mengambil keputusan. Jadi beruntunglah orang yang bisa bahagia.

Kalau bahagia itu ada di hati, maka seharusnya kita banyak melakukan tindakan yang menggunakan hati. Hal yang utama adalah hati itu urusan keyakinan, kalau kita yakin tanpa ragu kepada yang menghadirkan kebahagiaan itu maka itu sudah menjadi modal utama. Kalau sudah yakin tanpa ragu, maka berikutnya kita mewujudkan keyakinan itu dengan bertindak yang baik (amal saleh). Perhatikan saat kita zikir, maka terasa lebih tenang, saat kita sedekah sekaipun materi dikeluarkan tapi hati bahagia, dan amal lainnya. 

Ingin bahagia ? Percaya dan yakin, bekali dengan ilmu agar amalan kita jadi bener dan wujudkan setiap langkah dengan amalan nyata. Apa yang kita perbuat menjadi hak Allah untuk memberikan/mengizinkan kebahagiaan itu terjadi.



katanya belajar

Katanya mau belajar, kok belum baca buku atau ngikutin majlis atau seminar ? Tapi saya baca sosmed dan you tube, kan banyak hikmahnya. Memang betul kita sudah belajar dari berbagai sumber. Tapi apakah kita sudah produktif dalam bekerja ? Apakah kita sudah lebih berkualitas ?
Belajar dengan membaca dan melihat pemahaman tentang sesuatu belum cukup sebagai proaes belajqr. Belajar itu ujung kita mampu mengatasi berbagai masalah, kerja nyaman dan mudah. Ini adalah indikatornya. Audah belajar tapi masih banyak masalah atau tidak nyaman dalam bekerja mununjukkan belajar perlu disempurnakan.
Ada yang menarik semua bisa belajar dan fokus menambah ilmu, tapi ada hal yang dilupakan yaitu emosi. Ada apa dengan emosi ? Swmua ilmu ngga tidak memberi kebaikan jika kita tidak mampu mengendalikan emosi. Emosi negatif menghilangkan kemampuan atau kecerdasan kita. Mana yang Anda sulai orang pinter suka marah atau orang biasa tapi tenang atau sabar ? Semua orang gidak mau dimarahi dan sangat tidak suka dengan perilaku orang suka marah. Belajar untu mampu mengendalikan emosi menjadi penting dan pengendalian emosi mampu menghadirkan kecerdasan logika.
Jangan lupakan belajar tentang emosi dengan cari tahu dari berbagai sumber. Terakhir adalah belajar untuk mengaktifkan hati Karena hati bisa menuntun kita mengatasi masalah dengan baik bagi siapa saja. Urusan hati terkait dengan Allah dengan percaya dan banyak beramal saleh. Abis ini baca yuk kita belajar setiap hari.

30.9.22

Katanya mau ibadah

Katanya mau ibadah, tapi malah banyak kesibukan hingga lalai lagi. Hari berikutnya mau ibadah lagi, tapi banyak kerjaannya.sama halnya untuk hari berikutnya lagi .... sampai akhirnya kita beribadah saat berada di bawah, bermasalah dan terpuruk. Kita baru sadar saat itu tidak ada apa-apa yang lagi yang mau dikerjakan, dikerjakan pun terasa kosong. Mengapa sekarang kita sadar dan butuh ibadah. Disinilah Allah hadir sebagai penolong.

Berarti banyak orang mempersepsikan ibadah itu penolong mereka saat bermasalah, tidak begitu butuh saat lagi sibuk dan menikmati hidup. Mengapa Allah ? Naluri kita yang selalu terhubung dengan Allah, hanya saat sibuk kita membuat kita tidak fokus kepada Allah. Ibadah bukan sekedar untuk memuluskan pekerjaan kita, misalkan berdoa (ibadah) untuk meminta Allah mengabulkannya. Atau kita shalat pun demikian. Memang Allah itu penolong, Maha Penolong.

Terus kita mau begitu lagi keluar dari masalah. Sibuk lagi dan sibuk lagi. Bukankah jika kita sadari ternyata Allah yang memberi kesibukan itu. Pekerjaan yang kita lakukan sebagai amanah yang Allah izinkan kepada kita, lalu dengan potensi dan rahmat Allah (pikiran, perasaan dan hati serta tubuh) dapat kita manfaatkan mengerjakan amanah. Artinya kita sibuk kerja karena Allah, kok lupa untuk bersyukur dengan beribadah.

Apakah ibadah itu berat ? Pasti berat kecuali bagi mereka yang khsuyuk. Mereka yang yakin tanpa ragu kepada Allah. Sesuatu yang berat itu karena memang belum kita laksanakan, jadi kerjakan saja langkah demi langkah. Mau shalat ? Pergilah ke tempat wudhu, basahi tubuh untuk menjadi fresh. lalu berdiri untuk shalat. dan lakukan. Hari ini kita bisa shalat, lalu berikutnya shalat lagi dan hari berikutnya shalat lagi. maka kita sudah berusaha mendirikan shalat. Sempurnakan shalat kita dengan membaca ilmu shalat dan selalu diamalkan. 

Insya Allah "katanya mau ibadah" dimudahkan dan dilancarkan Allah. Shalat ya shalat aja tanpa banyak berpikir shalat itu dapet ini dan itu. Hal ini bikin kita tidak ikhlas ibadahnya. Allah hanya menerima ibadah hambanya yang ikhlas. 





Katanya mau lebih kalem

 Katanya mau lebih kalem, tapi berat juga ya. Pemsa aja tenang tapi saat menghadapi sesuatu bisa menjadi responsif atau reaktif.Apa bisa ya kita menjadi lebih kalem. Jika kita lebih kalem, maka sering terlihat agak aneh dari tampilan kita. Kata temen, "tumben kalem". Lebih kalem bukan merubah tampilan kita menjadi aneh, aneh sih tapi tampilan yang lebih menarik. Salah satunya adalah murah senyum dan tenang.

Lebih kalem bukan sekedar menahan emosional kita saja, tapi banyak melibatkan pemahaman dan faktor Allah yang memberikan kita rahmat dan karuniaNya. Apakah kita langsung bisa ? Belum tentu, karena kita sudah menyimpan memori yang tidak kalem cukup lama. Kita wajib menggantikan perilaku kalem yang tenang itu sesering mungkin. Latihan untuk tidak responsif (tidak menjawab/merespon) langsung apa yang kita hadapi. Paling mudah, setiap bangun pagi tidak langsung bangun ke kamar mandi, tapi bisa merasakan suasana dan duduk sebentar di tempat tidur. Lalu mengucapkan syukur atas bangun pagi kita dengan berdoa dan mengucapkan syukur kepada Allah sampai kita membersihkan diri dan siap untuk ibadah. Langkah demi langkah ini untuk melatih kita untuk tenang dan sabar dalam melaksanakan tahapan demi tahapan. Lakukan setiap hari.

Dalam kerja, kita sering mengalami panik saat menghadapi pekerjaan yang berat. Memang kenyataannya kita selalu merasa tidak cukup ilmu setiap menghadapi pekerjaan. Oleh sebab itu sisihkan waktu untuk belajar lagi. Belajar apa ? Belajar untuk meningkatkan kinerja apa yang kita kerjakan sekarang, baik dalam dimensi waktu yang lebih cepat atau kualitas kerja yang menjadi semakin baik.

Katanya mau lebih kalem, yuk sisihkan waktu untuk belajar dan mempraktekkan hal kecil dengan logika dan hati. Perhatikan pula bagaimana kita mampu menjalani step by step dengan tenang (tidak terburu-buru). Insya Allah kita diberikan rahmat dan karunia Allah agar mampu lebih kalem setiap hari



Katanya mau berani

Katanya mau berani, tapi belum juga. Bonek dalam menjadi contoh baik  tapi ada juga buruk. Mereka berani berangkat menonton bola sekalipun nggak ada duit dan saking maunya mereka memiliki semangat luar hanya ingin mendukung klub sepakbolanya. Ada kepuasaan. Tetapi sedikit ada sisi negatif. Mereka menghalalkan segala cara untuk berangkat yang sedikit agak memaksa naik transportasi dan perilaku sedikit tidak sopan dalam perjalanan mereka.
Bagaimana jika mau berani dalam bekerja ? Sebenarnya seseorang hanya mau kerja lebih baik yang membuat dirinya nyaman dan menguntungkan. Kerja yang lebih baik itu sering terhambat saat kita merasa tidak nyaman dan tidak terlihat saat itu untungnya. Hambatan ini bisa menjadi kerja kita kembali dengan gaya rutinitas dan banyak berharap. Ternyata kata berani itu mengajak kita meninggalkan kenyamanan dan keuntungan pada akhirnya. So mau berani, bersiaplah untuk bekerja dengan tidak nyaman dan tidak berpikir untuk untung saat ini.
Ada orang yang ekstrem bisa melakukan ini karena sudah terbiasa atau ada tekad yang kuat karena desakan dari dalam dirinya. Bagaimana kita diberi kerja tambahan atau target lebih tinggi ? Di saat mengambil keputusan logika kita "iya" karena ada iming-iming untung, tapi tidak dengan perasaan kita yang sudah nyaman. Pahami dengan hati bahwa target tinggi adalah amanah untuk meningkatkan kemampuan kita. Bukankah kita diberi potensi pikiran, petunjuk, perasaan dan hati untuk bersyukur ? Allah lewat teladan Nabi menyampaikan bahwa Allah menyukai ibadah yang terus-menerus sekalipun tidak besar. Hikmahnya kerjakan dengan hal kecil yang terus-menerus untu membentuk kebiasaan. Setelah itu kita mulai berani untuk melangkah lebih besar.
Katanya mau berani, yuk aktifkan hati kita agar memahami bahwa Allah telah menciptakan kita untuk percaya dan yakin, dan kita pun dibekali modal pikiran dan perasaan. Harmoniskan hati  pikiran dan perasaan. Insya Allah kita dimampukan.

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...