Hidup lebih dari sederhana memerlukan ilmu dan ketrampilan agar siap menghadapinya. Siapkan diri untuk bisa mengendalikan emosi, dan pikiran agar tetap sederhana.
Memberi ruang bagi pikiran untuk disemangati agar menjadi apa yang kita inginkan dengan Perbuatan yang baik
e-Book Munir Hsan Basri
15.11.22
Hidup lebih dari sederhana
Masalah mas ?
14.11.22
Keinginan merubah kesederhanaan
Hati-hati dengan keinginan, karena keinginan itu merubah segala hal. Apakah kita siap untuk menghadapinya ? Keinginan menaikkan kemampuan kita, merubah sikap dan perilaku agar mengikuti keinginan, dan terakhir butuh kesabaran tinggi untuk menjalaninya
Hidup sederhana
Solusi hati untuk masalahmu
Kok bisa sih, solusi hati untuk masalahmu ? Hanya beberapa orang yang sepaham, atau mereka belum menggunakan hati (agama) dalam melihat masalah. Yang jadi masalah adalah kita masih berpikir di level emosi atau logika sehingga masalah masih dapat diatasi dengan pikiran yang lebih luas dan pengendalian emosi. Perhatikan ada yang sangat pintar dan membayar orang cerdas untuk menyelesaikan masalahnya, ada yang sukses dan ada yang tidak sukses juga. Bisa jadi yang sukses bisa menyelesaikan masalahnya secara logika (mengatur orang dengan aturan yang ketat dan SOP yang ketat pula), tapi tidak menyelesaikan masalah yang tersirat pada orangnya (produktivitas yang sebenarnya).
Contoh, aturan disiplin untuk datang lebih awal. Bisa dibuatkan aturan reward dan penalty, tak hanya itu, juga dilakukan kontrol ketat, atau dibuatkan CCTV. Kemungkinan semua orang dipaksa mengikutinya dan bisa disiplin. Disiplinnya dapat diciptakan dengan ilmu logika dan teknologi. Disiplinnya sukses. Dibalik kesuksesan itu ada yang tersirat yang tidak disentuh dalam disiplin. Apa itu ? Secara fisik disiplinnya didapat. Semangat disiplin bukan sekedar kehadiran datang lebih awal, tapi apa yang mau diperoleh dengan disiplin itu. Misalkan datang lebih awal untuk apa ? Buat apa kalau datang lebih awal, tapi mulai kerjanya juga sama. Ada yang datang dengan terpaksa dan tidak terpaksa, semuanya sama. Terus apa yang membedakannya ? Disinilah menjadi nilai seseorang itu berdisiplin "terpaksa" atau bersyukur. Bayangkan semua orang memiliki kepentingan masing-masing sesuai logikanya, maka disiplin bisa diciptakan tapi produktivitas tidak ada. Dan sebaliknya jika "semua orang" bisa disiplin dengan pemahaman hati (agama), maka produktivitas itu bisa tinggi.
Masalah emosi bisa diselesaikan dengan solusi emosi, tapi belum tentu juga selesai masalahnya
Masalah logika bisa diselesaikan dengan solusi logika, tapi belum tentu juga selesai masalahnya
Masalah hati bisa diselesaikan dengan solusi hati, sekaligus bisa menyelesaikan masalah logika dan emosi. Hati memahami lebih dalam apa yang kita pikirkan dan kita rasakan.
Perhatikan :
1. Masalah muncul karena ketidakmampuan orang untuk menyelesaikan apa yang dihadapinya.
2. Ketidakmampuan berarti ilmu yang belum dipahami
3. Ilmu yang dbelum dipahami cenderung kepada tindakan buruk
4. Tindakan yang buruk terjadi karena kita dikuasai oleh selain Allah (syetan)
5. Penguasaan diri oleh syetan menunjukkan tidak adanya Allah di dalam hati.
6. Masalah dapat dikatakan tidak adanya pengajaran dari Allah di hati kita.
Darimana masalah disiplin itu karena tidak ada pengajaran dari Allah ?
- Bisa jadi berawal dari semua orang merasa sudah disiplin, tapi tidak mendapatkan hasil yang lebih baik. Bukankah sikap ini menunjukkan ketidakikhlasan (bekerja minta dibalas dengan materi/keduniaan). Pengajaran yang bukan dari Allah.
- Bagi sebagaian orang disiplin nggak begitu penting, mereka hanya berpatokan sesuai kerja yang diharapkan. Pengajaran dari Allah tetap mengedepankan disiplin waktu seperti shalat dan ibadah lainnya.
- Atau beberapa orang yang memiliki kepentingan sendiri sehingga disiplin hanya terjadi secara fisik (kehadiran).
Mengapa perusahaan tidak membiasakan kerja dengan hati bagi semua karyawannya ? Jika ada pekerjaan, maka mesti ada wawasan bahwa pekerjaan itu bisa dikerjakan dengan hati, logika yang luas dan emosi yang dikendalikan. Paling tidak hari ini, saya melatih hal tersebut dan Anda.
Katanya mau belajar
13.11.22
Ngomong sendiri
Ngomong sendiri ? Tanpa disadari saya suka ngomong dengan diri sendiri, dikenal dengan self talk. Terus ada masalah apa dengan ngomong sendiri ? Kita ini sering dan sangat sering ngomong sendiri saat sendiri atau sesaat mau ngomong sama orang lain. Ternyata, ngomong sendiri itu berbahaya. Kok bisa ? Ngomong sendiri itu sering berulang dan menjadi kebiasaan, yang dominan tentang hal negatif. Disinilah berbahayanya, self talk negatif menjadi memori.
Apa sih kita bicarakan dalam self talk ? Apa saja yang terlintas dalam pikiran saat itu, misalkan saat kita naik kendaraan umum. Muncul pikiran, "Kok angkotnya lama ya ?" ... pas angkot datang, ada lagi pikirannya,"Yaah, Angkotnya penuh" dan "nunggu lagi makin lama". Kita mikir atau bertanya dan dijawab sendiri. Ngomong sendiri ini cenderung tidak memberikan kebaikan bagi kita.
Ngomong sendiri itu terus terjadi sepanjang hari. Mau lagi diam atau sesaat lagi ngobrol. Apa yang bisa kita perbuat ? Lebih baik membaca buku ? Berat banget, atau menulis ? Semakin berat aja. Dengerin ceramah aja ? boleh juga. Sesuai dengan hobby kita aja. Yang terpenting kalau masih mau ngomong sendiri sebaiknya dikontrol untuk hal baik saja.
Featured post
Mencintai tubuh dengan perubahan kecil
Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...
-
Setelah saya menulis membangun training center dari nol , saatnya saya bercerita mengembangkan training center itu sendiri. Bermodal awal ...
-
Banyak orang diperdaya dirinya dan senang, hasilnya materi. But sedikit orang berdayakan dirinya dan bahagia, hasilnya produktif bisa mendap...
-
Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah apa yang diinginkan diijabah Allah karena Allah Maha Mengabulkan doa, ya Mujib. Saat kami penuh sala...