Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Rabu, Maret 26, 2025

Power of question

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah kita semua dilimpahkan rezeki yang berkah hari ini. Aamiin

Saya mengambil judul pakai bahasa Inggris "Power of question", kekuatan bertanya. Dalam mengambil judul ini pun saya bertanya pada diri saya sendiri,"Apa yang ingin saya tulis ?" Maka hadirlah berbagai jawaban dan salah satu jawaban itu adalah kekuatan bertanya. Bisa jadi pembaca juga bertanya, apa yang dimaksud dengan power of question ? Ada beberapa jawaban atau bahkan bertanya lagi ... "Emangnya question ada kekuatan ?" dan mungkin juga "Apa saja sih kekuatan bertanya itu ?" Diantara pembaca ada yang sudah tahu maksud judul ini, tapi penasaran apa sama ? Begitulah ssebuah pertanyaan selalu memulai saat kita melakukan aktivitas. Aktivitas apa saja.

Power of question, salah satu kekuatannya adalah bertanya tentang,"buat apa saya melakukannya ?" Bisa saja untuk pengulangan hal ini pun masih kita tanyakan, tapi kebanyakan tidak nanya lagi dan langsung aktivitas. Misalkan kita pergi ke kantor, rasanya tidak setiap hari kita bertanya," buat apa saya ke kantor ?" Jawabannya sama, mencari uang. Tetapi bisa jadi pertanyaan itu muncul kembali ketika kita mulai "bosan" bekerja, ke kantor lagi ke kantor lagi. Sampai disini belum ada kekuatan yang luar biasa, tapi saat kita bertanya lebih dalam,"Buat apa saya cari uang, tapi uangnya aja tidak banyak saya dapatkan ? Atau pertanyaan lain,"Bagaimana saya mendapatkan uang lebih banyak ?" dan banyak lagi yang ada dibenak kita. Pertanyaan lanjutan inilah yang bisa merubah kebiasaan kita ke kantor. Ada yang lebih disiplin ke kantor, ada yang semakin sabar, ada yang giat bekerjanya dan seterusnya. Bagaimana dengan Anda ? Mungkin tidak perlu setiap hari bertanya tentang "buat apa saya ke kantor ?", bertanyanya bisa sebulan sekali untuk mefresh kembali kerja kita. 

Setiap pertanyaan memerlukan jawaban, sepertinya jawaban atas pertanyaan itu bisa sangat banyak. Tetapi terkadang jawabannya tidak kita ambil sebagai keputusan untuk kerja atau aktivitas. Kita merasa tidak oke aja, dan akhirnya kita menjalani yang rutin saja. Atau ada kejadian lain yaitu kita mengambil salah satu jawabannya dan dijalanin. Selang beberapa waktu, saat menghadapi hambatan dan masalah, kita merasa tidak sanggup melanjutkannya dan kembali melakukan kerja/aktivitas rutin.

Bagaimana pola bertanya yang baik untuk dijadikan kekuatan ? 

  1. Buatlah beberapa pertanyaan kepada diri kita sendiri ?  dan pilihlah pertanyaan yang dapat mengembangkan diri kita lebih baik.
  2. Fokuslah pada pertanyaan point 1. Lalu temukan jawabannya.
  3. Agar kita mendapatkan kekuatan dari diri kita, tanya lagi dan temukan jawabannya dan tanya lagi lebih dalam sampai kita menemukan jawaban yang membuat kita tergerak untuk kerja/aktivitas.
  4. Setelah menemukan beberapa jawaban, maka lakukan penerapan dari jawaban tadi
  5. Evaluasi aktivitas kita dengan bertanya lagi,misalkan,"mengapa tidak berhasil ?" atau bagaimana supaya berhasil ? 
  6. Aktivitas lanjutannya mengantarkan kita kepada koreksi kerja/aktivitas.
  7. kerjakan terus hal ini agar mencapai tujuannya.
Dengan pola bertanya seperti hal diatas ... dapat dipastikan kita memiliki kemampuan baru dan memperoleh hasil yang semakin baik. 

Adakalanya bertanya itu dimulai dari keisengan yang jawabannya juga tidak serius. Tapi ingatlah pertanyaan itu bukan sekedar iseng, tapi merupakan refrleksi diri terhadap kehidupan kita sendiri. Keinginan hidup yang semakin baik dalam mengatasi berbagai persoalan hidup yang dihadapi. Perubahan dalam diri kita selalu berasal dari intrspeksi diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang hadir. Hindari bertanya dimana jawabannya bergantung kepada orang lain karena hal itu membuat kita selalu berharap dan hasilnya bukan bergantung kepada kita sendiri. Misalkan jawabannya adalah karir kerja kita ditentukan oleh atasan. Bukankah ini membuat kita selalu berharap kepada atasan, dan sebaliknya jawabannya selalu tertuju kepada kita sendiri. Dalam jawaban ini dapatk kita alihkan menjadi karir kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Kok bisa ? Dengan cara selalu meningkatkan kemampuan ssecara kuantitatif dan kualitatif, dan kinerja ini mesti dikomunikasikan dengan atasan sehingga terlihat. Atau dengan kemampuan kita tersebut mesti membuat atasan kita semakin meningkat karirnya (membantu dan mensupport atasan agar terus berkembang karirnya).





Bertanya sekali tidak cukup karena tidak memberi kekuatan apa-apa. Sangat perlu mendalami pertanyaan dengan pertanyaan selanjutnya. Ada yang bilang begini, jawaban atas pertanyaan pertama itu adalah "bohong" (tidak mengatakan yang sebenarnya terjadi). Misalkan seorang karyawan terlambat, maka pertanyaan yang muncul,"Mengapa kamu terlambat ?" Jawabannya adalah macet di jalan atau ada keperluan. Jika kita berhenti sampai disini, maka jawabannya cenderung rekayasa untuk menutupi kesalahannya dengan mengatasnamakan hal lain. Mari kita bertanya lagi, "jam berangkat ke kantor ?" Dijawab jam 7 pagi. Ditanya lagi,"jam berapa bangun paginya ? Jam 6. lalu tanya lagi, "tidurnya jam berapa ?" jawabannya jam 12 malam. Dari serangkain pertanyaan tadi, maka kita bisa simpulkan bahwa keterlambatannya  bukan macet. karena karyawan tersebut memang berangkat di jam macet. Bukankah karyawan itu bisa berangkat lebih pagi, misalkan jam 6 pagi. Maka kemungkinan terlambatnya tidak terjadi.  Begitulah kekuatan bertanya itu dapat memberikan solusi bagi suatu masalah. Ada hal yang menarik lagi, dari serangkain pertanyaan yang diajukan bisa membuat "kebohongan" terungkap". Misalkan "Tadi berangkat kerja macet di jalan apa ?" jawabannay di jalan A. Maka bertanya untuk memancing kebenarannya,"tadi saya dan temen kamu lewat jalan A nggak macet tuh ?" Jawaban karyawan membuat dia grogi. Disinilah dapat disimpulkan seseorang "berbohong" atau tidak.

Bagaimana ? Pernahkan bertanya. Bila perlu pertanyaan dicatat atau ditulis dalam list dan begitu juga dengan jawaban. Menjadi sangat bagus, biar tahu dan didalami lebih lanjut dan bisa dicek list aktivitasnya. Insya Allah power of question ini memberi motivasi kita menjadi semakin baik dan menjadi introspeksi diri yang menggugah diri berubah dengan pemberdayakan diri kita sendiri.

Sahabatmu  

Sabtu, Maret 22, 2025

Membuat ukuran bersyukur

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dilimpahkan ilmu yang mengantarkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Aamiin

Hari ini, saya menulis tentang ukuran bersyukur. Yang ada dibenak kita adalah apa iya bersyukur bisa diukur. Semua yang terkait dengan ukuran selalu kepada angka. Mau pakai nilai berapa untuk bersyukur dengan maksimal 10 atau 100 atau lainnya, bagaimana saya tahu nilainya yang kesesuaiannya dengan faktor bersyukur. Kayaknya tidak mudah dilakukan. Begitu awalnya, tapi saya memberanikan diri untuk  berpikir yang mudah dan sederhana saja.

Yang pertama saya membuat ukuran bersyukur itu hanya untuk diri saya sendiri, karena setiap orang memiliki ukurannya sendiri. Soal angka adalah dibuat hanya untuk mengukur dan membandingkan dengan sebelumnya. Misalnya saya menulis bersyukur saya hari sebelumnya dengan angka 6. Angka 6 itu pasti mengacu kepada beberapa faktor yang saya lakukan. Lalu hari ini saya bisa mengukur dengan logika saya, ternyata beberapa faktor yang saya lakukan meningkat sehingga saya memberi nilai 6 ,5 dalam bersyukur. Sekali lagi angka ini adalah acuan untuk melihat perubahan dalam diri sendiri sehingga saya mampu untuk meningkatkan apa yang bisa saya lakukan (dalam bersyukur). Setiap orang bisa membuat sendiri ukurannya.

Misalkan saya ingin menentukan beberapa parameter bersyukur itu dari hal berikut ini :

  • Output (hasil bersyukur) 
    • Pendapatan saya
    • Peluang mendapatkan pendapatan
    • Kesehatan
    • Motivasi
    • ketenangan pikiran (hati)
    • dan banyak hal lain
  • Input dan proses bersyukurnya (apa yang ingin saya syukuri - apa yang dikerjakan)
    • Peningkatan nilai nikmat dengan meningkatkan optimalisasinya
    • Peningkatan pemahaman agama agar mampu bersyukur
    • Melakukan peningkatan kualitas atau kuantitas nikmat
    • dan banyak hal lain
Sebagai contoh adalah saya bersyukur dengan mengukur dari hasil bersyukur (output), yaitu kesehatan dan motivasinya. Maka saat saya memulainya, saya mesti membuat nilainya. Disisi lain saya juga mesti melihat nikmat Allah yang saya miliki, saya memiliki rumah di komplek yang memilik suasana nyaman (tidak ramai dan tertutup), saya memasak sendiri makanan saya dan bisa menambahkan yang lain tentang hal ini. 
Saya tulis kembali hal di atas :
Nikmat
- saya tinggal di komplek dan suasana nyaman
- saya memasak sendiri
Output yang diukur adalah
- kesehatan
- motivasi
Maka apa yang lakukan dengan bersyukur ? Inilah proses dalam memanfaatkan nikmat menjadi bernilai tambah. Misalkan 
- Makan dengan memasak yang sehat dimana selalu ada sayur setiap makan
- Berolahraga
- Membaca wawasan tentang makanan sehat dan olahraga
- Berteman dengan orang yang sehat-sehat, sering berada dalam lingkungan orang yang makan sehat.
- Berolahraga bersama teman
Selanjutnya saya menentukan setiap nilai dari nikmat mulai hari ini, bisa saja saya mulai dengan angka 3 atau 4, karena saya belum melakukan proses. Saya siapkan catatan atau buku untuk membuat nilainya setiap hari. Persoalan yang tidak mudah yang dihadapi adalah mencatat nilai-nilai itu ke dalam catatan yang sudah saya siapkan. Awalnya mudah karena masih ada motivasi yang tinggi, dan hati-hati selanjutnya banyak hal yang membuat semua mencatat itu berhenti.
Hari ini saya melakukan olahraga pagi hari di lingkungan komplek selama 30 menit. Artinya saya sudah berproses dalam bersyukur. lalu abis olahraga saya minum air putih yang cukup dan selanjutnya makan pagi tidak berat hanya minum jus. Adakah perubahan ? Ya. Tindakan bersyukur atas nikmat keadaan sebelumnya menjadi lebih baik, berolahraga dan minum jus.  bagaimana dengan hasil bersyukurnya (output) ? Tadi saya menentukan parameternya adalah motivasi dan kesehatan. Apa yang saya rasakan di hari pertama ? Saya merasakan motivasi meningkat dan kesehatan sedikit lebih baik. Dan menjadi lebih berdampak setelah melakukan bersyukurnya seminggu, maka alangkah baiknya waktu pengukurannya setiap minggu. Setelah 1  Minggu, saya bisa memberi catatan nilainya naik. Yang awalnya saya mencatat dengan nilai 3, maka minggu pertama saya nilai dirinya sekarang (setelah 1 Minggu) adalah 3,25. Dengan cara ini saya dapat mengukur tingkat perubahan bersyukur saya. 

Buat apa sih semua itu ? karena saya membuat ukuran, maka saya bisa menandakan diri saya dimana. Dengan tahu nilai saya sendiri, maka saya tahu saya mau kemana dan apa yang mesti saya lakukan (perbaikan/koreksi). Saya bisa menjadi dari satu keadaan menjadi keadaan berikutnya yang semakin baik, kalaulah tidak lebih baik maka saya tahu apa yang harus dilakukan. Bayangkan dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan, Saya bisa terdorong dan bisa menjadi orang yang semakin sehat dengan pendukung ilmunya. Tahu tentang kesehatan dan cara meningkatkannya. Sebagai orang yang beriman, tentulah semua apa yang saya lakukan pasti terkait dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu saya juga mesti menyakinkan bahwa sehat itu menjadi modal juga dalam beriman, apa iya saya tidak sehat bisa mudah dalam beribadah dengan benar. Jangan pernah tidak melibatkan Allah dalam setiap kebersyukuran (sehat) dengan iman dan berdoa agar selalu dalam kehendaknya. 





Bersyukur itu tidak sekedar berterima kasih saja, ada yang mesti ditingkatkan atas nikmat yang kita terima agar menjadi nikmat bernilai plus. Perlu memahami bersyukur itu dengan hati dan pikiran, belajarlah terus dengan ilmu yang benar. Jika tidak dilakukan, maka kita merasa "bosan" bersyukur, karena begitu-begitu aja. Hiduplah dengan dinamis dalam bersyukur yang selalu berubah semakin baik setiap hari.

Insya Allah kita semua diberi ilmu dan kemampuan untuk bersyukur. Engkau yang Maha syukur, kami mesti beriman kepadaMu. Kamu yakin rasa bersyukur yang Maha itu dapat memberi kami ilmu bersyukurnya dan Engkaulah yang memiliki kekuatan untuk bersyukur ... limpahkan kekuatan itu agar kami pun mampu bersyukur kepadaMU. Aamiin
Sahabatmu


  

Jumat, Maret 21, 2025

Menjaga emosional diri

 Semangat pagi rejan-rekan. Insya Allah makin hari makin bisa nyadar dan semakin mampu mengendalikan emosional kita. Aamiin

Terinspirasi sebuah film Mandarin yang berseri 50 dengan judul Long Balad, tentang persaingan kekuasaan dan dendam. Ada kebencian dan dendam yang tak pernah habisnya untuk merebut kekuasaan. Kebencian dan dendam itu melahirkan permusuhan dan saling membunuh. Inilah emosional negatif, saya menyebutnya. Akhir dari cerita film ini adalah lelahnya menjalani kebencian dan dendam itu yang menyebabkan banyak orang yang meninggal (yang tidak bersalah) dan keinginan menciptakan kehidupan yang damai.

Dalam sehari-hari film di atas mungkin ada, tapi sesuai perkembangan saat ini sudah jarang yang terjadi. Malah yang terjadi itu masih ada sih benci atau dendam itu bagi mereka yang pernah terzalimi atau sekumpulan orang yang bersaing dalam kompetisi. Misalkan orang terzalimi oleh atasan atau orang yang memiliki kekuasaan sering terjdai dalam masyarakat. Seorang karyawan yang salah melakukan sesuatu bisa jadi mendapat hukuman dari atasan atau perusahaan. Sebetulnya ada yang benar-benar zalim, ada kalanya karyawannya aja yang merasa dizalimi. Sebagai karyawannya apapun alasannya mesti bersikap (merespon) positif, menganggap hukuman atau apalah namanya sebagai koreksi atas apa yang sudah dilakukan. Dengan sikap ini segera hadir kerja yang produktif. Disini karyawan benar-benar membangun kembali kepercayaan atasan dan perusahaan dengan kerja konsisten. Jika belum terjadi kesalahan yang dilakukan, maka menjadi penting bagi karyawan untuk berpikir akal sehat (mengendalikan emosionalnya). Respon emosional itu sangat reaktif dan mudah tersulut terhadap keadaan yang mengundang "emosional" atau memang kitanya yang emosional. Diri yang dikuasai oleh emosional negatif itu adalah bukan diri kita yang sebenarnya. Bayangkan saat kita diam sejenak, emosional negatif itu menjadi turun dan bahkan ada semacam self talk dalam diri dengan emosional positif. "Saya balas nggak ya, dia sudah berbuat begitu ke saya dan merasakan direndahkan". Lalu ada self talk yang berkembang,"kalau saya lawan dia kan atasan saya, nanti bisa rusak status karyawan saya". Dan akhirnya karyawan pun menjadi "yes men" karena terpaksa.

Perhatikan menjadi karyawan yang "yes men" (terpaksa) tidak juga memberi kebaikan. karena alam bawah sadarnya menyimpan emosional negatif. Jadi sewaktu-waktu bisa saja alam bawah sadar itu membawa kerja yang tidak produktif.  Yang baiknya ? Menjaga emosional diri (negatif), atau merawat emosional. Membiasakan kerja dengan minim emosional negatif. Mungkin awalnya ketidakcukupan ilmu membawa kita untuk bisa mengalihkan kepada akal sehat (wawasannya tidak luas). Apa yang terjadi ? Kita memiliki kaca mata yang tidak baik, selalu melihatnya sebagai dizalimi. Boleh dong dengan ilmu dan wawasan lain ... yang tidak baik itu memberi kita koreksi dan dengan belajar lagi bisa semakin baik. Oke dong. Tapi namanya jarang belajar, maka pola berpikirnya cenderung emosional negatif. Ditambah lagi dengan harapan yang tinggi dari kerja yang dilakukan. Ilmu yang tidak cukup tadi memberi hasil yang mengecewakan. Kalau udah kecewa ada kekhawatiran "nanti direspon negatif oleh atasan". Kecewa itu adalah golongan emosional negatif, maka dengan mudah menyulut emosional negatif lainnya, diantaranya marah, bertindak tidak baik dan bisa menjadi lebih buruk lagi.  Tanpa disadari jika ini terjadi lagi dan lagi, maka bisa berdampak buruk kepada tubuh kita, menciptakan penyakit.

Emang ada yang mau sakit ? Semua pasti tidak mau, tapi hal ini terjadi karena tanpa disadari. Seseorang,"Saya nggak pemarah kok", Ya hal ini diungkapnya saat tidak marah. Kalau lagi marah, orang itu bukan lagi dirinya. Bayangkan saat 5 menit kita emosional negatif, maka kita tidak menghilang waktu 5 menit untuk bahagia (sehat). Dan perhatikan saja orang lain yang emosional negatif (sebagai bentuk bercermin), ada orang lain dan mungkin banyak yang dilukai, dan dirinya sendiri.  Sebaliknya saat kita bahagia, kita yang bahagia dapat membahagiakan orang lain, (menjadi sahabat).

Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk menjaga emosional negatif ? Ingat emosional negatif itu terjadi karena kita memberi "makan" kepada emosional itu sendiri, atau dengan kata lain kita malas belajar dan berpikir. Iya nggak ? Cek dong diri kita, apakah ilmu kita bertambah, terutama tentang terkait ilmu emosional ? Pernah baca buku nggak ? Pernah nggak mengambil hikmah kehidupan ? Kalau hal ini jarang kita lakukan, maka kecenderungan kita adalah orang yang responsif, buru-buru dan emosional negatif. Oleh sebab itu menjadi wajib belajar menambah ilmu, biasanya orang berilmu itu menjadi bijak (mampu mengendalikan dirinya). Tak sampai punya ilmu aja, tapi mesti dilatih dalam kehidupan sehari-hari, di kantor, dirumah dan masyarakat. Dengan latihan ini dapat membuat kita trampil dalam mengendalikan emosional diri. 

Untuk berlatih itu kadang rada tidak mudah, ada cara lain yaitu berkumpul dengan orang yang baik dalam mengendalikan emosionalnya. Kok Bisa ? Dalam kumpulan orang ini kita membiasakan tidak emosional sehingga terbentuk kebiasaan baik. Sesering kita berkumpul dengan orang baik (sabar), maka kita jadi ikut sabar, mampu mengendalikan emosional negatif. Oke kan ?

Ada nasehat yang bilang begini, "kalau tidak mau emosional negatif, maka makanlah yang sehat untuk menjaga tubuh seimbang". Orang yang sehat bener, tercipta kondisi diri yang lebih baik, hal ini mendorong kita untuk berpikir akal sehat. Bayangkan kalau lagi malas, kan bawaannya mau yang nyaman sehingga saat berhadapan dengan kondisi yang tidak nyaman bisa memacu emosional negatif. Ada juga orang yang tidak mandi seharian, pasti suasana hatinya tidak baik-baik saja dan mudah tersinggung dengan ucapan orang lain. Misalkan,"kok bau sih" atau ada bahasa tubuh menjauh, kan ini memang nyata begitu. Tapi orang yang tidak mandi itu merasa dirinya oke saja (dengan parfum), tapi auranya tidak bisa ditipu. Jadi deh emosional negatif. 

Dalam hal ini saya hanya mengulas beberapa penyebab seseorang bersikap dan bertindak emosional negatif, bisa jadi ada hal lain.  Pertama sangat penting menambah ilmu dan wawasan dengan terus belajar, dan kedua menjaga kesehatan kita agar dapat menjaga suasana hati, atau happy. Terakhir saya mengajak kita untuk selalu berdoa juga agar dlindungi dari godaan setan. Dimana setan itu musuh kita dan pasti ingin merusak diri kita melalui nafsu atau emosional negatif kita.



Insya Allah tulisan in bisa memberi inspirasi dan wawasan bagi siapa saja dalam mengembangkan dirinya menjadi semakin baik. Ingat efeknya dan kebaikannya, yang bisa menjadi motivasi diri untuk bisa menjaga emosional diri. Apa yang kita kerjakan adalah upaya memberdayakan diri untuk mampu produktif dalam kerja atau beraktivitas. 

Sahabatmu


Kamis, Maret 20, 2025

Semangat bersyukur

Semangat pagi rekan-rekan semua. Insya Allah hari ini ditambah nikmat puasanya. Aamiin
Judul hari ini adalah semangat bersyukur. Perhatikan kita sendiri, kadang dalam bersyukur kita tidak atau kurang bersemangat. Bersyukur aja. Kalau bahasa seriusnya, kita kurang memaknai rasa bersyukurnya itu. Mengapa ? ini adalah tema menarik. Bisa jadi bersyukurnya kita itu tidak ada dorongannya atau bahkan tidak ada kuatnya hasil yang bisa diperoleh.
Bisa jadi bersyukurnya kita selama ini tidak mendapatkan hasilnya karena memang bersyukurnya tidak sungguh-sungguh. Bersyukurnya tidak sengaja dan tidak ada keinginan mengelolanya dengan bener. Apa iya kita ditambah nikmatnya oleh Allah ? Semua sesuai kehendak Allah. Dalam hal ini kita belum mampu menjadi orang yang dikehendaki Allah. Dari sini kita belajar untuk meningkatkan rasa bersyukur kita. Salah satu tanda bersyukur lebih baik adalah adanya semangat bersyukurnya.
Secara umum orang bersyukur mesti memiliki niat dan merespon apa yang diberikan Allah.  Niat itu disengaja, artinya kita sadar untuk melakukan aktivitas bersyukur. Sadar kepada Allah. Lalu Setelah berniat ini tentunya kita memiliki keyakinan untuk bersyukur, yakin bersyukur ini perintah Allah, yakin kalau tidak bersyukur itu ada azab Allah, yakin bersyukur menjadi ketaatan kepada Allah, yakin pula apa yang kita kerjakan dalam bersyukur itu adalah berdasarkan syariat agama.Dan yakin juga Allah membalas ras syukur kita. keyakinan yang kita miliki mampu mendorong kita untuk mewujudkan niat bersyukur. Saat memulai bersyukurnya, kita dapat merasakan semangat. Inilah yang saya sebut semangat bersyukur. Perlu ? Tak perlu dicari, semangat itu hadir dengan bekal keyakinan dan memulai aktivitasnya. 
Dalam semangat bersyukur itu menimbulkan energi yang besar untuk menyelesaikan aktivitas bersyukurnya. Semangat dan energi itu memberi kekuatan bagi kita untuk dapat merasakan makna bersyukurnya. Dan mampu juga menjaga dan merawat untuk konsistensi bersyukurnya.Agar bisa bersemangat dalam bersyukur ... yuk kita niatkan bersyukurnya dan hadirkan keyakinan yang kuat untuk melaksanakannya. Insya Allah kita dapat merasakan semangat yang luar biasa (berenergi) mengiringi aktivitas syukur kita.
Catatan tentang semangat syukur dari saya, Insya Allah kita diberikan semangat itu dan dihadirkan niat untuk bersemangat dalam bersyukur. Aamiin
Sahabatmu

 

Rabu, Maret 19, 2025

Bersyukur, mengapa nggak ?

Semangat pagi semuanya. Insya Allah hari ini selalu diberkahi apa yang dikerjakan dan hasilnya. Aamiin

Sebenarnya, saya sudah menulis tema bersyukur dalam sebuah buku. Tidak tahu mengapa mau juga saya terbitkan. Saya berprasangka baik saja, bisa jadi ini adalah upaya saya memasarkan buku tersebut menjadi lebih baik. Salah satunya adalah mereview ulang isi bukunya dan membuatnya menjadi lebih mudah diterima oleh pembaca. Target pembaca saya adalah mereka yang sudah bersyukur. Kok begitu ? Saya ingin mengajak mereka yang sudah bersyukur dapat meningkatkan kualitas syukurnya dengan cara yang lebih baik. Bukankah mereka yang sudah bersyukur itu masih suka mengeluh ... kok hasilnya begini ? hasil bersyukur tidak lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Apa yang terjadi bila berlarut dengan kondisi tersebut ? Bersyukur itu bukan lagi ibadah tapi cenderung formalitas saja. Bagi karyawan, ya bersyukur (berterima kasih) kepada Allah atas gajian yang diterima. Nggak salah sih bersyukurnya karena sudah berterima kasih dan sudah juga memanfaatkan gaji sesuai kebutuhan hidup. Yang menjadi masalah adalah gajinya tak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup. Yah masih suka mengeluh sih.

Bagi mereka yang sudah bersyukur hanya mengukurnya dari ucapan terima kasih dan menggunakan apa yang diterima untuk kehidupannya. Dalam Al Qur'an difirmankan bahwa kalau kita bersyukur, maka Allah tambah nikmatNya, tapi kalau tidak bersyukur tunggu azab Allah". Parameter ukuran yang dipakai ternyata belum cukup. Ada kata nikmat - ada bersyukur  - dan ada ditambah nikmatnya. Apakah mendapatkan gaji itu nikmat ? Iya, tapi itu bukan segala-segalanya. Hanya salah satunya saja. Oke lah Gaji itu nikmat, atau kita bilang saja pendapatan. Ukur pendapatan kita, apakah ada kenaikan ? Tidak ada. atau kita cek lagi apakah pendapatan yang kita terima sudah mendorong kita mendapatkan rezeki lebih ? Ternyata tidak ada juga. Secara logika, tidak ada pertambahan nikmat (gaji). Maka bersyukurnya belum bener. Atau kita tidak bersyukur dan mendapatkan azabNya. Yaitu itu azab Allah itu bisa berupa "kesulitan" hidup, dimana kebutuhan hidup tak tercukupi. Ditambah lagi kita masih mengeluh saja. Jadi mereka yang merasa sudah bersyukur itu ternyata belum bersyukur dengan bener.

Padahal dari petunjuk Allah di atas, orang yang bersyukur itu selalu ditambah nikmatnya. Jadi mestinya kita mesti bersyukur, bersyukur dengan lebih baik (bener). Salah satu ukurannya keberhasilan bersyukur itu adalah bertambah nikmat yang kita rasakan. Nikmat itu bisa berupa pendapatan, bisa kesehatan, bisa ketenangan hidup dan berbagai hal lainnya. Sesuai judul di atas, mengapa tidak bersyukur ? bersyukur aja. 

Bersyukur itu bukan apa adanya, tapi bersyukur itu direncanakan dengan sengaja. mesti ada niat yang tulus dalam bersyukur, berharap hanya kepada Allah. Kita mesti membangun sikap dan perilaku bersyukur dengan bener.

1. Pertama ketulusan itu hanya kepada Allah, bukankah bersyukur itu tertuju hanya kepada Allah. Bisa jadi ketulusan kita menjadi tidak murni karena kita merasa mendapatkan nikmat itu dari seseorang sehingga cenderung berterima kasihnya kepada pemberi nikmat langsung. Misalkan, gaji yang kita terima. kebanyakan kita berterima kasih kepada atasan dan perusahaan. Sikap ini cenderung membawa kita bekerja dengan baik kalau ada atasan atau ada perhatian dari atasan. Apa yang diminta atasan wajib dilaksanakan tanpa menolak atau kritik. Saat waktunya ibadah, kecenderungan kita tetap fokus dengan pekerjaan. Sikap ini mesti diperbaiki agar prinsip bersyukurnya bener. Tulus atau ikhlas kepada Allah dalam bersyukur tidak cukup berterima kasih kepada atasan, tapi meneruskan terima kasih itu kepada Allah dengan cara menunjukkan kerja yang jauh lebih baik lagi agar dirahmati Allah. Tidak berharap kepada atasan, tapi berharapnya kepada Allah. Allah lah yang Maha Melihat kerja kita 24 jam sepanjang waktu. Libatkan Allah dalam bekerja, merasa dilihat Allah (ihsan) dan ini berakibat kepada kinerja menjadi lebih baik.

2. Tidak bersyukur bener itu mengundang kita di azab Allah. Hal ini bisa jadi dorongan untuk menghindari azab dan juga memperbaiki syukurnya. Apa ada orang yang mau diazab oleh Allah ? Pastilah tidak ada. Ancaman Allah ini menjadi dasar kita untuk terus meningkatkan kualitas syukur dan menambah keragaman syukurnya. 

3. Tentang nikmat, seringkali kita mengukur nikmat itu berupa uang saja. Tapi lihatlah lebih lanjut ... memang sih uangnya tidak bertambah tapi bisa jadi kita merasa lebih sehat dan fresh dalam bekerja. Bukankah itu juga nikmat ? kadang ada orang yang gajinya lebih tinggi tapi dirinya tidak sehat, dan bahkan gajinya dipakai untuk membeli vitamin atau obat untuk menjaga kesehatannya.  jadi nikmat itu bisa kuantitatif dan kualitatif. Sudut pandang ini perlu dibangun agar kita dapat menjalani syukur dengan bener.





Ini adalah petunjuk Allah untuk meningkatkan produktivitas kita dan mengantarkan kehidupan yang lebih baik lagi. Apakah ada cara (petunjuk) yang lebih baik dari Allah ? Sebagai muslim yang taat, kita mesti mengamalkan petunjuk ini. Mengapa nggak bersyukur ? Bersyukur adalah perintah Allah, bila dijalani dengan ikhlas maka menjadi ibadah. Semakin bersyukur semakin bertambah iman dan ketaqwaannya. hasilnya adalah kebaikan di dunia dan di akhirat.

Tidak cukup bersyukur itu berterima kasih saja. Perhatikan faktor dalam bersyukur agar kita menjadi lebih baik bersyukurnya, ada faktor ketaatan, ada faktor nikmat, ada faktor cara yang bener dan juga ukuran dari faktor keberhasilannya, ada niat yang ikhlas. Bersyukurlah hanya kepada Allah, maka Allahlah yang membalasnya dengan menambah nikmat, baik secara kuantitatif dan kualitatif. 



































































































Selasa, Maret 18, 2025

berhasil nggak ?

Semangat pagi rekan-rekan semua. Insya Allah selalu dilimpahkan rezeki yang berlimpah. Aamiin
Saya menganalisa, apa iya sih apa yang saya lakukan itu lebih banyak tidak berhasilnya ? Mengerjakan ini untuk mengejar mimpi (tujuan) bisa berjalan di awal tapi setelah itu berbelok dan tidak pernah sampai ? Apa saya tidak berhak atas hasil dari apa yang saya kerjakan ? 
Yang pertama adalah pasti hasil itu milik Allah, tidak semua keinginan saya bisa diberikan Allah. Itu pun masih bisa ditafsirkan sebagai fokus saya adalah kerja dan memperbaiki kualitas dan kuantitas kerjanya. Allah memberi sesuai kehendakNya. Artinya lagi semua yang saya kerjakan masih memberi peluang untuk mencapai hasil yang baik. Disisi lain hal yang baik itu  ... sering saya tafsirkan memberikan hasil sesuai harapan. Tapi dalam kenyataannya, saya juga menndapat hasil tidak sesuai harapan saya. Hal ini bukan berarti Allah tidak memberikan hasil baik kepada saya. Saya mesti menafsirkan sebagai hikmah yang saya bisa melihat kebaikan dari hasil yang tidak sesuai harapan tadi. Dengan melihat hikmahnya, saya bisa mengerjakan lagi yang mengikuti jalan Allah. Apakah saya bisa berhasil ?
Bisa ya dan tidak. Saya bisa menyempurnakan kerja saya dengan doa. Dimana doa pun sangat bergantung dari amalannya saya. Kalau begitu, saya mesti melihat kembali nilai ketaqwaan saya. Kalaulah saya mampu bertaqwa di jalan Allah, Insya Allah Allah Maha berkehendak.
Tetapi disisi lain, apa iya saya selalu menginginkan hasil yang sesuai harapan ? Kalau kerja saya bagus, artinya ilmu dan ketaqwaan saya lebih tinggi. Saya mengerjakannya dengan tenang. Disinilah Allah berperan dan melibatkan diri dalam apa yang saya kerjakan. Kebersamaan saya dan Allah sudah cukup memberi kebaikan yang banyak dan membahagiakan. Apakah saya masih menginginkan hasil yang sesuai harapan ? Kebersamaan dengan Allah sudah sangat cukup bagi setiap orang yang muslim. Disinilah saya menganggap tidak perlu lagi memikirkan hasilnya, jauh lebih berarti kebersamaan dengan Allah. Apalagi saya diizinkan mampu mengerjakannya, saya diizinkan ilmunya dan diberi ketenangan dan banyak lagi. Yang terpenting bagi saya adalah kualitas apa yang saya kerjakan sesuai harapan Allah, sedangkan hasil jadi milik Allah. Ada pahala dan bisa jadi bonus yang Allah kehendaki kepada saya.
Dari tulisan di atas saya diajarkan untuk memenuhi terlebih dahulu apa yang Allah perintahkan kepada saya, yaitu bertaqwa kepadaNya dan saya mesti mewujudkannya dalam apa yang saya kerjakan sebagai ibadah kepada Allah. Soal hasil ? Allahlah yang berkehendak, saat sesuai harapan saya menjadi bersyukur dan saat tidak sesuai harapan saya mesti berprasangka baik dengan bersabar. Bersabar dengan terus kontinu berusaha sumgguh-sumgguh dan dibarengi doa kepada Allah. Insya Allah apa yang saya lakukan sesuai dengan kehendak Allah. Aamiin

Kamis, Maret 13, 2025

Bersyukur itu melihat nikmat

Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dimampukan untuk bersyukur. Aamiin
Tulisan ini melihat sisi lain dari tulisan sebelumnya, melihat apa yang dimiliki. Judulnya saya ambil bersyukur melihat nikmat. Umumnya bilang,"bersyukur dengan yang ada" tapi kenyataannya tidak banyak orang bisa melihat yang ada. Maka bersyukurnya menjadi terhambat. Orang cenderung bersyukur kalau menerima. Bagaimana caranya ? Ya, memanfaatkan apa yang diterima dengan baik untuk kepentingan sendiri, kalau ada lebih barulah ditabung atau disimpan. Keadaan ini belum mencerminkan bersyukur yang lebih luas, bersyukur bukan saya menerima saja, tapi menjadi bertambah nikmatnya jika mengoptimalkan apa yang dimiliki.
Saya fokus dengan syukur yang memanfaatkan apa yang dimiliki (nikmat yang Allah berikan) menjadi tambah nilainya. Dalam petunjuk Allah disebutkan bahwa nikmat Allah itu banyak dan tidak bisa kita hitung. Tetapi dalam kenyataannya, kita masih bisa menghitung nikmat Allah itu. Apalagi saat kita memiliki tujuan masa depan, seolah mata dan pikiran itu selalu tertuju kepada apa yang tidak kita miliki. Disini banyak orang selalu mengadakan apa yang tidak dimiliki untuk ada agar tujuannya dicapai. Bayangkan konsep berpikir dalam bersyukur, "Jika bersyukur ditambah nikmatNya, dan tidak bersyukur tunggu azabNya". Untuk bertambah nikmatnya, maka kita mesti bersyukur ... bersyukur dengan yang ada, nikmat yang Allah telah berikan. Disini bersyukur itu mendorong kita untuk mengoptimalkan yang ada (nikmat sekarang). Misalkan bisnis kue, pertama adalah kemampuan membuat kuenya. Memiliki kemampuan yang konsisten membuatnya karena ada waktu. Kemudian membuat kue dalam jumlah tertentu agar memampukan diri untuk berjualan. Kemampuan salesmen dan marketing semakin bagus. Ketiga dengan kemampuan berikutnya meningkatkan produksi dan memasarkan dengan jarringan yang lebih luas. Tahapan ini merupakan bersyukur dengan apa yang ada. Pertama adanya kemampuan membuat, kedua kemampuan menjual dan ketiga kemampuan berkembang. Dalam banyak kasus, orang berbisnis kue dengan cara produksi yang banyak tanpa mempersiapkan kemampuan dasar yang bertahap.
Dalam bersyukur seringkali kita melalaikan apa yang sudah kita miliki (nikmat Allah), yang bisa berupa fisik dan non-fisik. Bisa jadi nikmat Allah itu belum terlihat karena memang kita tidak fokus. Semakin sering tidak fokus membuat kita semakin tidak mampu melihatnya. Ini adalah karena ada nafsu, adanya keinginan atau tujuan. Nafsu inilah yang menutupi melihat nikmat. Mata sih lihat tapi hati yang tidak mampu memaknainya nikmat itu. Insya Allah nikmat itu bisa dilhat dengan hati (dengan izin Allah). Sekali lagi nafsu ada, maka Allahlah tertutupi. Ingin mampu melihat nikmat Allah, ya mesti menghadirkan Allah di hati. Kendali hati mampu meredam nafsu sehingga nikmat itu terlihat. Kalau sudah terlihat, menjadi lebih sempurna dengan membaca petunjuk (ayat-ayat) Allah. Yang kita dapati adalah kita diajak untuk merenung nikmat Allah, kita diberi tahu cara bersyukurnya dan kitapun diberi tahu manfaat (kebaikan) dari nikmat Allah.

Kok ada yang bisa "bersyukur" yang tidak dekat kepada Allah ? Nikmatnya bertambah dengan bersyukur karena ada ilmunya. Tetapi orang seperti ini hanya fokus kepada dunia. Bayangkan kita yang dekat dengan Allah dan memiliki ilmu ??? Insya Allah inilah yang idealnya kita berproses menjadi semakin baik. Insya Allah kita dibimbing dan diberi rahmat dari sisi Allah. Aamiin
Sahabatmu

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...