Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

31.10.24

Training center menciptakan manager sales

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu kemampuan mengenali nikmat yang diberikan Allah dan dimampukan dengan petunjukNya untuk bersyukur dalam meraih rezekiNya. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales.

Alhamdulillah saya masih bisa berbagi pengalaman dalam training center dan trainer, pengalaman yang saya lakukan sendiri dalam perjalanan saya memimpin training center sekitar 20 tahunan. Kali ini saya berbagi pengalaman mendapatkan amanah dengan kedatangan seseorang yang diminta direksi untuk dijadikan manager sales. Seorang sarjana IPB, laki-laki dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tapi tidak memiliki pengalaman dibidang elektronik (teknis) dan dunia salesnya. Biasa di banyak perusahaan dikenal dengan management trainee. Seseorang direncanakan memimpin team salesmen, diantaranya adalah salesmen yang bangun dari staf OB (tulisan sebelumnya). Awal perkenalan dengan seseorang ini menimbulkan perasaan nyaman dan klik dalam berkomunikasi. 

Training center yang isinya saya dan team, dimana saya diemban khusus untuk menciptakan orang tersebut menjadi manager sales. Sudah diangkat sebagai manager salesnya oleh perusahaan, tapi belum isinya. Amanah ini cukup tidak mudah dan saya seperti biasa sangat welcome dengan amanah baru sekalipun tidak ada kemampuan khusus. Sikap terbuka inilah dan manager sales sangat pembelajar tersebut menjadi amanah ini dapat dilakukan dengan baik. Hari-harinya saya dan manager team lebih banyak bersama sekitar 50%  dari waktu kerja. Hal ini saya lakukan untuk membekali manager sales dengan kemampuan tinggi.

Mengingat beberapa hal untuk menjadi manager sales memiliki kemampuan teknis dari produk yang mesti kuat, komunikasi internal dan eksternal, serta mengelola sumber daya untuk mensukseskan program sales. Entah mengapa manager sales ini sangat disukai oleh direksi. Dari pengalaman manager-menager sebelumnya sering melempem kinerjanya karena tidak mampu beradaptasi dengan PIC penting dalam perusahaan dan tidak mudah juga beradaptasi dengan budaya perusahaan. Ada pengalaman sebelumnya beberapa CEO tidak mampu bertahan lama, ya sekitar 6 - 12 bulan. Dari mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu menyerap apa yang diinginkan oleh direksi dan PIC, kemudian mampu memaksimalkan dalam kinerjanya.Ya mungkin banyak orang menyebut "cari muka", tapi diikuti dengan kinerja dan hasil tinggi. Dari pengalaman itu saya bisa mengambil kesimpulan bahwa adaptasi menjadi penting untuk bisa bertahan. Dalam adaptasinya seseorang yang harus mampu mengeskplore diri untuk menghasilkan kinerja positif dan hasil maksimal.

Awalnya saya sangat menekankan kemampuan teknis terhadap produk dan pelayanan menjadi kunci utama. Kemampuan teknis saya lakukan dengan menjelaskan secara detail tentang produk sampai kepada hal terkait dengan produk. Mungkin bagi seorang trainer tidak mudah melakukannya, kalau tidak ada ilmunya pasti fokus kepada sales saja. Sedangkan yang punya ilmunya belum tentu ikhlas memberinya. Di saat itu saya benar-benar mengajari manager sales itu dengan ilmu lengkap dan selalu saya gunakan knowledge management, diantaranya selalu merekam training dan membuat resume. Bahan training ini saya jadikan pula referensi bagi team saya. Saya menggunakan mind mapping dalam training product knowledge dan diskusi  serta role play. Hal ini untuk menyikapi direksi yang suka bertanya produk, dan ternyata persoalan produk dikuasai dengan sangat baik dalam waktu tidak lama 1 bulan. Kemampuannya selalu saya uji dengan team saya atau dengan staf call center dalam komunikasi dengan pelanggan. 

Kemudian kemampuan berikut adalah bagaimana berkomunikasi dan menjadi "partner" yang disukai dengan PIC perusahaan. Saya benar-benar mengenalkan karakter dari PIC perusahaan kepada manager sales agar mampu menjalankan tugas-tugas perusahaan. Bisa aja manager sales itu hebat dalam sales, tapi tidak masalah jika tidak bisa berkomunikasi dengan PIC-PIC perusahaan. Bagi manager sales ini sangat berarti nilainya, diantaranya adalah bagaimana berkomunikasi yang disenangi semua orang dengan karakternya masing-masing, bagaimana mengambil hati saat melakukan kesalahan, bagaimana menjadi pelaksana yang segera dengan perontah/program direksi dan PIC. Waktu itu saya mengajarkan jadilah orang yang selalau "yes men", artinya mampu menyerap perintah dan yang paling melaksanakannya. Biasanya mengatakan tidak yang diikuti dengan pemahaman sendiri dapat menyebakan ketidaknyamanan. Dalam hal ini saya menekankan bahwa yes man menuntut seseorang mengeksplore ilmu dan kemampuannya untuk menjalankan tugas, lebih baik dan lebih cepat dan menghasilkan. Al hasil adalah manager sales ini menjadi seseorang yang sangat disukai direksi dan PIC. 


Dalam mensukseskan manager sales ini, terutama menjadi nyaman di mata direksi dan PIC. Saya selalu mensupportnya dalam menjalankan program sales. Diantara adalah mengajarinya kemampuan untuk menarik di mata dealer. Caranya ? Pelayanan. Pelayanan memberi komunikasi yang inten kepada dealer tentang pemahaman produk, siap selalu menyelesaikan masalah dealer terutama pelayanan after sales service pelanggan, dan yang pasti sangat erat hubungan dengan team sales. Tidak hanya mengajari manager sales ini tapi mensupport dengan tindakan nyatanya. Hasilnya luar biasa, dalam waktu 3 bulan manager sales ini sudah membuktikan dengan hasil yang tadinya penjualan 1 M saja menjadi diatas 4 M. Jadilah si manager sales ini primadona perusahaan dan sangat disanjung oleh direksi dan PIC. Bahkan hal kecil saja diperhatikan direksi dengan membuat SIM mobil dan memberi fasilitas penginapan di apartemen (rumah lumayan jauh dari jakarta).



Legalah saya sebagai trainer, pengajar, sekaligus temen untuk mendampingi manager sales tersebut dalam meraih kinerja maksimal. Ini pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan karir saya. Inilah semestinya dilakukan oleh training center, yang dikenal dengan meningkatkan Knowledge yang tadinya tidak bisa menjadi mahir, meningkatkan Attitude yang tadinya kurang positif menjadi sangat positif dan sabar, meningkatkan ketrampilan (skill) yang tadinya tidak trampil menjadi sangat trampil dan kreatif. Bukannya saya tidak percaya dengan training center luar yang menawarkan training dengan nilai yang cukup tinggi, tapi training center perusahaan dengan kemampuan trainer yang pembelajar mampu menghasilkan karyawan yang bagus bagi kelangsungan perusahaan. Perusahaan yang memiliki masa depan adalah perusahaan pembelajar. Apa itu ? Perusahaan pembelajar adalah perusahaan yang memiliki budaya belajar dari karyawannya, dan salah satu amanah itu diemban oleh training center. lebih-lebih Training center mampu efektif dalam trainingnya dan sangat efisien bagi perusahaan.

 Insya Allah tulisan ini dapat menjadi inspirasi bagi trainer dan manager training center dalam berkontribusi bagi perusahaan. Ikuti terus kisah pengalaman saya dalam tulisan berikutnya

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator


28.10.24

Tajuk Allah 2, Doa apa saja

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah rekan-rekan diberi kemampuan untuk meraih apa yang ingin diraih. 

Tajuk Allah 1 membahas doa yang berhubungan dengan harapan yang hadir di hati. Harapan itu mesti diactionkan dengan kemampuan yang saya miliki. Insya Allah dengan memulainya dengan Bismillahirrahmanirrahiim dan setelah mengerjakan Actionnya ucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin. 



Tajuk Allah 2 ini masih membahas tentang Doa, apa itu ? Boleh nggak sih saya berdoa meminta rezeki 2 M ? atau meminta sesuatu yang tidak mungkin di mata manusia ? Banyak dari manusia meminta seperti "malu-malu" ... meminta rezeki yang banyak tapi dalam hatinya meminta gaji 10 juta per bulan. Sebenarnya apa yang ada di dalam hati saya, Ya Allah Ya batin yang Maha Tahu yang tersembunyi dalam hati. Bagi Allah mungkin tidak masalah, tapi seperti dalam Tajuk Allah 1 diungkap bahwa saya menjadi tidak terdorong dengan apa yang saya minta "tidak jelas". Misalkan saya berdoa tidak menjadi kaya, kaya seperti apa tidak mudah diterjemah oleh pikiran saya sendiri. Artinya apa saya yang minta dalam doa tidak jelas untuk dikerjakan untuk apa yang saya doakan. 

Ada doa contoh nabi Ayyub as yang begitu sakit parah, memohon kesembuhan. Nabi Zakaria as yang memohon keturunan dengan kondisi isteri yang mandul dan sudah tua. Kedua doa ini bisa menjadi inspirasi bagi saya dan banyak orang dengan berdoa. Bisa jadi ada yang sudah mengalaminya untuk kesembuhan dari penyakit dimana dokter sudah memvonis usia tidak lama lagi, akhirnya bisa sembuh total. Begitu YA Mujib, Allah yang Maha mengabulkan doa hambanya seseuai apa yang dikehendakiNya. Sepertinya doa yang seperti apa yang saya inginkan secara detail memerlukan kesabaran dan kesucian hati, atau usaha menjalani sabar dan bertaubat.



Saya pernah memohon doa untuk bisa digaji sebesar angka tertentu, dan ternyata doa itu dikabulkan dengan ditambahnya amanah kerja dan bulan berikutnya saya benar-benar menikmati gaji sebesar apa yang saya doakan. kejadian ini saya lakukan sampai 2 kali dan dikabulkan. Dalam prosesnya sikap terbuka terhadap peluang harus hadir dalam diri saya. Dimana saya tahu doa saya dikabulkan, sedangkan Allah hanya malah menambah amanah kepada saya (dari atasan) dan saya tidak diberitahu tentang adanya kenaikan gaji. Disini saya menerima dengan senang hati tambahan amanah tersebut dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan membuktikan amanah itu bisa saya emban.  Ada ikhlas dengan open mind terhadap pekerjaan, lalu saya mengerahkan ilmu untuk membuktikan amanah baru. Alhamdulillahirabbilalamin, ternyata akhirnya saya sadar Allah mengabulkannya. Ungkapan sebelumnya "Doakan apa yang saya kerjakan (inginkan), dan kerjakan apa yang saya doakan", inilah apa yang saya lakukan.



Apa yang saya doakan (inginkan) yang kecil bisa jadi lebih cepat dikabulkan, sebaliknya apa yang saya doakan itu besar butuh waktu lama pengabulannya, apa iya ? Inilah yang dipersepsikan oleh banyak orang. Dan ada persepsi lain, saya merasa enggan memohon yang besar (meminta keinginan yang tidak mungkin atau mustahil), apa iya Allah mau mendengar ? Apa iya Allah mengabulkannya ? Saya tahu dirilah. Atau saya memang doanya hanya tahu yang itu-itu aja. Jadilah doa itu standard-standard saja. Mari perhatikan orang yang berdoa mau pergi haji, padahal gajinya tidak besar bahkan ada yang hanya pedagang kecil. Naik haji kan biayanya besar, emangnya sih orang tidak meminta uang sebesar uang naik haji. Sebenarnya orang tersebut sudah berdoa memohon biaya naik haji sebesar ONH. besarkan ? Misalkan bagi tukang becak hal tersebut agak tidak mungkin. Tapi kenyataannya mereka bisa pergi haji dengan dikabulkan doa mereka, baik lewat cara menabung dan bekerja ikhlas atau dibantu orang lain. Waktunya kadang lebih dari 5 tahun. Dari sini saya belajar, tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk berdoa apa saja. Teruslah berdoa. Ikuti doa tersebut dengan berbagai upaya yang konsisten dan sabar. Insya Allah doa itu dikabulkan Allah. 

Dengan pengalaman saya memahami doa, terkadang saya berdoa meminta ya meminta aja. Keadaan ini seperti mendikte Allah. Misalkan "Ya Allah saya mohon kesembuhan dan mohon Engkau MengabulkanNya". Secara skripsi doa tersebut meminta tanpa ada pilihan, Allah harus mengabulkan doa saya. Bagaimana kalau Allah mengabulkannya yang lain ? Bukankah yang baik di mata Allah itu baik buat saya (dengan memahami dengan hati). Bayangkan saya bukan malah dikabulkan kesembuhan tapi diberi kesabaran dan menjadi dermawan. Setelah kesabaran tersebut, saya menjadi sembuh. Atau Allah mengambi uang saya (dimana saya jarang sedekah) dengan suatu kejadian yang membuat saya sadar ternyata uang saya adalah titipan yang mesti saya salurkan kepada orang lain yang berhak. Alangkah baiknya doa itu bukan sekedar mendikte tapi memohon pilihan yang terbaik buat saya. Contoh, "Ya Allah saya mohon kesembuhan sesuai apa yang saya inginkan (ilmu saya), tapi bila kesembuhan itu tidak membuat saya mendekat kepadaMu. Berilah saya kebaikan atau hikmah dari sakit saya. Atau jika Engkau menghendaki hal lain yang membuat saya dekat denganMU. Tuntun saya menjalaninya.  Aamiin. Doa itu sesuai apa yang ada dalam pikiran (perasaan dan ilmu) yang hadir untuk disampaikan kepada Allah, bisa jadi baik buat saya saat itu tapi belum tentu baik dimata Allah dan bahkan mengantarkan kepada saya masa depan yang tidak baik. Maka saya cenderung memohon kepada Allah apa yang baik untuk saya. Begitulah kira-kira skripsi isi doanya. 



Saya tidak pernah tahu waktu doa itu dikabulkan, iya nggak ? Pastilah. Lalu apa yang mesti saya lakukan ? Yang pertama adalah apa yang saya doakan sangat bergantung kepada pahala yang saya kumpulkan, tapi tidak harus begitu juga. Apapun sesuai dengan Kehendak Allah. Alangkah baiknya saya menjadi apa yang Allah inginkan, apa itu ? Jadilah orang yang senang mensucikan hati dari dosa dan berbuat amal saleh (action apa yang saya doakan). Ikuti dengan sabar dan selalu terbuka dengan berbagai apa yang terjadi dengan prasangka baik. Kesabaran yang saya bangun adalah bukan untuk menunggu Allah mengabulkan doa saya, tapi sabarlah untuk terus yakin dan beraction (beramal) yang berdampak semakin banyak pahala yang diraih. Saking sabarnya membuat saya ikhlas melakukannya dan "sudah lupa" dengan doa saya. Dalam kesabaran itu saya mesti mempersiapkan diri dengan ilmu, sikap dan perilaku (kebiasaan) untuk siap menerima dan menghadapi dengan benar saat Allah mengabulkan doa saya. "Semakin terus sibuk dengan mengingat Allah dan Allah pun mengabulkan apa yang saya inginkan yang itu sebelum terucap".

Insya Allah saya dan rekan-rekan dalam mengambil hikmatnya agar doa bukan sekedar meminta saja. Awali doa memohon sesuatu dengan memuji Allah melalui nama-nama baik Allah dan berterima kasih. 

Tajuk Allah 2 ini mengingatkan saya tentang doa - bermohon apa saja (termasuk yang mustahil atau besar) - Allah Maha Mengabulkan doa hambaNya - Allah berkehendak apa yang Dia kehendaki - Tidak mendikte Allah - Kesabaran dalam mengerjakan apa yang didoakan - Sibuk meraih pahala - Sibuk mengingat Allah - Siapkan diri untuk menerima pengabulan doa. Inilah yang mesti saya lakukan untuk terus berdoa. 

Munir Hasan Basri

Penulis buku, trainer, motivator

Membangun kemampuan salesmen

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini yang sedang tidak sehat disehatkan tubuh, pikiran dan hatinya agar mampu bekerja sekaligus beramal saleh. Yang sehat semakin mampu bekerja sekaligus beramal saleh yang produktif.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, dan Membangun kemampuan Salesmen.

Kali ini  saya berbagi pengalaman dalam membangun kemampuan salesmen. Sebenarnya menjadi salesmen itu bisa dikerjakan oleh semua orang dan kemampuannya sudah ada. Kadang seorang salesmen sudah mahir menjual hanya dengan sedikit tambahan kemampuan. Inilah yang kata orang sudah bakatnya jago ngomong dan mahir menjual. Faktanya hanya sedikit sekali orang yang seperti ini, bisa jadi hanya 5 % saja. Mereka ini sudah tidak ada "malunya" berhadapan dengan banyak orang dan bisa saja dengan komunikasinya menjual dengan baik (pelanggan terhipnotis). Kadang ilmu sales yang dimilikinya lebih tinggi secara kualitas (naluri) dari pada ilmu yang diajarkan. Beruntunglah perusahaan yang memiliki salesmen seperti ini.


Saya teringat pengalaman kerja sebelumnya, saya yang dulunya sebagai manager service diwawancara dengan seseorang sales manager. Katanya manager sales itu "Dia percaya kepada saya untuk jadi manager sales karena sudah memiliki kemampuan teknis dan bisa berkomunikasi dengan benar". Saat itulah saya mulai pede dengan kemampuan saya untuk menjadi seorang salesmen sekaligus pimpinannya. Hal ini terjadi sebelum saya menjadi manager training, SLC. Dalam training center, ilmu salesmen saya berkembang dengan baik, karena saya bisa menjadi salesmen dan juga sekaligus mengajarkan ilmu salesnya kepada salesmen. Keadaan inilah saya membangun kemampuan salesmen yang tidak memiliki bakat jadi salesmen. Salesmen seperti banyak, ya sekitar 95%nya. Ada yang awalnya terpaksa jadi salesmen karena tidak ada pekerjaan lain. Dorongan terbesar mereka adalah uang yang dihasilkan. Inilah motivasi terbesar mereka, dapat kerja dan dapat uang sebagai salesmen. Walaupun orang tersebut tidak memiliki kemampuan sales dan kadang rada malu.


Sekali lagi sebenarnya mereka yang 95% itu memiliki kemampuan sales, tapi terhalang oleh berbagai kepentingan. Karena "malu" jadi tidak mampu mengeluarkan kemampuan salesnya. Karena "terpaksa menjadi salesmen", kemampuan sales nya tak terjangkau oleh pikiran untuk jadi tindakan. Dan banyak sebab lainnya. Oleh karena itu saya berpikir tidak perlu mengajari banyak hal yang bisa dilakukan mereka untuk jadi salesmen. Ini juga menjadi parameter dalam mentraining seseorang. Cara atau resep seseorang tidak pernah bisa ditiru oleh orang lain, maka sebagai trainer hanya bisa membangkitkan kemampuan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalau saya memaksakan cara berjualan A, belum tentu bisa dijalankan dengan baik oleh salesmen. Hal ini karena salesmen itu sendiri sudah memiliki kemampuan dan sering terjadi self talk terhadap cara berjualan A itu. Alhasil adalah salesmen tetap menjalani caranaya sendiri.


Langkah membangun kemampuan salesmen adalah fokus utama saya setelah memiliki pengalaman dalam training center. Alhamdulillahnya saya diminta untuk merubah seorang office boy menjadi salesmen. Apa mungkin ? Ya Insya Allah mungkin. Karena saya berpikir semua sudah memiliki kemampuan dasar dalam menjual. Pertama kali yang saya lakukan adalah melakukan apa yang pernah saya buat dalam sekolah SPG. Dalam sekolah SPG, SPG sudah memiliki niat untuk jadi salesmen, sedangkan OB tidak memiliki itu. Hanya OB sering mendengar dan melihat jadi salesmen itu banyak uangnya dan "hebat" lah. Inilah yang mendasari OB ini menjadi salesmen, dengan kata lain "ingin merubah nasib". Diawal saya saya mengajak mereka ngobrol tentang nasib. Apakah nasib mereka yang tentukan ? Sebagian mereka menjawab nasib itu di tangan Allah. Tapi saya mengajak berpikir dan merenungkan, mengapa nasib mereka menjadi OB, apakah Allah yang tentukan ? Mereka sadar ternyata BUKAN Allah yang menentukan nasib mereka jadi OB. Mereka memilih sendir menjadi OB dan patennya lagi pekerjaan OB itu dilakukan terus-menerus (kebiasaan), maka dikenalnya mereka sebagai OB. Untuk merubah nasib mereka, apa yang harus dilakukan ? Ya merubah pilihan dan pasti atas izin Allah. Mereka memilih jadi salesmen dan terbuka kesempatan oleh perusahaan untuk dipercaya dan Allah izinkan itu terjadi sebagai amanah yang mesti dipertanggungjawabkan. Ada 3 hal, memilih, dipercaya dan diizinkan.


Saya meletakkan dasar berpikir menjadi salesmen yang kalau saya sebut sebagai windownya. Sedangkan software mengikuti sistem windownya. Software itu adalah cara berjualannya dan manajemennya. Saya menguatkan mereka tentang 3 hal di atas. Memilih adalah tidak perlu disesali karena memang itu yang diinginkan. kadang memilih itu bisa dipengaruhi oleh pengaruh luar (seperti uang dan imajinasi menjadi salesmen). Sebenarnya Memilih itu tidak hanya memilih pekerjaannya saja menjadi salesmen, tapi memilih seluruh aspek tentang salesmen. Tidak sekedar berpikir sekedar uang dan kehebatannya, aspek belajar pelanggan, belajar manajemen dan berlatih mempraktekkan penjualan dan sebagainya.Apa artinya memilih ? Seperti halnya nikah itu juga memilih, tapi ditengah jalan bisa berpisah. Padahal memilih itu diawal adalah baik dan menjadi baik seterusnya. jangan sampai bilang, "udah tidak jodoh lagi karena beda prinsip". Memilih menjadi seorang salesmen sebagai pilihan, maka konsekuensinya adalah membuktikan bahwa menjadi salesmen itu benar sebagai pekerjaan yang saya tekuni. Apakah nanti bisa berubah memilih yang lain ? Bisa saja asal seorang salesmen sudah membuktikan bahwa jadi salesmen itu benar (dengan kata lain sudah sukses). Sukses itu adalah pembuktian pilihan tersebut. Bagaimana kalau memilih jadi salesmen tapi malas-malas yang bikin target tidak tercapai ? Ini bukan memilih tapi asal memilih alias mumpung ada kesempatan. Menjagak salesmen itu berpikir dan merenungkan tentang memilih saja sudah bisa membangkitkan rasa tanggung jawab atas pilihannya. Disini saya bisa membangkitkan semangat dan motivasinya. Alhasil semua ini bisa mendorong mereka untuk bekerja sebagai salesmen yang bertanggung jawab.

Disisi lain adalah kepercayaan perusahaan untuk mengangkat mereka menjadi salesmen. Kepercayaan itu pasti ada latar belakangnya dan percaya juga dengan  kemampuan Ob dalam menjual. Bagi OB saya hanya mengajak berpikir bahwa tidak mudah mendapatkan kepercayaan itu dan itu adalah kesempatan. kesempatan untuk mengubah nasib. Apa yang harus OB lakukan terhadap kepercayaan itu ? Membuktikan kepercayaan itu bener. Hal ini sangat berarti bagi OB karena dipercaya dan memiliki dorongan dengan mensyukuri kepercayaan itu dengan bekerja maksimal. Lalu hal berikutnya adalah izin Allah. Pasti semua terjadi atas izin Allah. Banyak orang tidak mempercayai hal ini, dan cenderung berpikir karena pilihan mereka saja. Disinilah saya membangun religius mereka untuk menyadari ada Allah dalam peran hidup mereka. Mengapa Allah izinkan ? Bisa jadi Allah memberi amanah karena Allah tahu mereka (OB) itu bisa mempertanggungjawabkannya. Bagaimana bisa mempertanggungjawabkannya ? Apakah mereka mampu ? Apakah mereka sanggup menghadapi semuanya ? Disinilah diingatkan lagi bahwa semua tanggung jawab kepada Allah itu adalah tanggungjawab tertinggi diatas perusahaan. Artinya secara tidak langsung, mereka bekerja menjadi salesmen itu untuk Allah. Dapat diartikan mereka melakukan hal yang baik dan positif jadi salesmen. Dan Allah tidak membiarkan mereka bekerja sendiri, tapi Allah selalu mendampingi mereka asal selalu sadar kepada Allah.

Selanjutnya pasti diajari tentang ilmu dan manajemn salesmen yang memudahkan mereka bekerja sebagai salesmen. Dengan kata lain saya hanya menambahkan ilmu yang mereka miliki dan meluruskan ilmu mereka. Alhasil OB tersebut menjadi salesmen beneran. Walaupun ada beberapa yang tidak performe dengan baik. 60% berhasil dan sekarang mereka menjadi salesmen di berbagai merek. Itulah nasib mereka yang tadinya seorang OB dan sekarang menjadi salesmen ... karena memilih untuk membuktikannya kepada Allah yang telah memberi amanah dan dipercaya oleh perusahaan.

Inilah yang saya lakukan dalam training center untuk membangun kemampuan salesmen, dan ini menjadi pengalaman yang luar biasa. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya menjadi kaya dengan pengalaman ini dan saya mampu melakukannya lagi. Ikuti kisah berikutnya tentang training center dan trainer.

Munir Hasan Basri

Penulis buku, trainer, motivator

27.10.24

Tajuk 1, Doa, Basmallah dan Hamdallah

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah apa yang diinginkan diijabah Allah karena Allah Maha Mengabulkan doa, ya Mujib. Saat kami penuh salah dan dosa yang menyebabkan Engkau belum mengabulkan doa kami, ampuni dan hapuslah dosa kami. Jangalah Engkau jadikan kami orang yang merugi. Aamiin

Kali ini saya menulis pertama tentang catatan belajar saya tentang petunjuk Allah, baik dari perenungan pikiran, dari Al Qur'an dan hadist serta pemikiran ulama. CaTatan belajAr petunJUK Allah, saya singkat Tajuk Allah.

Tajuk Allah pertama ini, mengajak diri saya sendiri tentang iman saya sendiri. Terlintas dalam pikiran bahwa iman saya bisa menjadi faktor penentu bagi kelangsungan hidup saya. Kehidupan saya yang tidak baik-baik saja dan doa saya banyak yang belum terkabul. Tetapi dalam kenyataannya, dari satu doa ke doa berikutnya ... Kayaknya Allah berkenan dengan memberi inspirasi dan kemudahan yang saya dapatkan. Memang belum sampai kepada pengabulan doa yang saya inginkan. Saya berpikir semua itu memerlukan proses. Beruntunglah orang yang "langsung" dikabulkan doanya.

Doa itu adalah tujuan yang saya inginkan, semua terjadi setelah saya menjalani semua proses (Action) yang mengantarkan saya kepada tujuan saya. Lalu saya bertanya, bagaimana saya bisa menjalani prosesnya ? Awalnya pastilah saya mesti ilmu tentang cara melakukan prosesnya. Diawali dengan doa, lalu doa itu memberi semangat saya untuk meraihnya. Semangat itu memberi energi untuk Action. Lalu tak terpikir oleh saya karena memang saya merasa sudah ada dalam pikiran saya berupa ilmu (petunjuk cara). Saya menyimpulkan bahwa saya memiliki harapan untuk menuju doa saya. Harapan itu adalah jalan menuju tujuan yang Allah berikan berupa imajinasi dalam diri saya tentang doa (tujuan) saya. Percaya nggak bukan saya yang menciptakan imajinasi itu, tapi Allah. Bahkan apa yang ada di pikiran saya, semangat dan ilmu itu pun berasal dari izin Allah terjadi. Ada ungkapan yang bilang begini yang membuat saya terkesan yaitu "Berdoalah untuk apa yang saya ingin saya kerjakan dan Kerjakan apa yang saya doakan"

Ini adalah renungan saya tentang doa, kalaulah semua faktor dalam berdoa itu adalah miliki Allah. Entah itu isi doa berupa tujuan (pasti yang baik), hadirnya imajinasi dalam pikiran, kepikiran pula ada ilmunya, tiba-tiba semangat dan ada dorongan untuk bertindak (Action), dan semua yang terkait menjadi bersumber dari Allah. Tidakkah doa ini mesti dimulai dengan Basmallah ... diakhiri dengan Hamdallah. Tak pantas pula saat saya memulai semua itu dalam berpikir sampai kepada tindakan nyata pun mesti diawali dengan Basmallah dan menjadi luar biasa saat saya mengucapkan Hamdallahnya saat doa itu terkabul. Saya membayangkan bacaan Basmallah dan Hamdallah itu telah menjadi bagian dari seluruh aktivitas saya sehari-hari. Bukankah saya mesti mengerjakan apa yang saya doakan , semua aktivitas adalah selalu terkait dengan Basmallah dan Hamdallah. 

Renungan berikutnya ? Sudahkah saya terbiasa dengan bacaan Basmallah dan Hamdallah. Dalam hadist disebutkan kurang lebih "sesuatu yang tidak dimulai dengan Basmallah, tindakannya menjadi tidak bermakna (tidak bisa mengikuti hukum Allah)". Lalu bagaimana kalau saya lupa ? Kadang makan aja lupa Basmallah. Disinilah Allah mengajarkan kebiasaan baik seperti membaca Basmallah itu dalam setiap langkah kehidupan saya. Menjadi kebiasaan dan menjadi akhlak. Lupa atau lalai itu pasti berurusan dengan setan yang pasti menghalangi saya untuk menuju Allah. Akhirnya saya mesti berlatih membaca Basmallah setiap mau apapun yang baik ... 

Kembali kepada doa, lalu apakah dengan membaca Basmallah dan Hamdallah itu menjadi lebih baik ? Insya Allah, membaca Basmallah berarti saya mau dengan senang hati mengikuti aturan dari Allah. Saya beriman dan saya tunduk kepada aturan Allah. Ini adalah syarat saya berdoa sebagai muslim. Dengan menyebut nama Allah, dimana segala hal bergantung kepada Allah dan semua atas izin Allah serta sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Selanjutnya Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahiim. Allah sendiri yang memberi tahu kepada hambaNya, Dia lah yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Dengan pengertian ini, ucapan Basmallah yang sempurna adalah Bismillahirrahmanirrahiim. Hindari hanya menyebut Bismillah aja.

Bagaimana dengan Hamdallah ? Saya berpikir sama, bacaan Hamdallah yang sempurna adalah Alhamdulillahirrabbilalamin, bukan sekedar membaca Alhamdulillah. Ucapan yang menutupi apa yang saya lakukan sebagai pengakuan kepada Allah, Tuhan alam semesta. Allah yang memiliki semua alam semesta dan yang berhak memberi izin segala hal termasuk doa dan tindakan yang saya lakukan. Pengakuan Alhamdulillahirrabbilalamin adalah pengakuan hati yang dilisan oleh lidah, pujian dan terima kasih atas bisanya saya berdoa, bisanya saya berimajinasi, bisanya saya berilmu, bisanya saya bersemangat dan bisanya saya bertindak. Apa yang saya rasakan sesaat membaca Alhamdulillahirrabbilalamin ? Saya merasa sudah menjalani apa yang semestinya saya lakukan untuk doa saya. Kalaulah tahapan ini merupakan tahapan yang mesti saya lewati dan bersiap untuk tahapan selanjutnya. Saya mesti juga mengucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin karena telah melewati tahapan yang mesti saya jalani. Akhirnya bacaan (pujian)  Alhamdulillahirrabbilalamin menandakan saya berserah diri kepada Allah atas apa yang hendak dikehendakiNya atas doa saya.

"Saat harapan itu ada, ada cara untuk meraih apa yang saya doakan. Iman menandakan Saya memiliki ada harapan, berharap hanya kepada Allah. Jangan sampai saya tidak memiliki harapan yang menunjukkan iman itu hilang"

Alhamdulillahirrabbilalamin Tajuk Allah (Catatan belajar petunjuk Allah) perdana ini tentang doa, Bismilllahirrahmanirrahiim, Alhamdulillahirrabbilalamin, iman, harapan, tujuan, semangat, energi, tindakan (beramal saleh), ilmu, kebiasaan, akhlak, dan kehendak Allah. Insya Allah saya semakin memahami dan dapat merenungkannya serta mampu berlatih dan memiliki akhlak yang baik. Insya Allah selalu ada catatan yang membaca Tajuk 1 ini , dengan senang hati saya membuka hati untuk semakin menambah ilmu dan wawasan.

Munir Hasan Basri

Penulis buku, Trainer, Motivator

24.10.24

Training center menyelenggarakan Sekolah SPG

Semangat pagi semuanya. Insya Allah setiap langkah hidup ini selalu dalam rahmatNya, dan saat lalai selalu pula diingatkan Allah. Jangan sampai lupa dengan sang Pencipta yang Maha rahaman dan rahim, sekecil apapun yang saya sadari dari diri saya adalah milik Allah dan selalu peran Allah. Satu tarikan napas saya adalah milik Allah dan saya mesti bersyukur dengan memanfaatkan tarikan napas itu jadi amalan. Saya membayangkan tarikan napas itu terhenti ... kembali kepada Allah.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, dan Training center menyelenggarakan Sekolah SPG 

Dari berbagai hal yang sudah saya lakukan tentang training bersama team, saya terpikir saat itu, mengapa saya tidak "membangun sekolah ?" Sekolah apa ya ? Saya masih bermimpi saat itu dan mulailah saya mengumpulkan beberapa training yang sudah saya lakukan, seperti motivasi, informasi produk dan perusahaan, training salesmanship dan training problem solving, training komunikasi dan lainnya. Saya merasa sudah cukup materi tersebut untuk membuat seorang SPG dari nol.

Awalnya saya mulai untuk menerima SPG-SPG baru yang diterima oleh perusahaan untuk dipekerjakan. Saya membekali mereka dengan motivasi kerja. Apa itu motivasi kerja ? Saya mengajak mereka untuk menyadari bahwa kerja bukan cari uang. Dan mereka heran, kok begitu. Mereka cari kerja untuk dapat uang. Betul begitu, setelah ajak mereka merenungkan lebih dalam. Ternyata hidup itu cari kerja walaupun sudah kerja. Diterimanya sebagai SPG adalah cari tempat kerja, lalu setelah masuk mereka harus benar-benar cari kerjaannya. Apa itu kerjaannya SPG ? Ya mengetahui produk, merek, perusahaan dan berani menawarkan produk agar calon pelanggan memutuskan untuk membeli. Jika kerjaan itu tidak dijalani dengan benar, maka tidak terjadi penjualan alias SPG tidak dapat uang. Setelah SPG menyadari apa yang mesti mereka cari (kerjaan), maka uang pun sepadan dengan apa yang mereka kerjaan. Saya bilang kepada SPG, "mau gaji gede, jual yang banyak. Jual yang banyak itu kerja yang banyak dan berkualitas". Disinilah saya membangun SPG dengan dasar yang kuat, bukan mengajari SPG dengan mimpi uang banyak dan fokus kepada menjual saja.

Langkah awal membangun sekolah SPG ini tidak hanya teori saja, tapi juga ada porsi prakteknya. Saat mereka saya ajari hal di atas, saya minta mereka mulai menjual (praktek). Apa yang mereka dapatkan dijelaskan kembali di kelas sekolah. Misalkan mereka bisa menjual 4 unit produk dan terjadi kegagalan 10 kali. Maka Mereka mesti mengambil hikmahnya, bahwa mereka mesti tahu penjualan itu terjadi tidak 100%, dalam hal ini SPG hanya bisa menjual 4 dari 14 kali aktivitas. Katakan saja jika uang yang didapat 100.000. Maka untuk mendapatkan uang 200.000, mereka harus cari kerja sebanyak 28 aktivitas.  Efeknya SPG menjadi sabar dan memahami rezeki Allah lewat kerja. Kadang bagus dan kadang belum dapat aja penjualan. 

Untuk melatih cara berkomunikasi dengan calon pelanggan, saya menerjunkan mereka dalam praktek setiap hari. Apa itu ? Mereka terjun di dunia call center, dimana mereka dapat menguji ilmu komunikasinya. Dan saya melatih mereka untuk presentasi kepada karyawan, selain melatih kepada calon pelanggan. Sekolah ini dibangun tanpa ada biaya yang berarti karena mereka mendapatkan ilmu gratis, praktek langsung gratis dan perusahaan mendapatkan hasil yang luar biasa. Dalam perjalanan sekolah SPG ini tidak semua berhasil. Dari 10 orang yang menjadi SPG hanya 6 orang dan sisanya kalah karena butuh uang (mencari pekerjaan lain yang langsung menghasilkan uang).

Ujian praktek tentang produk secara teknis dan non teknis, saya menerapkan role play atau diskusi produk. Dimana saya dan tean yang sangat paham teknis, benar-benar menguji jawaban yang pas sebagai SPG dalam berjualan. Misalkan jangan bilang produk ini hemat listrik, sedangkan calon pelanggan melihat data produk wattnya besar. Disini SPG diajari makna hemat, yang secara teknis adalah tergantung watt dan waktu. Berapa lama pemakaian atau fungsi produk itu berlangsung menjadi penentu hasil yang didapat ? Dalam hal setrika, mana yang hemat setrika dengan watt 250 watt dengan 350 watt ? Calon pelanggan cenderung memilih 250 watt dan lebih murah lagi. Tapi ternyata SPG mesti bisa menjelaskan bahwa watt 350 itu lebih hemat. Mengapa ? Lebih cepat panas dan hasil setrikaan rapi dengan waktu pemakaian lebih cepat dibanding setrika 250 watt (karena watt yang rendah memberi waktu pemanasan lebih lama). Hal kecil seperti ini mesti menjadi pengetahuan SPG untuk mengedukasi pelanggan. Selama ini SPG hanya dididik cara menjual dan triknya saja. 

Alhamdulillah saya dan team dapat mengembangkan training center sebagai "sekolah SPG". Berapa lama saya menjadikan SPG bersekolah ? Sebenarnya secara kelas bisa berlangsung 1 - 2 bulan, dan setelah mereka di kontrak sebagai SPG, maka training terus berlanjut di dalam training center. Saya dan team mendapatkan banyak pengalaman dan kemampuan baru (ilmu dan ketrampilan). Didalam dunia salesmen, banyak merek sangat ingin merekrut SPG dari merek yang saya training. Kata mereka bisa langsung pakai dan ilmunya canggih. Jadi deh SPG didikan training center waktu itu bisa jual mahal (minta gaji lebih tinggi) . Hal yang membanggakan saya dan team adalah di saat kami berada di mall sering ditegur SPG yang pernah kami didik, "selamat siang pak". Ternyata SPG tersebut sudah pindah ke merek lain, dimana kami tidak mengenalnya lagi. Beberapa alumni SPG sudah ada yang jadi supervisor sales dan bahkan manager toko.

Disinilah saya yang membekali trainee dengan ilmu carilah kerjaan, maka uang mengikutinya. Saya sudah paham betul dan menerapkannya. Saya selalu mencari kerjaan baru atau mengambil inisiatif kerjaan orang lain untuk dikerjakan. Disinilah saya membuktikan dan mendapatkan kepercayaan. Ingin tahu lebih banyak tentang training center dan trainer ? Ikuti terus tulisan saya berikutnya.

23.10.24

Training center untuk Manager dan Direksi

 Semangat pagi, Insya Allah tulisan yang saya share tentang training center dan trainer menjadi inspirasi dan membangkitkan siapa pun yang ingin meningkatkan kemampuan semakin tinggi.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah, dan Training center untuk Manager dan Direksi (tulisan saat ini)

Saya berkecimpung dalam training center sejak 2003 sampai sekarang. Saat ini saya tetap produktif dalam mencreate training dan mendelivernya untuk mereka yang merasa sudah produktif tapi nyatanya belum. Dalam sharing saya tentang training center dan trainer, perjalanan pengalaman berharga bagi saya. Dari tahun ke tahun saya terus mengembangkan diri menjadi "Trainer Profesional" dan yang pasti mengembangkan training center itu sendiri. Sebagai trainer saya memimpikan training center sebagai pusat pelatihan sudah terwujud waktu itu, dan satu lagi yang saya inginkan adalah training center untuk manager dan direksi. Saya berimajinasi, saya menjadi trainer bagi manager dan direksi. 

Ternyata dalam perjalanan training center yang sudah diakui oleh perusahaan mengantarkan saya benar-benar menjadi trainer yang memberi training kepada manager sales, branch manager dan direksi. Training untuk direksi dilakukan bersamaan waktunya dengan meeting tahunan nasional. Seperti biasa saya merespon ini dengan rasa senang dan banyak khawatir, apakah saya bisa ? Yang ada dalam gambaran saya, seorang trainer profesional di luar sana begitu menyakinkan dalam menyampaikan dalam trainingnya. Apa yang bisa saya lakukan ? Bersiap dengan bener, walaupun dalam pikiran saya pasti tidak ada yang bener dan sempurna.

Dari mulai mencari materi yang sederhana saja, seperti biasanya setiap tahun bos dan manager selalu meeting dan yang menarik adalah membicarakan hal yang sama dan solusi yang sama. Tema ini menjadi bagus menurut saya untuk disampaikan kepada direksi dan manager. Membicarakan yang sama menunjukkan adanya program yang tidak mampu dijalankan, bisa karena memang kemampuan orang yang menjalankannya tidak mumpuni atau memang program itu hanya di atas kertas tanpa adanya tindakan lanjutan untuk mempersiapkan segala hal bisa terjadi. Banyak bos bilang semua harus berubah, tapi pada kenyataannya bos sendiri tidak berubah. Kembali kepada rutinitas. Bos selalu minta omset, kalau tidak capai target dianggap gagal. Sehingga yang terjadi adalah semua manager berusaha berbagai cara untuk memenuhi target, cenderung tidak berorientasi kepada masa depan (cara yang kreatif). Perubahan disikapi sebagai bertambahnya omset BUKAN pengalaman baru yang bisa menambah kemampuan manager yang dapat merubah semua team untuk meningkatkan omset. 

Waktu itu, Saya mengajak semua orang berubah dengan rumus sederhana. Perubahan = potensi x action, saat action itu sama dari tahun ke tahun maka hasil cenderung sama. Action adalah perwujudan potensi yang sama pula. perubahan itu memang harus dimulai dari pikiran setiap orang untuk mampu melihat dengan ilmu agar menjadi potensi yang lebih baik.  Kalau seseorang ilmunya sama dari tahun ke tahun, maka kemampuan orang itu tidak bisa melihat peluang dari apa yang dimilikinya. Efeknya actionnya juga sama. Bagaimana hasilnya ? Maksimal bisa sama dan besar kemungkinan tidak sama. Kok bisa ? karena kompetisi diluar perusahaan berubah dan "menghambat" saya. Dalam keadaan seperti ini banyak bos dan manager panik dengan menyelesaikan dengan kondisi stress. Apa yang dilakukan, "marah-marah kalau belum capai omset". Manager hanya "yes-man" dan berusaha mencapai omset. Mereka kalau ada omset lebih ditahan untuk belum berikutnya, dan cenderung meminta program sales dan macem-macem sebagai alasan untuk bisa mencapai omset.


Sekali lagi dalam rumus yang saya sampaikan, dua hal yang bisa dilakukan untuk berubah. Itulah yang saya sampaikan kepada bos dan manager dalam trainingnya. Saya mengemukakan bahwa penting buat semua orang berubah lewat 2 cara berikut :

1. Kondisi yang nyaman dan tidak stress. Kondisi yang dibutuhkan untuk mampu berpikir positif, bukan stress dan tertekan yang memang menghadirkan pola pikir emosional. Kondisi nyaman ini bisa diciptakan sendiri atau dibentuk oleh team, tapi peran diri sendiri sangat menentukan. Apa yang terjadi ? Pikiran dengan mudah mengelana untuk hal yang sudah ada dalam pikiran dan terbuka untuk pikiran baru. Artinya jika hal ini dilakukan, maka potensi menjadi bertambah. Potensi yang bertambah mengantarkan diri untuk actionpun jadi lebih. perubahan ? Pasti terjadi, dan mesti harus konsisten.

2. Untuk meningkatkan potensi dapat pula dilakukan dengan menambah ilmu. Memahami ilmu dengan benar, tidak perlu banyak tapi sedikit tapi benar-benar paham. Misalkan ilmu networking, bila dijalani dengan ilmu bener, maka penambahan jaringan sedikit demi sedikit menjadi penting untuk menambah omset. Ilmu yang dipahami dapat membuka action mengikutinya sehingga perkalian potensi x action menjadi berlipat.

Tentunya dalam training itu saya tunjukkan perubahan itu melalui permainan sulap. Saya sudah mempersiapkan peralatan sulapnya untuk semua orang. Misalkan dengan permainan kartu saja, seorang manager dapat memberi kejutan kepada dealer dalam mengembangkan keakraban yang berujung kepada penjualan. Ilmu barunya ilmu sulap, actionnya bermain sulap, hasilnya semakin akrab dan penjualan yang meningkat. Saya minta manager itu membayangkan dilakukan 10 dealer, 20 dealer dan seterusnya ... mereka berubah dan berubah pula hasil yang proporsional.

Setelah training tersebut,Training center benar-benar telah menjadi pusat pelatihan seperti konsultan training. Perbedaan training center sendiri  pasti tahu keadaan perusahaan dengan baik dan memberikan solusi dengan "ikhlas". Bagaimana dengan konsultan training di luar perusahaan ... semua berujung uang dan apa yang diberikan belum tentu pas dengan keadaan manager dan persoalannya. Alhamdulillah setiap ada pelatihan bagi manager dan supervisor nasional, Training center menjadi pengisi acara. Terpenuhi sudah apa yang saya impikan, yang meningkatkan kemampuan training saya.

Manager dan direksi sangat respek dengan apa yang saya berikan, dan ternyata mereka merasakan hal baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Dalam satu kesempatan saya pun training untuk manager dan direksi perusahaan lain, semua terpesona dan angkat jempolnya. Tersanjung deh saya, dan selanjutnya kemampuan ini membekali saya untuk memberanikan training untuk "publik". Ikuti terus pengalaman saya dalam training center dan trainer dari blog ini.

22.10.24

Membuat materi training itu mudah

Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari selalu ada keberkahan dari sisi Allah dan dimampukan untuk mensyukurinya. 

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer, dan Membuat materi training itu mudah.

Berdoa selalu ada dalam diri manusia dengan menghadirkan harapan untuk mencapai tujuan. Harapan kepada Allah mendorong semua orang masih melakukan banyak hal dalam hidup ini. Harapan itu jalan menuju tujuan. 

Selalu menarik untuk berbincang training center, ada banyak ilmu dam ketrampilan di dalam training center. Yang utama adalah teamnya mesti selalu mencari ilmu-ilmu baru agar mampu meramunya dalam training yang disampaikan. Saat memasuki dunia kerja, pasti ada banyak masalah. Mengapa terjadi ? Terlalu fokus kepada masalah itu sendiri, sedangkan pikiran tidak dibuka untuk melihat banyak peluang untuk melewati masalah tersebut. Yang dibayangkan oleh seorang trainer adalah membuat training yang hebat dan membuat orang terpukau. Gampang nggak sih ? Bisa aja ATM BCA dengan training yang ada. Tapi kan jadi follower ? Disinilah masalahnya, hanya sedikit orang yang memiliki kemampuan mencreate training yang pas buat orang lain. Dalam perjalanannya, trainer begitu kesulitan dan tak mampu melakukannya. Lalu apa yang mesti trainer lakukan ?

Berpikirlah sederhana dan lihat peluang agar mampu dikembangkan menjadi materi training yang menarik. Saya lebih suka membahas yang kecil yang dianggap banyak orang tidak menjadi penting. Kalau bisa detail pembahasan yang kecil itu belum pernah dipikirkan banyak orang, hanya tahu kulitnya saja. Atau bahkan kalau ditanya bahasan kecil itu, mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Saya kasih contoh, saya menemukan "Masalah" menjadi materi training yang menarik. Awali bertanya kepada trainee, apakah mereka tahu tentang arti masalah ? Ada yang jawab masalah ya kesulitan atau tidak tercapainya keinginan. Hanya sebatas itu. Mereka memahaminya kalau ada masalah, bagamana ? Hadapi saja. Selesai nggak ? Umumnya tidak selesai masalahnya. Lalu saya mengajak trainee untuk mendalami apa yang mereka sampaikan ...

Kata kesulitan, apa sih artinya ? Apa ya. Beberapa saat ruangan training menjadi hening dan seperti bingung untuk menjawab arti kesulitan. lalu saya lempar pernyataan,"bukankah kesulitan itu kemampuan yang tidak cukup menghadapi keinginan ?" Trainee mengangguk tanda setuju. Bagaimana cara mengatasi kesulitan ? Begitu banyak jawaban dan bahkan masih bingung mau ngapain. Saya aja mereka untuk memahami kata kesulitan tadi yang artinya kemamampuan yang tidak cukup, maka kesulitan itu bisa dilewati dengan cara menambah kemampuan (belajar). Tapi ada yang nyeletuk, kesulitan itu seringkali selesai setelah didiemin. Saya beranikan diri untuk menjelaskannya saat menghadapi kesulitan sering membuat mereka yang mengalaminya seperti tertekan,"kok sulit ya ?" Kondisi mereka tidak mampu berpikir sehat karena tertekan (stress), lalu kesulitan itu dapat diselesaikan selang beberapa waktu karena kondisinya relax yang mampu membukan pikiran sehat hadir. Dan ternyata kesulitan itu mudah kok untuk dilewati, "Mengapa kemarin saya tidak melakukannya". Begitulah kesulitan itu mudah untuk diselesaikan dengan menambah ilmu dalam keadaan relax. Ada kata kesulitan - ada kata kemampuan, lalu saya sambungkan dengan kata masalah yang juga memiliki padanan keinginan yang tidak tercapai, alias keinginan yang tidak diiringi dengan kemampuan yang menyebabkan tidak tercapai. Materi ini sederhana dikemas secara interaktif dua arah yang menyebabkan kondisi training menjadi menarik dan bisa berlangsung 2 jam. Jadi saya dan team tidak perlu mempersiapkan materi yang heboh, tapi cukup materi sederhana yang dikembangkan lebih detail dan biasanya dibalut dengan judul emosional, "Masalah itu enteng" dan dikaitkan lagi dengan "Masalah kerjamu ada dipikiranmu"

Seperti biasa proses knowledge management terus saya lakukan dengan mencatat hal yang mesti dilakukan dan juga ditambah dengan keterkaitan materi ini banyak pihak. Ditampilkan dengan power point yang menarik lewat gambar dan animasi. Apakah ada kesulitan dalam membuat training ? Kalaulah masih terasa sulit, maka ciptakan relaksasi bagi diri dengan membaca buku atau sejenisnya. Kalau pun belum mendapatkannya, mulailah mencoret-coret tulisan tangan dengan menuangkan ide, dan berdoalah. 



Era digital banyak terbantukan oleh AI, Mudah tapi tidak orisinil dan tidak memberi nilai tambah bagi trainer. Bisa saja dengan mind mapping semakin mudah untuk mengembangkan materi training. Dengan terus-menerus membuat materi training "baru" membuat semakin mahir dan kemampuan pun semakin tinggi. Apa efeknya ? Terkadang saya dan team diminta membahas suatu masalah, baik yang hadir lewat pertanyaan atau terlintas dalam pikiran. Tidak ada dalam rencana training, tapi mesti siap menghadapi semua itu. Karena terbiasa mengembangkan satu kata menjadi lebih bermakna, maka saya dan team pun mampu mengolah masalah dan selalu mengkoneksikan dengan banyak hal atau kejadian saat itu. Alhamdulillah kemampuan yang dikembangkan sebelumnya lebih mudah diingat karena dibuat sendiri dan dialami sendiri. Bayangkan AI yang memudahkan banyak orang tapi mesti dihafal dan dipahami, kan lebih mudah mengcreate sendiri. 

Hari demi hari begitu  banyak materi yang sudah dibuat, lalu saya pun membaca ulang dan biasanya selalu ada pembaharuan materi. Saya terus melakukan revisi materi dan mengembangkan materi sebelumnya semakin luas. Kemampuan ini menjadi modal bagi saya dan team untuk selalu update dalam memberikan training kepada siapapun. Ada trainee bilang,"kok materinya nggak habis-habis untuk training dari waktu ke waktu sepanjang tahun" atau "selalu ada aja materi baru yang lebih menarik  saat training".  

Apa yang hikmahnya ? Karena membuat materi training itu mudah, maka saya pun semakin kritis terhadap diri saya sendiri. Saya memilih materi yang berhubungan dengan hidup dan kerja saya. Bayangkan saat saya mengembangkan materi yang berhubungan langsung dengan saya, alangkah indahnya materi training bisa menyelesaikan persoalan hidup saya. Inilah materi training yang membumi bagi trainer, yang mampu selalu memotivasi diri dan juga memberi inspirasi bagi banyak orang. Nggak lucu dong, trainer (motivator) kok ngga bisa motivasi sendiri. Nggak lucu dong, trainer (memberi ilmu) kok tidak mampu menyelesaikan dirinya sendiri.

Apa yang saya jelaskan di atas adalah pola membuat materi training yang mudah, tapi sekaligus materi yang benar-benar dikuasai sendiri dengan baik dan dapat dilakukan banyak orang. Training center yang saya bangun dan kembangkan memberi saya banyak inspirasi untuk menjadi semakin baik. Dan yang tak terbayangkan oleh saya hari ini  adalah saya sudah mampu membuat materi dengan baik dan saya juga sudah mampu menulis buku dan menerbitkannya. Ada 3 buku yang telah terbit, dan beberapa lagi dalam bentuk ebook yang berkualitas. Judulnya "Semangat kerja yang konsisten", "kerja bahagia dengan BUS Way", "keyakinan memperkaya kerja produktif", dan buku berikutnya "7 langkah manajemen syukur".

Menjadi pengalaman yang menarik sebagai trainer dan manager training. Ada banyak tulisan lagi tentang training center dan trainer selanjutnya. Ikuti terus sharing saya.


Featured post

Menjadi trainer sepanjang masa

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah pekerjaan saat ini menjadi pekerjaan yang langgeng walaupun sudah tidak bekerja di perusahaan dan me...