Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Jumat, Oktober 28, 2022

Kapan saya cerdasnya ?

Saya pernah menuliskan ide di lembar karton seukuran saku, apa-apa yang penting dan menarik bagi saya tulis, ternyata banyak juga. Saat itu saya tidak berpikir tulisan itu kapan dimanfaatkan. Saat ini saya membacanya lagi dan saya dapat mengembangkan tulisan tersebut menjadi lebih baik. Cara saya ini diganti dengan HP note yang bisa menulis di HP. Karena hanya beberapa orang yang memilikinya ... cara ini masih lazim digunakan bagi yang suka lupa atau mendapatkan ide dimana saja. Gampang kok, beli karton manila di toko kertas dan minta potong seukuran saku baju

Baru saya ngeh bahwa kepintaran itu muncul pada saat kita kecewa atau gagal BUKANnya saat kita belajar. Hanya kita tidak fokus dengan ocehan kita saat kecewa atau gagal. Kekecewaan itu bisa kepada diri sendiri atau orang lain. Saat kita jujur terhadap diri sendiri, ada ada solusi atau ide mengatasi kekecewaan kita atau kegagalan kita.
1. Mengapa sih selalu begitu bukan begini ? Kita tahu kalau mengerjakan seperti begitu hasilnya begitu, tapi semua itu kita yang memilih begitu karena alasan terntentu. Setelah tahu hasil begitu, masih mau kita mengerjakan seperti itu ? Berubah dong.
2. Seharusnya saya melakukan ini dan itu, Kok tahu kita ? Padahal sebelum mengerjakan selalu ada faktor lain yang menyebabkan kita tidak mengerjakannya. 
3. Seandainya saya kemarin ini dan itu ... mesti saya tidak seperti ini
4. Dan banyak lagi 
Apa hikmahnya ? Saya ingin mengatakan bahwa kecerdasaan saya sudah ada dan memang tidak dimanfaatkan. Mengapa ? Bisa jadi kecerdasan dikalahkan dengan faktor emosional sehingga ksaya cenderung memilih yang saya nyaman.


Misalkan, saya dulu tidak mengambil untuk berusaha (berdagang) selagi muda. Tapi terus bekerja sampai tua sebagai karyawan. Ada karir yang menggoda atau ada uang yang lebih banyak yang bisa diperoleh, ada impian yang besar dan ada juga proses belajar serta lainnya. keputusan untuk tetap jadi karyawan memang terlihat hebat di mata sesama temen dan relasi, apakah hanya ingin dipuji atau diapresiasi dengan baik. Bagaimana di masa pensiun ? Tidak ada yang bisa dioptimalkan lagi dan banyak pertimbangannya. Ada penyesalan kenapa nggak dari dulu menjadi pengusaha ? 
Keputusan menjadi karyawan terus ada sedikit logikanya dan cenderung "emosional" dan hal inilah yang membuat saya "menyesal".


Sekedar info saja, saya merasakan rezeki Allah itu ada dan semakin baik jika saya mengupayakannya dengan tulus. Ada karir untuk menjadi pengusaha yang lebih besar, ada proses belajar dengan konsumen dan apa yang saya hasilkan, ada uang yang cukup yang bisa dikelola dengan baik, ada juga pujian dan sebagainya. Semakin semangat untuk memberikan produk dan jasa terbaik untuk konsumen, dan ada keinginan untuk menambah produk.
Agar kita bisa mengoptimalkan ilmu dan ketrampilan, maka memulailah dari kecil dari sekarang apapun yang mau didagangkan. Tidak ada ilmu yang sempurna untuk memulai dagang. Ilmu menjadi semakin sempurna dengan menjalaninya. Yakin lah,
Kecerdasan kita dapat kita hadirkan dengan cara berimajinasi tentang keinginan kita mau berdagang/berbisnis.
Seandainya saya .... 
Saya bisa ....
Saya nanti ....
dan sebagainya
Imajinasi itu diwujudkan dengan semangat mengerjakannya (dengan tulus) dan melibatkan Allah. Konsisten seperti halnya kita kerja (konsisten sampai pensiun). Ada semangat untuk menyempurnakan produk dan layanan sehingga sesuai dengan keinginan pelanggan.

Kakak saya pernah bilang ke saya, "kok kamu bisa dan sungguh-sungguh mengembangkan perusahaan tempat saya bekerja, tapi nggak mau kerja sendiri ?" Seperti Magic Word saya sebelumnya, "Orang sukses mengerjakan apa yang ia imajinasikan dan apa yang iya pikirkan atau apa-apa yang orang lain diskusikan". Just do it Now.



Kamis, Oktober 27, 2022

Katanya mau senyum terus

Katanya mau senyum terus ... apa iya ? Kalau lihat si A, saya seneng banget karena senyum terus. Kayak nggak ada masalah. Kok bisa ya ? Bisalah bahwa si A sering memberikan senyumnya jika bertemu orang. Memang sih ada juga hari si A kurang senyumnya, tapi dari frekuensi keseringan senyumnya, saya sih bilang si A orangnya murah senyum.

Memang tidak ada orang yang sempurna, tapi dari apa yang dilakukannya seperti tersenyum sering dilakukan. Makanya orang menyebut si A itu senyum. Orang tersenyum tidak bisa dipaksakan. Senyum yang tulus datang dari hati yang bahagia. Bisa aja orang memaksakan diri untuk tersenyum tapi jadi nggak enak lihatnya.

Wajah kita mencerminkan suasana hati. Suasana hati yang tidak bahagia, maka senyumpun terasa hambar. Sebaliknya orang yang bawaan seneng aja, maka senyumnya luar biasa. Perhatikan orang yang memiliki senyuman menunjukkan orangnya memiliki sikap positif. Ada sih masalah, tapi sikap positifnya membuat dia menjadi nyaman dengan masalahnya. 

Mari perhatikan orang-orang berikut ini :

Apakah seorang pemimpin yang baik memiliki senyuman ? Mestinya iya, saya membayangkan pemimpin itu tidak murah senyum. Apa yang terjadi dengan yang dipimpinnya ? 

Apakah seorang yang cerdas memiliki senyuman ? Mestinya iya juga. Bagaimana orang yang tidak relax bisa berpikir kreatif ? Relax mengantarkan seseorang murah senyum. 

Apakah seorang karyawan tidak memiliki senyuman saat bekerja ? Mesti karyawan tersebut pasti stress dengan keadaaannya sendiri. Temennya kurang respek. Akhirnya bekerja pun tidak nyaman dan kurang produktif.

masih ada yang ingin dibayangkan orang tidak murah senyum ? Senyum menjadi bagian penting dari kesungguhan kita bekerja atau beraktivitas. Kurang senyum bisa menunjukkan sedikit terpaksa mengerjakan sesuatu. Menurut kedokteran, orang yang tersenyum memberi rangsangan positif dari seluruh tubuh untuk merasakan kenyamanan, dan sebaliknya mereka yang tidak mudah tersenyum membangkitkan otot-otot yang kaku dan stress.



Bukan persoalan ada maunya untuk tersenyum, tapi katanya mau senyum terus merupakan upaya untuk menyehatkan fisik kita (rasa bersyukur), yang juga menyehatkan batin (hati kita). dengan senyum banyak mengurangi tekanan (stress) dan membuat kita mudah bersikap positif dalam menghadapi hidup ini. Senyum membuat kita nyaman dan relax sehingga kita pun mudah untuk berpikir yang positif. Tidak ada ruginya, bahkan dalam Islam senyum adalah ibadah (senyum yang tulus pastinya).



Katanya mau senyum terus ... berusahalah menjaga hati untuk tetap berprasangka baik kepada siapa pun dan khususnya kepada Allah. Belajarlah tersenyum saat kita sendiri, saat beraktivitas apa saja dan buatlah diri kita bisa berimajinasi melihat diri kita sendiri sedang tersenyum. 

Rabu, Oktober 26, 2022

Apa iya saya bicara begitu

Saya pernah memikirkan apa yang ada di dalam teko, maka itulah yang keluar. Ibarat teh yang ada di teko,, maka saat saya tuangkan maka teh dalam teko itulah yang saya dapatkan. perumpamaan ini sering kita dengar atas ucapan yang keluar dari apa yang ada dalam pikiran. Mungkinkah sesuatu yang tidak ada dalam pikiran kita terucap ? Sepertinya tidak. Pasti sudah ada dalam memori pikiran kita. Kita merasa tidak pernah ada, tapi memori yang sudah tercipta dalam kondisi kita sadar maupun tidak sadar.

Kalau isi dalam teko tidak ada pilihan untuk dikeluarkan, tapi apa yang ada dalam pikiran kita BISA memilih apa yang diucapkan. Jika dalam keseharian saya sering mengatakan,"selamat pagi" sebagai sapaan kepada seseorang saat bertemu, maka ucapan itu pula yang terjadi setiap hari. Apa yang terjadi saat saya tidak mengucapkan itu ? Ada kata yang baik seperti "Assalamualaikum" saat saya berkumpul dengan sesama muslim, atau saya mengucapkan kata yang tidak begitu nyaman kepada seseorang yang lebih muda dengan "hai". Atau saya bisa berucap tidak baik saat saya tidak suka atau lagi marah kepada seseorang,"pagi". Jadi kita bisa memilih ucapan yang baik saat kondisi sadar bertemu orang yang lebih tua atau orang baik, dan sebaliknya ucapan tidak baik saat kondisi yang memang jadi kebiasaan berkumpul dengan kelompok yang tidak baik atau lagi marah.



Apa sih yang bisa saya lakukan ?  Paling tidak, saya harus berani mempelajari ilmunya. Ilmu menyapa misalkan, saya belajar memahami makna ucapan "Assalamualaikum" untuk sesama muslim. Saya menjadi membiasakan ucapan itu karena itu petunjuk Allah dalam bermasyarakat dan memiliki makna yang baik. Ada semacam dorongan yang saya dapatkan dengan mengucapkan "Assalamualaikum" sehingga saya menjadi nyaman dan tenang, sekalipun saya memiliki memori lain untuk mengatakan "selamat pagi" dan lainnya. Bagaimana dengan ucapan buruk ? Saya cenderung dalam keadaan tidak "sadar" atau terbiasa.

Beberapa orang dapat menilai dari ucapan saya yang baik dan yang tidak baik. Menilai apa ? Menilai kepribadian saya. Memang lisan yang diucapkan seseorang itu bisa menentukan nilai atau kualitas pribadinya. Paling tidak, kita dapat menilai apa yang sedang terjadi pada saat itu tentang perilakunya. Berprasangka baik mesti saya lakukan terhadap ucapan seseorang. Saat seseorang berkata kurang sopan atau tidak baik, bisa jadi dia lagi bermasalah atau lagi sakit dan sebagainya. Saya mesti belajar untuk merespon ucapannya dengan ucapan yang lebih baik agar tercipta suasana yang semakin baik.


Islam mengajarkan kita berprasangka baik dan membalas ucapan yang tidak baik dengan yang lebih baik. Petunjuk ini mengajak semua orang memiliki kesempatan untuk beramal saleh. Buat apa beramal saleh ? Karena saya percaya dan yakin kepada Allah. Petunjuk inipun membuat saya bisa berdakwah untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Kesempatan ini hanya terjadi saat ada orang yang berucap yang tidak baik, padahal dalam kosakata saya masih ada ucapan juga yang tidak baik. Kesadaran saya kepada Allah, menghadirkan saya untuk memilih yang baik. kapan lagi saya beramal yang saleh ? 

Magic Word Hilang harapan

Harapan ? Ya, harapanlah yang membuat kita masih ingin mengerjakan banyak hal untuk kekhidupan kita besok hari. Harapan muncul karena apa yang kita kerjakan hari ini belum memuaskan kita alias kita masih kecewa.


Bagaimana seseorang yang malas atau kerja begitu-gitu aja ? Disinilah kita tidak memaknai harapan sesuatu yang penting. Harapan itu masih ada tapi kita sudah tidak percaya, apakah harapan itu bisa dicapai ? Padahal harapan itu bisa dicapai jika kita berusaha optimal dan terus-menerus. 

Menganggap harapan itu tidak mungkin dicapai telah menghilangkan kepercayaan kita kepada yang memberi harapan. Siapa sih yang memberi harapan itu ? Orang yang hebat, tetap aja yang nanya manusia tidak menjamin harapan itu bisa diraih. Harapan sesungguhnya kita harapkan datang dari Allah. Yang Maha Tahu dan Berkuasa. 

Harapan untuk hidup lebih baik, Allahlah yang memberi kita rezeki dan berusahalah.
Harapan untuk menyelesaikan masalah kita, Allahlah yang memiliki solusi (solusi di atas manusia) dengan memberi petunjuk dan ikuti petunjukNya
Harapan apapun membuat kita percaya kepada Allah, dengan sabar dan shalat serta doa ... Allah memberi yang terbaik buat kita.

Selasa, Oktober 25, 2022

Magic Word tidak tahu

Awalnya kita tahu lalu belajar mulai tahu dan paham, tapi juga tidak pernah tahu. Ilmu dan ketrampilan itu luas sekali. Jika Anda yang merasa sudah tahu semuanya, berarti Anda hanya tahu sedikit. Kali ini saya menuliskan kata tidak tahu hari esok. Apakah pernah tahu kejadian besok hari ?

Mungkin kita hanya memprediksi kejadian besok hari, dan prediksi itu berdasar kejadian hari ini. Sebenarnya kita tidak tahu dan hanya berharap bahwa kejadian besok seperti apa yang pikirkan. Sekalipun kejadian hari ini sama dengan apa yang kita prediksi, tapi tidak sama 100%. 
Buat apa kita tidak tahu hari berikutnya ? Salah satu yang positif adalah kita tetap bekerja dan berusaha lebih baik agar apa yang terjadi sesuai harapan kita. Ketidaktahuan kita adalah motivasi untuk bekerja semakin baik. Bayangkan kita sudah tahu hari esok ... apakah kita mau bangun dan bekerja lebih baik ?

Dalam Islam kita pun diajarkan untuk percaya kepada Allah, percaya kepada kiamat yang bersifat sesuatu yang kita tidak tahu. Keimanan ini bukan persoalan logika (pikiran) tapi soal hati, bagaimana kita percaya dan yakin kepada Allah dan hari kiamat ? Maka dampaknya kita percaya dan yakin dengan ilmuNya (Al Qur'an). Lalu kita pun menjadi hambanya yang mengabdi kepada Allah, dan mempersiapkan kiamat dengan perbuatan yang diyakini mengantarkan kita kepada kehidupan yang baik diakhirat nanti.
Setiap hari kita beraktivitas (beramal saleh) lalu tidur, diajarkan kita ikhlas dalam tidur dan berserah diri kepada Allah. Tidur adalah kematian kecil yang melatih kita untuk berusaha setiap hari dengan amal saleh yang semakin baik dan berserah diri untuk kehidupan esok hari. Setiap hari pula kita diajarkan untuk mengucapkan Insya Allah untuk hal nanti, artinya kita percaya Allahlah yang menguasai kehidupan ini dan memohon untuk hari esok yang lebih baik.

Kerja dan Agama

Kalau ditanya apa hubungannya kerja dan agama ? Beberapa orang menjawab pasti ada hubungannya. Tanpa agama, buat apa kita kerja. Bukankah kerja itu cari duit, dikaitkan dengan agama berarti salah satu bentuk rezeki dari Allah. Kita pun berdoa agar rezeki yang halal dan berokah. Kalau rezeki urusan agama (Allah), maka kita memintanya pun kepada Allah melalui media kerja (berdagang/berbisnis atau karyawan) sebagai amanah Allah. Bagaimana caranya ? caranya pasti usaha dengan ilmu yang sesuai ketentuan Allah.

1. Tujuan kerja cari duit, artinya mencari rezeki yang Allah sudah tentukannya. Karena kita tidak tahu seberapa besar rezekinya, maka kita berusaha konsisten. Jika kita merasa belum cukup, maka kita memohon agar diberikan lebih dengan terus meningkatkan kerja kita dengan sabar atau kita memiliki sikap merasa cukup (bersyukur). Niat kerja menjadi penting agar Allah meridhainya, dan Allah mencukupkan kebutuhan kita. 

2. Kerja diberikan atau diizinkan Allah karena kita memilihnya dan Allah memberikan amanah itu kepada kita. Amanah itu ya tanggung jawab. kerja kita mesti dibekali ilmu yang bener dan selalu belajar agar mudah dan nyaman dalam mengerjakannya.

3. Cara kerja kita mesti sesuai ketentuan Allah, berupa kerja yang baik atau amal yang baik. Disiplin waktu, mengerjakan dengan tenang dan sabar, bertanya jika tidak tahu dan sebagainya. Tidak ada pemilik atau atasan yang tidak suka karyawan yang tidak kerja yang bener, dan pasti mau mengajarinya jika belum tahu.

4. Tentunya proses mencari rezeki (duit) ini tidak luput dari ggodaaan syetan, mengapa ? Karena kita melakukan kerja kepada Allah dan syetan berjanji menggoda kita dengan rayuan jalan pintas atau menghalalkan segala cara atau impian kosong kecuali orang yang ikhlas.

Dari keempat point di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja itu ya ibadah seperti halnya shalat dan sebagainya. Perhatikan niat kerja kepada Allah, kerja diterima sebagai amanah, kerjanya dikerjakan sebagai amal saleh, selalu berlindung kepada Allah. Bukankah itu urusan agama ? Iya.

Jangan sampai, kita bersikap berbeda yaitu Agama (Allah) sebagai "pembantu" kita. Kita ingin mencari uang dengan kerja keras dan kerja cerdas. Lalu kita meminta "bantuan" agar keinginan kita itu (cari duit) dikabulkan dengan banyak ibadah dan doa. Saat kita kerja kita "lalai" kepada Allah yang telah memberi petunjuk dan cara kerja yang bener. Saya memberi perumpamaan ... seperti kita pengungkit sebagai alat bantu kita untuk mengangkat barang dengan lebih mudah. Pengungkit itu dibutuhkan kalau kita perlu. atau saya menganggap Allah itu seperti pembantu. Saya kita butuh minum teh, maka kita meminta pembantu membuat dan mengantarkannya kepada kita dan hanya bilang terima kasih. Pembantu itu dibutuhkan saat kita perlu minum teh dan lainnya, selebihnya tidak. Perumpamaan ini saya tulis bukan untuk merendahkan Allah, yang seharusnya kita utamakan dan selalu menjadi yang pertama. Perumpamaan ini saya tulis sesuai kemampuan dan pengetahuan saya UNTUK SAYA JADIKAN RENUNGAN, apakah saya seperti itu kepada Allah ?



Alangkah indahnya, jika kita beriman dan yakin tanpa ragu kepada Allah. Maka pilihan kerja kita adalah amanah dari Allah dan yakini itu. Dengan kesadaran ini kita mampu melihat yang baik-baik dalam kerja. Hadirlah semangat karena percaya Allah. Semangat membawa energi positif yang bisa menggerakkan kita bekerja yang baik (beramal saleh), hari demi hari kita bekerja untuk menjadi semakin baik (konsisten dan meningkat kemampuan lewat berbagai masalah) dan semakin dekat kepada izin Allah.




Insya Allah mulai memahami bahwa kerja dan agama tidak bisa dipisahkan, kerja itu menjalankan agama dan mengamalkan agama dengan kerja. Allah menyukai orang-orang yang konsisten (istiqamah) dan selalu memperbaiki diri (semakin bener).

Tulisan ini merupakan bagian dari e-Book Semangat Kerja yang konsisten. Kami tuangkan dari berbagai pengalaman kami dan orang-orang disekitar kami yang telah bekerja lebih dari 35 tahun. Hanya Rp 50.000, segera kontak WA 087823659247






Senin, Oktober 24, 2022

Harapan dan kemampuan

Harapan ? Mestinya selalu ada di saat kita terpuruk atau tumbuh dari keinginan untuk lebih baik. Walaupun harapan itu kecil mampu membangkitkan kita untuk meraihnya. Tidak terbayangkan saat harapan itu tidak ada lagi ... bisa menyebabkan peristiwa yang tidak baik. Harapan bisa jadi diciptakan oleh pikiran positif kita atau harapan itu datang dari orang lain. Harapan itu muncul saat kita memang belum mencapai apa yang kita inginkan. 

Apa hubungan dengan kemampuan ? Setiap harapan "memaksa" kita untuk meningkatkan kemampuan agar kerja yang dilakukan dapat memenuhi harapan kita. Saat ini kita memiliki kemampuan A, sedangkan kita memiliki harapan B. Yang terjadi adalah kita memaksimal kemampuan A untuk menjadi lebih tinggi (kemampuan B) sehingga harapan B itu dapat diraih. Harapan. Menjaga harapan mendorong kita bekerja lebih baik, yang berarti meningkatkan kemampuan.


Banyak orang menggantungkan diri pada harapan tanpa banyak memaksakan kerja dengan kemampuan lebih. Keadaan ini bisa menyebabkan kita tidak menjadi apa-apa. Harapan terbaik adalah dari Allah, karena Allah Maha Tahu kita dan MahaTahu juga apa yang terbaik buat kita. Oleh sebab itu berharaplah hanya kepada Allah. Insya Allah kita selalu diberikan petunjuk dalam meraih harapan itu dan diizinkan. Allah memberikan petunjuk ke dalam hati kita ... harapan untuk menjadi hamba yang bertaqwa. Harapan yang memberi kebaikan di dunia dan di akhirat.

Semua orang tidak bisa memastikan harapan itu tercapai atau tidak. Kita hanya berusaha dan menyempurnakannya. Konsistensi kerja yang kita lakukan karena kita YAKIN kepada Allah yang menumbuhkan harapan itu. Untuk itu kita mesti belajar ilmu dan petunjuk Allah agar kita mampu bekerja sesuai harapan Allah.

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...