Memberi ruang bagi pikiran untuk disemangati agar menjadi apa yang kita inginkan dengan Perbuatan yang baik
e-Book Munir Hsan Basri
13.10.22
Indahnya hidup sederhana
Magic Word Semangat
12.10.22
Magic Word Memulai
Kata mau yang mudah
Katanya mau yang mudah, bukan yang mudah itu tidak ada. Kok bisa ? Kemudahan itu setelah ada tidak mudah. Jalan pintas ada yang berkonotasi mudah dan cepat, tapi itu pun kalau kita tahu caranya. Pastilah semua orang ingin mudah dan tidak ada semua orang tahu caranya. Yang pasti seseorang mengerjakan sesuai ilmunya. Anak SD yang sedang belajar berhitung merasa kesulitan menambahkan beberapa deret angka, tapi menjadu mudah setelah diajarkan cara berhitung cepat.
Seorang pedagang gorengan merasa tidak mudah mencari rezeki dengan dagangannya. Lalu pedagang itu belajar cara menggoreng yang bener agar gorengannya krispi yang disenengi banyak orang. Setelah itu berdagangnya menjadi mudah, tidak terbebani oleh gorengan yang tidak enak dan kurang laku. Seorang karyawan yang tidak bisa program komputer seperti excell menjadi tidak mudah membuat laporan yang diminta atasannya. Dengan belajar excell, semua pekerjaan menjadi mudah dan cepar.
Atau seorang lulusan universitas dengan gelar S2 atau S3 merasa kesulitan dalam memimpin perusahaan, yang dia tahu hanya angka-angka dan solusi berbagai orang terkenal. Perintah dan hukuman bagi mereka yang tidak mau mengikuti dan mengganti orang baru. Untuk menarik karyawan diberikanlah reward. Tapi apakah mampu memimpin ? Tentu di awal mengalami kesulitan karena belum mampu mengadaptasikan ilmu sekolah dengan lapangan. Kesulitan menjadi semakin berat jika tidak mempelajari hal mendasar dalam kepeminpinan yaitu tentang perilaku dan sifat manusia. Dengan belajar non teknis, kemudahan semakin menjadi nyata.
Kok shalat itu tidak mudah ? Ya pasti tidak mudah. Selain ada kesungguhan dari kita sendiri, masih sulit karena ada godaan syetannya. Bayangkan jika kita selalu shalat dengan sengaja setiap hari sepanjang tahun, maka shalat itu sudah menjadi kebiasaan dan semakin mudah dikerjakan. Tidak hanya itu kita pun selalu berlindung kepada Allah dalam shalat. Sama halnya seseorang yang dengan mudah suka memberi uang kepada seseorang untuk membantu karena percaya kepada Allah. Maka sedekah baginya juga mudah.
katanya mau mudah, jangan pernah ada jalan mudah tanpa pernah belajar untuk semakin tahu caranya. Kemudahan itu memang selalu kita idamkan, tapi dibalik itu ada godaan mencari jalan termudah yang merupakan bukan jalan yang baik (godaan syetan). Kata orang manajemen, semua kerja itu ada proses dan waktunya, jadi tidak bisa dipaksakan untuk mudah dan cepat. Yang terpenting adalah kita selalu kerja mengikuti step by step dengan benar merupakan jalan termudah saat itu, setelah mengevaluasi dan belajar lagi maka kita dapat menemukan kemudahan itu. Kuantitas atau jumlah kerja yang banyak dan terus-menerus mengantarkan kita kepada kemudahan juga, ada orang yang sudah bertahun-tahun kerja membuat dia memahami proses kerja dan menemukan cara yang mudah (berpengalaman).
Selalu berhati-hati dengan godaan syetan untuk selalu dengan cepat mencari jalan mudah (jalan pintas). Bisa jadi kita tidak merasa jalan itu adalah "jalan syetan", bukankah "syetan" menjanjikan jalan pintas agar kita tidak melakukan kerja yang bener. Akhirnya kita mengikuti jalan mudah tapi hasilnya tidak sesuai, begitulah syetan memberi angan-angan kosong.
Bisa jadi Anda pernah melihat sesorang yang ingin melejit karirnya dengan cara mudah. Ada yang "dekat" dengan atasan, Dengan dekat atasan membuat dirinya dipercaya dan "menyingkirkan orang lain dengan menutupi kebaikan orang tersebut. Atau ada yang berdagang ingin cepat kaya dengan mencurangi takarannya. Semua keinginan itu bisa terwujud, tapi banyak orang yang sudah dirugikan. Allah mengizinkan itu terjadi untuk dijadikan peringatan.Semoga kita dapat mengambil hikmah bahwa mudah itu mesti melalui banyak kerja yang tidak mudah dan belajar, dan harus yakin bahwa Allah itu ada untuk mengizinkan kemudahan itu dengan percaya kepada Allah.
Munir Hasan Basri
Trainer, Motivator dan Writer
IYA (iman, Yakin dan Amalkan)
IYA (Iman Yakin Amalkan)
Berbagi kebaikan
dengan mengamalkannya
Kami adalah manusia biasa yang masih jauh dari memiliki iman yang tinggi. Segala puji hanya bagi Allah yang memiliki Maha Rahman dan Rahim masih memberi rahmatNya lewat peringatan dan petunjukNya kepada kami, dimana iman kami kadang naik dan kadang turun (banyak turunnya). Bisa jadi kami masih ada iman, tapi amalannya tidak baik (tidak beriman) karena ada yang hilang. Apa yang hilang itu ? Tidak tersambungnya iman dengan amal karena pikiran kami tidak terbimbing dengan iman. Maka yang mendominasi amal itu adalah nafsu (syetan). Semakin hari semakin berbuat tidak baik, hati menjadi tidak bersih (berdosa). Masalah dan kesadaran yang Allah berikan menjadi pemicu untuk yakin dan beramal saleh.
Untuk itu kami
berbagi pengalaman dan pengalaman itu Insya Allah berasal dari Allah. Mari kita
kuatkan IMAN yang sudah kita miliki dengan membaca ilmu dan petunjuk (kitab
Allah = Al Qur’an) agar kita YAKIN. keYAKINan itu mendorong kita berbuat Amal
yang saleh. Amal saleh yang kita kerjakan berbalik untuk membuat kita semakin
berIMAN.
Motto kami dalam
menjalankan gerakan ini adalah “semakin baik hari ini”. Kalimat ini merupakan
kalimat hipnosis yang mengajak pikiran kami untuk IYA hari ini, HADIR
pada HARI INI secara utuh untuk menjadi manusia seutuhnya (Iman
menghadirkan hati, Yakin menghadirkan ilmu dan pikiran dan Amalkan
menghadirkan tubuh/fisik). Karena yang ada adalah HARI INI, dan kami
diajak berjanji seperti “demi waktu, semua manusia rugi kecuali mereka
beriman dan beramal saleh. Saling mengingatkan tentang kebenaran dan saling
mengingatkan tentang kesabaran”.
HARI KEMARIN mesti
kami tinggalkan karena tidak ada jaminan hari ini menjadi baik dengan bercerita
hari kemarin. Bahkan kebaikan hari kemarin menjadi hilang atau tidak banyak
membantu kita HARI INI.. Bagaimana HARI BESOK ? HARI BESOK itu
tidak ada, karena saat kami bangun HARI BESOK itu menjadi HARI INI.
Karena HANYA ada HARI INI, maka berbuatlah SEMAKIN BAIK. SEMAKIN
BAIK itu menuntun kami belajar bertahap sesuai KEMAMPUAN. Jadi kita
pasti BISA SEMAKIN BAIK HARI INI
Munir Hasan Basri
Trainer,
Motivator dan Writer
11.10.22
Katanya mau berkualitas
Katanya mau berkualitas, tapi kok masih begitu-begitu aja kerjanya, Kalau ngomong barang kurang lebih mutunya bagus atau kalau kerja berkualitas kerja yang bagus yang hasilnya hebat. Kualitas selalu berdasarkan ilmu yang bener dan dikerjakan dengan ketrampilan yang mendukung sehingga hasil dapat diperoleh dengan waktu yang pas dan hasil kerjanya sesuai. Dalam kerja, soal ilmu dengan apa yang kita hadapi terus berubah (relatif) mengikuti waktu dan bahkan kita didominasi oleh gangguan emosional, sehingga kualitas itu semakin berkembang. Satu pekerjaaan hari ini yang kita lakukan belum tentu dapat kita lakukan kembali di hari berikutnya, tapi kita merasa lebih baik. Kualitas kerja ? Bukan sekedar memahami hal teknis pekerjaan, tadi mesti diimbangi dengan ketrampilan. Ketrampilan yang semakin baik jika kita sering melakukan (dilatih). Juga dipengaruhi oleh semangat, motivasi, pengendalian diri yang juga merupakan faktor penentu non-teknis dalam kerja berkualitas.
Misalkan kita ingin membuat laporan yang berkualitas. Tidak sekedar memahami hal teknis saja, mulai mengumpulkan data, menyajikan dan menganalisa. Hal teknis ini mesti membuka/menemukan hal yang bisa kita perbaiki BUKAN sekedar mengolah data kinerja saja. Biasa dan terus-menerus kita membuat laporan dengan menampilkan kinerja saja. Bayangkan jika kita membuat laporan dan menemukan cara untuk kinerja yang lebih baik. Tidak hanya itu saja kita pun mesti didukung ketrampilan menulis, mengungkapkan dengan bahasa yang santun, kemampuan menampilkan laporan untuk mudah dibaca dan dipahami, dan tentunya ketrampilan mengetik di komputer serta hal lain. Yang tidak kalah penting adalah kemampuan mengendalikan diri seperti sikap menghadapi segala sesuatu di saat kita membuat laporan dan mengendalikan emosional kita.
Di rumah, jarang orang berpikir untuk hidup berkualitas. Karena kualitas itu dipersepsikan dengan pekerjaan di luar rumah. Penting nggak sih istirahat berkualitas ? Ya, penting agar istirahat kita bukan sekedar santai atau tidur, tadi bagaimana istirahat itu efektif ? atau bagaimana tidur berkualitas ? Perhatikan istirahat kita, apakah istirahat kita dapat mengatasi kelelahan menjadi kesegaran dalam waktu singkat ? Apakah tidur kita bisa membuat kita fresh kembali ? Semua itu perlu ilmunya, tapi jarang orang ingin mempelajari tentang tidur atau istirahat yang benar. Setiap hari kita membiarkannya terjadi.
Shalatnya berkualitas nggak ? Dalam agama kualitas menjadi faktor penting sebuah amalan dikerjakan. Kualitas beragama didasari oleh iman kepada Allah, percaya tanpa ragu. Tentang shalat, kita masih mau belajar ilmu shalatnya. Belajar makna bacaan shalat, gerakan shalat serta sunnahnya. Tapi mengapa kita tidak memperbaiki iman kita ? Jika kita sudah merasa percaya dan yakin sepenuh hati, maka shalat kita terdorong menjadi berkualitas (khusyuk). Dalam pelaksanaannya ibadah dan amalan kita menjadi semakin berkualitas saat kita bener-bener ikhlas. Sudahkah kita mempelajari keikhlasan agar sempurna dalam menjalani kehidupan beragama. Yang pasti semua itu mesti dilakukan secara terus-menerus agar kita mendapatkan ilmu yang sebenarnya dan mendapatkan ketrampilannya.
Apakah bisa kita melakukan kerja berkualitas dengan mengambil cara berkualitas dalam beragama ? Mestinya "iya". Mari kita renungkan, buat apa sih kita kerja berkualitas ? Biar dapat penilaian bagus yang ujung berharap gaji lebih besar dan karier lebih tinggi. BUkankah itu semua dalam rangka kita mencari rezeki Allah ? Disini kita sudah bisa menemukan titik temunya, bagaimana kerja berkualitas itu dikaitkan dengan iman kita kepada Allah ? Tidak hanya percaya, tapi mesti memiliki ilmu tentang cara mengerjakannya (amal saleh) dengan baik. Dalam melakukan kerja tersebut kita mendapatkan gangguan syetan, mengapa ? Karena syetan tidak mau kita menjadi hamba Allah yang bener. Emosional atau nafsu mempengaruhi kita bekerja berkualitas. Agama mengajarkan kita sabar dan istiqamah dengan pekerjaan kita yang menuju Allah.
Yang menjadi pertanyaan adalah boleh saja kita mencari cara untuk kerja berkualitas setiap hari, tapi ingat bahwa cara dan hasilnya bisa membuat kita "lalai" dengan iman kita. Alangkan indahnya jika kita berkualitas dalam beragama dengan selalu meningkatkan keimanan kita dan selalu memperbanyak amal saleh, Insya Allah kita diberikan hidayah dari sisi Allah untuk kerja yang berkualitas dan selalu diikuti belajar teknis pekerjaannya .Katanya mau baikan
Katanya mau baikan, tapi kok masih apa gengsi dan hubungan menjadi kurang enak. Setiap hari kita diwarnai dengan konflik antar teman, pasangan, anak dan sesama karyawan. Mengapa sih kota konflik atau berselisih paham ? Bukankah semua orang ingin baik-baik saja. Niat dan Ilmunya sudah bener, tapi amalannya yang belum ok. Atasan pengen kerja kita bagus dan cepet, tapi saat kita kerjakan nggak sesuai harapan atasan. Perhatikan atasan mempunyai niat baik hasil kerja bagus dan cepet, dan merasa kita mampu. Kita sebagai bawahan juga pengen kerja kita bagus dan cepet selesai. Tapi terkadang kita belum punya ilmunya dan belum memiliki ketrampilan yang diharapkan. Jadilah "konflik". Padahal dua-duanya memiliki niat dan pengen hasil yang sama, mengapa begitu ? Kita tidak menyamakan tindakannya, Atasan maunya begini, sedangkan kita tidak tahu apa yang diinginkan atasan dalam tindakan kita. Solusinya mesti saling memahami kondisi masing-masing dengan komunikasi. Kejadian ini sering berdampak buruk hubungan antara atasan dan bawahan, terlihat sih baik-baik saja. Tapi Atasan menyimpan rasa tidak percaya dan bawahan merasa atasan semaunya aja. Akibatnya atasan jarang memberikan pekerjaan kepada bawahannya, dan cenderung mencari bawahan lain. Sebaliknya bawahan selalu ingin menghindar dari atasan dengan kesibukannya. Persoalannya bukan lagi kesalahan komunikasi tapi menjadi persoalan gengsi atau suka/tidak suka. Bukan antara atasan dan bawahan, tapi bisa sesama rekan kerja. Apakah Anda mengalaminya ?
Dalam rumah tangga juga terjadi, orang tua ingin anaknya pintar maka orang tua mengharuskan anaknya belajar. anehnya orang tua merasa yakin anak belajar saat melihat langsung anaknya belajar. Tidak dengan anaknya, bisa jadi orang tua yang menyuruh anaknya belajar, tapi orang tua tidak mau mengajarkannya. Atau anaknya sudah belajar di sekolah dan belajar saat orang tua tidak melihatnya. Anaknya memiliki keinginan yang sama dengan orang tua yaitu menjadi anak pintar. Hal ini bisa digambarkan dengan orang tua dan anak disuruh menggambarkan gajah dengan mata tertutup. Orang tua memegang belalai dan anak memegang kaki, maka keduanya tidak pernah ada titik temunya dan keduanya ngotot dengan apa yang dipegang, orang tua bilang,"gajah itu memiliki hidung yang panjang" dan anak menceritakan,"gajah itu memiliki kaki yang besar". Padahal keduanya memegang gajah yang sama.
Yang tak pernah ada konflik adalah antara kita dengan Allah. Allah berkomunikasi dengan kita dari kejadian demi kejadian, petunjuk dan Al Qur'an dan hadist. Dalam hal ini kita memang jarang memahami Al Qur'an sebagai petunjuk hidup (termasuk kerja). Padahal di era modern ini sudah banyak referensi tentang tafsiran dan ilmu Al Qur'an di media online. Saat kita tidak bener-bener paham tentang Al Qur'an, maka kita sering mengalami kejadian yang tidak menyenangkan atau balasan dari Allah. Jika kita tidak menggunakan hati (bersih), maka kita tidak mampu menangkap pesan Allah. Yang luar biasa, saat kita salah Allah dengan kekuasaanNya mau menerima kesalahan kita asal kita mau mengikuti perintahNya. Karena Allah yang Maha dan kita yang lemah merendah, maka semua itu menjadi baik lagi. Yang menjadi pelajaran penting adalah proaktif dari kita sebagai hamba untuk mengenal dan memahami Allah lewat apa yang telah Allah sampaikan.
Bagaimana kita menerapkan agama dengan kerja ? Pasti ada hubungannya, yang utama adalah agama menjadi petunjuk dalam kerja kita. Peran proaktif kita kepada Allah untuk mengenal dan memahami Allah, menjadi bekal buat kita dalam kerja baik hubungan dengan atasan dan sesama. Kita pun mesti proaktif dan tidak menunggu orang lain untuk menjelaskan segala hal dalam pesan komunikasinya, tapi kita lah yang mesti ingin tahu (merendah, tidak tahu karena memang belum disampaikan) tentang pesan yang diampaikan kepada kita. Jika kita tidak tahu, belajarlah (dari atasan atau teman) dan belajar sendiri agar apa yang diharapkan orang lain itu menjadi lebih baik.
Featured post
Mencintai tubuh dengan perubahan kecil
Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...
-
Setelah saya menulis membangun training center dari nol , saatnya saya bercerita mengembangkan training center itu sendiri. Bermodal awal ...
-
Banyak orang diperdaya dirinya dan senang, hasilnya materi. But sedikit orang berdayakan dirinya dan bahagia, hasilnya produktif bisa mendap...
-
Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah apa yang diinginkan diijabah Allah karena Allah Maha Mengabulkan doa, ya Mujib. Saat kami penuh sala...