Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

5.3.25

Apa iya saya bisa ?

 Semangat pagi buat semua, In Syaa Allah kita tetap dilindungi Allah dalam kebaikan dan dimaafkan segala kesalahan selama ini. Aamiin

Judul di atas, "Apa iya saya bisa ?" merupakan bentuk instropeksi atas atas iman sendiri. Apakah saya memiliki kemampuan sehingga menjadikan saya bisa melakukan apa pun ? Memiliki kemampuan itu bisa menentukan saya bisa menentukan hasil atau memprediksi apa yang saya lakukan. Saya berpikir, apa iya saya sendiri yang menjadi penentu ? dimana Allah ? 

Misalkan saya bisa bekerja ... apa iya saya memiliki kemampuan fisik dan pikiran (ilmu) sehingga saya bisa mengerjakannya ? Dalam firmanNya ... yang baik itu datangnya dari Allah dan yang tidak baik itu datangnya dari saya sendiri. Saya menafsirkannya bahwa apa yang saya kerjakan itu baik, artinya datangnya dari Allah. padahal saya menganggap bahwa saya yang melakukannya. Tapi setelah saya renungkan beberapa hal :

1. Tubuh, pikiran dan fasilitas yang saya miliki adalah milik Allah. 

2. ilmu yang saya dapat adalah kehendak Allah.

3. Apa saja yang terkait dengan apa yang saya kerjakan juga milik Allah.

Dari sini saja, saya merasa bahwa bukan saya yang bisa. Ya saya bisa, tapi semua itu atas izin Allah. Izin Allah bukan seperti izinnya manusia, terjadi karena persyaratan. Hanya Allahlah yang Tahu tentang proses dan kehendak atas izinNYa. Hal yang sederhananya, saya bisa minum atau siapapun bisa. Tapi bisa jadi saat saya mau minum ... tidak terjadi karena air tumpah atau airnya habis atau lainnya. Hal ini pernah terjadi kan. Bukankah ini menunjukkan bahwa saya memang tidak 100% berkuasa penuh atas diri saya sendiri.

Ada contoh lain, seperti Israel yang menyerang gaza. Sesuai rencana Israel dengan senjata yang banyak dan dukungan AS tak mampu merelisasikannya. Sebagian ya, tapi gagal. Apa yang tidak mampu bisa dilakukan Israel, tapi hasilnya tidak sesuai harapan Israel. Apa yang terjadi ? Disini ada Allah dengan skenarionya. 

Kembali ke saya. Kadang yang baik saja belum tentu terwujud untuk saya lakukan, padahal saya bisa. Sama juga hal yang tidak baik juga begitu. Memang secara prosentase banyak yang berhasil. Yang pertama saya ambil hikmahnya sebagai berikut :

1. Bukan berarti saya bisa memanfaatkan kepemilikan Allah itu dengan semaunya saya. Ada yang berhasil atau tidak berhasil diizinkan Allah, untuk apa ? Agar saya berpikir bahwa masih ada Allah yang menguasai saya, saya ini hanya hamba Allah. Efeknya dari hal baik bisa baik menurut saya atau bisa juga saya menilainya tidak baik. Misalkan saya kerja bener, maka dapat hasil baik. Tapi bisa juga saya sudah kerja bener tapi hasilnya bikin saya kecewa. Itulah kaca mata saya, ada baik dan ada yang tidak baik (kecewa), tapi dalam kacamata Allah semua baik. Bukankah kalau saya kecewa bisa saja menjadi baik bagi saya asal saya berpikir positif karena berprasangka baik kepada Allah. Contoh lain, saya diberi kekayaan oleh Allah. Kekayaan itu menurut saya baik, tapi bisa juga karena tidak bersyukur dengan kekayaan yang membuat kehidupan tidak menjadi baik-baik saja. Sebaliknya juga bisa terjadi. Dari sini saya  berpikir bahwa memang Allah izinkan apa yang ingin saya lakukan bisa dilakukan, tapi Allahlah yang menentukan hasilnya. Saat saya menelusurinya (sesuai kemampuan dan ilmu saya) ternyata pilihan saya menyikapi apa yang saya lakukan itu dapat keridhoan Allah. Apakah ada Allah di hati saya atau yang lain di hati saya ? jadi dengan hadirnya Allah paling tidak saya bisa mendapatkan kebaikan dari apa yang bisa, kebaikan itu karena pandangan saya positif terhadap yang baik atau yang tidak baik.

2. Yang tidak baik dari apa yang saya kerjakan merupakan kasih sayangnya Allah kepada saya. Kok bisa ? Saya diberi kesempatan untuk merenung dan berpikir apa yang salah dari apa yang saya kerjakan itu adalah kemampuan saya yang belum cukup untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Tanpa ada nilai apa yang diberikan atas apa yang saya kerjakan, maka saya tidak pernah tahu kesalahan saya. Apalagi hasilnya tidak sesuai harapan. Dengan sikap yang saya lakukan ini menunjukkan saya sangat ingin menghadirkan Allah di hati agar selalu terjaga iman. Bayangkan bila sebaliknya yaitu tidak ada Allah di hati. Apa yang saya kerjakan "diizinkan" berupa pembiaran oleh Allah karena saya yang mau dan merasa bisa lakukan. Apa iya saya bisa melakukan tanpa ridho Allah (selain Allah) dengan menggunakan pemilikNya ? Syukur-syukur diizinkan dan mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Apa hikmahnya ? Allah memberi sinyal bahwa itu adalah peran Allah, tapi saya bahwa sayalah yang menentukannya (berkuasa atas diri). Jika ini saya mendapatkannya lagi dan lagi ... akhirnya saya "telah" kehilangan Allah di hati.

Iman di hati itu mesti dirawat agar tetap terjaga dan semakin lebih baik. Seringkali saya lupa merawatnya, menjaga Allah di hati ini dalam beraktivitas. Yakinlah bahwa Allahlah pemilik apa yang ada di langit dan di bumi, Allah berikan semua itu untuk saya (manusia). Hikmahnya Allah menitipkan atau hanya memanfaatkannya. Untuk memanfaatkannya Allah berikan ilmu sesuai apa yang dikehendakiNya. Lalu Allah siapkan rezeki yang baik berupa iman, sehat, tenaga dan apa saja agar saya bisa mengerjakan sesuatu. Jika hal saya bisa bersikap terhadap hal ini semua, maka saya adalah berbuat baik seperti apa yang telah Allah perbuat baik kepada saya. Tidak sesuai harapan dari apa yang saya kerjakan dan hasilnya adalah pertanda Allah sayang kepada saya. mengingatkan saya untuk menaikkan level kemampuan agar bisa level kehidupannya (nikmat yang ditambahkan). Ini menunjukkan saya adalah hamba, hamba yang butuh Allah.





In syaa Allah, saya memahami penjelasan di atas untuk disikapi untuk selalu menjaga iman. 

Sahabatmu



4.3.25

Menyikapi beban kerja

 Semangat pagi dan salam bahagia selalu. Hari ini saya menulis judul di atas untuk menggali lebih tentang alasan seseorang bekerja dan mampu menyikapinya dengan kerja yang produktif.

Mungkin ada yang menafsirkan beban kerja itu mengacu pada jumlah pekerjaan yang ditugaskan atau diharapkan dari seseorang dalam jangka waktu tertentu. Ini mencakup berbagai tugas, kegiatan, dan tanggung jawab. Tapi hal ini saya membahas dibalik seseroang itu bekerja. Apa yang ada dalam pikirannya sebelum kerja kadang membuat seseroang tidak mampu bekerja dengan produktif. Pikiran sebelum kerja itulah yang menjadi bebannya.

Ini adalah self talk terjadi pada diri seseorang yang terus membayangi dalam bekerja. Yang pertama adalah alasan dia bekerja. Bisa saja alasan dia bekerja itu dapat memberatkan atau meringankan saat bekerja. Ada beberapa alasan seseorang bekerja :

1. Tuntutan ekonomi dirinya dan keluarga. Dalam hal ini seseorang hidup terlihat lebih baik dan menjaga kehidupan di hari tua.

2. Menjaga citra diri atau status sosial agar diterima di lingkungan. "Saya bukan pedagang, tapi karyawan perusahaan terkenal".

3. Sesuai passion atau hobby atau sesuai ilmunya.

4. Bersyukur karena ada ilmu, kemampuan dan ingin berbagi

dan ada banyak alasan lainnya.

Dari alasan itu, banyak orang bekerja karena alasan 1 seperti terpaksa sebagai bentuk tanggung jawab memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Dalam perjalanan bekerjanya, keadaan ini menjadi beban dan mempengaruhi kualitas kerja. Jika seseorang memiliki sikap positif, maka dalam bekerja menjadi produktif. Dia jadikan alasan kerja sebagai motivasi. Apa yang dipikirkannya ? Adalah kebutuhan ekonomi diri dan keluarga ... ujung-ujungnya uang atau gaji. Inilah yang menjadi fokusnya. Karyawan seperti ini terus bekerja untuk lebih baik dan sangat berharap hasilnya bagus. Ternyata ada beberapa orang mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan, padahal dia bilang saya sudah bekerja maksimal. Gajinya tidak pernah mencukupi. Setelah lama bekerja, mereka ini suka kecewa dan mengeluh karena selalu menganggap kurang gajinya ... dan kinerjanya menurun. Dia bekerja apa adanya. Awalnya bersikap positif jadi tidak positif lagi, karena alasan "percuma juga saya kerja maksimal dan hasilnya begitu-begitu saja". Hasil yang didapat terekam dalam memorinya dan menjadi sebuah paradigma baru (tanpa disadarinya) yang merubah sikapnya menjadi tidak positif. 

Kisah di atas membuat orang itu merasa terbebani dalam bekerja. Dampaknya sangat buruk dan di dalam setiap perusahaan banyak orangnya. Ada yang senior sampai yang 1 tahun bekerja. Kadang dari karyawan baru mampu melihat itu dan sangat dipengaruhi oleh karyawan lama. "karyawan baru ikut lingkungan aja biar tak jadi masalah". Semua ini tampak secara kasat mata tapi terjadi, dari mana tahunya ? Kinerja karyawannya tidak lebih baik. Kalaupun ada peningkatan kinerja perusahaan lebih karena cara atasan atau perusahaan "memaksa" melakukan banyak hal untuk mencapai target. 

Alasan yang kedua (2), tidak lebih baik juga. Karena mereka yang bekerja tidak fokus kepada pekerjaannya. Berusaha terlihat kerja (yang penting kerja) ... dan kinerjanya hanya on kalau dilihat atau dipaksa. Bagi karyawannya tidak ada masalah, karena dia sudah mendapatkan statusnya. Orang ini menjadi beban bagi yang lain dalam satu teamnya. 

Alasan ketiga (3) nyaman buat yang bekerja. Biasanya orang ini menjadi penting dalam perusahaan. karyawan begitu fokus untuk bekerja yang berkualitas. Tapi biasanya lemah dalam hal disiplin atau hal lainnya. Sukanya dimaafin karena dia menjadi orang penting. Bagi perusahaan sih baik, tapi merusak budaya yang tidak baik kepada karyawan lain. Bekerja dengan passion tidak menjadikan beban bagi dirinya dalam bekerja. Bekerja dengan tenang dan menyenangkan, dan kinerjanya pun bagus.

Alasan keempat (4) adalah orang yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan. Hanya sedikit orang memiliknya. Bisa karena memang karakternya yang baik, atau bisa juga karena perubahan yang terjadi pada diri orang itu karena sesuatu. Karyawan ini bekerja tanpa beban dan sangat senang menajalani pekerjaannya. 

Terus kita ada dimana ? Tak perlu dicari-cari yang mana. Kita pasti tahu kita berada dimana. Bisa jadi awalnya memang alasan nomer satu. Abis kerja atau kuliah ya bekerja cari uang untuk hidup. Ini adalah motivasi awal dalam bekerja yang berorientasi kepada gaji (uang). Sebagai manusia dengan dinamis, maka kemampuan dan pengalaman yang terus berubah. Dengan demikian mestinya terjadi juga pada alasan kita bekerja. Hal ini merupakan perusahan sikap positif. Sikap positif itu ada karena reaksi terhadap sikap negatif yang muncul karena hasl yang tidak sesuai harapan. 



Gaji kurang ? berpikir positifnya, gaji kan hasil kualitas kerja. Maka dari diri hadir sikap "kalau begitu kerja yang berkualitas dan berkuantitas agar mendapatkan gaji lebih besar" Sikap negatifnya bisa saja kita beranggapan, "nggak naik gaji karena bos nya pelit". Bagaimana cara merubahnya ? Kita mesti memperlihatkan kinerja yang bagus dalam bentuk laporan atau kerjanya yang hebat. 

Kalaulah kita juga belum terlihat oleh perusahaan, maka kualitas dan kuantitas kerja itu kan ditentukan oleh ilmu, kemampuan dan jaringan kita. Ilmu yang luar biasa mengantarkan kepada kita kepada kualitas kerja yang sangat luar biasa. Tapi dalam hal ini jangan juga kita sombong, lebih baik ikhlas mengerjakannya. Hasilnya memperlihatkan kita dengan jelas ... mampu mengerjakan dengan cepat atau mampu mengerjakan dengan nilai tinggi (melebihi harapan). Kita menjadi orang penting dan dibutuhkan. Saat ilmu bertambah, maka kemampuan pun bisa meningkat. Kemampuan membuat kita terampil untuk mengerjakan banyak pekerjaan. Bisa ini dan bisa itu. Semua orang suka dengan kita, ada ilmu dan kemampuan. Apalagi ? Jaringan, dengan ilmu dan kemampuan bisa saja kita membantu orang lain dalam satu team dan juga membantu team lain. Ini merupakan perubahan alasan menjadi nomer 4. Apa yang terjadi ? Semua orang dalam team dan team lain sangat menginginkan kita. Disinilah kita bersyukur dan berbagi. Masak sih kita tidak terlihat ?  Pasti ada yang tidak suka dengan kita, hanya beberapa orang saja. Tapi teruslah menjaga sikap positif ini. Bila perlu kita menguji dirinya apakah kita orang yang dibutuhkan atau tidak ? Misalkan dengan fokus pada diri sendiri aja.



Kalau gaji kurang, maka kita dapat belajar ilmu dan meningkatkan kemampuan. Lalu apakah ada waktunya ? apakah kita bisa ? Disinilah kita mesti ingat yang di atas (Allah). Semua terjadi karena kehendakNya dan yang punya kan memang Allah. Maka dari itu semestinya kita menjadi hamba taat kepada Allah, berdoa memohon ilmu dengan usaha senang masalah (bersama kesulitan itu ada kemudahan. ada hikmah dan ilmunya) dan memohon diizinkan dengan terus mengabdi lewat kerja hanya kepada Allah. Langkah ini menjadi yang terpenting, bukankah kita sering berdoa memohon rezeki, diantara rezeki itu adalah gaji kan ? Lalu dengan rezeki sekarang kita bersyukur dan berbagi (infaq), maka selanjutnya Allah tambah ilmu dan kemampuan agar gajinya naik dan seterusnya. Yang lain dari rezeki itu adalah teman, atasan dan juga kesehatan, maka upayakan rezeki itu bertambah dengan menjaga hubungan dan meningkatkan kesehatan. 




Tak mudah menjalaninya, tapi kita memiliki Allah. Maka libatkan Allah selalu dalam setiap kerja kita. Bukankah dengan demikian kerja kita menjadi ibadah, dalam rangka mengabdi kepada Allah. Cerita di atas adalah perjalanan seseorang hamba mencari nafkah untuk menjadi semakin baik. Penting alasan di awal kita bekerja, karena memang itu yang terjadi, tapi yang menjadi sangat penting untuk menjadi orang yang semakin baik.

Sahabatmu


3.3.25

Fokus kepada Tujuan

Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh, In Syaa Allah doa pembukaan ini memberikan kita semua keselamatan dan keberkahan dalam hidup ini.

Saya mengambil juduk di atas untuk memahami lebih dalam agar mendapatkan hikmahnya. Tentunya masih ada kaitan dengan motivasi saya dan juga yang baca ... agar kita dapat memilih yang terbaik. Apakah kita masih berfokus kepada tujuan atau keinginan ?

Umumnya, setiap orang mau bergerak atau termotivasi karena memiliki tujuan atau target. Pengen menikah, seorang pria mau sungguh-sungguh bekerja untuk pujaannya. Bekerja mencari uang untuk bekal pernikahannya. Dalam perjalanannya pria ini bekerja setiap hari, pergi pagi dan pulang malam. Dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun  ... ternyata uang sebagai pernikahan tak terkumpul sesuai harapan. Apakah pernikahan terjadi ? Pernikahannya tetap terjadi tapi meninggalkan kekecewaan. Apa itu ? Pernikahan yang direncanakan tidak sesuai rencana, tidak terjadi di tempat mewah yang diinginkan, tidak banyak undangan yang diharapakna datang, tidak ada acara yang luar biasa yang diharapkan dan banyak lagi. Kekecewaan ini terus menghantui pria itu dan merasa bersalah. Maklum lah pria itu bekerja sebagai karyawan. Beginilah contoh orang yang fokus kepada tujuan. Mungkin lain cerita kalau prianya orang kaya. Tapi tidak juga, hampir sama karena orang kaya memiliki tujuan yang lebih tinggi lagi.

Tujuan ? Inilah yang selalu diciptakan semua orang. Tujuan cenderung berupa keinginan untuk hidup lebih baik, hadir karena melihat orang lain. Tujuan mau lebih hiudp baik bisa terinspirasi dengan melihat orang kaya yang hidupnya menyenangkan. Atau melihat temen yang sukses dengan jabatannya di kantor. Bisa juga melihat sederhananya tetangga. Dan banyak lagi. Tujuan itu boleh-boleh saja, tapi bolh juga kita mempertimbangkannya.
1. Apakah tujuan itu mesti kita ciptakan ?? Yang hanya untuk mendorong kita menjadi lebih baik dengan meraihnya ? Apa iya
2. Apakah tujuan itu mesti menjadi jalan untuk hidup lebih baik ? Jangan-jangan ada jalan lain, tapi nafsu mengalahkan semuanya. 
Dan tujuan itu telah menjadi trend bagi semua orang di era sekarang. Inilah yang menjadi kekuatan seseorang untuk hidup lebih baik.

Fokus kepada tujuan, membawa kita kepada keadaan yang lebih baik dalam tujuan. Suasana ini membawa kejiwaan seseorang terdorng untuk mewujudkannya. Apa yang mesti dilakukannya ? Banyak orang menghadirkan kekuatan untuk mendapatkan tujuannya. Bisa jadi sudah ada kekuatan dan bisa juga belum ada, yang bisa sudah ada kekuatan itu dan bisa juga belum ada kekuatannya untuk dimunculkan dalam dirinya. Kita cenderung memilih kekuatan baru untuk meraih tujuan. Diri kita merasa nyaman dengan kekuatan baru dan tujuan, tapi sebenarnya kita tanpa sadar sudah tertekan. Keadaan ini pasti mempengaruhi diri kita semakin tidak sehat, secara fisik masih kuat tapi mulai terganggu. Pikiran terus berpikir untuk melakukan apapun untuk tujuan. Disinilah "setan" menggoda dengan hal yang cepat dan mudah untuk meraih tujuan. Tekanan dalam diri kita dan keinginan utnuk lebih baik selalu ada lintasan "nakal" yang diam-diam kita setujui. Padahal itu tidak baik, maka kita suka menyelimutinya dengan tindakan lembur dan kerja keras. Ada beberapa orang yang berhasil, dan banyak yang gagal. Yang berhasil selalu bilang bahwa keberhasilan itu karena dirinya, kemampuan dan kepintaran. Tak ada menyebut Allah, dan hanya sekedar lip saja "Alhamdulillah". Mungkin kita lupa sebelumnya kita pernah berdoa memohon kepada Allah. Yang belum berhasil, bilang Allah belum mengabulkan doanya. Artinya banyak yang kecewa pola ini. Yang berhasil telah diuji Allah, dan hasilnya "lupa" sama Allah.

Boleh nggak kita berpikir tidak fokus kepada tujuan, tujuan adalah milik Allah yang Maha Tahu, menciptakan kita. Untuk beribadah, ibadah khusus dan umum. Semua ibadah itu tertuju kepada Allah, Ibadah khusus itu diantaranya kerja kita untuk menjadi lebih baik yang mesti ditujukan kepada Allah (ikhlas). Artinya hal ini memberi peluang bagi kita untuk fokus kepada kerjanya, fokus pada ibadahnya BUKAN Tujuan. Apa yang terjadi mendorong kita bersyukur, melihat atau memperlihatkan nikmat yang hanya sedikit (jauh dari tujuan) dari pandangan kita dan mampu menerima dan mengoptimalkannya sehingga menjadi banyak. Fokus kepada kerja (ibadah) selalu mengantarkan kita berterima kasih dan tidak ada rasa kecewa dan tidak merasa tertekan. Kalau berdoa, pasti kita lakukan. Berdoa melibatkan Allah dalam menjalaninya dan izinnya (dikabulkan hasilnya). Kalau belum tercapai, kita fokus kepada apa yang sudah kita lakukan. Evaluasi dan koreksi menjadi semakin baik. Ada kenikmatan (kepuasan) dalam fokus kepada kerja (ibadah) dan hidup menjadi lebih tenang dan membahagiakan. Hasil adalah bonus dari Allah atas apa yang kita kerjakan.

Renungkan slide berikut ini :









Beranilah untuk berpikir yang lebih baik, memilih ? Ya kita mesti membuka pikiran dan hati yang lapang. Fokuslah kepada kerja (ibadah) BUKAN fokus kepada tujuan. Perhatikan orang-orang yang telah membuktikan pilihannya fokus kepada tujuan, ada banyak kekecewaan, ada banyak kesalahan dalam kerja, ada hasil yang tidak sesuai harapan, belum lagi ada ketidakseimbangan dalam tubuh (cenderung sakit) dan seterusnya. Tidakkah kita berpikir ulang ?

In Syaa Allah kita dicerahkan dengan apa yang kita inginkan dan diselaraskan dengan pemilik kita yang Maha Tahu dengan tujuan baik yang Dia titipkan kepada kita dalam AL Qur'an, mestinya mutlak kita imani dan praktekkan.

Sahabatmu












Featured post

Apa iya saya bisa ?

 Semangat pagi buat semua, In Syaa Allah kita tetap dilindungi Allah dalam kebaikan dan dimaafkan segala kesalahan selama ini. Aamiin Judul ...