Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Rabu, Maret 26, 2025

Power of question

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah kita semua dilimpahkan rezeki yang berkah hari ini. Aamiin

Saya mengambil judul pakai bahasa Inggris "Power of question", kekuatan bertanya. Dalam mengambil judul ini pun saya bertanya pada diri saya sendiri,"Apa yang ingin saya tulis ?" Maka hadirlah berbagai jawaban dan salah satu jawaban itu adalah kekuatan bertanya. Bisa jadi pembaca juga bertanya, apa yang dimaksud dengan power of question ? Ada beberapa jawaban atau bahkan bertanya lagi ... "Emangnya question ada kekuatan ?" dan mungkin juga "Apa saja sih kekuatan bertanya itu ?" Diantara pembaca ada yang sudah tahu maksud judul ini, tapi penasaran apa sama ? Begitulah ssebuah pertanyaan selalu memulai saat kita melakukan aktivitas. Aktivitas apa saja.

Power of question, salah satu kekuatannya adalah bertanya tentang,"buat apa saya melakukannya ?" Bisa saja untuk pengulangan hal ini pun masih kita tanyakan, tapi kebanyakan tidak nanya lagi dan langsung aktivitas. Misalkan kita pergi ke kantor, rasanya tidak setiap hari kita bertanya," buat apa saya ke kantor ?" Jawabannya sama, mencari uang. Tetapi bisa jadi pertanyaan itu muncul kembali ketika kita mulai "bosan" bekerja, ke kantor lagi ke kantor lagi. Sampai disini belum ada kekuatan yang luar biasa, tapi saat kita bertanya lebih dalam,"Buat apa saya cari uang, tapi uangnya aja tidak banyak saya dapatkan ? Atau pertanyaan lain,"Bagaimana saya mendapatkan uang lebih banyak ?" dan banyak lagi yang ada dibenak kita. Pertanyaan lanjutan inilah yang bisa merubah kebiasaan kita ke kantor. Ada yang lebih disiplin ke kantor, ada yang semakin sabar, ada yang giat bekerjanya dan seterusnya. Bagaimana dengan Anda ? Mungkin tidak perlu setiap hari bertanya tentang "buat apa saya ke kantor ?", bertanyanya bisa sebulan sekali untuk mefresh kembali kerja kita. 

Setiap pertanyaan memerlukan jawaban, sepertinya jawaban atas pertanyaan itu bisa sangat banyak. Tetapi terkadang jawabannya tidak kita ambil sebagai keputusan untuk kerja atau aktivitas. Kita merasa tidak oke aja, dan akhirnya kita menjalani yang rutin saja. Atau ada kejadian lain yaitu kita mengambil salah satu jawabannya dan dijalanin. Selang beberapa waktu, saat menghadapi hambatan dan masalah, kita merasa tidak sanggup melanjutkannya dan kembali melakukan kerja/aktivitas rutin.

Bagaimana pola bertanya yang baik untuk dijadikan kekuatan ? 

  1. Buatlah beberapa pertanyaan kepada diri kita sendiri ?  dan pilihlah pertanyaan yang dapat mengembangkan diri kita lebih baik.
  2. Fokuslah pada pertanyaan point 1. Lalu temukan jawabannya.
  3. Agar kita mendapatkan kekuatan dari diri kita, tanya lagi dan temukan jawabannya dan tanya lagi lebih dalam sampai kita menemukan jawaban yang membuat kita tergerak untuk kerja/aktivitas.
  4. Setelah menemukan beberapa jawaban, maka lakukan penerapan dari jawaban tadi
  5. Evaluasi aktivitas kita dengan bertanya lagi,misalkan,"mengapa tidak berhasil ?" atau bagaimana supaya berhasil ? 
  6. Aktivitas lanjutannya mengantarkan kita kepada koreksi kerja/aktivitas.
  7. kerjakan terus hal ini agar mencapai tujuannya.
Dengan pola bertanya seperti hal diatas ... dapat dipastikan kita memiliki kemampuan baru dan memperoleh hasil yang semakin baik. 

Adakalanya bertanya itu dimulai dari keisengan yang jawabannya juga tidak serius. Tapi ingatlah pertanyaan itu bukan sekedar iseng, tapi merupakan refrleksi diri terhadap kehidupan kita sendiri. Keinginan hidup yang semakin baik dalam mengatasi berbagai persoalan hidup yang dihadapi. Perubahan dalam diri kita selalu berasal dari intrspeksi diri dengan pertanyaan-pertanyaan yang hadir. Hindari bertanya dimana jawabannya bergantung kepada orang lain karena hal itu membuat kita selalu berharap dan hasilnya bukan bergantung kepada kita sendiri. Misalkan jawabannya adalah karir kerja kita ditentukan oleh atasan. Bukankah ini membuat kita selalu berharap kepada atasan, dan sebaliknya jawabannya selalu tertuju kepada kita sendiri. Dalam jawaban ini dapatk kita alihkan menjadi karir kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Kok bisa ? Dengan cara selalu meningkatkan kemampuan ssecara kuantitatif dan kualitatif, dan kinerja ini mesti dikomunikasikan dengan atasan sehingga terlihat. Atau dengan kemampuan kita tersebut mesti membuat atasan kita semakin meningkat karirnya (membantu dan mensupport atasan agar terus berkembang karirnya).





Bertanya sekali tidak cukup karena tidak memberi kekuatan apa-apa. Sangat perlu mendalami pertanyaan dengan pertanyaan selanjutnya. Ada yang bilang begini, jawaban atas pertanyaan pertama itu adalah "bohong" (tidak mengatakan yang sebenarnya terjadi). Misalkan seorang karyawan terlambat, maka pertanyaan yang muncul,"Mengapa kamu terlambat ?" Jawabannya adalah macet di jalan atau ada keperluan. Jika kita berhenti sampai disini, maka jawabannya cenderung rekayasa untuk menutupi kesalahannya dengan mengatasnamakan hal lain. Mari kita bertanya lagi, "jam berangkat ke kantor ?" Dijawab jam 7 pagi. Ditanya lagi,"jam berapa bangun paginya ? Jam 6. lalu tanya lagi, "tidurnya jam berapa ?" jawabannya jam 12 malam. Dari serangkain pertanyaan tadi, maka kita bisa simpulkan bahwa keterlambatannya  bukan macet. karena karyawan tersebut memang berangkat di jam macet. Bukankah karyawan itu bisa berangkat lebih pagi, misalkan jam 6 pagi. Maka kemungkinan terlambatnya tidak terjadi.  Begitulah kekuatan bertanya itu dapat memberikan solusi bagi suatu masalah. Ada hal yang menarik lagi, dari serangkain pertanyaan yang diajukan bisa membuat "kebohongan" terungkap". Misalkan "Tadi berangkat kerja macet di jalan apa ?" jawabannay di jalan A. Maka bertanya untuk memancing kebenarannya,"tadi saya dan temen kamu lewat jalan A nggak macet tuh ?" Jawaban karyawan membuat dia grogi. Disinilah dapat disimpulkan seseorang "berbohong" atau tidak.

Bagaimana ? Pernahkan bertanya. Bila perlu pertanyaan dicatat atau ditulis dalam list dan begitu juga dengan jawaban. Menjadi sangat bagus, biar tahu dan didalami lebih lanjut dan bisa dicek list aktivitasnya. Insya Allah power of question ini memberi motivasi kita menjadi semakin baik dan menjadi introspeksi diri yang menggugah diri berubah dengan pemberdayakan diri kita sendiri.

Sahabatmu  

Sabtu, Maret 22, 2025

Membuat ukuran bersyukur

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dilimpahkan ilmu yang mengantarkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Aamiin

Hari ini, saya menulis tentang ukuran bersyukur. Yang ada dibenak kita adalah apa iya bersyukur bisa diukur. Semua yang terkait dengan ukuran selalu kepada angka. Mau pakai nilai berapa untuk bersyukur dengan maksimal 10 atau 100 atau lainnya, bagaimana saya tahu nilainya yang kesesuaiannya dengan faktor bersyukur. Kayaknya tidak mudah dilakukan. Begitu awalnya, tapi saya memberanikan diri untuk  berpikir yang mudah dan sederhana saja.

Yang pertama saya membuat ukuran bersyukur itu hanya untuk diri saya sendiri, karena setiap orang memiliki ukurannya sendiri. Soal angka adalah dibuat hanya untuk mengukur dan membandingkan dengan sebelumnya. Misalnya saya menulis bersyukur saya hari sebelumnya dengan angka 6. Angka 6 itu pasti mengacu kepada beberapa faktor yang saya lakukan. Lalu hari ini saya bisa mengukur dengan logika saya, ternyata beberapa faktor yang saya lakukan meningkat sehingga saya memberi nilai 6 ,5 dalam bersyukur. Sekali lagi angka ini adalah acuan untuk melihat perubahan dalam diri sendiri sehingga saya mampu untuk meningkatkan apa yang bisa saya lakukan (dalam bersyukur). Setiap orang bisa membuat sendiri ukurannya.

Misalkan saya ingin menentukan beberapa parameter bersyukur itu dari hal berikut ini :

  • Output (hasil bersyukur) 
    • Pendapatan saya
    • Peluang mendapatkan pendapatan
    • Kesehatan
    • Motivasi
    • ketenangan pikiran (hati)
    • dan banyak hal lain
  • Input dan proses bersyukurnya (apa yang ingin saya syukuri - apa yang dikerjakan)
    • Peningkatan nilai nikmat dengan meningkatkan optimalisasinya
    • Peningkatan pemahaman agama agar mampu bersyukur
    • Melakukan peningkatan kualitas atau kuantitas nikmat
    • dan banyak hal lain
Sebagai contoh adalah saya bersyukur dengan mengukur dari hasil bersyukur (output), yaitu kesehatan dan motivasinya. Maka saat saya memulainya, saya mesti membuat nilainya. Disisi lain saya juga mesti melihat nikmat Allah yang saya miliki, saya memiliki rumah di komplek yang memilik suasana nyaman (tidak ramai dan tertutup), saya memasak sendiri makanan saya dan bisa menambahkan yang lain tentang hal ini. 
Saya tulis kembali hal di atas :
Nikmat
- saya tinggal di komplek dan suasana nyaman
- saya memasak sendiri
Output yang diukur adalah
- kesehatan
- motivasi
Maka apa yang lakukan dengan bersyukur ? Inilah proses dalam memanfaatkan nikmat menjadi bernilai tambah. Misalkan 
- Makan dengan memasak yang sehat dimana selalu ada sayur setiap makan
- Berolahraga
- Membaca wawasan tentang makanan sehat dan olahraga
- Berteman dengan orang yang sehat-sehat, sering berada dalam lingkungan orang yang makan sehat.
- Berolahraga bersama teman
Selanjutnya saya menentukan setiap nilai dari nikmat mulai hari ini, bisa saja saya mulai dengan angka 3 atau 4, karena saya belum melakukan proses. Saya siapkan catatan atau buku untuk membuat nilainya setiap hari. Persoalan yang tidak mudah yang dihadapi adalah mencatat nilai-nilai itu ke dalam catatan yang sudah saya siapkan. Awalnya mudah karena masih ada motivasi yang tinggi, dan hati-hati selanjutnya banyak hal yang membuat semua mencatat itu berhenti.
Hari ini saya melakukan olahraga pagi hari di lingkungan komplek selama 30 menit. Artinya saya sudah berproses dalam bersyukur. lalu abis olahraga saya minum air putih yang cukup dan selanjutnya makan pagi tidak berat hanya minum jus. Adakah perubahan ? Ya. Tindakan bersyukur atas nikmat keadaan sebelumnya menjadi lebih baik, berolahraga dan minum jus.  bagaimana dengan hasil bersyukurnya (output) ? Tadi saya menentukan parameternya adalah motivasi dan kesehatan. Apa yang saya rasakan di hari pertama ? Saya merasakan motivasi meningkat dan kesehatan sedikit lebih baik. Dan menjadi lebih berdampak setelah melakukan bersyukurnya seminggu, maka alangkah baiknya waktu pengukurannya setiap minggu. Setelah 1  Minggu, saya bisa memberi catatan nilainya naik. Yang awalnya saya mencatat dengan nilai 3, maka minggu pertama saya nilai dirinya sekarang (setelah 1 Minggu) adalah 3,25. Dengan cara ini saya dapat mengukur tingkat perubahan bersyukur saya. 

Buat apa sih semua itu ? karena saya membuat ukuran, maka saya bisa menandakan diri saya dimana. Dengan tahu nilai saya sendiri, maka saya tahu saya mau kemana dan apa yang mesti saya lakukan (perbaikan/koreksi). Saya bisa menjadi dari satu keadaan menjadi keadaan berikutnya yang semakin baik, kalaulah tidak lebih baik maka saya tahu apa yang harus dilakukan. Bayangkan dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan, Saya bisa terdorong dan bisa menjadi orang yang semakin sehat dengan pendukung ilmunya. Tahu tentang kesehatan dan cara meningkatkannya. Sebagai orang yang beriman, tentulah semua apa yang saya lakukan pasti terkait dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu saya juga mesti menyakinkan bahwa sehat itu menjadi modal juga dalam beriman, apa iya saya tidak sehat bisa mudah dalam beribadah dengan benar. Jangan pernah tidak melibatkan Allah dalam setiap kebersyukuran (sehat) dengan iman dan berdoa agar selalu dalam kehendaknya. 





Bersyukur itu tidak sekedar berterima kasih saja, ada yang mesti ditingkatkan atas nikmat yang kita terima agar menjadi nikmat bernilai plus. Perlu memahami bersyukur itu dengan hati dan pikiran, belajarlah terus dengan ilmu yang benar. Jika tidak dilakukan, maka kita merasa "bosan" bersyukur, karena begitu-begitu aja. Hiduplah dengan dinamis dalam bersyukur yang selalu berubah semakin baik setiap hari.

Insya Allah kita semua diberi ilmu dan kemampuan untuk bersyukur. Engkau yang Maha syukur, kami mesti beriman kepadaMu. Kamu yakin rasa bersyukur yang Maha itu dapat memberi kami ilmu bersyukurnya dan Engkaulah yang memiliki kekuatan untuk bersyukur ... limpahkan kekuatan itu agar kami pun mampu bersyukur kepadaMU. Aamiin
Sahabatmu


  

Jumat, Maret 21, 2025

Menjaga emosional diri

 Semangat pagi rejan-rekan. Insya Allah makin hari makin bisa nyadar dan semakin mampu mengendalikan emosional kita. Aamiin

Terinspirasi sebuah film Mandarin yang berseri 50 dengan judul Long Balad, tentang persaingan kekuasaan dan dendam. Ada kebencian dan dendam yang tak pernah habisnya untuk merebut kekuasaan. Kebencian dan dendam itu melahirkan permusuhan dan saling membunuh. Inilah emosional negatif, saya menyebutnya. Akhir dari cerita film ini adalah lelahnya menjalani kebencian dan dendam itu yang menyebabkan banyak orang yang meninggal (yang tidak bersalah) dan keinginan menciptakan kehidupan yang damai.

Dalam sehari-hari film di atas mungkin ada, tapi sesuai perkembangan saat ini sudah jarang yang terjadi. Malah yang terjadi itu masih ada sih benci atau dendam itu bagi mereka yang pernah terzalimi atau sekumpulan orang yang bersaing dalam kompetisi. Misalkan orang terzalimi oleh atasan atau orang yang memiliki kekuasaan sering terjdai dalam masyarakat. Seorang karyawan yang salah melakukan sesuatu bisa jadi mendapat hukuman dari atasan atau perusahaan. Sebetulnya ada yang benar-benar zalim, ada kalanya karyawannya aja yang merasa dizalimi. Sebagai karyawannya apapun alasannya mesti bersikap (merespon) positif, menganggap hukuman atau apalah namanya sebagai koreksi atas apa yang sudah dilakukan. Dengan sikap ini segera hadir kerja yang produktif. Disini karyawan benar-benar membangun kembali kepercayaan atasan dan perusahaan dengan kerja konsisten. Jika belum terjadi kesalahan yang dilakukan, maka menjadi penting bagi karyawan untuk berpikir akal sehat (mengendalikan emosionalnya). Respon emosional itu sangat reaktif dan mudah tersulut terhadap keadaan yang mengundang "emosional" atau memang kitanya yang emosional. Diri yang dikuasai oleh emosional negatif itu adalah bukan diri kita yang sebenarnya. Bayangkan saat kita diam sejenak, emosional negatif itu menjadi turun dan bahkan ada semacam self talk dalam diri dengan emosional positif. "Saya balas nggak ya, dia sudah berbuat begitu ke saya dan merasakan direndahkan". Lalu ada self talk yang berkembang,"kalau saya lawan dia kan atasan saya, nanti bisa rusak status karyawan saya". Dan akhirnya karyawan pun menjadi "yes men" karena terpaksa.

Perhatikan menjadi karyawan yang "yes men" (terpaksa) tidak juga memberi kebaikan. karena alam bawah sadarnya menyimpan emosional negatif. Jadi sewaktu-waktu bisa saja alam bawah sadar itu membawa kerja yang tidak produktif.  Yang baiknya ? Menjaga emosional diri (negatif), atau merawat emosional. Membiasakan kerja dengan minim emosional negatif. Mungkin awalnya ketidakcukupan ilmu membawa kita untuk bisa mengalihkan kepada akal sehat (wawasannya tidak luas). Apa yang terjadi ? Kita memiliki kaca mata yang tidak baik, selalu melihatnya sebagai dizalimi. Boleh dong dengan ilmu dan wawasan lain ... yang tidak baik itu memberi kita koreksi dan dengan belajar lagi bisa semakin baik. Oke dong. Tapi namanya jarang belajar, maka pola berpikirnya cenderung emosional negatif. Ditambah lagi dengan harapan yang tinggi dari kerja yang dilakukan. Ilmu yang tidak cukup tadi memberi hasil yang mengecewakan. Kalau udah kecewa ada kekhawatiran "nanti direspon negatif oleh atasan". Kecewa itu adalah golongan emosional negatif, maka dengan mudah menyulut emosional negatif lainnya, diantaranya marah, bertindak tidak baik dan bisa menjadi lebih buruk lagi.  Tanpa disadari jika ini terjadi lagi dan lagi, maka bisa berdampak buruk kepada tubuh kita, menciptakan penyakit.

Emang ada yang mau sakit ? Semua pasti tidak mau, tapi hal ini terjadi karena tanpa disadari. Seseorang,"Saya nggak pemarah kok", Ya hal ini diungkapnya saat tidak marah. Kalau lagi marah, orang itu bukan lagi dirinya. Bayangkan saat 5 menit kita emosional negatif, maka kita tidak menghilang waktu 5 menit untuk bahagia (sehat). Dan perhatikan saja orang lain yang emosional negatif (sebagai bentuk bercermin), ada orang lain dan mungkin banyak yang dilukai, dan dirinya sendiri.  Sebaliknya saat kita bahagia, kita yang bahagia dapat membahagiakan orang lain, (menjadi sahabat).

Lalu apa yang bisa kita perbuat untuk menjaga emosional negatif ? Ingat emosional negatif itu terjadi karena kita memberi "makan" kepada emosional itu sendiri, atau dengan kata lain kita malas belajar dan berpikir. Iya nggak ? Cek dong diri kita, apakah ilmu kita bertambah, terutama tentang terkait ilmu emosional ? Pernah baca buku nggak ? Pernah nggak mengambil hikmah kehidupan ? Kalau hal ini jarang kita lakukan, maka kecenderungan kita adalah orang yang responsif, buru-buru dan emosional negatif. Oleh sebab itu menjadi wajib belajar menambah ilmu, biasanya orang berilmu itu menjadi bijak (mampu mengendalikan dirinya). Tak sampai punya ilmu aja, tapi mesti dilatih dalam kehidupan sehari-hari, di kantor, dirumah dan masyarakat. Dengan latihan ini dapat membuat kita trampil dalam mengendalikan emosional diri. 

Untuk berlatih itu kadang rada tidak mudah, ada cara lain yaitu berkumpul dengan orang yang baik dalam mengendalikan emosionalnya. Kok Bisa ? Dalam kumpulan orang ini kita membiasakan tidak emosional sehingga terbentuk kebiasaan baik. Sesering kita berkumpul dengan orang baik (sabar), maka kita jadi ikut sabar, mampu mengendalikan emosional negatif. Oke kan ?

Ada nasehat yang bilang begini, "kalau tidak mau emosional negatif, maka makanlah yang sehat untuk menjaga tubuh seimbang". Orang yang sehat bener, tercipta kondisi diri yang lebih baik, hal ini mendorong kita untuk berpikir akal sehat. Bayangkan kalau lagi malas, kan bawaannya mau yang nyaman sehingga saat berhadapan dengan kondisi yang tidak nyaman bisa memacu emosional negatif. Ada juga orang yang tidak mandi seharian, pasti suasana hatinya tidak baik-baik saja dan mudah tersinggung dengan ucapan orang lain. Misalkan,"kok bau sih" atau ada bahasa tubuh menjauh, kan ini memang nyata begitu. Tapi orang yang tidak mandi itu merasa dirinya oke saja (dengan parfum), tapi auranya tidak bisa ditipu. Jadi deh emosional negatif. 

Dalam hal ini saya hanya mengulas beberapa penyebab seseorang bersikap dan bertindak emosional negatif, bisa jadi ada hal lain.  Pertama sangat penting menambah ilmu dan wawasan dengan terus belajar, dan kedua menjaga kesehatan kita agar dapat menjaga suasana hati, atau happy. Terakhir saya mengajak kita untuk selalu berdoa juga agar dlindungi dari godaan setan. Dimana setan itu musuh kita dan pasti ingin merusak diri kita melalui nafsu atau emosional negatif kita.



Insya Allah tulisan in bisa memberi inspirasi dan wawasan bagi siapa saja dalam mengembangkan dirinya menjadi semakin baik. Ingat efeknya dan kebaikannya, yang bisa menjadi motivasi diri untuk bisa menjaga emosional diri. Apa yang kita kerjakan adalah upaya memberdayakan diri untuk mampu produktif dalam kerja atau beraktivitas. 

Sahabatmu


Kamis, Maret 20, 2025

Semangat bersyukur

Semangat pagi rekan-rekan semua. Insya Allah hari ini ditambah nikmat puasanya. Aamiin
Judul hari ini adalah semangat bersyukur. Perhatikan kita sendiri, kadang dalam bersyukur kita tidak atau kurang bersemangat. Bersyukur aja. Kalau bahasa seriusnya, kita kurang memaknai rasa bersyukurnya itu. Mengapa ? ini adalah tema menarik. Bisa jadi bersyukurnya kita itu tidak ada dorongannya atau bahkan tidak ada kuatnya hasil yang bisa diperoleh.
Bisa jadi bersyukurnya kita selama ini tidak mendapatkan hasilnya karena memang bersyukurnya tidak sungguh-sungguh. Bersyukurnya tidak sengaja dan tidak ada keinginan mengelolanya dengan bener. Apa iya kita ditambah nikmatnya oleh Allah ? Semua sesuai kehendak Allah. Dalam hal ini kita belum mampu menjadi orang yang dikehendaki Allah. Dari sini kita belajar untuk meningkatkan rasa bersyukur kita. Salah satu tanda bersyukur lebih baik adalah adanya semangat bersyukurnya.
Secara umum orang bersyukur mesti memiliki niat dan merespon apa yang diberikan Allah.  Niat itu disengaja, artinya kita sadar untuk melakukan aktivitas bersyukur. Sadar kepada Allah. Lalu Setelah berniat ini tentunya kita memiliki keyakinan untuk bersyukur, yakin bersyukur ini perintah Allah, yakin kalau tidak bersyukur itu ada azab Allah, yakin bersyukur menjadi ketaatan kepada Allah, yakin pula apa yang kita kerjakan dalam bersyukur itu adalah berdasarkan syariat agama.Dan yakin juga Allah membalas ras syukur kita. keyakinan yang kita miliki mampu mendorong kita untuk mewujudkan niat bersyukur. Saat memulai bersyukurnya, kita dapat merasakan semangat. Inilah yang saya sebut semangat bersyukur. Perlu ? Tak perlu dicari, semangat itu hadir dengan bekal keyakinan dan memulai aktivitasnya. 
Dalam semangat bersyukur itu menimbulkan energi yang besar untuk menyelesaikan aktivitas bersyukurnya. Semangat dan energi itu memberi kekuatan bagi kita untuk dapat merasakan makna bersyukurnya. Dan mampu juga menjaga dan merawat untuk konsistensi bersyukurnya.Agar bisa bersemangat dalam bersyukur ... yuk kita niatkan bersyukurnya dan hadirkan keyakinan yang kuat untuk melaksanakannya. Insya Allah kita dapat merasakan semangat yang luar biasa (berenergi) mengiringi aktivitas syukur kita.
Catatan tentang semangat syukur dari saya, Insya Allah kita diberikan semangat itu dan dihadirkan niat untuk bersemangat dalam bersyukur. Aamiin
Sahabatmu

 

Rabu, Maret 19, 2025

Bersyukur, mengapa nggak ?

Semangat pagi semuanya. Insya Allah hari ini selalu diberkahi apa yang dikerjakan dan hasilnya. Aamiin

Sebenarnya, saya sudah menulis tema bersyukur dalam sebuah buku. Tidak tahu mengapa mau juga saya terbitkan. Saya berprasangka baik saja, bisa jadi ini adalah upaya saya memasarkan buku tersebut menjadi lebih baik. Salah satunya adalah mereview ulang isi bukunya dan membuatnya menjadi lebih mudah diterima oleh pembaca. Target pembaca saya adalah mereka yang sudah bersyukur. Kok begitu ? Saya ingin mengajak mereka yang sudah bersyukur dapat meningkatkan kualitas syukurnya dengan cara yang lebih baik. Bukankah mereka yang sudah bersyukur itu masih suka mengeluh ... kok hasilnya begini ? hasil bersyukur tidak lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Apa yang terjadi bila berlarut dengan kondisi tersebut ? Bersyukur itu bukan lagi ibadah tapi cenderung formalitas saja. Bagi karyawan, ya bersyukur (berterima kasih) kepada Allah atas gajian yang diterima. Nggak salah sih bersyukurnya karena sudah berterima kasih dan sudah juga memanfaatkan gaji sesuai kebutuhan hidup. Yang menjadi masalah adalah gajinya tak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup. Yah masih suka mengeluh sih.

Bagi mereka yang sudah bersyukur hanya mengukurnya dari ucapan terima kasih dan menggunakan apa yang diterima untuk kehidupannya. Dalam Al Qur'an difirmankan bahwa kalau kita bersyukur, maka Allah tambah nikmatNya, tapi kalau tidak bersyukur tunggu azab Allah". Parameter ukuran yang dipakai ternyata belum cukup. Ada kata nikmat - ada bersyukur  - dan ada ditambah nikmatnya. Apakah mendapatkan gaji itu nikmat ? Iya, tapi itu bukan segala-segalanya. Hanya salah satunya saja. Oke lah Gaji itu nikmat, atau kita bilang saja pendapatan. Ukur pendapatan kita, apakah ada kenaikan ? Tidak ada. atau kita cek lagi apakah pendapatan yang kita terima sudah mendorong kita mendapatkan rezeki lebih ? Ternyata tidak ada juga. Secara logika, tidak ada pertambahan nikmat (gaji). Maka bersyukurnya belum bener. Atau kita tidak bersyukur dan mendapatkan azabNya. Yaitu itu azab Allah itu bisa berupa "kesulitan" hidup, dimana kebutuhan hidup tak tercukupi. Ditambah lagi kita masih mengeluh saja. Jadi mereka yang merasa sudah bersyukur itu ternyata belum bersyukur dengan bener.

Padahal dari petunjuk Allah di atas, orang yang bersyukur itu selalu ditambah nikmatnya. Jadi mestinya kita mesti bersyukur, bersyukur dengan lebih baik (bener). Salah satu ukurannya keberhasilan bersyukur itu adalah bertambah nikmat yang kita rasakan. Nikmat itu bisa berupa pendapatan, bisa kesehatan, bisa ketenangan hidup dan berbagai hal lainnya. Sesuai judul di atas, mengapa tidak bersyukur ? bersyukur aja. 

Bersyukur itu bukan apa adanya, tapi bersyukur itu direncanakan dengan sengaja. mesti ada niat yang tulus dalam bersyukur, berharap hanya kepada Allah. Kita mesti membangun sikap dan perilaku bersyukur dengan bener.

1. Pertama ketulusan itu hanya kepada Allah, bukankah bersyukur itu tertuju hanya kepada Allah. Bisa jadi ketulusan kita menjadi tidak murni karena kita merasa mendapatkan nikmat itu dari seseorang sehingga cenderung berterima kasihnya kepada pemberi nikmat langsung. Misalkan, gaji yang kita terima. kebanyakan kita berterima kasih kepada atasan dan perusahaan. Sikap ini cenderung membawa kita bekerja dengan baik kalau ada atasan atau ada perhatian dari atasan. Apa yang diminta atasan wajib dilaksanakan tanpa menolak atau kritik. Saat waktunya ibadah, kecenderungan kita tetap fokus dengan pekerjaan. Sikap ini mesti diperbaiki agar prinsip bersyukurnya bener. Tulus atau ikhlas kepada Allah dalam bersyukur tidak cukup berterima kasih kepada atasan, tapi meneruskan terima kasih itu kepada Allah dengan cara menunjukkan kerja yang jauh lebih baik lagi agar dirahmati Allah. Tidak berharap kepada atasan, tapi berharapnya kepada Allah. Allah lah yang Maha Melihat kerja kita 24 jam sepanjang waktu. Libatkan Allah dalam bekerja, merasa dilihat Allah (ihsan) dan ini berakibat kepada kinerja menjadi lebih baik.

2. Tidak bersyukur bener itu mengundang kita di azab Allah. Hal ini bisa jadi dorongan untuk menghindari azab dan juga memperbaiki syukurnya. Apa ada orang yang mau diazab oleh Allah ? Pastilah tidak ada. Ancaman Allah ini menjadi dasar kita untuk terus meningkatkan kualitas syukur dan menambah keragaman syukurnya. 

3. Tentang nikmat, seringkali kita mengukur nikmat itu berupa uang saja. Tapi lihatlah lebih lanjut ... memang sih uangnya tidak bertambah tapi bisa jadi kita merasa lebih sehat dan fresh dalam bekerja. Bukankah itu juga nikmat ? kadang ada orang yang gajinya lebih tinggi tapi dirinya tidak sehat, dan bahkan gajinya dipakai untuk membeli vitamin atau obat untuk menjaga kesehatannya.  jadi nikmat itu bisa kuantitatif dan kualitatif. Sudut pandang ini perlu dibangun agar kita dapat menjalani syukur dengan bener.





Ini adalah petunjuk Allah untuk meningkatkan produktivitas kita dan mengantarkan kehidupan yang lebih baik lagi. Apakah ada cara (petunjuk) yang lebih baik dari Allah ? Sebagai muslim yang taat, kita mesti mengamalkan petunjuk ini. Mengapa nggak bersyukur ? Bersyukur adalah perintah Allah, bila dijalani dengan ikhlas maka menjadi ibadah. Semakin bersyukur semakin bertambah iman dan ketaqwaannya. hasilnya adalah kebaikan di dunia dan di akhirat.

Tidak cukup bersyukur itu berterima kasih saja. Perhatikan faktor dalam bersyukur agar kita menjadi lebih baik bersyukurnya, ada faktor ketaatan, ada faktor nikmat, ada faktor cara yang bener dan juga ukuran dari faktor keberhasilannya, ada niat yang ikhlas. Bersyukurlah hanya kepada Allah, maka Allahlah yang membalasnya dengan menambah nikmat, baik secara kuantitatif dan kualitatif. 



































































































Selasa, Maret 18, 2025

berhasil nggak ?

Semangat pagi rekan-rekan semua. Insya Allah selalu dilimpahkan rezeki yang berlimpah. Aamiin
Saya menganalisa, apa iya sih apa yang saya lakukan itu lebih banyak tidak berhasilnya ? Mengerjakan ini untuk mengejar mimpi (tujuan) bisa berjalan di awal tapi setelah itu berbelok dan tidak pernah sampai ? Apa saya tidak berhak atas hasil dari apa yang saya kerjakan ? 
Yang pertama adalah pasti hasil itu milik Allah, tidak semua keinginan saya bisa diberikan Allah. Itu pun masih bisa ditafsirkan sebagai fokus saya adalah kerja dan memperbaiki kualitas dan kuantitas kerjanya. Allah memberi sesuai kehendakNya. Artinya lagi semua yang saya kerjakan masih memberi peluang untuk mencapai hasil yang baik. Disisi lain hal yang baik itu  ... sering saya tafsirkan memberikan hasil sesuai harapan. Tapi dalam kenyataannya, saya juga menndapat hasil tidak sesuai harapan saya. Hal ini bukan berarti Allah tidak memberikan hasil baik kepada saya. Saya mesti menafsirkan sebagai hikmah yang saya bisa melihat kebaikan dari hasil yang tidak sesuai harapan tadi. Dengan melihat hikmahnya, saya bisa mengerjakan lagi yang mengikuti jalan Allah. Apakah saya bisa berhasil ?
Bisa ya dan tidak. Saya bisa menyempurnakan kerja saya dengan doa. Dimana doa pun sangat bergantung dari amalannya saya. Kalau begitu, saya mesti melihat kembali nilai ketaqwaan saya. Kalaulah saya mampu bertaqwa di jalan Allah, Insya Allah Allah Maha berkehendak.
Tetapi disisi lain, apa iya saya selalu menginginkan hasil yang sesuai harapan ? Kalau kerja saya bagus, artinya ilmu dan ketaqwaan saya lebih tinggi. Saya mengerjakannya dengan tenang. Disinilah Allah berperan dan melibatkan diri dalam apa yang saya kerjakan. Kebersamaan saya dan Allah sudah cukup memberi kebaikan yang banyak dan membahagiakan. Apakah saya masih menginginkan hasil yang sesuai harapan ? Kebersamaan dengan Allah sudah sangat cukup bagi setiap orang yang muslim. Disinilah saya menganggap tidak perlu lagi memikirkan hasilnya, jauh lebih berarti kebersamaan dengan Allah. Apalagi saya diizinkan mampu mengerjakannya, saya diizinkan ilmunya dan diberi ketenangan dan banyak lagi. Yang terpenting bagi saya adalah kualitas apa yang saya kerjakan sesuai harapan Allah, sedangkan hasil jadi milik Allah. Ada pahala dan bisa jadi bonus yang Allah kehendaki kepada saya.
Dari tulisan di atas saya diajarkan untuk memenuhi terlebih dahulu apa yang Allah perintahkan kepada saya, yaitu bertaqwa kepadaNya dan saya mesti mewujudkannya dalam apa yang saya kerjakan sebagai ibadah kepada Allah. Soal hasil ? Allahlah yang berkehendak, saat sesuai harapan saya menjadi bersyukur dan saat tidak sesuai harapan saya mesti berprasangka baik dengan bersabar. Bersabar dengan terus kontinu berusaha sumgguh-sumgguh dan dibarengi doa kepada Allah. Insya Allah apa yang saya lakukan sesuai dengan kehendak Allah. Aamiin

Kamis, Maret 13, 2025

Bersyukur itu melihat nikmat

Semangat pagi semuanya. Insya Allah selalu dimampukan untuk bersyukur. Aamiin
Tulisan ini melihat sisi lain dari tulisan sebelumnya, melihat apa yang dimiliki. Judulnya saya ambil bersyukur melihat nikmat. Umumnya bilang,"bersyukur dengan yang ada" tapi kenyataannya tidak banyak orang bisa melihat yang ada. Maka bersyukurnya menjadi terhambat. Orang cenderung bersyukur kalau menerima. Bagaimana caranya ? Ya, memanfaatkan apa yang diterima dengan baik untuk kepentingan sendiri, kalau ada lebih barulah ditabung atau disimpan. Keadaan ini belum mencerminkan bersyukur yang lebih luas, bersyukur bukan saya menerima saja, tapi menjadi bertambah nikmatnya jika mengoptimalkan apa yang dimiliki.
Saya fokus dengan syukur yang memanfaatkan apa yang dimiliki (nikmat yang Allah berikan) menjadi tambah nilainya. Dalam petunjuk Allah disebutkan bahwa nikmat Allah itu banyak dan tidak bisa kita hitung. Tetapi dalam kenyataannya, kita masih bisa menghitung nikmat Allah itu. Apalagi saat kita memiliki tujuan masa depan, seolah mata dan pikiran itu selalu tertuju kepada apa yang tidak kita miliki. Disini banyak orang selalu mengadakan apa yang tidak dimiliki untuk ada agar tujuannya dicapai. Bayangkan konsep berpikir dalam bersyukur, "Jika bersyukur ditambah nikmatNya, dan tidak bersyukur tunggu azabNya". Untuk bertambah nikmatnya, maka kita mesti bersyukur ... bersyukur dengan yang ada, nikmat yang Allah telah berikan. Disini bersyukur itu mendorong kita untuk mengoptimalkan yang ada (nikmat sekarang). Misalkan bisnis kue, pertama adalah kemampuan membuat kuenya. Memiliki kemampuan yang konsisten membuatnya karena ada waktu. Kemudian membuat kue dalam jumlah tertentu agar memampukan diri untuk berjualan. Kemampuan salesmen dan marketing semakin bagus. Ketiga dengan kemampuan berikutnya meningkatkan produksi dan memasarkan dengan jarringan yang lebih luas. Tahapan ini merupakan bersyukur dengan apa yang ada. Pertama adanya kemampuan membuat, kedua kemampuan menjual dan ketiga kemampuan berkembang. Dalam banyak kasus, orang berbisnis kue dengan cara produksi yang banyak tanpa mempersiapkan kemampuan dasar yang bertahap.
Dalam bersyukur seringkali kita melalaikan apa yang sudah kita miliki (nikmat Allah), yang bisa berupa fisik dan non-fisik. Bisa jadi nikmat Allah itu belum terlihat karena memang kita tidak fokus. Semakin sering tidak fokus membuat kita semakin tidak mampu melihatnya. Ini adalah karena ada nafsu, adanya keinginan atau tujuan. Nafsu inilah yang menutupi melihat nikmat. Mata sih lihat tapi hati yang tidak mampu memaknainya nikmat itu. Insya Allah nikmat itu bisa dilhat dengan hati (dengan izin Allah). Sekali lagi nafsu ada, maka Allahlah tertutupi. Ingin mampu melihat nikmat Allah, ya mesti menghadirkan Allah di hati. Kendali hati mampu meredam nafsu sehingga nikmat itu terlihat. Kalau sudah terlihat, menjadi lebih sempurna dengan membaca petunjuk (ayat-ayat) Allah. Yang kita dapati adalah kita diajak untuk merenung nikmat Allah, kita diberi tahu cara bersyukurnya dan kitapun diberi tahu manfaat (kebaikan) dari nikmat Allah.

Kok ada yang bisa "bersyukur" yang tidak dekat kepada Allah ? Nikmatnya bertambah dengan bersyukur karena ada ilmunya. Tetapi orang seperti ini hanya fokus kepada dunia. Bayangkan kita yang dekat dengan Allah dan memiliki ilmu ??? Insya Allah inilah yang idealnya kita berproses menjadi semakin baik. Insya Allah kita dibimbing dan diberi rahmat dari sisi Allah. Aamiin
Sahabatmu

Rabu, Maret 12, 2025

Melihat yang dimiliki

Semangat pagi semuanya. Insya Allah hari ini masih terus diberikan kebaikan dalam beraktivitas. Aamiin
Dalam beraktivitas, banyak hal yang tak terlihat dalam diri kita sebagai modal atau fasilitasnya. Seringkali kita suka melihat yang tidak dimiliki sehingga tidak mendorong kita melakukan aktivitas. Untuk itu diadakan agar aktivitas bisa berlangsung. Kalau tidak ada maka aktivitas terhambat.
Hal ini saya lakukan sekarang, biasanya saya menulis dengan laptop. Keadaan sekarang, laptop butuh tempat, dan aliran listrik, belum lagi kalau laptopnya sedikit lemot. Disisi lain saya memiliki HP, keyboad dan mouse bluetooth. Dulu tak biasa menulis dengan HP, beberapa minggu yang lalu saya mulai menulis di HP, bahkan saya bisa mendisain slide atau gambar dengan HP juga. Alhasil saya bisa menulis dengan HP lebih baik. Dalam perpspektif saya sebelumnya, HP hanya untuk update WA atau media sosial lainnya. Bahkan dengan kehebatan google, saya dalam memfoto tulisan dan langsung saya jadikan bahan tulisan baru. Artinya saya baru menulis bahwa selain laptop untuk menulis, ternyata HP juga tidak kalah canggihnya. Kecepatannya bisa lebih tinggi dari laptop. HP yang tadinya tidak terlihat oleh saya sebagai media menulis, jadi terlihat dengan jelas. Tak terlihat itu bukan karena tidak memiliki, tapi tidak mampu melihat kebaikan di dalamnya.
Saya mengalami hal seperti itu ... cenderung karena ada beberapa keluhan dari penggunaan laptop. Buka laptopnya butuh waktu dan tempat, dan jika ada masalah pun jadi bikin terhambat. Disinilah saya bersyukur dengan keluhan tadi, saya dibukakan mata dan hati untuk melihat HP. Mengapa tidak ? Akhirnya saya menemukan apa yang saya miliki itu bermanfaat. 
Ada lagi kisah tentang saya ingin berolahraga dengan jalan kaki. Paling murah dan sehat. Beberapa orang berpikir mau beli treadmill. Tapi kan tidak ada uang buat belinya. Lalu terpikir oleh saya, saya memiliki sepatu olahraga yang tidak dipakai dan ada track yang bagus menanjak dan turun di lingkungan. Maka saya pun memanfaat sepatu dan track tadi untuk berjalan kaki dengan mengitari tempat tinggal saya. Saya test satu putaran menghabiskan 45 menit. Begitulah saat mata dan hati sudah bisa melihat apa yang saya miliki bisa bermanfaat.
Kadang dalam hidup ini beberapa orang suka membeli sesuatu, awalnya sih merencanakannya untuk digunakan. Tapi selang  beberapa bulan sesuatu itu menjadi pengisi gudang rumah. Misalkan ada yang beli alat masak bagus, awalnya aja masak dengan alat itu dan setelah itu alat itu nganggur. Beberapa orang dimanjakan belanja karena bukan butuh, tapi cenderung emosional. Melihat penggunaan alatnya canggih, harganya promo dan sebagainya, membuat orang membeli.
Belajarlah untuk melihat dengan mata dan hati, apa yang sudah kita miliki. Melihat dengan mata sih iya, tahu memiliki sesuatu. Tapi sesuatu itu hanya fisik saja. Tidak terdorong menjadi sesuatu itu berharga dan bermanfaat. keadaan ini merembet dalam pola hidup kita. Selalu ada keinginan atau tujuan menjadi lebih baik, tapi selalu ada "persyaratan"nya. Tidak punya ini dan itu sehingga keinginan itu hanya memenuhi pikiran saja. Padahal persyaratan itu bisa saja sudah dimiliki, tapi tidak mampu melihat manfaatnya. Ada satu lagi persyaratan yang kita miliki yang luput dari perhatian. Apa itu ? Kemauan, semangat dan kehidupan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Apa iya kita tidak mampu ? Fisik sehat, kerjakan aja dulu sebagai langkah pertama, bisa jadi hasil tidak sesuai harapan. Tapi kan kita sudah bisa melangkah dan terus melangkah. Ada semangat yang mendorong kita semakin ingin meraih yang lebih baik. Kita butuh melangkah yang konsisten agar mampu melihat apa yang kita miliki lainnya dapat dilihat sebagai kekuatan atau modal untuk terus melangkah. Ada proses atau tahapan, kita hanya menjalani dengan sabar tahapan itu ... akhirnya kita sampai di tujuan.
Apa yang kita miliki ? Bisa fisik (alat) dan bisa juga non-fisik, keduanya mesti dikendalikan dengan baik. Yang non-fisik itu dapat dibentuk menjadi kebiasaan, kebiasaan ini telah membuat kita memiliki kemampuan. Bersyukurlah jika kemampuan bisa terus ditingkatkan, karena kemampuan yang bertahap tidak mampu melihat apa yang ktia miliki (fisik) dapat dimanfaatkan dengan baik. Kemampuan melihat apa yang dimiliki bisa tercipta saat kita menemui masalah. kemampuan dan masalah selalu beriring.
Jangan lupa juga bahwa kemampuan melihat apa yang kiia miliki adalah terbukanya hati karena Allah telah memberi rahmat kepada kita. Bukan mata yang buta tidak melihat, tapi yang buta itu adalah hati.

Sahabatmu

Minggu, Maret 09, 2025

Hal kecil yang diremehkan

 Semangat pagi semuanya. Insya Allah kita selalu diberikan kemampuan untuk bisa mengerjakan hal kecil dan sederhana. Aamiin

Temen saya marah-marah kepada saya, "gemane sih kerjanya, kok nggak beres". Saya lupa membawa barang yang dibutuhkan. Jangan marah-marah dong,"nanti saya ambil". Temen saya melanjutkan,"Saya sudah nggak percaya dengan kamu, kan sudah saya ingatkan sebelumnya". "Maaf saya tadi lebih fokus kepada hal lain yang lebih penting", kata saya.

Begitulah kisah sekelumit tentang hal kecil, yang tidak penting yang dianggap remeh. Tidak fokus karena ada hal lain yang lebih penting, padahal sudah diingatkan.Apa yang terjadi ? Hal kecil yang mestinya bisa saya lakukan tapi tidak dilakukan. Apa kira-kira penyebabnya ?

1. Menganggap remeh, "nanti saya bisa siapkan". 

2. Disinilah kita mudah dilalaikan untuk hal kecil itu

3. Ilmu dan wawasan yang tidak cukup tentang hal-hal baik.

4. Bisa jadi ini memang sudah kebiasaan kita. 

5. Setan selalu tidak ingin saya lebih baik, inilah yang juga tidak saya perhatikan sehingga setan dengan memudahkan untuk saya lalai dan lupa.

Lalu dengan alasan di atas apa yang mesti saya lakukan ?

1. Belajarlah untuk tidak meremehkan apapun, bahkan untuk hal sekecil apapun.

2. Belajar dan menerapkan ilmu cek list untuk memudahkan kita melakukan step by step dan lengkap.

3. Berdoalah dan libatkan Allah agar Allah mengizinkan semua terjadi.

Ada yang menarik bila saya melibatkan Allah, maka hal terburuk tidak terjadi baik pekerjaan dan efeknya.

Insya Allah bermanfaat dan kita dimampukan mengerjakan dengan benar dan lengkap.







Dari sahabatmu















Sabtu, Maret 08, 2025

Menjadi produktif

 Semangat pagi, saatnya belajar menjadi produktif. Insya Allah kita dimampukan diberikan ilmunya oleh Allah. Aamiin

Kata produktif itu menjadi kata yang sering diucapkan oleh pemimpin perusahaan dan manager, "kerja yang produktif agar perusahaan menjadi maju". Lawannya produktif itu biasanya malas atau kerjanya tidak menghasilkan (output). Tetapi karyawan suka menafsirkan hanya sebatas kerja yang benar aja,"Saya kan sudah kerja nurutin perintah".  Jika ini yang terjadi maka keryawan ini tidak produktif.

Kata produktif mesti diterjemahkan kedalam tujuan kerja, atau mesti mengacu kepada "target". Misalkan target team salesmen yaitu 100 juta. Maka bisa dibilang produktif jika semua orang menciptakan aktivitas-aktivitas yang mengarah kepada angka 100 juta. Team salesnya harus menterjemahkan kerja yang selalu meningkat setiap bulan untuk mencapai target. Adakala seorang salesmen hanya mengerjakan hal yang sama setiap bulan baik secara kuantitas dankualitas yang sam dan hanya berfokus kepada angka penjualannya. Dengan kerja yang sama setiap bulan itu dapat memberi angka yang bervariasi dari 70 juta sampai 110 juta. Kadang tercapai target dan kadang juga tidak tercapai. Ini menunjukkan bahwa kerja yang sama yang dilakukan tidak bisa memprediksi hasil target. Keadaan ini yang membuat ketar-ketir salesmen, atau tepatnya stress. Scara matematis produktif itu sangat ditentukan apa yang dikerjakan.  Maka kuantitas dan kualitas kerja sangat menentukan. Kalau kerjanya tidak meningkat maka targetnya cenderung sama.

Maka menjadi seorang salesmen dan manager sales memastikan adanya peningkatan kerja baik oleh salesmen dan team lainnya. Misalkan team lain itu administrator yang mampu menyelesaikan adaminsitrasi lebih cepat agar proses pengiriman jasa/produk lebih cepat. Maka pekerjaan administrator ini dibilnag produktif. Ini dilakukan dengan kemampuan ilmu yang bagus. Sama halnya untuk salesmen, yang mampu mengelola waktunya sehingga bisa mengunjungi pelanggannya dengan efektif atau mengurangi waktu kunjungan. Begitulah seharusnya semua team bekerja untuk tujuan bersama. Hal ini tidak mudah dilakukan karena biasanya team salesmen berbeda dengan team administrator atau dengan team finance. Ini membutuhkan manager yang mampu mensupport salesmen. Peran manager salesmen dan atasannya lagi menentukan bagi produktif dalam mencapai target. Ego setiap bagian mesti ditaklukan dengan menerapkan langkah produktif secara bersama-sama. Hati-hati semua bagian mempunyai target masing-masing sehingga bisa jadi tidak produktif, Seorang salesmen bilang,"Saya sudah bekerja keras mencari pelanggan, tapi tidak disupport team lainnya". Sedangkan team lainnya juga bilang,"Saya juga bekerja sesuai SOP". Secara perusahaan bisa dibilang tidak produktif.

Bagaimana dengan kita sendiri ? Kita memiliki banyak keinginan, inilah dan itulah. Terkadang kita bekerja dan beraktivitas tapi hasilnya tidak ada. Kita memiliki pekerjaan yang pasti punya target ... maka kita kerjakanlah apa yang diamanahkan perusahaan. Habis pulang kerja kita sudah capek dan hanya bisa istirahat dan tidak melakukan aktivitas yang berarti lagi. Padahal kita memiliki target pribadi dan keluarga. Apa yang terjadi ? Bisa jadi dikantor kita sukses, tapi target pribadi tidak tercapai. Yang parahnya karena di kantor tidak hanya bekerja yang semesti kita kerjakan dan kerjaan untuk target pribadi tidak ada, maka hasilnya membuat kita begini-begini saja. Kita disebut tidak produktif di kantor dan tidak produktif untuk urusan pribadi. 

Yuk kita perbaiki dalam hidup ini dengan menjadi manusia yang produktif.

1. Lakukan yang kecil dan sederhana yang terus dikonsistensikan

2. Mesti bisa berbagi waktu untuk kerja (kantor) dan pribadi atau membuat target pribadi sejalan dengan kantor dan lebih tinggi.

3. Lakukan saja yang bisa merubah target pribadi dan kantor untuk terus ditingkatkan secara bertahap dari bulan ke bulan.

4. Menemukan faktor-faktor baru yang kreatif untuk produktif (kerja yang mengarah kepada target).

5. Ukurlah hasil mengacu kepada target, dan evaluasi untuk diperbaiki menjadi semakin produktif.

6. Jangan ada faktor lain yang menentukan yaitu Allah. Libatkan Allah dalam setiap langkah 1 - 5.




Dengan langkah di atas, kita semakin menarik menjalani hidup karena kita menjadi produktif dan apa yang kita target dapat dirasakan. Insya Allah kita menjadi orang yang produktif dalam hidup dengan target yang kita telah tetapkan. 

Sahabatmu

Jumat, Maret 07, 2025

Insya Allah atau Insha Allah ?

 Semangat pagi semuanya. Saya ingin berbagi tentang menulis Insya Allah yang bener sesuai ejaan bahasa Indonesia. Insya Allah bermanfaat 

Awalnya saya menulis Insya Allah ... itu hanya ikutan yang sudah ada. Menjadi ragu saat ada yang menulis In Sha Allah. Itulah yang terjadi karena saya tidak tahu ilmunya dan belum tahu juga bahasa Arabnya.

Saya telah belajar berbagai sumber tentang penulisan Insya Allah. Sayaingin berbagi tentang hal itu, terlebih lagi saya mulai memahami dengan baik makna Insya Allah.

Saya sekarang mampu menjadi hamba Allah yang lebih baik, mengucapkan Insya Allah dengan memaknainya dengan benar. Yang saya rasakan adalah inilah bentuk ketaatan kecil dan memberi rasa optimis karena saya melibatkan Allah dalam setiap aktivitas saya. Bukan sekedar mengucapkan Insya Allah, tapi memberi motivasi menjadi semakin baik.










Salam dari sahabatmu



 



 
















Rabu, Maret 05, 2025

Apa iya saya bisa ?

 Semangat pagi buat semua, In Syaa Allah kita tetap dilindungi Allah dalam kebaikan dan dimaafkan segala kesalahan selama ini. Aamiin

Judul di atas, "Apa iya saya bisa ?" merupakan bentuk instropeksi atas atas iman sendiri. Apakah saya memiliki kemampuan sehingga menjadikan saya bisa melakukan apa pun ? Memiliki kemampuan itu bisa menentukan saya bisa menentukan hasil atau memprediksi apa yang saya lakukan. Saya berpikir, apa iya saya sendiri yang menjadi penentu ? dimana Allah ? 

Misalkan saya bisa bekerja ... apa iya saya memiliki kemampuan fisik dan pikiran (ilmu) sehingga saya bisa mengerjakannya ? Dalam firmanNya ... yang baik itu datangnya dari Allah dan yang tidak baik itu datangnya dari saya sendiri. Saya menafsirkannya bahwa apa yang saya kerjakan itu baik, artinya datangnya dari Allah. padahal saya menganggap bahwa saya yang melakukannya. Tapi setelah saya renungkan beberapa hal :

1. Tubuh, pikiran dan fasilitas yang saya miliki adalah milik Allah. 

2. ilmu yang saya dapat adalah kehendak Allah.

3. Apa saja yang terkait dengan apa yang saya kerjakan juga milik Allah.

Dari sini saja, saya merasa bahwa bukan saya yang bisa. Ya saya bisa, tapi semua itu atas izin Allah. Izin Allah bukan seperti izinnya manusia, terjadi karena persyaratan. Hanya Allahlah yang Tahu tentang proses dan kehendak atas izinNYa. Hal yang sederhananya, saya bisa minum atau siapapun bisa. Tapi bisa jadi saat saya mau minum ... tidak terjadi karena air tumpah atau airnya habis atau lainnya. Hal ini pernah terjadi kan. Bukankah ini menunjukkan bahwa saya memang tidak 100% berkuasa penuh atas diri saya sendiri.

Ada contoh lain, seperti Israel yang menyerang gaza. Sesuai rencana Israel dengan senjata yang banyak dan dukungan AS tak mampu merelisasikannya. Sebagian ya, tapi gagal. Apa yang tidak mampu bisa dilakukan Israel, tapi hasilnya tidak sesuai harapan Israel. Apa yang terjadi ? Disini ada Allah dengan skenarionya. 

Kembali ke saya. Kadang yang baik saja belum tentu terwujud untuk saya lakukan, padahal saya bisa. Sama juga hal yang tidak baik juga begitu. Memang secara prosentase banyak yang berhasil. Yang pertama saya ambil hikmahnya sebagai berikut :

1. Bukan berarti saya bisa memanfaatkan kepemilikan Allah itu dengan semaunya saya. Ada yang berhasil atau tidak berhasil diizinkan Allah, untuk apa ? Agar saya berpikir bahwa masih ada Allah yang menguasai saya, saya ini hanya hamba Allah. Efeknya dari hal baik bisa baik menurut saya atau bisa juga saya menilainya tidak baik. Misalkan saya kerja bener, maka dapat hasil baik. Tapi bisa juga saya sudah kerja bener tapi hasilnya bikin saya kecewa. Itulah kaca mata saya, ada baik dan ada yang tidak baik (kecewa), tapi dalam kacamata Allah semua baik. Bukankah kalau saya kecewa bisa saja menjadi baik bagi saya asal saya berpikir positif karena berprasangka baik kepada Allah. Contoh lain, saya diberi kekayaan oleh Allah. Kekayaan itu menurut saya baik, tapi bisa juga karena tidak bersyukur dengan kekayaan yang membuat kehidupan tidak menjadi baik-baik saja. Sebaliknya juga bisa terjadi. Dari sini saya  berpikir bahwa memang Allah izinkan apa yang ingin saya lakukan bisa dilakukan, tapi Allahlah yang menentukan hasilnya. Saat saya menelusurinya (sesuai kemampuan dan ilmu saya) ternyata pilihan saya menyikapi apa yang saya lakukan itu dapat keridhoan Allah. Apakah ada Allah di hati saya atau yang lain di hati saya ? jadi dengan hadirnya Allah paling tidak saya bisa mendapatkan kebaikan dari apa yang bisa, kebaikan itu karena pandangan saya positif terhadap yang baik atau yang tidak baik.

2. Yang tidak baik dari apa yang saya kerjakan merupakan kasih sayangnya Allah kepada saya. Kok bisa ? Saya diberi kesempatan untuk merenung dan berpikir apa yang salah dari apa yang saya kerjakan itu adalah kemampuan saya yang belum cukup untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Tanpa ada nilai apa yang diberikan atas apa yang saya kerjakan, maka saya tidak pernah tahu kesalahan saya. Apalagi hasilnya tidak sesuai harapan. Dengan sikap yang saya lakukan ini menunjukkan saya sangat ingin menghadirkan Allah di hati agar selalu terjaga iman. Bayangkan bila sebaliknya yaitu tidak ada Allah di hati. Apa yang saya kerjakan "diizinkan" berupa pembiaran oleh Allah karena saya yang mau dan merasa bisa lakukan. Apa iya saya bisa melakukan tanpa ridho Allah (selain Allah) dengan menggunakan pemilikNya ? Syukur-syukur diizinkan dan mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Apa hikmahnya ? Allah memberi sinyal bahwa itu adalah peran Allah, tapi saya bahwa sayalah yang menentukannya (berkuasa atas diri). Jika ini saya mendapatkannya lagi dan lagi ... akhirnya saya "telah" kehilangan Allah di hati.

Iman di hati itu mesti dirawat agar tetap terjaga dan semakin lebih baik. Seringkali saya lupa merawatnya, menjaga Allah di hati ini dalam beraktivitas. Yakinlah bahwa Allahlah pemilik apa yang ada di langit dan di bumi, Allah berikan semua itu untuk saya (manusia). Hikmahnya Allah menitipkan atau hanya memanfaatkannya. Untuk memanfaatkannya Allah berikan ilmu sesuai apa yang dikehendakiNya. Lalu Allah siapkan rezeki yang baik berupa iman, sehat, tenaga dan apa saja agar saya bisa mengerjakan sesuatu. Jika hal saya bisa bersikap terhadap hal ini semua, maka saya adalah berbuat baik seperti apa yang telah Allah perbuat baik kepada saya. Tidak sesuai harapan dari apa yang saya kerjakan dan hasilnya adalah pertanda Allah sayang kepada saya. mengingatkan saya untuk menaikkan level kemampuan agar bisa level kehidupannya (nikmat yang ditambahkan). Ini menunjukkan saya adalah hamba, hamba yang butuh Allah.





In syaa Allah, saya memahami penjelasan di atas untuk disikapi untuk selalu menjaga iman. 

Sahabatmu



Selasa, Maret 04, 2025

Menyikapi beban kerja

 Semangat pagi dan salam bahagia selalu. Hari ini saya menulis judul di atas untuk menggali lebih tentang alasan seseorang bekerja dan mampu menyikapinya dengan kerja yang produktif.

Mungkin ada yang menafsirkan beban kerja itu mengacu pada jumlah pekerjaan yang ditugaskan atau diharapkan dari seseorang dalam jangka waktu tertentu. Ini mencakup berbagai tugas, kegiatan, dan tanggung jawab. Tapi hal ini saya membahas dibalik seseroang itu bekerja. Apa yang ada dalam pikirannya sebelum kerja kadang membuat seseroang tidak mampu bekerja dengan produktif. Pikiran sebelum kerja itulah yang menjadi bebannya.

Ini adalah self talk terjadi pada diri seseorang yang terus membayangi dalam bekerja. Yang pertama adalah alasan dia bekerja. Bisa saja alasan dia bekerja itu dapat memberatkan atau meringankan saat bekerja. Ada beberapa alasan seseorang bekerja :

1. Tuntutan ekonomi dirinya dan keluarga. Dalam hal ini seseorang hidup terlihat lebih baik dan menjaga kehidupan di hari tua.

2. Menjaga citra diri atau status sosial agar diterima di lingkungan. "Saya bukan pedagang, tapi karyawan perusahaan terkenal".

3. Sesuai passion atau hobby atau sesuai ilmunya.

4. Bersyukur karena ada ilmu, kemampuan dan ingin berbagi

dan ada banyak alasan lainnya.

Dari alasan itu, banyak orang bekerja karena alasan 1 seperti terpaksa sebagai bentuk tanggung jawab memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Dalam perjalanan bekerjanya, keadaan ini menjadi beban dan mempengaruhi kualitas kerja. Jika seseorang memiliki sikap positif, maka dalam bekerja menjadi produktif. Dia jadikan alasan kerja sebagai motivasi. Apa yang dipikirkannya ? Adalah kebutuhan ekonomi diri dan keluarga ... ujung-ujungnya uang atau gaji. Inilah yang menjadi fokusnya. Karyawan seperti ini terus bekerja untuk lebih baik dan sangat berharap hasilnya bagus. Ternyata ada beberapa orang mendapatkan hasil yang tidak sesuai harapan, padahal dia bilang saya sudah bekerja maksimal. Gajinya tidak pernah mencukupi. Setelah lama bekerja, mereka ini suka kecewa dan mengeluh karena selalu menganggap kurang gajinya ... dan kinerjanya menurun. Dia bekerja apa adanya. Awalnya bersikap positif jadi tidak positif lagi, karena alasan "percuma juga saya kerja maksimal dan hasilnya begitu-begitu saja". Hasil yang didapat terekam dalam memorinya dan menjadi sebuah paradigma baru (tanpa disadarinya) yang merubah sikapnya menjadi tidak positif. 

Kisah di atas membuat orang itu merasa terbebani dalam bekerja. Dampaknya sangat buruk dan di dalam setiap perusahaan banyak orangnya. Ada yang senior sampai yang 1 tahun bekerja. Kadang dari karyawan baru mampu melihat itu dan sangat dipengaruhi oleh karyawan lama. "karyawan baru ikut lingkungan aja biar tak jadi masalah". Semua ini tampak secara kasat mata tapi terjadi, dari mana tahunya ? Kinerja karyawannya tidak lebih baik. Kalaupun ada peningkatan kinerja perusahaan lebih karena cara atasan atau perusahaan "memaksa" melakukan banyak hal untuk mencapai target. 

Alasan yang kedua (2), tidak lebih baik juga. Karena mereka yang bekerja tidak fokus kepada pekerjaannya. Berusaha terlihat kerja (yang penting kerja) ... dan kinerjanya hanya on kalau dilihat atau dipaksa. Bagi karyawannya tidak ada masalah, karena dia sudah mendapatkan statusnya. Orang ini menjadi beban bagi yang lain dalam satu teamnya. 

Alasan ketiga (3) nyaman buat yang bekerja. Biasanya orang ini menjadi penting dalam perusahaan. karyawan begitu fokus untuk bekerja yang berkualitas. Tapi biasanya lemah dalam hal disiplin atau hal lainnya. Sukanya dimaafin karena dia menjadi orang penting. Bagi perusahaan sih baik, tapi merusak budaya yang tidak baik kepada karyawan lain. Bekerja dengan passion tidak menjadikan beban bagi dirinya dalam bekerja. Bekerja dengan tenang dan menyenangkan, dan kinerjanya pun bagus.

Alasan keempat (4) adalah orang yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan. Hanya sedikit orang memiliknya. Bisa karena memang karakternya yang baik, atau bisa juga karena perubahan yang terjadi pada diri orang itu karena sesuatu. Karyawan ini bekerja tanpa beban dan sangat senang menajalani pekerjaannya. 

Terus kita ada dimana ? Tak perlu dicari-cari yang mana. Kita pasti tahu kita berada dimana. Bisa jadi awalnya memang alasan nomer satu. Abis kerja atau kuliah ya bekerja cari uang untuk hidup. Ini adalah motivasi awal dalam bekerja yang berorientasi kepada gaji (uang). Sebagai manusia dengan dinamis, maka kemampuan dan pengalaman yang terus berubah. Dengan demikian mestinya terjadi juga pada alasan kita bekerja. Hal ini merupakan perusahan sikap positif. Sikap positif itu ada karena reaksi terhadap sikap negatif yang muncul karena hasl yang tidak sesuai harapan. 



Gaji kurang ? berpikir positifnya, gaji kan hasil kualitas kerja. Maka dari diri hadir sikap "kalau begitu kerja yang berkualitas dan berkuantitas agar mendapatkan gaji lebih besar" Sikap negatifnya bisa saja kita beranggapan, "nggak naik gaji karena bos nya pelit". Bagaimana cara merubahnya ? Kita mesti memperlihatkan kinerja yang bagus dalam bentuk laporan atau kerjanya yang hebat. 

Kalaulah kita juga belum terlihat oleh perusahaan, maka kualitas dan kuantitas kerja itu kan ditentukan oleh ilmu, kemampuan dan jaringan kita. Ilmu yang luar biasa mengantarkan kepada kita kepada kualitas kerja yang sangat luar biasa. Tapi dalam hal ini jangan juga kita sombong, lebih baik ikhlas mengerjakannya. Hasilnya memperlihatkan kita dengan jelas ... mampu mengerjakan dengan cepat atau mampu mengerjakan dengan nilai tinggi (melebihi harapan). Kita menjadi orang penting dan dibutuhkan. Saat ilmu bertambah, maka kemampuan pun bisa meningkat. Kemampuan membuat kita terampil untuk mengerjakan banyak pekerjaan. Bisa ini dan bisa itu. Semua orang suka dengan kita, ada ilmu dan kemampuan. Apalagi ? Jaringan, dengan ilmu dan kemampuan bisa saja kita membantu orang lain dalam satu team dan juga membantu team lain. Ini merupakan perubahan alasan menjadi nomer 4. Apa yang terjadi ? Semua orang dalam team dan team lain sangat menginginkan kita. Disinilah kita bersyukur dan berbagi. Masak sih kita tidak terlihat ?  Pasti ada yang tidak suka dengan kita, hanya beberapa orang saja. Tapi teruslah menjaga sikap positif ini. Bila perlu kita menguji dirinya apakah kita orang yang dibutuhkan atau tidak ? Misalkan dengan fokus pada diri sendiri aja.



Kalau gaji kurang, maka kita dapat belajar ilmu dan meningkatkan kemampuan. Lalu apakah ada waktunya ? apakah kita bisa ? Disinilah kita mesti ingat yang di atas (Allah). Semua terjadi karena kehendakNya dan yang punya kan memang Allah. Maka dari itu semestinya kita menjadi hamba taat kepada Allah, berdoa memohon ilmu dengan usaha senang masalah (bersama kesulitan itu ada kemudahan. ada hikmah dan ilmunya) dan memohon diizinkan dengan terus mengabdi lewat kerja hanya kepada Allah. Langkah ini menjadi yang terpenting, bukankah kita sering berdoa memohon rezeki, diantara rezeki itu adalah gaji kan ? Lalu dengan rezeki sekarang kita bersyukur dan berbagi (infaq), maka selanjutnya Allah tambah ilmu dan kemampuan agar gajinya naik dan seterusnya. Yang lain dari rezeki itu adalah teman, atasan dan juga kesehatan, maka upayakan rezeki itu bertambah dengan menjaga hubungan dan meningkatkan kesehatan. 




Tak mudah menjalaninya, tapi kita memiliki Allah. Maka libatkan Allah selalu dalam setiap kerja kita. Bukankah dengan demikian kerja kita menjadi ibadah, dalam rangka mengabdi kepada Allah. Cerita di atas adalah perjalanan seseorang hamba mencari nafkah untuk menjadi semakin baik. Penting alasan di awal kita bekerja, karena memang itu yang terjadi, tapi yang menjadi sangat penting untuk menjadi orang yang semakin baik.

Sahabatmu


Featured post

Dari Mata turun ke pikiran

 Salam bahagia selalu, merasa bahagia itu penting dan membuat diri kita menjadi semakin bahagia. Insya Allah imajinasi dan apa yang kita lih...