Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

Sabtu, November 26, 2022

Pesan tren Bacaan Al Fatihah dalam salat

Selamat malam, saya berbagi untuk meningkatkan salat kita. Saya pun terus menjalankan salat dengan lebih baik. Insya Allah kita masih diberi kesempatan untuk salat terus dan mampu meningkatkan kualitas salat kita.

Bacalah Al Fatihah dalam salat dengan seksama, memahami arti dan makna. Dibaca perlahan dan seolah kita berkomunikasi dengan Allah dan Allah menjawab setiap ayat yang kita baca. Berilah jeda setiap ayat agar kita merasakan jawaban Allah.







 

Katanya mau nggak khawatir lagi

Katanya mau nggak khawatir lagi, tapi masih beranjak dari dari khawatirnya. Kok tahu mas ? Ya tahulah dari cara berpikir kamu. Yang diucapkan masih tentang hal itu terus, seperti tidak ada cerita lain. Masih membicarakan "saya pengen ini dan itu". Itu tandanya masih ada kekhawatiran yang membuat kamu belum melakukan yang sebenarnya. Bisa aja sudah kamu lakukan tapi biasanya berhenti dan melemah. Merasa ada yang kurang. Kekurangan kamu adalah tidak konsistennya dalam beraktivitass.


Jangan sampai kamu memikirkan apa yang tidak bisa kamu kontrol. Mikiran ini aja bisa menghabiskan waktu lama dan tidak tindakan nyata. Misalkan kamu mau bertindak kalau ada mobil, sedangkan kamu tidak punya mobil. Bisa saja kamu hanya butuh mobil sewaan atau pinjem. Biar terjadi kamu mesti melakukan step by step nya. Untuk pinjem mobil aja, kamu mesti bersilaturahmi dengan temen yang punya mobil. lalu menyampaikan tujuan pinjem mobil. dan seterusnya. Maka hambatan dapat diselesaikan. 

Kalau nggak mau khawatir lagi, ya bertindak atau kerja dan sebaiknya dari hal kecil dan mudah. Agar khawatir semakin kecil, maka teruskan apa yang sudah kamu lakukan untuk semakin tinggi nilainya. Saat itulah muncul keberanian dan teruskan sampai khawatir itu hilang.

 


Tip untuk melakukan sesuatu hal :

Jika malas untuk melakukan sesuatu dan berat, maka bagilah tindakan itu dalam beberapa proses yang berkelanjutan. Semakin detail proses (step) tersebut semakin mudah untuk dikerjakan.




Jumat, November 25, 2022

Pesan tren batasan itu kita yang bikin

Kita ingin berkembang dari sekarang sering dihambat oleh pikiran kita sendiri. Misalkan kita mau pulang kerja, tapi nggak jadi karena ada pekerjaan yang belum selesai. Padahal pekerjaan itu bisa dijadwalkan besok. Atau kita bisa pulang karena ada urusan keluarga. Semua itu kita sendiri yang batasin. Dalam kerja sering kali kita menunggu hasil kerja orang lain baru bisa kerja. Seusai SOP dan job desc. Lalu mau sampai kapan kita mulai kerja kalau orang lain belum selesai ? Contoh lain seorang suami “tidak boleh cuci piring” karena itu tugas isterinya. Tapi sebenarnya suami bisa aja mencuci piring tanpa alasan apapun.

Semua hal yang ingin kita kerjakan atau memang seharusnya kita membantu orang atau memang karena kita pengen aja TIDAK perlu dibatasi oleh pikiran kita sendiri. Pikiran kita membatasinya karena persepsi yang sudah ada atau aturan dan sebagainya. Mestinya pikiran kita bisa berkembang tanpa batasan tersebut. Mulailah kata orang “ringan tangan” untuk membantu orang lain atau kita sangat ingin segala sesuatu itu menjadi baik atau memang kita ingin mengerjakannya (ikhlas).


Bayangkan dalam kerja kita harus menunggu proses dari kerja orang lain atau kita memberikan kerja kita kepada orang lain sesuai waktunya, maka banyak waktu yang hilang. Maka dari itu ringan tangan atau proaktif membantu orang lain selama kita bisa mengerjakannya. Berikan dengan cara santun (berkontribusi) mengajarkan cara kerja yang lebih baik. Bagi orang lain semakin produktif dan kita pun semakin baik kerjannya. Terkadang masih banyak orang tidak mau dibantu atau tidak mau mencari bantuan agar pekerjaannya semakin baik, disinilah perlu silaturahmi (bersahabat) untuk saling memahami.



Ada hal yang menarik lagi, membuka batasan pikiran memperluas wawasan tentang banyak hal yang baik. Mengambil peran yang proaktif dengan ikhlas jauh lebih produktif, karena setiap orang sangat ingin menambah ilmu dan ketrampilan semakin tinggi. Bahasa saya adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk beramal. Misalkan saja, ada sampah yang terlihat oleh kita. Bukankah seharusnya ada OB kalau di kantor atau tugas pembantu rumah tangga. Berhubung orang yang bertanggung jawab tidak ada, apakah kita menyiakan kesempatan itu untuk mebuang sampah ? Bukankah itu amal saleh. Amal saleh itu baik buat diri kita dan dibalas kebaikan oleh Allah. Semakin banyak yang kita lakukan seperti ini semakin menambah kebaikan bagi kita. Seorang suami yang umumnya tidak mengerjakan pekerjaan rumah tangga dapat menjadi idaman keluarga karena mengerjakannya dengan ikhlas. Beres-beres rumah, mencuci piring, mencuci pakaian dan sebagainya. Hati-hati jika kesempatan itu tidak kita ambil, maka kita maka “memanggil” orang untuk melakukannya (terkadang memancing emosi kita).

Insya Allah kita selalu dimampukan untuk proaktif melakukan apa yang bisa kita lakukan sekalipun bukan pekerjaan kita dan dikuatkan untuk ikhlas mengerjakannya.

Magic word, wujudkan keinginan

Apa yang terjadi saat kita melihat orang yang lebih sukses ? Pengennya sih. Tapi kan dia ini dan itu, apa bisa saya ? Apa yang kita inginkan membuka pikiran memikirkan banyak hal tentang kepengen sukses itu. Kepikiran, apa bisa saya sendiri ? kan mesti dikerjakan dengan uang, apa ada oarng yang membantu ? dan bagaimana kalau gagal ? Semua itu menghambat saya segera kerja untuk suksesnya. Pikiran terus mendetail apa yang dipikirkan dan berkembang sehingga menimbulkan kekhawatiran. Semakin tidak berani meniti jalan sukses tersebut

Sebenarnya apa yang tidak bisa saya kontrol (kendali), pastilah tidak bisa saya kerjakan. Bagian ini mestikan tidak dipikirkan. Karena ada faktor yang tidak saya miliki atau saya tidak bisa meminta orang meolong saya dan sebagainya. Saya mestinya sudah bisa mengerjakan hal kecil saja dari perjalanan sukses itu, yang memang dibawah kontrol saya tanpa faktor lingkungan dan orang lain. Sekarang saya mesti memastikan saya mampu mengerjakan yang kecil itu step by step yang menghadirkan saya semakin berani. Kalau sudah berani ya tinggal konsistennya aja.


Saya mesti mencari apa yang saya punya, maka saya pergunakan dalam kerja sukses saya. Saya mesti menyisihkan waktu saya, maka saya segerakan itu terjadi. Ternyata saya bisa, maka saya percaya diri untuk mengerjakannya. Lalu apakah saya mau seperti ini terus ? Perkaya nilai yang sudah saya dapatkan menjadi semakin meningkat.

Insya Allah kita semakin berani dan kekhawatiran di pikiran menjadi minimal, dan bukan lagi sebagai penghambat.

Kamis, November 24, 2022

Magic Word Marah itu merasa bener

Saya banyak mendapatkan hikmah yang banyak dari orang yang marah. Bukan berarti saya menyalahkan orang yang marah, tapi kasihan karena tidak bisa berpikir sehat. Bagi saya menjadi menarik untuk mengambil hikmahnya.
Orang marah itu pasti menyalahkan orang lain, "ini salah dan itu salah". Lalu karena yang dimarahi salah, terus apakah yang yang marah tidak salah ? Yang marah hanya sebagai penilai BUKAN pelaku yang mengerjakannya. Jadi bener atau salah mestinya dilihat dari sisi pekerjaannya. memang salah, tapi dengan salah itu yang mengerjakan dapat yang benernya. Inilah yang menjadi bagi yang mengerjakan untuk menyikapinya dengan bener, salah satu menjadi bener itu lewat salah, tapi yang marahin tidak melihat itu. 

Kalau memang yang marah  itu merasa bener, maka kerjakan sendiri. Maka mesti ada saling menghargai dan saling support agar pekerjaan itu dikerjakan bersama. 

Bukan bisnisnya yang salah

Kalau Anda suka memperhatikan di suatu tempat, ada pedagang yang sama dagangannya dalam satu area (berderet). Toko elektronik tidak berbisnis sendirian tapi dalam satu deret ruko ada minimal 2 toko elektronik. Ada yang ramai dan ada yang biasa aja serta ada yang tutup. Sama halnya pedagang kuliner, satu deret pedagang ada yang jualannya sama. Ada yang ramai dan ada yang sepi. Terus yang sepi menyalahkan bisnisnya nggak bagus dan persaingannya ketat.
Mari kita perhatikan lagi, toko elektronik ada yang ramai ada yang sepi. Bisnis elektroniknya tidak salah, karena ada toko yang bisa jualan dan ramai. Yang "salah" adalah pelakunya yang tidak tepat menjalankan bisnisnya. Toko yang ramai memiliki keunggulan, bisa jadi dari pelayanannya atau produknya yang berkualitas. Toko yang sepi mengikuti pola toko yang ramai untuk bersaing dengan hal yang sama. Pemenangnya adalah satu toko dan yang lain kalah. Bisnis elektroniknya yang tidak salah itu mesti dikelola dengan bener, yaitu menjualnya dengan perbedaan. Kalau yang satu ramai karena pelayanan, maka toko yang lain menjadikan pelayanan itu standard saja dan menjual produk yang khusus yang tidak dijual di toko lain. Jadi disini peran pelaku bisnis menjadi penentunya dengan memperhatikan pembelinya.


Berbeda dengan pedagang kuliner, setiap pedagang memiliki resep tersendiri dan memiliki rasa yang khas. Misalkan pedagang bakso, semua bakso bisa jadi enak. Ada bakso rusuk, bakso ceker, bakso gede dan sebagainya. Pedagang bakso tidak bersaing satu sama lain, tapi memberikan pilihan rasa enaknya bagi pelanggan. Setiap pelanggan pun memiliki keinginan yang berbeda. 
Temen saya bilang,"Jadi admin itu nggak enak dan jarang yang sukses". Persepsi umum memang begitu, tapi sangat tergantung dari orangnya. Bisa jadi pekerjaan admin itu menjadi penting dan semua hebat dengan cara bekerja yang berbeda. Ada seorang manager admin yang sukses dan ada juga manager admin yang biasa-biasa saja. Pekerjaannya sama tapi pelaku atau orangnya yang membuat sukses.

The man behind the gun, semua orang sudah pada paham bahwa orang adalah penentu segalanya. kalau sudah begitu, mengapa orang tidak mengambil hal itu ? Bukankah semua orang mau sukses. Dan semua orang bisa menjadi sukses dimana pun dia bekerja. Yuk menjadi orang yang memiliki kemampuan yang kuat dengan sikap dan perilaku sukses. 

Katanya mau percaya sama Allah

Kalimat di atas agak berat jalaninya, tapi memang kita tidak serius menjalaninya. Memang sih kita ini sudah beriman kepada Allah dengan izinNya. Lalu mengapa iman itu tidak dikuatkan ? Bukankah jika kita tidak menguatkannya, maka iman itu menjadi turun nilainya. Untuk apa kita menguatkan iman ? Untuk hidup yang lebih baik di dunia dan di akhirat.

Dilematisnya adalah kita mesti menjalani hidup dengan kerja dan aktivitas lainnya sehingga persoalan iman itu menjadi lalai. Iman hanya disaat kita shalat, itupun shalatnya kurang iman. Mana yang diutamakan, kerja atau iman ? Bagi kebanyakan orang dua-dua dijalani. Shalat ya shalat dan kerja ya kerja. Kita percaya shalat kepada Allah, tapi agak kurang percaya kerja kepada Allah. Paling kalau ada masalah dalam kerja kita minta kepada Allah dengan shalat

Karena sudah terlanjur “tidak bersih hati” dimana  tempatnya  iman, maka kita suka melihat yang nyata mulai meluruskan iman itu yang utama dan diwujudkan dalam kerja ?



Kita percaya kepada Allah, yang memberi rezeki kepada kita. Dan kita mengambil rezeki itu dengan kerja dan aktivitas. Maknanya kita kerja dan beraktivitas sesuai dengan petunjuk Allah. Mulai dari niat kepada Allah, kemudian mempertunjukkan kerja dan aktivitas dari rasa syukur yang terbaik yang bisa kita kerjkan, mengevaluasi dan memperbaiki diri semakin baik dengan terus belajar dari petunjuk Allah, beribadah dan beramal saleh untuk semakin percaya kepada Allah, ketika kita menemui hambatan dan masalah, maka kita wajib kembali kepada Allah minta pertolongan.

Kita lebih fokus kepada masalah yang kita hadapi dan akibatnya. Jarang kita fokus kepada kerjanya dan upaya memperbaikinya. Bisa jadi masalah itu dihadirkan Allah untuk menguji kita, apakah kita tetep berada di jalan Allah atau tidak ?

Hati-hati dengan kerja kita yang suka melalaikan kita kepada (percaya) Allah dan porsi waktu begitu besar hampir 80% dari kehidupan kita sehari-hari. Mari kita selalu masukkan petunjuk (nilai) dari Allah dalam setiap kerja dan aktivitas kita.

Featured post

Udah bisa bangun paginya

Alhamdulillahirabbilalamin masih diberi kesempatan hari ini, dibangunkan dan diberi pikiran fresh untuk memperbaiki keadaan sendiri. Hari se...