Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

23.10.24

Training center untuk Manager dan Direksi

 Semangat pagi, Insya Allah tulisan yang saya share tentang training center dan trainer menjadi inspirasi dan membangkitkan siapa pun yang ingin meningkatkan kemampuan semakin tinggi.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah, dan Training center untuk Manager dan Direksi (tulisan saat ini)

Saya berkecimpung dalam training center sejak 2003 sampai sekarang. Saat ini saya tetap produktif dalam mencreate training dan mendelivernya untuk mereka yang merasa sudah produktif tapi nyatanya belum. Dalam sharing saya tentang training center dan trainer, perjalanan pengalaman berharga bagi saya. Dari tahun ke tahun saya terus mengembangkan diri menjadi "Trainer Profesional" dan yang pasti mengembangkan training center itu sendiri. Sebagai trainer saya memimpikan training center sebagai pusat pelatihan sudah terwujud waktu itu, dan satu lagi yang saya inginkan adalah training center untuk manager dan direksi. Saya berimajinasi, saya menjadi trainer bagi manager dan direksi. 

Ternyata dalam perjalanan training center yang sudah diakui oleh perusahaan mengantarkan saya benar-benar menjadi trainer yang memberi training kepada manager sales, branch manager dan direksi. Training untuk direksi dilakukan bersamaan waktunya dengan meeting tahunan nasional. Seperti biasa saya merespon ini dengan rasa senang dan banyak khawatir, apakah saya bisa ? Yang ada dalam gambaran saya, seorang trainer profesional di luar sana begitu menyakinkan dalam menyampaikan dalam trainingnya. Apa yang bisa saya lakukan ? Bersiap dengan bener, walaupun dalam pikiran saya pasti tidak ada yang bener dan sempurna.

Dari mulai mencari materi yang sederhana saja, seperti biasanya setiap tahun bos dan manager selalu meeting dan yang menarik adalah membicarakan hal yang sama dan solusi yang sama. Tema ini menjadi bagus menurut saya untuk disampaikan kepada direksi dan manager. Membicarakan yang sama menunjukkan adanya program yang tidak mampu dijalankan, bisa karena memang kemampuan orang yang menjalankannya tidak mumpuni atau memang program itu hanya di atas kertas tanpa adanya tindakan lanjutan untuk mempersiapkan segala hal bisa terjadi. Banyak bos bilang semua harus berubah, tapi pada kenyataannya bos sendiri tidak berubah. Kembali kepada rutinitas. Bos selalu minta omset, kalau tidak capai target dianggap gagal. Sehingga yang terjadi adalah semua manager berusaha berbagai cara untuk memenuhi target, cenderung tidak berorientasi kepada masa depan (cara yang kreatif). Perubahan disikapi sebagai bertambahnya omset BUKAN pengalaman baru yang bisa menambah kemampuan manager yang dapat merubah semua team untuk meningkatkan omset. 

Waktu itu, Saya mengajak semua orang berubah dengan rumus sederhana. Perubahan = potensi x action, saat action itu sama dari tahun ke tahun maka hasil cenderung sama. Action adalah perwujudan potensi yang sama pula. perubahan itu memang harus dimulai dari pikiran setiap orang untuk mampu melihat dengan ilmu agar menjadi potensi yang lebih baik.  Kalau seseorang ilmunya sama dari tahun ke tahun, maka kemampuan orang itu tidak bisa melihat peluang dari apa yang dimilikinya. Efeknya actionnya juga sama. Bagaimana hasilnya ? Maksimal bisa sama dan besar kemungkinan tidak sama. Kok bisa ? karena kompetisi diluar perusahaan berubah dan "menghambat" saya. Dalam keadaan seperti ini banyak bos dan manager panik dengan menyelesaikan dengan kondisi stress. Apa yang dilakukan, "marah-marah kalau belum capai omset". Manager hanya "yes-man" dan berusaha mencapai omset. Mereka kalau ada omset lebih ditahan untuk belum berikutnya, dan cenderung meminta program sales dan macem-macem sebagai alasan untuk bisa mencapai omset.


Sekali lagi dalam rumus yang saya sampaikan, dua hal yang bisa dilakukan untuk berubah. Itulah yang saya sampaikan kepada bos dan manager dalam trainingnya. Saya mengemukakan bahwa penting buat semua orang berubah lewat 2 cara berikut :

1. Kondisi yang nyaman dan tidak stress. Kondisi yang dibutuhkan untuk mampu berpikir positif, bukan stress dan tertekan yang memang menghadirkan pola pikir emosional. Kondisi nyaman ini bisa diciptakan sendiri atau dibentuk oleh team, tapi peran diri sendiri sangat menentukan. Apa yang terjadi ? Pikiran dengan mudah mengelana untuk hal yang sudah ada dalam pikiran dan terbuka untuk pikiran baru. Artinya jika hal ini dilakukan, maka potensi menjadi bertambah. Potensi yang bertambah mengantarkan diri untuk actionpun jadi lebih. perubahan ? Pasti terjadi, dan mesti harus konsisten.

2. Untuk meningkatkan potensi dapat pula dilakukan dengan menambah ilmu. Memahami ilmu dengan benar, tidak perlu banyak tapi sedikit tapi benar-benar paham. Misalkan ilmu networking, bila dijalani dengan ilmu bener, maka penambahan jaringan sedikit demi sedikit menjadi penting untuk menambah omset. Ilmu yang dipahami dapat membuka action mengikutinya sehingga perkalian potensi x action menjadi berlipat.

Tentunya dalam training itu saya tunjukkan perubahan itu melalui permainan sulap. Saya sudah mempersiapkan peralatan sulapnya untuk semua orang. Misalkan dengan permainan kartu saja, seorang manager dapat memberi kejutan kepada dealer dalam mengembangkan keakraban yang berujung kepada penjualan. Ilmu barunya ilmu sulap, actionnya bermain sulap, hasilnya semakin akrab dan penjualan yang meningkat. Saya minta manager itu membayangkan dilakukan 10 dealer, 20 dealer dan seterusnya ... mereka berubah dan berubah pula hasil yang proporsional.

Setelah training tersebut,Training center benar-benar telah menjadi pusat pelatihan seperti konsultan training. Perbedaan training center sendiri  pasti tahu keadaan perusahaan dengan baik dan memberikan solusi dengan "ikhlas". Bagaimana dengan konsultan training di luar perusahaan ... semua berujung uang dan apa yang diberikan belum tentu pas dengan keadaan manager dan persoalannya. Alhamdulillah setiap ada pelatihan bagi manager dan supervisor nasional, Training center menjadi pengisi acara. Terpenuhi sudah apa yang saya impikan, yang meningkatkan kemampuan training saya.

Manager dan direksi sangat respek dengan apa yang saya berikan, dan ternyata mereka merasakan hal baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Dalam satu kesempatan saya pun training untuk manager dan direksi perusahaan lain, semua terpesona dan angkat jempolnya. Tersanjung deh saya, dan selanjutnya kemampuan ini membekali saya untuk memberanikan training untuk "publik". Ikuti terus pengalaman saya dalam training center dan trainer dari blog ini.

22.10.24

Membuat materi training itu mudah

Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari selalu ada keberkahan dari sisi Allah dan dimampukan untuk mensyukurinya. 

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer, dan Membuat materi training itu mudah.

Berdoa selalu ada dalam diri manusia dengan menghadirkan harapan untuk mencapai tujuan. Harapan kepada Allah mendorong semua orang masih melakukan banyak hal dalam hidup ini. Harapan itu jalan menuju tujuan. 

Selalu menarik untuk berbincang training center, ada banyak ilmu dam ketrampilan di dalam training center. Yang utama adalah teamnya mesti selalu mencari ilmu-ilmu baru agar mampu meramunya dalam training yang disampaikan. Saat memasuki dunia kerja, pasti ada banyak masalah. Mengapa terjadi ? Terlalu fokus kepada masalah itu sendiri, sedangkan pikiran tidak dibuka untuk melihat banyak peluang untuk melewati masalah tersebut. Yang dibayangkan oleh seorang trainer adalah membuat training yang hebat dan membuat orang terpukau. Gampang nggak sih ? Bisa aja ATM BCA dengan training yang ada. Tapi kan jadi follower ? Disinilah masalahnya, hanya sedikit orang yang memiliki kemampuan mencreate training yang pas buat orang lain. Dalam perjalanannya, trainer begitu kesulitan dan tak mampu melakukannya. Lalu apa yang mesti trainer lakukan ?

Berpikirlah sederhana dan lihat peluang agar mampu dikembangkan menjadi materi training yang menarik. Saya lebih suka membahas yang kecil yang dianggap banyak orang tidak menjadi penting. Kalau bisa detail pembahasan yang kecil itu belum pernah dipikirkan banyak orang, hanya tahu kulitnya saja. Atau bahkan kalau ditanya bahasan kecil itu, mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Saya kasih contoh, saya menemukan "Masalah" menjadi materi training yang menarik. Awali bertanya kepada trainee, apakah mereka tahu tentang arti masalah ? Ada yang jawab masalah ya kesulitan atau tidak tercapainya keinginan. Hanya sebatas itu. Mereka memahaminya kalau ada masalah, bagamana ? Hadapi saja. Selesai nggak ? Umumnya tidak selesai masalahnya. Lalu saya mengajak trainee untuk mendalami apa yang mereka sampaikan ...

Kata kesulitan, apa sih artinya ? Apa ya. Beberapa saat ruangan training menjadi hening dan seperti bingung untuk menjawab arti kesulitan. lalu saya lempar pernyataan,"bukankah kesulitan itu kemampuan yang tidak cukup menghadapi keinginan ?" Trainee mengangguk tanda setuju. Bagaimana cara mengatasi kesulitan ? Begitu banyak jawaban dan bahkan masih bingung mau ngapain. Saya aja mereka untuk memahami kata kesulitan tadi yang artinya kemamampuan yang tidak cukup, maka kesulitan itu bisa dilewati dengan cara menambah kemampuan (belajar). Tapi ada yang nyeletuk, kesulitan itu seringkali selesai setelah didiemin. Saya beranikan diri untuk menjelaskannya saat menghadapi kesulitan sering membuat mereka yang mengalaminya seperti tertekan,"kok sulit ya ?" Kondisi mereka tidak mampu berpikir sehat karena tertekan (stress), lalu kesulitan itu dapat diselesaikan selang beberapa waktu karena kondisinya relax yang mampu membukan pikiran sehat hadir. Dan ternyata kesulitan itu mudah kok untuk dilewati, "Mengapa kemarin saya tidak melakukannya". Begitulah kesulitan itu mudah untuk diselesaikan dengan menambah ilmu dalam keadaan relax. Ada kata kesulitan - ada kata kemampuan, lalu saya sambungkan dengan kata masalah yang juga memiliki padanan keinginan yang tidak tercapai, alias keinginan yang tidak diiringi dengan kemampuan yang menyebabkan tidak tercapai. Materi ini sederhana dikemas secara interaktif dua arah yang menyebabkan kondisi training menjadi menarik dan bisa berlangsung 2 jam. Jadi saya dan team tidak perlu mempersiapkan materi yang heboh, tapi cukup materi sederhana yang dikembangkan lebih detail dan biasanya dibalut dengan judul emosional, "Masalah itu enteng" dan dikaitkan lagi dengan "Masalah kerjamu ada dipikiranmu"

Seperti biasa proses knowledge management terus saya lakukan dengan mencatat hal yang mesti dilakukan dan juga ditambah dengan keterkaitan materi ini banyak pihak. Ditampilkan dengan power point yang menarik lewat gambar dan animasi. Apakah ada kesulitan dalam membuat training ? Kalaulah masih terasa sulit, maka ciptakan relaksasi bagi diri dengan membaca buku atau sejenisnya. Kalau pun belum mendapatkannya, mulailah mencoret-coret tulisan tangan dengan menuangkan ide, dan berdoalah. 



Era digital banyak terbantukan oleh AI, Mudah tapi tidak orisinil dan tidak memberi nilai tambah bagi trainer. Bisa saja dengan mind mapping semakin mudah untuk mengembangkan materi training. Dengan terus-menerus membuat materi training "baru" membuat semakin mahir dan kemampuan pun semakin tinggi. Apa efeknya ? Terkadang saya dan team diminta membahas suatu masalah, baik yang hadir lewat pertanyaan atau terlintas dalam pikiran. Tidak ada dalam rencana training, tapi mesti siap menghadapi semua itu. Karena terbiasa mengembangkan satu kata menjadi lebih bermakna, maka saya dan team pun mampu mengolah masalah dan selalu mengkoneksikan dengan banyak hal atau kejadian saat itu. Alhamdulillah kemampuan yang dikembangkan sebelumnya lebih mudah diingat karena dibuat sendiri dan dialami sendiri. Bayangkan AI yang memudahkan banyak orang tapi mesti dihafal dan dipahami, kan lebih mudah mengcreate sendiri. 

Hari demi hari begitu  banyak materi yang sudah dibuat, lalu saya pun membaca ulang dan biasanya selalu ada pembaharuan materi. Saya terus melakukan revisi materi dan mengembangkan materi sebelumnya semakin luas. Kemampuan ini menjadi modal bagi saya dan team untuk selalu update dalam memberikan training kepada siapapun. Ada trainee bilang,"kok materinya nggak habis-habis untuk training dari waktu ke waktu sepanjang tahun" atau "selalu ada aja materi baru yang lebih menarik  saat training".  

Apa yang hikmahnya ? Karena membuat materi training itu mudah, maka saya pun semakin kritis terhadap diri saya sendiri. Saya memilih materi yang berhubungan dengan hidup dan kerja saya. Bayangkan saat saya mengembangkan materi yang berhubungan langsung dengan saya, alangkah indahnya materi training bisa menyelesaikan persoalan hidup saya. Inilah materi training yang membumi bagi trainer, yang mampu selalu memotivasi diri dan juga memberi inspirasi bagi banyak orang. Nggak lucu dong, trainer (motivator) kok ngga bisa motivasi sendiri. Nggak lucu dong, trainer (memberi ilmu) kok tidak mampu menyelesaikan dirinya sendiri.

Apa yang saya jelaskan di atas adalah pola membuat materi training yang mudah, tapi sekaligus materi yang benar-benar dikuasai sendiri dengan baik dan dapat dilakukan banyak orang. Training center yang saya bangun dan kembangkan memberi saya banyak inspirasi untuk menjadi semakin baik. Dan yang tak terbayangkan oleh saya hari ini  adalah saya sudah mampu membuat materi dengan baik dan saya juga sudah mampu menulis buku dan menerbitkannya. Ada 3 buku yang telah terbit, dan beberapa lagi dalam bentuk ebook yang berkualitas. Judulnya "Semangat kerja yang konsisten", "kerja bahagia dengan BUS Way", "keyakinan memperkaya kerja produktif", dan buku berikutnya "7 langkah manajemen syukur".

Menjadi pengalaman yang menarik sebagai trainer dan manager training. Ada banyak tulisan lagi tentang training center dan trainer selanjutnya. Ikuti terus sharing saya.


21.10.24

Efek kemampuan trainer jadi EO

Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah hati yang terbuka selalu membuka diri untuk bersyukur karena mampu melihat nikmat Allah. 

Alhamdulillah saya masih diberi kemampuan untuk bercerita pengalaman dunia training center yang saya alami dan pengalaman tersebut menjadi menarik. Menarik ? Iya. Banyak pengalaman baru pada saat itu dan hasilnya sukses. Pengalaman demi pengalaman yang sukses memberi semangat yang tinggi untuk menciptakan hal baru. Kesuksesan itu menambah keyakinan saya untuk terus berkarya dalam training center yang benar-benar menjadi tempat pelatihan, khususnya team dan stack holder lainnya.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, dan Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer.

Kali ini saya ingin berbagi training center yang terus berkembang dikarenakan saya dan team trainer yang juga terus mengembangkan diri menjadi terbaik. Yang memang awalnya, semua dimulai dari nol dan semua mengalami semua aktivitas dan perubahannya. Saya yang awal tidak begitu baik dalam berkomunikasi menjadi semakin ahli dalam deliver kepelatihan, tadi kuran trampil dalam memimpin (lead) sebuah team menjadi semakin memahami makna lead dengan ilmu dan pengalaman yang semakin baik, awalnya hanya mengerti teknis saja dan menjadi trainer dan manager yang kaya dengan wawasan yang lebih luas dan menjadi semakin bijak. Team saya yang tadinya tidak paham training menjadi semakin mahir dalam training, tadinya kaku menjadi trainer dan telah berubah menjadi trainer yang dikangenin, ilmu dan ketrampilan yang semakin banyak. Tambah lagi saya dan team semakin sabar untuk terus memperbaiki kualitas diri dan semakin pede.

Sebelum ini saya berbagi pengalaman menjadi semakin lebar pengetahuan saya yang berhubungan dengan hal teknis, marketing dan sales. Sekarang saya berbagi menjadi EO dan pelaksana (pengisi) acara gathering dealer di cabang-cabang. kalaupun ada artis dan pengisi acara lainnya, saya dan team selalu menjadi team utamanya, terutama untuk acara nasional. Membayangkan amanah ini yang sebelumnya tidak terpikirkan. Memang untuk dicabang, saya dan team melakukan product knowlegde untuk para dealer sebagai acara utama yang dihadiri para bos dealer. Tidak menarik kalau hanya acara pengenalan poduct knowledge, maka ada inisiatif saya dan team untuk mengemasnya menjadi lebih lengkap. Gathering party ! Bersama BM dan team cabang, saya menyusun acara dan persiapannya. Saya sebut sebagai EO karena saya dan team merancang acara yang berisi product konwledge, ada games/sulap, ada musik, ada MCnya, ada demo product dan display produk, bahkan saya dan team ikut mensukseskan penjualan dengan tawar-menawar produk. Dari melihat lokasi gathering dan mendesain tata letak, lalu menata produk dan mempersiapkan live demo produk. MC ? ya saya dan team. Kalaupun ada beberapa acara saya mendampingi MC lokal. Semua ini dapat saya dan team jalani karena memang kemampuan itu sudah dikuasai semua team. Saya dan team menjalani semua rangkaian acara itu yang dimulai sore hari ini sampai larut malam. Terasalah pegal dan lelah, tapi semua itu memberi kesan baik karena memang saya dan team lakukan dengan senang hati. Saya dan team pun berbaur dengan staf cabang agar acara gathering selesai tuntas. 

Dari gathering cabang ke cabang berikutnya dan berkeliling seluruh Indonesia. Ada kisah trainer saya berasal dari Betawi yang belum pernah naik pesawat, pengalaman berkeliling ini menjadikan dia merasa mewah. katenye, "gue naik besi terbang" dan menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Waktu trainer ini cerita tentang besi terbang ini bikin tertawa semua team. Lokasi Acara gathering lebih sering di hotel, yang menarik adalah ada beberapa chef hotel terkesan dengan demo masak team. Masakan yang didemokan menjadi menarik chef hotel, "masakannya enak" dan terkagum dengan alat masak yang sederhana berupa active jar. Team juruk masak SLC pun semakin terdorong untuk mengembangkan resep-resep yang digemari masyarakat. Ada resep khusus yang terinspirasi dari pacar cina  Thalang di Riau, membuat kolak yang dicampur nangka dan bahan-bahan lain. Resep ini dibawakan di cabang lain, ternyata responnya sangat antusias. Saya salut dengan team demo masak ini karena mereka melakukannya dengan senang hati, yang bisa menambah nikmat masakannya. Kata orang, resep boleh sama, tapi menjadi enak dan maknyus tergantung yang masak.


Yang menarik semua team mampu menjadi MC layaknya MC profesional. Tentunya saya dan team membawakan acara sangat kuat nuansa merek dan perusahaannya karena memang itu penguasaan kami, Bayangkan MC luar yang hanya tahu sedikit setelah dibriefing sehingga membawakan acara tidak maksimal dalam promo produk, merek dan perusahaannya. Tidak hanya bisa menjadi MC, team pun mampu membawakan permainan (ada sulapnya juga) untuk membuat acara menarik. Menjadi MC menuntut team juga mengembangkan asesoris dan atribut yang menarik. Saya merasa bahwa sebagai trainer yang bener telah memiliki kemampuan yang dapat diterapkan di bidang lain, diantaranya saya mengelola acara besar di cabang dari disain sampai selesainya acaranya. Pengalaman yang sangat berharga ini karena dilakukan berulang dari satu cabang ke cabang lain, kedekatan dengan BM dan team cabang menjadi akrab dan kedekatan dengan bos dealer yang memudahkan komunikasi pelayanan produk dan service perusahaan.



Dalam perjalanan gathering di cabang, saya dan team juga melakukan branding dengan kemasan demo masak di tempat umum atau event senam bersama. Media ini menjadikan saya dan team benar-benar memanfaatkan "cuci otak" calon pelanggan dengan produk dan merek. "Seeing is believing", demo masak dan demo produk lainnya yang menunjukkan kelebihan fitur produk membuat calon pelanggan tertarik membeli. Apalagi mereka merasakan hasil dari demonya (berupa makanan enak). Calon pelanggan yang tertarik pun selalu meminta resep yang didemokan, saya dan team sudah menyiapkan one pagenya. Aktivitas ini benar-benar aktivitas marketing dan sales yang langsung kepada calon pelanggan dan terbukti hasilnya. Permintaan event ini lebih banyak diminta dealer di cabang sehingga semakin banyak yang mesti saya dan team lakukan. Saya berupaya untuk menjadikan semua team bisa melakukan aktivitas tersebut dengan sendiri atau paling banyak berdua. Ternyata berhasil tanpa harus menambah team baru.

Yang tak kalah menariknya, pengalaman di atas membuat saya dan team bisa bertemu chef terkenal, artis seperti Titik Kamal dan Citra Kirana. Pengalaman yang menarik saya dan team yang mesti mampu brieifing tentang produk dan merek kepada orang terkenal. Bisa bersama dalam satu acara adalah yang tidak terbayangkan. 

EO ? MC ? "Entertainer" ? Tak terbayangkan yang awalnya hanya sebagai trainer. Itulah perjalanan saya merasakan efek kemampuan trainer jadi EO. Sepertinya tidak mungkin, tapi terjadi. Jalani saja perjalanan hidup ini, kalau apa yang saya mau pastilah hasilnya berbeda. Menerima dengan senang hati amanah yang diramu dengan sikap mau belajar telah membuka diri saya kepada dunia yang lebih luas. Yang tidak baik bagi saya, ternyata baik di mata Allah. Dan pandangan baik di mata Allah itu adalah skenario Allah buat saya menjadi berkemampuan baik. Terima kasih Allah, hanya kepadaMulah segala pujian.


19.10.24

Membangun kemampuan diri trainer

 Semangat pagi rekan-rekan. Alangkah baiknya pengalaman yang berharga itu dituliskan dalam kisah perjalanan kerja yang bisa menjadi hikmah bagi banyak orang. Selalu ada yang baik dan yang tidak baik ... Orang baik selalu melihat dengan kacamata yang baik.

Tulisan saya sebelumnya tentang dunia training center dan trainer Membangun training center dari Nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, membangun kemampuan diri trainer

Cerita tentang dunia training center dan trainer bisa menjadi sebuah knowledge management yang berharga untuk dikaji lebih lanjut, sebagai cerita  sukses, referensi untuk mengembangkan hal baru dan inspirasi untuk bidang lain. Kali ini  saya berkisah tentang kemampuan saya dan team trainer yang tadinya tidak memiliki kemampuan training menjadi sosok trainer sekaligus trainer lebih. Kok ada kata lebihnya ? Kata lebih dari trainer itu dikarenakan adanya sikap pembelajar team untuk berkembang.

Saya mulai dari saya sendiri sebagai manager training dan trainer, dengan latar belakang teknis (hanya S1 elektro) dari lulusan institut terkenal di negeri ini. Ada semacam sugesti percaya diri yang tinggi dalam bekerja, apapun jenis pekerjaannya. Menjadi trainer itu tidak langsung berhubungan dengan latar belakang.  dan produknya juga memang produk elektronik rumah tangga. Di awalnya kemampuan saya lebih fokus kepada hal teknis saja dan karena keterhubungannya saya dengan berbagai bidang lain seperti salesmen, kualitas produk, marketing, service menjadikan saya semakin menguasai materi dibidang tersebut. Yang menarik kemampuan saya itu menjadi lebih "tahu" karena saya meramu (menggabungkan dan mengembangkan) materi training dengan bisang terkait.  Jadilah saya yang kaya kalau bicara produk dan disukai oleh banyak pihak (pimpinan perusahaan) dan pihak luar karena penjelasan yang saya sampaikan mudah dimengerti.

Karena kemampuan diri saya yang tahu teknis (produk) dan memahami bidang terkait, saya dipercaya sebagai orang yang berperan dalam pembuatan fitur produk. Saya diminta komentar dan menggali fitur produk yang lebih kaya dengan bahasa yang pas bagi pelanggan. Tugas ini sebenarnya dibebankan kepada product manager dan marketing manager, Alhamdulillah saya dipercaya mengambil peran. Saya berhak mengganti atau menambah kalimat yang ada di material brosur dan media iklan lainnya. Karena tugas ini saya memiliki kemampuan menciptakan istilah dari sebuah fitur produk dan juga tema produk. Pada zamannya, saya dan team mengembangkan produk yang sudah dipasarkan Active Jar dengan panci stainless steel. bersama team demo masak (trainer wanita) , saya menciptakan alat masak Active Jar dengan kemampuan 6 in 1. Yang utama adalah panci stainless steelnya dapat digunakan untuk menggorreng dan menumis.  Hadirlah wawasan alat masak yang aman, karena siapa saja bisa memasak dengan Active Jar stainless steel dan jenis masakan menjadi lebih kaya  karena bisa bikin kolak, sayuran dan tumisan. Bagi anak kos sangat berharga. Itulah kisah mengembangkan produk Active Jar menjadi berharga bagi pelanggan. Selanjutnya semua anggota team bisa masak karena tuntutan trainer mesti mendemokan produk. mengapa hal ini bisa terjadi ? Saya dan team yang biasa mendeliver pengetahuan produk kepada toko mesti mengikuti fitur-fitur dan pengetahuan dari produknya. Bayangkan Saya dan team sering mengalami ketidakcocokan apa yang disampaikan (teknis) dan fitur yang ada yang menyebabkan calon pelanggan tidak percaya kepada produk. kepercayaan perusahaan terhadap kemampuan saya dan team sangat membantu memarketingkan produk. 

Setelah hal di atas terjadi, saya mendapatkan kepercayaan untuk mencoba, memainkan, mengevaluasi dan fitur produk yang segera dijual. Sebenarnya tugas ini sudah dilakukan di pabrik, tapi menjadi tantangan bagi saya untuk menjadi kaya terhadap evaluator produk. Bersamaan dengan kepercayaan ini pula, saya selalu mengusulkan produk sejenis untuk dibandingkan dari berbagai merek. Al hasil saya dan team menjadi sangat kaya tentang produk dan isi dalamnya, dan bahkan sangat tahu kelemahan dan kelebihan dari berbagai merek. Kepcercayaan ini menjadi sangat berharga dimana saya selalu menerima dengan pekerjaan baru. Dalam perjalanannya, Saya dan tema juga mampu membandingkan produk terkenal untuk dievaluasi dicarikan kelemahannya (real teknis) bukan diakali. Hal ini bisa berasal dari keluhan salesmen yang tidak mudah menjual produk atau secara produk memang terlalu umum. Masukan ini menjadi bahan untuk saya mengolah produk itu dengan tema dan fitur yang baik "baru" yang membantu salesmen mudah menjualnya. 




Ada menarik lagi, saya dipercaya untuk memberi nama produk baru. Saat itu saya menciptakan nama Pladisk dan Spoony, dimana produk tersebut menjadi booming di pasaran. Saya merasa sudah bukan lagi sebagai trainer, tapi trainer lebih. Saya bekerja lintas bidang pekerjaan, bukan sebagai teoritis tapi sudah benar-benar terapan.

Dengan awalnya berlatar belakang teknis, lalu keterkaitan dengan bidang terkait yang membawa saya dan team menjadi kaya dengan knowlegde lebih. Saya bukan saja sekedar tahu dunia training, tapi bisa berbicara dengan nuansa sales, marketing, teknis, kualitas, iklan dan lainnya. Inilah yang saya sebut trainer lebih. Atau sebaliknya saya bisa menjadi marketer dengan nuansa background dunia training. Awalnya memang saya hanya mengandalkan karyawan pembelajar dan selalu menerima pekerjaan baru yang diluar pekerjaan utama. Dalam hal ini saya tidak muluk-muluk dengan teori-teori yang ada, yang penting saya mengerjakannya dan mengalaminya (pengalaman). Ini sudah menjadi saya menerapkan yang real dalam pekerjaan.

Alhamdulillah saya bisa menjadi seperti di atas (trainer lebih) karena Allah. Semua milik Allah, tubuh saya, pikiran saya, team saya, kepercayaan (amanah Allah), ilmu saya dan apapun, Saya hanya  pelaksana saja. Saya wajib berterima kasih dan bersyukur. Bayangkan kalau semua itu bukan saya tapi orang lain, maka saya tidak bersyukur dan tidak mendapatkan amalan yang diizinkan Allah. Bekerjalah dan lakukan dengan sungguh-sungguh.  

18.10.24

Meneruskan keberadaan Training center

 Semangat pagi rekan-rekan dan Insya Allah selalu dapat merasakan nikmat Allah dan mengikutinya dengan bersyukur

Tulisan saya sebelumnya adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training centermenjadikan training center sebagai pusat informasi, dan Menjadikan training center sebagai pusat pelatihan

Pengalaman yang menarik dalam mengelola training center atau apapun adalah keberlanjutan atau continously atau konsisten atau istiqamah. Dalam perjalanan membangun dan mengembangkan training center, selalu ada kebanggaan saat berhasil dan ada pula sebaliknya "menurunnya motivasi" yang berdampak kepada keberlangsung training center itu sendiri. Ini menjadi concern saya meneruskan keberadaan training center. Karena isi training center itu manusianya, ya trainernya ... sudah sepantasnya saya berfokus kepada orangnya (teamnya). 

Apa yang menjadi persoalan team, diantaranya adalah gaji. Keinginan semua orang memiliki gaji yang tinggi dan semakin tidak mudah setelah dihadapkan dengan persoalan ekonomi keluarga. Solusi singkat bagi team adalah mencari gaji tinggi dengan melirik perusahaan lain. Tidak mudah menahan team SLC, dan 1 trainer mengundurkan diri. Hanya persoalan gaji. Sebelumnya saya selalu mengedepankan "masa depan" dengan menjadi trainer yang berkualitas. Memang dengan kualitas trainer saya sudah melebihi dari trainer standard dan memang laku di perusahaan lain. Saya selalu mengajak team untuk berpikir bahwa jika pindah atau keluar dari team, apakah ada jaminan trainer bisa berkembang ? Didalam team, saya menekankan untuk melihat masa depan yang cerah dengan melakukannya. Saya memberanikan memberi janji bahwa "kalau team sudah menjadi diatas ekspektasi perusahaan, mestinya perusahaan pun tidak mau kehilangan sdmnya". Janji ini selalu saya buktikan dengan selalu memberi ilmu baru agar kemampuan trainer menjadi semakin berkualitas. Saya tidak hanya mengajarkan ilmu training, tapi membuka opsi pengetahuan yang dibutuhkan seperti ilmu komunikasi yang baik, ilmu pikiran (alam bawah sadar), NLP, memahami bidang lain seperti menjadi MC, menjadi EO dan bahkan dibangkitkan nilai agamanya.  Dengan ilmu yang saya berikan membuat trainer jadi "terbuai" untuk bertahan atau meneruskan training center. Saya menekankan bukan sekedar uang (gaji), tapi perlu membangun diri terhadap lead masa depan dan ilmu yang terus bertambah. Alhamdulillah saya masih bisa meneruskan training center dengan 3 team, dan saya memutuskan menambah 1 team baru.

Alhamdulillah saya mendapatkan 1 team trainer yang tanpa pengalaman, hanya mengandalkan pintar komunikasi dan humoris. Trainer baru inipun menjadi contoh bagi team yang ada bahwa saya bisa menciptakan trainer dari nol. Trainer baru ini tidak memiliki kemampuan pengetahuan yang sesuai produk. Mulailah saya mendidik dan mengajarkan produk dan tentang training. Tak lama juga dalam waktu 1 tahun, trainer baru sudah siap menjadi team baru. Gaya humorisnya membuat training menarik dan di awal saya mendampingi dari aspek teknis produk dan trainingnya. Beberapa peserta lebih tertarik dengan trainer baru yang lebih humoris, dan team yang ada kurang humoris. Tetapi bila digabung, maka team SLC ini menjadi sempurna. 

Tentu tidak sekedar menglead masa depan dan ilmu untuk meneruskan keberadaan training center, saya juga mengembangkan produk training center yang lebih kaya. Ada kebutuhan saat itu adalah bagaimana bisa menjual dan menarik bagi calon pelanggan ? Saya berpikir Calon pembeli cenderung percaya dengan apa yang dilihat dan dijelaskan tentang produk. Terpikirlah saat itu menjadikan terutama trainer wanita untuk mendemokan produk dengan "masakan". Trainer wanitanya juga seneng masak. Jadilah saya mengembangkan produk dengan masakan. Active jar yang berbahan panci stainless diperkaya bisa masak dengan menggoreng. Hal yang berbeda dari biasanya. Satu alat bisa masak semuanya. Tidak hanya demo masak saja, tapi team mengembangkan resep-resep yang disukai banyak orang dan akhirnya menjadi training center juga menjadi "cooking class". Tidak hanya active jar, tapi team juga mengembangkan demo untuk dispenser dengan menyajikan minuman dan hal praktis lainnya. Program ini disambut baik oleh team salesmen dan semakin meningkatkan penjualan. Team trainer menjadi bersemangat dengan program ini karena trainernya bisa tampil di tempat umum dan juga bersama brand ambasador merek. Jadilah terkenal deh. Bagi saya meneruskan keberadaan training center itu menjadi penting yang penuh dengan inovasi. Puncak program demo ini adalah masak bersama 100 ibu-ibu yang disupport menteri wanita saat itu. Sangat berkesan bagi team dan menjadi dikenal program demo masaknya. 



Saya merasa lega ... sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya dapat saya jalani. Menjalani langkah demi langkah menjadi kunci saya dalam meneruskan keberadaan training center yang semakin berkualitas. Satu langkah dapat membuka jendela tentang banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya pun bisa demo masak. Beberapa event demo masak, saya dan team menjadi konsultan produk dan demo masak bagi chef untuk tampil di TV. Yang pasti knowledge managementnya saya jalankan dengan membuat buku resep praktis masak dengan active jar, dengan dispenser dan microwave oven. Dan tak lupa pula video demi video dibuatkan untuk menjadi petunjuk bagi team salesmen. 


Inilah pengalaman dalam menjalankan training center menjadi semakin kaya dan berkualitas. Tidak mungkin setelah membangun training center dan tidak menjadikannya apa-apa. Kata kuncinya memang sikap pembelajar yang terus-menerus sehingga mampu meneruskan keberadaan training center. Satu hal yang mesti bersaing dengan "uang" karena semua orang butuh, tapi jauh lebih bermakna untuk memahami dan menuju masa depan dengan bertambahnya ilmu. Lead tentang masa depan itu adalah berbuat hari ini. Saya terus menulis berbagi pengalaman sebagai pimpinan training center dan sebagai trainer profesional. Ikuti tulisan saya berikutnya


17.10.24

Membangun Training center sebagai pusat pelatihan

 Semangat pagi rekan-rekan dan Insya Allah hari ini dimampukan berbuat kemanfaatan.

Tulisan saya sebelumnya adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center dan menjadikan training center sebagai pusat informasi

Saya melanjutkan tulisan tentang pengalaman memimpin training center yang sebenarnya. Yang sangat berharga adalah pengalaman yang merupakan akumulasi kebiasaan-kebiasaan terbaik dan juga tindakan yang tidak tepat juga. Segala sesuatu terjadi karena tindakan. Tapi tidak semua orang melakukan tindakan, yang menjadi pengalaman baik dan menumbuhkan ilmu dan wawasan baru yang lebih luas. Mengapa saya menekankan tindakan dan pengalaman dalam training ? Karena ada beberapa orang yang pintar dan paham apa itu training, trainer, atau training center , tapi belum mampu menjadikan apa yang dipahami menjadi kebiasaan. Mungkin iya, sudah bertindak. Tindakan 1 bulan saja belum mampu untuk memberi pengalaman yang terbaik dengan berhadapan banyak persoalan. Saya dan team SLC melakukan tindakan itu selama lebih dari 15 tahun dan menjadi sangat berpengalaman dalam menangani training center dengan segala aspeknya.

Terpikir oleh saya bahwa begitu banyak pelatihan manajemen dan motivasi yang menggoda banyak perusahaan untuk mengikuti pelatihannya. Pusat-pusat kepelatihan atau trainernya banyak menawarkan kesuksesan setelah mengikuti pelatihan mereka. Bahkan judulnya menarik agar karyawan atau perusahaan memilihnya. Saya sendiri pernah mengikuti pelatihan mereka, dan hanya merasakan saat pelatihan begitu antusias dan bersemangat dengan ilmu baru dan berencana menerapkannya. Tapi semua itu hanya bertahan hanya sampai 3 bulan, dan saya kembali kepada kehidupan rutin di kantor. Dalam hati kecil saya, dengan materi yang diberikan dalam pelatihan itu, "saya juga bisa dan bisa lebih baik". Berawal dari hal inilah saya berkeinginan saat itu menjadikan training center SLC itu sebagai pusat kepelatihan. 



keinginan itu menjadi nyata setelah saya dan team menyedikan buku-buku motivasi dan manajemen. Sikap pembelajar membuat saya haus ilmu dan ingin menguasainya. Lalu saya merumuskannya isi buku menjadi sebuah pelatihan. Langkah pertama saya adalah mendeliver training yang berbeda dari biasanya :

Melakukan training product knowledge dengan berbagai aspek teknis dan salesmanshipnya. Saya menambahkan training ini dengan motivasi membangun diri sebagai salesmen, dan memberi motivasi untuk menjual produk.

Apa yang terjadi ? Training yang saya berikan memakan waktu lebih dari 2 jam, padahal untuk training yang sejenis dari berbagai merek hanya sekitar 30 menit dan membosankan. Ternyata training SLC itu menarik bagi peserta dan tidak terasa waktu yang 2 jam terasa singkat. 

Kepada siapa saja training diterapkan ? Kepada team salesmen sendiri dan juga kepada dealer (toko tradisional dan toko modern). Training ini semakin diminati banyak toko dan team salesmen. Saya dan team sangat sibuk melakukan training dan sangat sibuk pula dalam mengupdate materi training.  Dengan tindakan yang tidak hanya 1 bulan tapi sampai sepanjang tahun, maka terbentuklah pengalaman dan kemampuan yang semakin baik dalam training. Salah satu yang menarik adalah saya dan team mampu memberikan pelatihan outbound yang terpadu dengan training salemanship dan motivasi. Biasanya training outbound ini berlangsung di satu tempat yang nyawan dengan durasi sampai 2 hari dan berlangsung di outdoor. Peralatan games, saya dan team membuatnya sendiri. Jadilah training yang luas biasa dan sangat berdampak bagi team salesmen. Puncak training outbound ini adalah saya dan team sebagai pelaksana bagi Gathering seluruh karyawan selama 1 hari penuh. Dalam gathering ini kami menjadi EO sekaligus pelaksana outboundnya).  Pengalaman yang luar biasa dari merencanakan acara, mengelead semua karyawan yang lebih dari 200 orang lebih untuk dapat mengikuti acara dengan baik. Tidak hanya karyawan yang ikut, tapi semua manager dan direktur sebagai pemilik perusahaan. Semua orang menikmatinya. Menjadikan perjalanan sejak berangkat dari kantor menuju lokasi dan kembali lagi yang juga diisi dengan atraksi yang menghibur. Saya dan team juga mampu melaksanakan training outbound di dalam indoor. 

Sejak itu saya dan team dipercaya untuk melaksanakan training "outbound" bagi karyawan. Training center SLC telah bertumbuh menjadi bukan sekedar training saja, tapi sudah melengkapi trainingnya dengan training yang luar biasa. Dari bulan ke bulan, saya dan team melaksanakan outbound ini untuk dealer-dealer. Inilah pengalaman yang sesungguhnya, sudah menjadi kebiasaan dan sangat berarti menumbuhkan kemampuan saya. Apa artinya buat saya ? Saya mampu menciptakan training-training bermanfaat dan berkualitas, dengan kata lain sekalipun saya tidak memiliki team lagi, maka saya dapat membangun team baru lagi sekalipun belum berpengalaman. Trainingnya ? Saya mampu mengupdate trainingnya sesuai kebutuhan dan zamannya. Bahkan team saya pun mampu melakukan apa yang saya lakukan, sangat bergantung kepada latar belakang anggota team.

Inilah langkah-langkah saya dalam membangun training center yang berkualitas dan berwawasan luas. Mengawali perjalanan membangun training center dengan sebuah penugasan yang seperti coba-coba, disinilah kekuatan personal untuk membangun diri dan team yang kuat. Semua itu dapat dilewati dengan tidak mudah. Selanjutnya tahulah bahwa setiap perusahaan tidak ingin mengeluarkan biaya yang banyak, disinilah saya sekali lagi membangun training center bener-bener dengan sebagian modal sendiri. Saya mengikuti berbagai pelatihan dasar yang dibutuhkan dengan biaya sendiri agar saya pun siap dengan ilmu yang memadai untuk mengembangkan training center.  Alhamdulillah dengan sikap ingin membuktikan lebih dulu hasil menjadi kunci keberhasilan dalam training center, dan bukan meminta-minta berbagai fasilitas kepada perusahaan.

Apa cerita selanjutnya ... saya ingin berbagi pengalaman tentang efek dari kemampuan-kemampuan yang saya miliki dalam training center dapat meluaskan bidang pekerjaan lain yang dipercaya.



16.10.24

Menjadikan training center sebagai pusat informasi

 Semangat pagi semua ... Insya Allah aktivitas kerja hari ini semakin bermakna

Sebelumnya saya sudah menulis pengalaman saya dalam bidang training center dari nol. Pertama saya menulis pengalaman Membangun training center dari nol dan mengembangkan training center dan kali ini saya meneruskan tulisan dari pengalaman masih seputar training center yaitu Menjadikan training center sebagai pusat informasi. Informasi tentang apa ? Informasi tentang perusahaan dan brandnya, kapan berdirinya dan siapa pendirinya serta apa visi dan misi perusahaan. Inilah langkah pertama menjadikan training center sebagai pusat informasi. Informasi tentang perusahaan dan brandnya sering tidak banyak diketahui oleh seluruh karyawan dan yang pasti sangat berharga bagi informasi yang penting bagi pelanggan.

Pusat informasi tentang perusahaan dan brand perlu adanya bahasa yang baku agar tidak semua orang mempersepsikan menurut mereka sendiri. Inisiatif ini saya ambil sebagai tugas untuk training center. Dampaknya juga baik, karena sebagai pusat informasi ini menjadi referensi yang positif dan juga sebagai "iklan" bagi yang membutuhkannya. Informasi tentang perusahaan dan brand dapat digunakan oleh call center, referensi bagi marketing dan sales, dan yang pasti informasi tentang perusahaan dan brand ini menjadi materi baku bagi karyawan baru. Semakin dikenal membuat orang semakin sayang. 


Tak hanya sekedar informasi perusahaan dan brand, saya dan team juga memberanikan diri mengumpulkan materi promosi produk dari berbagai jaringan penjualan dan juga mengumpulkan aktivitas perusahaan dalam mempromosikan produk kepada calon pelanggan. Sebagai contoh, karyawan atau pelanggan bisa tahu promosi apa yang sedang berlangsung di toko atau modern outlet, produk apa yang dipromosikan dan juga tahu berapa harga promonya. Ada juga informasi tentang Pameran atau aktivitas marketing yang sedang berlangsung. Sekali lagi informasi ini kami titipkan di call center. Call center sangat menghargai pusat informasi ini karena dapat membantu call center untuk memberikan tentang aktivitas promo atau menjawab dengan mudah apa yang ditanyakan oleh calon pelanggan. 




Setelah saya dan team training center menjadikan pusat informasi perusahaan dan brand, dan yang tidak kalah pentingnya karena saya dan team menguasai produk dengan kelebihan dan hal teknis lainnya. Maka saya memutuskan menjadikan training center sebagai pusat informasi produk baik teknis maupun non teknis. Saya dan team mengumpulkan brosur, info produk dan hal terkait sejak perusahaan mulai memasarkan produknya. Apapun produk yang pernah dijual sejak awal dapat saya kumpulkan. Saya dan team menjadi konsultan produk yang benar-benar menguasai product knowledge dengan baik dan lengkap. Tidak sekedar tahu teknis, tapi mampu memberi saran dan tip kepada calon pelanggan dalam memilih, menggunakan, merawat produk dengan baik. Misalkan pelanggan yang membeli mesin cuci, maka saya dan team menguasai betul tentang cara mencuci yang benar, memilih deterjen yang bagus, penggunaan ari dalam mencuci (kualitas air dan jumlahnya) dan mendapatkan hasil mencuci yang optimal. Bahkan memberi inspirasi bagi pelanggan untuk berbisnis laundry dengan produknya.


Inilah yang saya lakukan agar training center menjadi berharga bagi semua orang, baik karyawan atau pelanggan untuk mendapatkan informasi yang baku dan benar. Ada kalanya seorang salesmen "mengatakan yang tidak tepat tentang produk", maka saya dan team training center dapat meluruskan apa yang disampaikan salesmen. Training center telah menjadi pusat informasi tentang :

1. Perusahaan dan brand

2. Aktivitas promosi dan brandingnya

3. Product Knowledge lengkap

Semua itu sudah saya jalankan dan bekerja dengan baik. Tidak lupa semua materi pusat informasi itu menggunakan knowledge management agar benar-benar menjadi pusat informasi yang terorganisasi dengan rapi dan terus update, serta dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Dalam menjalankan program training center di atas, ternyata berdampak kepada kemampuan trainer yang semakin luas pengetahuannya dan juga semakin mahir dalam menyampaikan informasinya. Hal ini juga disupport oleh perpustakaan yang semakin kaya dengan materi buku, majalah dan artikel yang terkait. Apa yang saya rasakan ? Saya tidak sekedar menjadi trainer saja, tapi sudah menguasai bidang salesmen, marketing dan juga mampu menjadi "humas" perusahaan atau dikenal dengan public relation. Kalau di beberapa perusahaan, training center diperlukan untuk mengorganize training atau pelatihan (fasilitator pelatihan) , Disini saya dan team sudah melebihi dengan menjadi konsultan kepelatihan.

Begitu pengalaman yang saya alami dalam membangun training center dari nol. Dalam pikiran saya waktu itu, inilah waktu yang membuktikan bahwa saya bisa berada di bidang yang sebelumnya saya tidak kuasai. Belajar dan menjadi karyawan pembelajar adalah kuncinya. Belajar otodidak dari berbagai sumber yang sudah tersedia di berbagai sumber seperti youtube dan internet. Dalam proses belajar ini hanya terjadi jika saya dapat menerapkannya.

Pengalaman ini telah menjadikan saya sebagai manager training center, tidak hanya memiliki konsep tapi juga mampu menerapkannya. Sebagai pimpinan yang mampu mengelead bawahan (trainer)  dan sangat menguasai dalam mendeliver trainingnya. Apakah saya perlu trainer profesional ? Tidak perlu karena saya bisa menciptakannya. Hal kecil yang terjadi selama menjadi trainer adalah saya mampu menjadi orang yang menarik (bukan pelawak tapi bisa membuat peserta training tertawa dan menyenangkan). 

Apa yang saya ingin tuliskan berikutnya ? Insya Allah saya ingin berbagi tentang pengalaman sebagai trainer bagi rekan selevel manager, GM, direksi dan pemilik perusahaan.

14.10.24

Mengembangkan training center

 Setelah saya menulis membangun training center dari nol , saatnya saya bercerita mengembangkan training center itu sendiri. Bermodal awal dari diri saya sendiri tanpa ada dasar tentang pelatihan, kemudian mengikuti pelatihan dasar training karena ingin menunjukkan bahwa dari nol pun saya bisa. Tak lama berselang memiliki 4 staf dan siap melakukan yang terbaik untuk perusahaan. 

Beberapa manager menjadi sangat respek untuk menerima training center yang saya bangun. Saya menamakan training centernya dengan SLC. Yang pertama saya kembangkan adalah mengkonsolidasikan diri dan team untuk percaya bahwa training center menjadi bagian penting dalam perusahaan. Saya memberi lead tentang masa depan training center kepada team. Training center ini menjadi sumber informasi tentang produk dan perusahaan yang dibutuhkan oleh internal maupun eksternal. Tak hanya itu saja training center yang saya pimpin juga menjadi sumber pengetahuan untuk seluruh karyawan (termasuk direksi) dan pihak yang menjadi kepanjangan dari perusahaan berupa distributor dan dealership. 

Di awal saya membuat "update pengetahuan" sesama team. Setiap anggota team memberikan apa yang dibaca dan dialami untuk share kepada team lainnya hanya dalam waktu paling lama 15 menit. Dengan team yang 5 orang itu, setiap minggu 1 orang mendapat jatah 1 kali. Setiap anggota team yang memberi update, layaknya trainer yang sedang memberi pengetahuannya. Team lainnya berhak bertanya. Hari demi hari dilalui dan membuat team menjadi pede menjadi trainer dengan pengetahuan yang lumayan. Materi yang diupdate adalah tentang motivasi dan salesmanship. Setiap update pengetahuan ini selalu dicatat sebagai knowledge management, yang menjadi referensi untuk menjalani program training selanjutnya. Dalam hal ini dampak yang dirasakan adalah setiap orang dalam training center ini mau tidak mau mesti membaca buku, mendengar radio, dan berdiskusi. Ini sangat bagus untuk membekali trainer dalam mendeliver training. Setiap bulan training center membeli buku apa saja yang dibutuhkan seperti manajemen dan motivasi, yang dijadikan perpustakaan training center. Perpusataan ini berkembang dengan sumbangan buku dari manajer dan pimpinan perusahaan. Program "Update pengetahuan" ini berlangsung setiap hari dan menjadi kebiasaan training center yang saya pimpin. 


Efek dari adanya perpustakaan dalam training center itu, saya terpikir untuk mengembangkan setiap trainer menjadi lebih luas wawasannya dengan mengharuskan setiap trainer wajib membaca buku dan mendelivernya dalam bentuk training. Tentunya hal ini ditujukan untuk training center dulu, dan dengan evaluasi dan perbaikan, training center memberikan training kepada karyawan. Alhamdulillah training terus berkembang dan memberi manfaat bagi karyawan dan perusahaan.

Langkah strategis di awal yang saya lakukan adalah melakukan training motivasi kepada team salesmen/spg. Salesmen atau SPG perusahaan ditempatkan di store atau toko modern atau dealer yang membantu penjualan. Saya berpikir training kepada salesmen menjadi penting dan sekaligus dapat dirasakan efeknya, untuk meningkatkan penjualan. Tak hanya motivasi saja, saya memasukkan materi utama yaitu cara mengkomunikasikan pengetahuan produk (feature produk) agar bisa dicerna dengan baik oleh konsumen. Tentunya tambahnya adalah membuat training berdampak langsung dengan memberi cara yang menghipnotis konsumen untuk membeli. Trainernya tentu menyampaikan dengan cara yang menyenangkan dan dibekali dengan kemampuan bermain dan berkomunikasi yang menarik. Setiap Minggu salesmen dan spg di training dan pada training berikutnya selalu dievaluasi sehingga training menjadi menarik dan disukai salesmen dan spg. Di awal setiap Minggu, saya dan team melatih sekitar 150 salesmen dan SPG setiap minggu dan berjalan sepanjang tahun. Membayangkan begitu banyak materi yang mesti disiapkan sepanjang tahun, ini sudah tercipta bagi trainer dengan "Update pengetahuan" dan "Membaca buku untuk training" di atas. Training menjadi menarik dan setiap trainerpun bersemangat untuk saling bersinergi. Tak lama kemudian memang dapat dirasakan yaitu penjualan oleh salesmen dan spq pun meningkat. Supervisor dan Manager sales memberi respon positif.

Dalam perjalanannya, training center (SLC) menjadi pembicaraan di perusahaan karena adanya feedback positif dari team sales. Training center tak perlu repot melaporkan kinerja team SLC kepada pihak manajemen, semua sudah terlapor oleh dampak penjualan yang meningkat. Semakin hari semakin kaya mendeliver training oleh team SLC. Mulai dengan training dengan permainan dan sulap, hal ini dilakukan dengan otodidak secara team agar SLC semakin dinantikan oleh salesmen dan spg. Permainan sulap saya temukan dari toko sulap dan diubah menjadi materi training produk dan motivasi. kemampuan ini cukup berdampak kepada ketertarikan peserta training. Dampaknya training semakin mudah diterima oleh salesmen dan spg. Untuk semakin memantapkan training, team SLC menerapkan Knowledge management. SLC membuat catatan training yang dibagikan kepada salesmen dan spg. Tidak hanya catatan training, tapi juga mengembangkan buku produk, buku motivasi dan buku terkait lainnya. Selain buku, team SLC membuat juga one-page dan newsletter.

Dengan program "update pengetahuan", "perpustakaan ( "Membaca buku untuk training)", Mengkayakan diri (trainer) dengan update training yang menarik (permainan dan sulap), saya mengembangkan training center menjadi semakin bermanfaat bagi karyawan dan perusahaan. Penerapan proses belajar yang otodidak dan knowlegde management sangat membantu team training center berkembang semakin tinggi nilainya. Dan yang pasti pengembangan training center ini tidak butuh biaya yang besar.

Apa yang terjadi pada trainer ? Trainer menjadi hebat dan kaya dengan pengetahuan yang selalu update. Ini juga yang membuat team training center ini menjadi solid selalu bersama. Inilah tugas saya sebagai pemimpin training center yang selalu update untuk menglead team dengan hal-hal baru dan bukan sekedar "uang" dengan gaji yang tinggi. Saya bersyukur team training center ini menjadi berkah bagi semua team. Ada satu trainer yang pindah perusahaan multinasional dan dapat mengembangkan diri menjadi semakin baik di perusahaan baru. Team SLC bangga dengan salah satu anggota tersebut. Karena dasarnya saya memiliki kemampuan tinggi dengan program di atas, saya pun dapat menjadikan karyawan (merchandize) yang tidak ada pengalaman trainer dapat menjadi trainer luar biasa.  

Ini adalah pengalaman yang berharga bagi saya dalam memulai dan mengembangkan tidak hanya dalam training center, tapi juga di bidang lainnya. Ikuti kisah berikutnya yang lebih menarik.


1.8.24

Membangun training center dari nol

 Selamat siang semuanya, Semoga sehat selalu dan bisa beraktivitas yang menyenangkan.

Saya ingin berbagi tentang pengalaman berada di dalam departemen atau training center sebuah perusahaan. Sebenarnya saya "terjerumus dimasukkan ke dalam departemen training center", karena memang departemen itu tidak ada sebelumnya. Lintasan pikiran saya cenderung tidak positif, yaitu saya "dibuang" dan menjadi tidak berarti apa-apa di departemen training. Perusahaan berharap saya "tidak berhasil" mengemban tugas di departemen tersebut. Memang sih, saya tidak ada pengalaman menjadi trainer atau apapun tentang pelatihan. Alhamdulillah waktu itu saya memiliki sikap pembelajar dan ingin membuktikan saya bisa, dan saya mengajukan untuk mengikuti pelatihan tentang training. Dengan mengikuti beberapa pelatihan dan bertekad untuk mengembangkan departemen training dari nol dan saya "meminta" staf 4 orang. Keyakinan itu mendorong saya mengambil keputusan untuk saya bisa, dan mengalahkan kecenderung berpikir tidak positif dalam diri saya.

Apa yang saya bangun saat itu ? Membuat semua team menjadi pembelajar dan berbekal kemauan yang kuat, terbentuklah kemampuan training yang semakin baik. Setiap hari, kami yang berada di training saling memberi pengetahuan baru yang dibutuhkan dalam training.  Saling mengupdate dan setiap orang harus berani mempresentasikan apa yang diperoleh. Setiap pagi sebelum bekerja saya membuat forum pagi itu dengan nama "update". Setiap orang bergantian untuk menunjukkan kemampuan pembelajarannya. Saya masih ingat, saat itu menyerap dari berbagai buku motivasi dan siaran radio tentang motivasi, dan tidak lupa juga menyerap buku-buku best seller. Karena departemen training bukan sekedar menjadi fasilitator training, saya mengupayakan untuk menjadi sumber materi dan trainer yang mampu mendelivernya menjadi pelatihan yang dibutuhkan karyawan. Sikap pembelajar mesti didukung oleh kemampuan yang selalu update dan berbagi sesama team dalam media "briefing"

Untuk setelah 2 bulan berada di departemen training, saya memulai pelatihan motivasi kepada team salesmen (SPG dan SPM) yang jumlahnya lebih dari 50 orang dengan 3 kelas yang berbeda. Yang menjadi kunci pelatihan motivasi ini saya mendeliver sesuatu yang belum pernah mereka terima dan dihadirkan dengan gaya yang menarik. Perjalanan pelatihan motivasi yang dibarengi pelatihan product knowledge. Product knowledgenya disampaikan secara aspek menjual dan teknis, sehingga setiap salesmen mampu menyampaikan kepada konsumen dengan benar. Yang utama adalah salesmen tidak berbohong, karena mereka tahu ilmunya. Semua pelatihan tersebut menuntut saya dan team selalu meningkatkan kemampuan dan benar-benar menjadi pembelajar. Tak hanya itu saja saya sendiri menambah kemampuan saya dibidang lain seperti mempelajari hypnosis dan pelatihan spiritual untuk menambah sisi lain dari pelatihan yang diberikan. Dan ini saya upayakan dengan menyisihkan dari uang gaji saya. Semua kami kerjakan dengan senang hati dan saya lead dengan benar. Saya dan team mulai membuat materi pelatihan motivasi, pelatihan produk, salesmenship dari berbagai sumber dalam bentuk power point, dan lupa juga kami membuatnya dalam bentuk lembaran yang bisa dibagi untuk peserta training. Tak lebih dari 1 tahun, kami sudah membawa team sales mencapai penjualan tertinggi. Dan sudah menjadi kepuasan bagi saya, karena sudah membuktikan "saya bukan sekedar bisa", tapi mampu menjadikan departemen training saat itu menjadi faktor keberhasilan departemen sales, dan sudah mulai dilirik perusahaan sebagai bagian penting dari team sales. Keyakinan dan sikap mau belajar adalah daya dorong yang kuat untuk bisa menjalani pekerjaan apapun, termasuk bidang pekerjaan baru. Kami wujudkan semua itu dalam materi yang menarik.


Saya masih ingat, saya kalau memberikan pelatihan produk dan motivasi "tidak ingat siapa saya". Seringnya orang tertawa dengan gaya training saya yang menarik, padahal saya aslinya tidak begitu. Saya pendiam dan pemalu. Saya melakukan pelatihan itu untuk menjadi trainer yang mengikuti alur materi, bukan lagi saya yang sebenarnya. Disinilah kekuatan yang saya miliki sebagai trainer. Materi yang saya berikan selalu saya update sehingga menjadi dibutuhkan team sales. Dan tak lupa, saya selalu menyisipkan aspek spiritual untuk melihat sisi lain dari motivasi dan pekerjaan. Terkadang saya mengajak team sales merenungkan makna dari apa menjadi pekerjaan saya dan team sales. Disinilah saya meramu training motivasi bukan sekedar motivasi mencapai penjualan yang tinggi, tapi juga memaknai pekerjaan itu dari sisi spiritual. Saya pernah menjadi wakil perusahaan untuk memberikan presentasi kinerja saya di perusahaan top saat itu, Alhamdulillah saya memberikan kesan dalam presentasi itu dan mendapat sambutan hangat. Hal ini saya dasarkan karena selalu ada keinginan untuk memberikan "yang menarik" dan berbeda. Tak lupa juga saya menciptakan diri saya sebagai icon training, baik dalam penampilan yang tidak biasa dan juga sangat dirindukan peserta.



Mulai tahun berikutnya, kami sudah dipercaya memberikan pelatihan produk kepada distributor, toko besar dan modern outlet. Yang menarik dari team kami adalah kami mengajarkan produk dengan benar (bukan ingin mengatakan "ini produk no 1")  dan selalu ada motivasinya bagi team sales. Dari hari ke hari, kami meningkatkan kemampuan dengan meramu hypnoselling dalam pelatihan, disini ada NLP dan memang ada hypnosysnya, diterapkan dalam komunikasi antara salesmen dan konsumen. Semua ini dilakukan dengan role play yang menarik. Saat itu kami juga meramu permainan sulap sederhana dalam pelatihan salesmanship. Sikap pembelajar yang saya miliki mampu mengelead dan mendorong team saya untuk selalu update dalam pelatihan. Update dalam materi dengan ilmu yang mendukung dan terkait dan juga update dalam cara menyampaikannya.

Pengalaman saya menjadi trainer dan manager training yang dimulai dari nol menjadi pengalaman tak terlupakan .... tunggu tulisan berikutnya

Munir Hasan Basri

writer, trainer dan coach



Featured post

Trainer yang menginspirasi

Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah apapun yang dilakukan dapat mengantarkan kepada keikhlasan. Aamiin Tulisan saya sebelumnya tentang pe...