Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

8.11.24

Katanya mau memiliki banyak uang

 Semangat pagi semuanya, Insya Allah yang kurang gairah dalam bekerja, masih memiliki harapan sehingga apa yang dikerjakan masih terus menuju apa yang diinginkan.

Katanya mau, sebagai ungkapan bahwa saya masih menginginkan sesuatu. Tapi dalam kenyataannya Katanya mau sesuatu itu tidak dijalankan dengan benar. Lalu bolehlah saya bahas bagaimana caranya untuk meraihnya, atau saya perlu mengoreksi Katanya mau itu dengan benar. Contoh Hampir semua orang muslim Katanya mau ke surga, tapi kenyataannya apa yang dikerjakan tidak menuju jalan Surga. Malas Salatnya, sedekahnya kalau perlu, amal saleh tidak banyak dan banyak mengurusi dunia. Hal ini terjadi hampir pada semua orang, sepertinya tidak sadar tapi nyata tindakannya. Seperti contoh inilah yang sering terjadi dan saya pikir perlu ditinjau ulang. Penggunaan katanya mau adalah sebagai dorongan dan sekaligus sindiran (evaluasi) atas apa yang diinginkan untuk diluruskan dan dikoreksi atau disemangati lagi. 

Apa sih yang menjadi keinginan banyak orang ? Yang pertama biasanya termasuk saya, sangat  ingin memiliki uang banyak. Saya tulis dalam judul "Katanya mau memiliki banyak uang". Kayaknya perlu dikaji ulang "Katanya mau memiliki banyak uang". Ada yang bilang,"Kan maunya sudah jelas dan menjadi kebutuhan semua orang". Iya memang begitu. Tapi perlulah untuk mengkajinya. Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah Apa iya memang maunya banyak uang ? Iya dong. Apakah banyak uang itu bisa tercapai ? Pertanyaan membuat sedikit mikir untuk menjawabnya. Karena memang apa yang diinginkan itu begitu banyak bahkan tidak tahu berapa nilai uangnya seperti keinginan yang spontan dan tidak dipikirkan dengan mateng. Jawaban diplomatisnya, Insya Allah sih bisa diraih, doain aja. Jawaban diplomatis ini mulai menunjukkan "keraguan" tentang "Katanya mau memiliki banyak uang". Kalaulah diperoleh 100 juta, apakah ini disebut banyak uang ? Besar sih, tapi kalau bisa lebih banyak lagi. Mau berapa ? 200 juta ? atau 1 Milyar ? atau 100 ribu ? Disinilah mulai terlihat keinginannya menjadi kurang jelas, karena tidak menunjukkan nilanya. Padahal apa yang dikerjakan untuk meraih keinginan. Seandainya keinginan itu tidak jelas, maka tentu arah apa yang dikerjakan pun menjadi tidak jelas. "Katanya mau memiliki banyak uang" itu bisa jadi seseorang mendapatkan 100 ribu saja sudah besar, karena orang tersebut tidak memiliki uang sama sekali. Bahkan berapa yang didapat menjadi bernilai besar. Dari kajian pertama ini saja, "Katanya mau memiliki banyak uang" sangat perlu dikaji tentang nilainya. Tanpa ada nilai atau angkanya menjadi buram atau abu-abu untuk dijadikan keinginan.  Bayangkan kembali "Katanya mau memiliki banyak uang" atau ini lebih baik "Katanya mau memiliki uang sebesar 2 Milyar". Iya sih. 

Pertanyaan berikutnya, apa iya pengen uang 2 Milyar ? Pikir-pikir besar juga nilainya. Apa mungkin dicapai ? atau sampai kapan dapat meraihnya. Dengan sikap positif, ada yang bilang,"Uang 2 Milyar itu dijadikan motivasi dan kekuatan untuk meraihnya". Dari "Katanya mau memiliki uang 2 Milyar", apakah benar-benar bisa diraih ? Kapan mulainya dan kapan waktu yang ingin dicapainya (apa 1 tahun  atau 2 tahun atau memang sebisanya). Kajian ini pun mulai meragukan kembali tentang maunya. Ada cerita karyawan yang sampai pensiun pun tidak dapat meraih uang sebesar 2 Milyar tersebut. Jadi apa yang dilakukan bertahun-tahun itu memang mengacu kepada tidak ditentukannya waktunya (untuk meraihnya). Bayangkan "Katanya mau memiliki uang 2 Milyar dalam 3 tahun ke depan dari sekarang", Iya ya. Kalimat itu sangat memotivasi dan mendorong untuk meraihnya, hanya soal nilainya saja. Tentukan nilai yang bisa dicapai.

Kedua kajian di atas tentu ditujukan untuk memotivasi diri yang mampu diwujudkan dalam kerja atau tindakan nyata. Apa iya saat menginginkan sesuatu itu tak mungkin dicapai ? Ada sih beberapa orang yang benar-benar termotivasi dengan keinginan yang sangat besar dan sebagian kecil saja yang bisa mewujudkannya. Bagi orang yang normal saja, perlu mengkaji bahwa keinginan itu maunya dapat dicapai. Ada caranya sederhana untuk dapat meraih keinginan yaitu buatlah keinginan itu sangat mungkin diraih dalam waktu pendek. Misalkan "Katanya mau uang sebanyak 20 juta dalam tahun ini", suatu keinginan yang sangat mendorong melakukannya, hadir motivasi tinggi. kesampingkan penilaian banyak orang bahwa hal itu kecil dan gampangan. Yang menjadi concern adalah keinginan itu dapat diraih dan menggerakkan diri untuk dapat meraihnya dengan hal yang sangat mudah dan nyaman dilakukan. Kontinuitas keinginan ini bisa berlanjut (bertahap), saat keinginan pertama tercapai, maka ada dorongan untuk mampu meraih keinginan keduanya (selanjutnya). Hal ini dapat terjadi karena motivasi yang pertama mampu memotivasi lebih tinggi lagi untuk keinginan selanjutnya, ditambah lagi dengan pengalaman mampu meraih keinginan sebelumnya. Ada logika kalau saya mengerjakan begitu bisa meraih segitu. lalu saya tingkatkan lebih baik maka saya mendapatkan hasil lebih baik lagi dalam waktu yang lebih pendek. Bisa jadi keinginan berikutnya menjadi "Katanya mau uang 50 juta dalam setahun".   


Dari penjelasan di atas, "Katanya mau memiliki banyak uang" sudah bagus memiliki keinginan. Yang perlu diperhatikan tetap menjaga keinginan itu dapat dicapai. Mungkin tadinya hanya iseng bilang begitu, maka perlu dipoles dengan ilmu yang benar.

1. Ciptakan keinginan itu menjadi jelas, sesuatu yang bisa diukur. Untuk apa ? Agar bisa dimonitor dan dievaluasi serta bisa menjadi referensi pasti untuk dicapai. 

2. Jangan sampai sebuah keinginan itu untuk sekali seumur hidup, artinya perlulah untuk membuat periode waktu pencapaian dari keinginan. periode waktu ini bisa sangat mendorong dalam penyesuaian kerja dan aktivitas agar keinginan dapat diraih.

3. Dalam melaksanakan keinginan perlu memperhatikan semangat agar selalu terjaga. Semangat yang terjaga dapat mempertahankan atau meningkatkan apa yang dilakukan semakin baik menuju keinginan. Semangat menghadirkan energi dan motivasi, yang biasanya sangat bergantung kepada kekuatannya. Bayangkan cara berpikir manusia yang selalu ingin nyaman dan mudah terhadap apapun, sangat baik diperhatikan hal ini, termasuk dengan keinginan. Alangkah bersemangat dan termotivasinya saat memiliki keinginan itu dapat dikerjakan dengan mudah dan nyaman serta sangat mungkin diraih.  Persoalan keinginan yang tinggi itu merupakan tafsiran saja, keinginan yang tinggi itu dapat diraih dengan memilahnya menjadi keinginan kecil yang berkelanjutan. Kondisi ini sangat menyehatkan fisik dibanding memiliki keinginan tinggi yang mengalami tekanan.


4. Sesuatu yang tidak mungkin itu menurut seseorang, tapi sangat mungkin bagi Allah. Saat memiliki iman sekalipun kecil, mesti sangat percaya dan yakin Allah memenuhi keinginan (didoakan) hambaNya. Sekalipun keinginan yang kecil sertailah dengan doa, karena bisa jadi Allah lah yang menyempurnakan keinginan dapat dicapai dengan caranya Allah. Atau bisa jadi juga Allah mengabulkan keinginan yang tinggi itu untuk menguji keimanan seseorang. Saya dapat mengatakan bahwa keinginan yang tinggi, apa yang dilakukan untuk meraihnya, doa adalah serangkaian upaya untuk bersyukur kepada Allah atau meningkatkan iman atas nikmat iman, nikmat sehat dan nikmat ilmu. 


Ucapan itu sering berupa keinginan, keinginan itu adalah doa, doa itu sendiri ibadah. Alangkah indahnya keinginan itu mengandung hal baik dan bertujuan baik. Seringlah berucap yang baik yang menunjukkan sesering itu pula doa yang dipanjatkan kepada Allah, yang bisa menjadi ibadah kepada Allah. Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, dengan syarat hambanya berucap itu selalu mengikuti ucapannya dengan perbuatan yang baik dan menjalankan perintah Allah. Insya Allah kajian itu menjadi inspiratif dan bisa membantu mengkaji apa yang sudah dilakukan selama ini. Ini bisa menjadi motivasi, ini juga mendorong seseorang memberdayakan dirinya untuk menjadi semakin baik.

Munir Hasan Basri

Book Writer, Trainer, Motivator 

7.11.24

Menyemangati trainer terus berkembang

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah persoalan yang dihadapi hari ini diberikan solusi dengan terus menambah ilmu dan menerapkannya. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, New Product Launching by Training Center, Menyemangati trainer terus berkembang

Kali ini saya berbagi bagaimana mengembangkan team yang terdiri dari trainer untuk terus bersama meraih tujuan bersama. Dalam dunia bisnis sekarang ini yang kompetitif membuat setiap karyawan, juga termasuk trainer selalu ada godaan untuk pindah perusahaan dengan gaji yang lebih tinggi. Hal ini pasti ditrigger oleh kebutuhan keluarga yang tak bisa ditahan alias meningkat. Saat itu, saya dan team bisa dibilang tidak memiliki gaji yang tinggi. Saya sendiri mengalami dimana kebutuhan itu bisa mendorong untuk berpikir di tempat lain, tapi saya berpikir kalau saya sendiri bermasalah bagaimana dengan team (trainer) ?? Berantakan deh team yang sudah dibangun dan tidak mudah untuk membangun team baru sekalipun bisa. Butuh waktu dan proses kebersamaan yang menghabiskan waktu lama. Oleh karena itu, saya memutuskan menjadi motivator dan pemberi solusi bagi trainer dalam menghadapi permasalahan mereka.



Apakah bisa saya menyemangati trainer ? Bisa, tapi saya mesti menjadi motivator bagi diri sendiri. Motivator diri menuntut saya untuk terus belajar dengan visi ke depan jelas dan menjanjikan. Disinilah saya setiap malam belajar dengan membaca hal ringan untuk didalami agar menjadi inspirasi, inspirasi inilah yang memberi harapan saya untuk melakukan banyak hal untuk visi saya. Lebih jauh motivasi diri ini lebih saya terjemahkan sebagai pemberdayaan diri saya, dengan benar-benar menerapkan ilmu yang sudah saya miliki sehingga tercipta pengalaman yang menjanjikan. Saya terus menggali ilmu-ilmu baru dan pengalaman-pengalaman baru yang semakin memperkaya kemampuan saya, dan tak lupa sangat pun meningkatkan nilai ibadah saya kepada Allah. Alhamdulillah saya mampu menjadi motivator bagi diri saya sendiri, Saya ikhlas tetap bertahan di perusahaan dengan selalu berpikir selalu ada ilmu yang bisa saya raih dan saya pun saya mendapatkan ilmu dalam berbagi kepada team dan karyawan lainnya. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya memiliki berkemampuan tinggi yang menyebabkan saya dipercaya yang tadinya hanya sebagai manager training, lalu menangani call center, customer care, service center, dan berbagai program-program tertentu. Dengan amanah yang bertambah tersebut menjadi saya dipercaya menjadi GM dan akhirnya menjadi Direktur. Jabatan akhir ini menjadi kebanggaan saya di perusahaan karena semua itu diraih dengan perjalanan yang panjang 1997 - 2010. Saya mengabdi di perusahaan sekitar 27 tahun lamanya. Tak sia-sia juga apa yang saya lakukan, Allah mengizinkan dengan memberi gaji (rezeki) yang baik.



Berbekal diri yang produktif menjadi bekal saya menyemangati team saya (trainer) untuk terus berkarya bersama saya. Yang pertama saya selalu mengingatkan bahwa suasana team dan pengembangannya tidak pernah di dapat di perusahaan lain. Ada kebersamaan, ada ilmu dan wawasan, ada kepercayaan dan karya yang terus berkembang. Boleh saja mereka mau keluar dari perusahaan, tapi setelah itu mereka menjadi kangen dengan suasana team yang seperti saat itu. Ada sih satu trainer pindah perusahaan dan bisa meraih gaji lebih baik dan perusahaan yang lebih baik. Alhamdulillah apa yang sudah saya didik dapat digunakan. Kedua saya mengarahkan trainer dengan visi yang jelas untuk masa depan mereka dan juga saya. Dan ketiga saya terus mendampingi mereka dalam menjalani visi tersebut dengan banyak melakukan karya untuk karyawan dan siapapun yang membutuhkan. keempat saya mengajak mereka berpikir sebagai hamba Allah yang memiliki bos besar yaitu Allah, dimana trainer bekerja untuk bos besar. kerja sebagai amal saleh yang ikhlas mesti diwujudkan kepada bos besar (Allah), Insya Allah Allah memenuhi kebutuhan hambaNya. Saat itu saya membayar semua trainer untuk mengikuti training ESQ, hasilnya berdampak positif bagi mereka dalam bekerja.



Saya yang tadinya memiliki trainer 4 orang, satu trainer berpindah perusahaan asing. Saya menambah 1 trainer baru yang awalnya hanya sebagai merchandizer. Team baru ini benar-benar menjadi trainer hebat dalam membawakan training, dan sering menjadi partner MC bagi saya dalam acara-acara penting perusahaan seperti launching dan lainnya. 1 trainer wanita meninggal karena sakit kanker otak, orangnya periang dan selalu menjadi pembeda dalam melakukan training. 1 Trainer lagi menjadi manager sales. Tersisa 2 trainer, satu trainer wanita menjadi spesialis dalam demo masak. Semua anggota team saya mampu mengembangkan diri dengan baik dan menjadi "trainer" berkemampuan tinggi. Itulah yang saya lakukan menyemangati trainer untuk menjadi karyawan berkualitas. Tidak sekedar menyemangati saja, tapi mendidik dan mengembangkan diri mereka menjadi trainer plus-plus. Tidak hanya sebagai trainer, kemampuan mereka bisa adaptasi dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Alhamdulillah saya merasakan kegembiraan dan juga merasa kehilangan dengan team karena beberapa tidak bersama lagi.


Menyemangati trainer lebih efektif dengan memberi teladan, contoh baik yang terus-menerus. Untuk itu, jadilah motivator yang update dengan visi masa depan yang bagus yang sekaligus menjadi pemberdaya diri sendiri. Tugas ini mesti tersemat juga bagi siapa saja yang menjadi pemimpin dan manager dan memiliki staf atau anak buah. Sekali lagi, ini ada pengalaman yang tak terlupakan bagi kehidupan saya, kadang ingin mengulanginya lagi. Saya sangat berkeyakinan dengan kemampuan saya, yang memiliki dimensi teknis dan religius, untuk selalu bisa menciptakan banyak hal, seperti menciptakan salesmen, manager sales, trainer profesional, karyawan produktif.     

Ada pengalaman lainnya ? Insya Allah saya berbagi lagi tentang pengalaman yang baik untuk dijadikan referensi dan inspirasi bagi produktivitas kerja. 

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator                                                                                                                                                                                                                                                                                             

6.11.24

New Product Launching by Training Center

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah tidak hari tanpa kerja produktif menjadi kebiasaan yang terus dikembangkan menjadi nyata dan bermanfaat. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya, dan New Product Launching by Training Center

Jumpa lagi dengan berbagi pengalaman yang dapat dijadikan inspirasi dan referensi dalam mengembangkan training center dan kemampuan trainer. Ini pengalaman yang tidak mudah, tidak ingin menjadi multitasking, tapi keadaan yang mendorong untuk bisa menguasai berbagai aspek dalam pekerjaan. Yang pasti semua ini terjadi usaha maksimal untuk mengembangkan diri semakin baik dan diizinkan Allah. Pengalaman ini adalah saya dan team training SLC yang tak terlupakan, yaitu melakukan New Product Launching dan team training menjadi team utama. Saya membayangkan acara yang tidak mudah dan memakan waktu dan tenaga, berhadapan dengan bos-bos dealer seluruh Indonesia, wartawan dan pimpinan perusahaan. Ada artis, ada para engineer Jepang dan banyak pihak yang terkait. Saya juga mempersiapkan press release untuk media dan menghadapi wartawan yang diperkirakan banyak pertanyaan yang tidak terduga.

Mulailah saya dan team membuat video (presentasi) tentang produksi produk dan aspek teknis lainnya. Saya melakukan interview kepada team pabrik tentang produksi dan hal teknis terkait. Bermodal HP yang cameranya bagus, pembuatan Video berlangsung lancar. Ada proses editing sendiri dan penambahan music, jadilah Video yang bisa dibanggakan. Ini peran pertama yang saya dan team lakukan untuk acara besar New Product Launching. Untuk Video ini, saya dan team juga menyediakan kit untuk presentasi di saat acara, dan ada beberapa hal yang perlu disiapkan terutama untuk kebutuhan Launching. 

Peran lain yang diamanahkan kepada saya dan team adalah mempersiapkan materi presentasi dengan mensinkronkannya dengan audio sistem. Tidak hanya ada presentasi saja, ada team dancer yang ikut menyemarakkan acara puncak Launching. Tak hanya itu saja, Saya menjadi MCnya. Kebayang deh "deg-degan"nya, yang tak terbayangkan begitu "sibuk" mengkoordinasikan dengan artis, dancer, operator sound sistem  dan tentu yang BOS yang pengarah acara dibalik layar. Dari pengalaman sebagai trainer sangat membantu saya untuk menjadi MC. Tidak hanya MC formal, tapi juga mesti entertaimen agar suasana acara menarik. MC juga memandu acara di panggung dan acara di luar panggung seperti tour guide ke bagian produksi, penjelasan produk yang disiapkan di ruangan show room, dan juga mengantarkan peserta untuk bermain dengan permainan yang sudah disiapkan. Alhamdulillahnya semua team saya berperan baik dalam acara tersebut. 

Acara Launching dilakukan beberapa kali untuk berbagai dealer yang dikelompokkan dalam wilayah atau jenis dealernya. Dari beberapa kali acara launching ini semakin menguatkan diri saya dan team bahwa acara besar itu bisa dikerjakan. Selepas acara launching di Jakarta, saya dan team berkeliling Indonesia untuk melakukan untuk seluruh dealer masing-masing Cabang yang tentu semua dealer kecil bisa merasakan acara launching di daerah. Ilmu yang menarik adalah bagaimana saya dan team meramu memarketing produk yang awalnya teknis dan bisa diterima (disampaikan) dengan bahasa pelanggan. Tidak mudah, kalau ngototnya orang teknis yang meminta hal teknisnya dijadikan referensi, sedangkan disisi pelanggan "tidak mau tahu" atau tidak ingin tahu masalah teknis dengan bahasa teknisnya. Saya dan team menciptakan bahasa gaul yang mudah dimengerti oleh pelanggan. Pengalaman ini menjadi nyata setelah saya melakukannya, dan semua itu menjadi referensi saya dan team untuk dideliveri bagi acara marketing dan training kepada team salesmen. 



Ada persiapan kecil yang mesti juga saya dan team perhatikan, diantaranya penampilan diri. Ada mesti melakukan beberapa kali latihan, pakaian yang menarik dengan warna "norak", serta suara yang bisa "menarik" bagi audien. Soal pakaian yang warna yang norak yang banyak orang kurang menyukainya, tapi bagi saya hal mesti menyenangkan bagi saya. Bagian yang mesti dilakukan yang juga membuat saya semakin pede. Yang namanya persiapan pastilah dirancang dengan "sempurna", tapi dalam acara yang sesungguhnya, ada saja "keseleo" lisan dan "kesalahan" sistem videp" yang tidak berfungsi dengan baik. Disinilah saya berlatih juga mengantisipasi acara tetap berjalan dengan plan-plan yang sudah disiapkan maupun spontan. Ada kejadian yang saya sport jantung, saya berangkat ke tempat acara tidak membawa sepatu dan tidak memungkinkan untuk balik mengambil sepatu. Akhirnya saya membeli sepatu baru dan cukup mendebarkan selama menunggu toko sepatunya buka. Dalam acara launching seperti ini, peran saya dan team selalu mendekat diri kepada dealer untuk "dirayu" untuk memasarkan produk. Disini saya dan team mampu mengeksplore semua kemampuan untuk mensukseskan acara dengan lancar dan juga mampu memikat dealer menjual produk.



Pengalaman launching Produk menjadi pengalaman yang ternilai, apa iya training center menjadi team utamanya ? Disinilah terasanya bahwa mengembangkan kemampuan tidak hanya di bidang yang ditugasi saja sebagai trainer, juga perlu mengembangkan diri dilain bidang. Semakin kaya kemampuan yang dimiliki semakin menguatkan nilai sebagai trainer dan training center. Ada pengetahuan humas dan public speaking yang memperlancar cara dan berkomunikasi dengan banyak orang (wartawan dan orang-orang sales yang tidak begitu suka dengan bahasa teknsi), marketing yang membuat saya mampu menciptakan (bahasa teknis menjadi bahasa pelanggan) pemasaran produk, ilmu salesnya yang nyata-nyata menjadi kemampuan utama sebagai trainer, ilmu yang terkait dengan presentasi yang berhubungan video, audio dan presentasi menarik dan hal-hal lainnya. Semua pengembangan kemampuan itu tidak instan jadi, tapi dilakukan secara kontinu yang semakin hari semakin meningkat. Yang pasti saya dan team memiliki keberanian untuk action dan memiliki sikap untuk terus memperbaiki diri.



Inilah kisah pengalaman bukan ingin menjadikan training center menjadi team product management atau team marketing atau EO. Tapi beruntunglah saya dan team mengambil peran tersebut, yang benar-benar menjadikan saya dan team memiliki kemampuan tersebut dan saya dan team siap untuk itu. Apakah semua orang bisa menjadi seperti itu ? Semua orang memiliki pilihan dan boleh menjadi seperti atau juga bisa tidak menjadi seperti itu. Kalau bahasa orang berduit, apapun bisa dibayar kepada profesional. Iya kalau ada uangnya, kadang uang ada tapi kadang acara tidak serasa milik (karena profesional itu tidak menjiwai produk dan perusahaannya). kadang ada teamnya tapi tidak ada kesempatannya, atau yang paling realistik adalah memberdayakan karyawan menjadi profesional dan biaya pun sangat minimalis. 

Munir Hasan Basri

Book Writer, Trainer, Motivator

 

3.11.24

Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya

  Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu petunjuk untuk terus kreatif dalam menyikapi dan menjalani hidup ini. Nggak salah untuk berdoa agar mendapatkan petunjuk dengan mempersiapkan diri untuk menerimanya. Jadilah pelaksana bagi ide kreatif diri sendiri. Insya Allah jadi pengalaman dan amal saleh.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales, dan Training Center dibangun oleh pimpinan dan teamnya.

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman membangun Training Center dengan usaha sendiri sebagai pimpinan dan team tanpa banyak campur tangan dari manajemen. Alhamdulillah saya berada di Training Center dengan kewenangan yang penuh, mau diapain itu Training Center terserah. Mungkin manajemen tidak memahami peran Training Center atau memang tidak punya waktu untuk itu. Manajemen hanya bilang, bagus dan kembangkan terus. Hasilnya baik dari Training Center menjadi nilai positif bagi manajemen. Atas kondisi di atas, saya sebagai manager Training Center saya merasa terpancing untuk mengembangkan sendiri Training Center menjadi semakin berarti. Bayangkan untuk menciptakan Sekolah SPG, saya tidak perlu izin kepada manajemen. Saya hanya ciptakan sekolah SPG dengan kerja bareng manager sales dan dijalankan, dan syukurnya tidak ada biaya yang berarti untuk menjalankan program sekolah SPG tersebut. Alhasil manajemen hanya melihat dan menikmati hasilnya (penjualan dan kesediaan SPG).

Untuk mengembangkan diri, saya bersyukur memiliki kemampuan belajar otodidak yang tinggi disamping itu saya mengikuti berbagai pelatihan dasar yang diperlukan. Saya pernah mengikuti pelatihan hypnosis, menembus batas dan beberapa pelatihan spiritual  dengan biaya sendiri. Kok saya mau ? Hal ini saya lakukan karena saya sendiri ingin berkembang tanpa perlu mengharapkan bantuan manajemen. Kebijakan ini disukai semua manajemen, tapi bagi saya adalah saya penentu masa depan saya sendiri. Dari sini saya menerapkan apa yang saya pelajari untuk diberikan kepada perusahaan yaitu membangun Training Center yang berkemajuan. Bahkan saya menyicil membeli peralatan presentasi untuk diri sendiri dan digunakan juga di dalam Training Center, seperti Infocus, peralatan sound system. Saya membeli semua itu bertahap dari satu peralatan ke peralatan lainnya. Setelah itu saya sudah siap melakukan training dengan peralatan yang lengkap (video dan audio system). Salah satu penerapan dari pengembangan diri saya tersebut adalah saya membuat materi training sendiri, seperti manajemen emosi, hypnoselling, dan lainnya. Yang terjadi adalah perspesi tentang hypnosis menjadi keahlian saya. Banyak yang berpikir seperti halnya di TV. Bahkan ada beberapa manajemen yang "khawatir" dengan saya, karena takut di hipnotis. Padahal kekhawatiran tersebut terjadi karena lemahnya pengetahuan mereka tentang hipnotis. Dalam setiap training saya menggunakan ilmu hipnotis dengan NLP sehingga training berjalan dengan baik.

Beberapa kebijakan lain yang saya jalankan seperti membeli buku setiap bulan. Saya dan team saya diminta untuk berkunjung satu kali dalam sebulan ke toko buku agar mengupdate pengetahuan walaupun hanya baca atau bi juga membeli buku. Kebijakan ini sangat berarti bagi Training Center, karena terbangun kemampuan yang update dari trainernya yang tentunya berdampak positif bagi kelangsungan training yang dilakukan. Apakah program ini didukung oleh manajemen ? Saya jalankan saja tanpa perlu persetujuan, tapi hasilnya positif bagi Training Center dan perusahaan. Saya berpegang hanya perlu biaya sedikit saja, tapi hasil besar. Apa yang terjadi setelah sekian tahun, buku semakin banyak. Buku-buku yang dikumpulkan dijadikan perpustakaan kecil di kantor. Lalu saya pun menghimbau manager atau direksi untuk menyumbangkan buku-buku bagi perpusatakaan dan mereka merespon dengan positif, semakin banyaklah  bukunya. Perpustakaan tersbut saya buka untuk karyawan, ada yang pinjam dan baca diperbolehkan. Salah satu buku favorit pernah dijadikan materi training dari Training Center adalah "Who Moved my Cheese", "Pemburu dan Petani", "QBQ", buku-buku dari Rheynald Kasali, bukunya Mario Teguh, bukunya Sandy Mc Gregor dan lainnya. Materi training saya buat dengan menarik dimana memaksimalkan Microsoft Power Point dan tentunya gaya masing-masing trainer dalam menyampaikan materi. 


Trainig Center juga mengembangkan persoalan yang dihadapi karyawan seperti kemampuan SPG, kemampuan admin, dan karyawan lainnya. Saya dan team selalu menerima masukan apa yang mereka inginkan. Ada yang bilang, "motivasi dong biar semangat kerja" dan ada juga yang bilang, "manajemen stress", "biar disukai semua orang", dan banyak lagi. Awalnya masukan tersebut cukup merepotkan saya dan team. Membayangkan kerja rutin saja sudah sibuk, apalagi untuk merancang sebuah training. Dengan sikap terbuka yang kami miliki, ternyata kami pun siap mengakomodir semuanya dengan baik. Mulai dari masukan sampai terbentuknya materi training sekitar 1 bulan. Alhamdulillah apa yang saya dan team kerjakan memberi respon positif kepada karyawan selain sales. Setiap tahun sudah pasti ada pertemuan manager dan adminnya, saya dan team selalu memberikan pembekalan dalam pekerjaan mereka. Apakah program ini diminta oleh manajemen ? Ya nggak juga dan tidak ada juga peran langsung manajemen. Yang pasti manajemen senang karena semua sudah saya dan team kerjakan. Yang menarik pasti semua ini terlaksana karena trainer yang senang belajar otodidak, support perpusatakaan, selalu ingin membuat Training Center lebih maju, tanpa ada biaya yang besar. 


Dalam perjalanannya, saya dan team sudah melakukan out bound bagi karyawan sendiri dan karyawan dari luar perusahaan yang menjadi dealer atau distributor. Hal ini pun saya lakukan tanpa perlu didukung manajemen secara langsung. Acara berlangsung di hari Sabtu dan Minggu, dan Seninnya sudah bekerja seperti biasanya. Apakah ada biaya ? Biaya dibebankan kepada team sales penyelenggara (biasanya sales) sehingga Training Center tidak mengeluarkan biaya. Apakah biayanya besar ? Outbound bisa berlangsung dengan biaya rendah 5 jutaan. Bayangkan bila menggunakan jasa luar, out bound yang dihitung perorang bisa di atas 20 jutaan. Program out bound ini berisi tentang salesmansip, motivasi dan produk yang dikemas dalam permainan di alam terbuka. Hampir 99% peserta menyatakan positif dan bermanfaat bagi mereka (dealer) dalam menjual produk. Ada kedekatan penjual (dealer) dengan pusat info produk, tidak ada kekhawatiran atas pelayanan dan mereka pun merasa nyaman. Bahkan ada beberapa dealer menjadi langganan setiap tahun untuk dijadikan gathering bagi mereka sendiri. Bagi sales menjadi menarik karena mereka bisa membuat program sales dengan outbound dapat meminta nilai penjualan tertentu. Alhasil program ini berhasil tanpa banyak keterlibatan manajemen, yang biasa malah bikin ribet. Program outbound ini pun terlaksana untuk karyawan seperti grup salesmen, grup SPG, grup service center. Sangat menarik dan menambah banyak pengalaman yang luar biasa.

Apa sih yang terjadi selama ini tanpa keterlibatan manajemen dalam mengembangkan Training center ? Saya sih merasa oke-oke saja dan bagi saya semua itu adalah pembuktian kualitas siapa saya. Bisa membangun dan memberi kontribusi positif bagi perusahaan berupa produktivitas kerja karyawan. Tentu dalam pengembangannya, saya mesti mampu menyerap situasi dan kondisi perusahaan. Dan akhirnya apa yang saya alami menjadi pengalaman berharga sampai sekarang, terutama kemampuan saya dalam mengembangkan materi atau issue yang diperlukan. Keterbatasan yang saya alami adalah uang. Saya membayangkan apa yang saya lakukan mendapatkan dukungan penuh dari manajemen, maka hasilnya menjadi lebih kaya dalam kemampuan dan hasilnya menjadi lebih cepat dan yang pasti berdampak positif bagi karyawan.


Kesimpulannya adalah Training center ditentukan oleh pelaku di dalamnya. Lihatlah apa  yang dihasilkannya dan apa yang ada didalamnya. Oleh sebab itu sangat menentukan keberlangsungan Training center dari sisi kemampuan pelaku di dalamnya dan kemampuan untuk mengembangkan diri. Lakukan hal sederhana dalam training dengan "minimal biaya" dan selalu buktikan hasilnya. Karena hasilnyalah yang memberi penilaian terhadap Training center. Hindari kerja yang seperti sibuk tapi tidak memberikan kontribusi yang update.

Mau tahu cerita lainnya, ikuti saja tulisan saya berikutnya.

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator

31.10.24

Training center menciptakan manager sales

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini selalu kemampuan mengenali nikmat yang diberikan Allah dan dimampukan dengan petunjukNya untuk bersyukur dalam meraih rezekiNya. Aamiin

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, Membangun kemampuan Salesmen, Training center menciptakan manager sales.

Alhamdulillah saya masih bisa berbagi pengalaman dalam training center dan trainer, pengalaman yang saya lakukan sendiri dalam perjalanan saya memimpin training center sekitar 20 tahunan. Kali ini saya berbagi pengalaman mendapatkan amanah dengan kedatangan seseorang yang diminta direksi untuk dijadikan manager sales. Seorang sarjana IPB, laki-laki dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tapi tidak memiliki pengalaman dibidang elektronik (teknis) dan dunia salesnya. Biasa di banyak perusahaan dikenal dengan management trainee. Seseorang direncanakan memimpin team salesmen, diantaranya adalah salesmen yang bangun dari staf OB (tulisan sebelumnya). Awal perkenalan dengan seseorang ini menimbulkan perasaan nyaman dan klik dalam berkomunikasi. 

Training center yang isinya saya dan team, dimana saya diemban khusus untuk menciptakan orang tersebut menjadi manager sales. Sudah diangkat sebagai manager salesnya oleh perusahaan, tapi belum isinya. Amanah ini cukup tidak mudah dan saya seperti biasa sangat welcome dengan amanah baru sekalipun tidak ada kemampuan khusus. Sikap terbuka inilah dan manager sales sangat pembelajar tersebut menjadi amanah ini dapat dilakukan dengan baik. Hari-harinya saya dan manager team lebih banyak bersama sekitar 50%  dari waktu kerja. Hal ini saya lakukan untuk membekali manager sales dengan kemampuan tinggi.

Mengingat beberapa hal untuk menjadi manager sales memiliki kemampuan teknis dari produk yang mesti kuat, komunikasi internal dan eksternal, serta mengelola sumber daya untuk mensukseskan program sales. Entah mengapa manager sales ini sangat disukai oleh direksi. Dari pengalaman manager-menager sebelumnya sering melempem kinerjanya karena tidak mampu beradaptasi dengan PIC penting dalam perusahaan dan tidak mudah juga beradaptasi dengan budaya perusahaan. Ada pengalaman sebelumnya beberapa CEO tidak mampu bertahan lama, ya sekitar 6 - 12 bulan. Dari mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu menyerap apa yang diinginkan oleh direksi dan PIC, kemudian mampu memaksimalkan dalam kinerjanya.Ya mungkin banyak orang menyebut "cari muka", tapi diikuti dengan kinerja dan hasil tinggi. Dari pengalaman itu saya bisa mengambil kesimpulan bahwa adaptasi menjadi penting untuk bisa bertahan. Dalam adaptasinya seseorang yang harus mampu mengeskplore diri untuk menghasilkan kinerja positif dan hasil maksimal.

Awalnya saya sangat menekankan kemampuan teknis terhadap produk dan pelayanan menjadi kunci utama. Kemampuan teknis saya lakukan dengan menjelaskan secara detail tentang produk sampai kepada hal terkait dengan produk. Mungkin bagi seorang trainer tidak mudah melakukannya, kalau tidak ada ilmunya pasti fokus kepada sales saja. Sedangkan yang punya ilmunya belum tentu ikhlas memberinya. Di saat itu saya benar-benar mengajari manager sales itu dengan ilmu lengkap dan selalu saya gunakan knowledge management, diantaranya selalu merekam training dan membuat resume. Bahan training ini saya jadikan pula referensi bagi team saya. Saya menggunakan mind mapping dalam training product knowledge dan diskusi  serta role play. Hal ini untuk menyikapi direksi yang suka bertanya produk, dan ternyata persoalan produk dikuasai dengan sangat baik dalam waktu tidak lama 1 bulan. Kemampuannya selalu saya uji dengan team saya atau dengan staf call center dalam komunikasi dengan pelanggan. 

Kemudian kemampuan berikut adalah bagaimana berkomunikasi dan menjadi "partner" yang disukai dengan PIC perusahaan. Saya benar-benar mengenalkan karakter dari PIC perusahaan kepada manager sales agar mampu menjalankan tugas-tugas perusahaan. Bisa aja manager sales itu hebat dalam sales, tapi tidak masalah jika tidak bisa berkomunikasi dengan PIC-PIC perusahaan. Bagi manager sales ini sangat berarti nilainya, diantaranya adalah bagaimana berkomunikasi yang disenangi semua orang dengan karakternya masing-masing, bagaimana mengambil hati saat melakukan kesalahan, bagaimana menjadi pelaksana yang segera dengan perontah/program direksi dan PIC. Waktu itu saya mengajarkan jadilah orang yang selalau "yes men", artinya mampu menyerap perintah dan yang paling melaksanakannya. Biasanya mengatakan tidak yang diikuti dengan pemahaman sendiri dapat menyebakan ketidaknyamanan. Dalam hal ini saya menekankan bahwa yes man menuntut seseorang mengeksplore ilmu dan kemampuannya untuk menjalankan tugas, lebih baik dan lebih cepat dan menghasilkan. Al hasil adalah manager sales ini menjadi seseorang yang sangat disukai direksi dan PIC. 


Dalam mensukseskan manager sales ini, terutama menjadi nyaman di mata direksi dan PIC. Saya selalu mensupportnya dalam menjalankan program sales. Diantara adalah mengajarinya kemampuan untuk menarik di mata dealer. Caranya ? Pelayanan. Pelayanan memberi komunikasi yang inten kepada dealer tentang pemahaman produk, siap selalu menyelesaikan masalah dealer terutama pelayanan after sales service pelanggan, dan yang pasti sangat erat hubungan dengan team sales. Tidak hanya mengajari manager sales ini tapi mensupport dengan tindakan nyatanya. Hasilnya luar biasa, dalam waktu 3 bulan manager sales ini sudah membuktikan dengan hasil yang tadinya penjualan 1 M saja menjadi diatas 4 M. Jadilah si manager sales ini primadona perusahaan dan sangat disanjung oleh direksi dan PIC. Bahkan hal kecil saja diperhatikan direksi dengan membuat SIM mobil dan memberi fasilitas penginapan di apartemen (rumah lumayan jauh dari jakarta).



Legalah saya sebagai trainer, pengajar, sekaligus temen untuk mendampingi manager sales tersebut dalam meraih kinerja maksimal. Ini pengalaman yang tak terlupakan dalam perjalanan karir saya. Inilah semestinya dilakukan oleh training center, yang dikenal dengan meningkatkan Knowledge yang tadinya tidak bisa menjadi mahir, meningkatkan Attitude yang tadinya kurang positif menjadi sangat positif dan sabar, meningkatkan ketrampilan (skill) yang tadinya tidak trampil menjadi sangat trampil dan kreatif. Bukannya saya tidak percaya dengan training center luar yang menawarkan training dengan nilai yang cukup tinggi, tapi training center perusahaan dengan kemampuan trainer yang pembelajar mampu menghasilkan karyawan yang bagus bagi kelangsungan perusahaan. Perusahaan yang memiliki masa depan adalah perusahaan pembelajar. Apa itu ? Perusahaan pembelajar adalah perusahaan yang memiliki budaya belajar dari karyawannya, dan salah satu amanah itu diemban oleh training center. lebih-lebih Training center mampu efektif dalam trainingnya dan sangat efisien bagi perusahaan.

 Insya Allah tulisan ini dapat menjadi inspirasi bagi trainer dan manager training center dalam berkontribusi bagi perusahaan. Ikuti terus kisah pengalaman saya dalam tulisan berikutnya

Munir Hasan Basri

Writer, Trainer, Motivator


28.10.24

Tajuk Allah 2, Doa apa saja

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah rekan-rekan diberi kemampuan untuk meraih apa yang ingin diraih. 

Tajuk Allah 1 membahas doa yang berhubungan dengan harapan yang hadir di hati. Harapan itu mesti diactionkan dengan kemampuan yang saya miliki. Insya Allah dengan memulainya dengan Bismillahirrahmanirrahiim dan setelah mengerjakan Actionnya ucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin. 



Tajuk Allah 2 ini masih membahas tentang Doa, apa itu ? Boleh nggak sih saya berdoa meminta rezeki 2 M ? atau meminta sesuatu yang tidak mungkin di mata manusia ? Banyak dari manusia meminta seperti "malu-malu" ... meminta rezeki yang banyak tapi dalam hatinya meminta gaji 10 juta per bulan. Sebenarnya apa yang ada di dalam hati saya, Ya Allah Ya batin yang Maha Tahu yang tersembunyi dalam hati. Bagi Allah mungkin tidak masalah, tapi seperti dalam Tajuk Allah 1 diungkap bahwa saya menjadi tidak terdorong dengan apa yang saya minta "tidak jelas". Misalkan saya berdoa tidak menjadi kaya, kaya seperti apa tidak mudah diterjemah oleh pikiran saya sendiri. Artinya apa saya yang minta dalam doa tidak jelas untuk dikerjakan untuk apa yang saya doakan. 

Ada doa contoh nabi Ayyub as yang begitu sakit parah, memohon kesembuhan. Nabi Zakaria as yang memohon keturunan dengan kondisi isteri yang mandul dan sudah tua. Kedua doa ini bisa menjadi inspirasi bagi saya dan banyak orang dengan berdoa. Bisa jadi ada yang sudah mengalaminya untuk kesembuhan dari penyakit dimana dokter sudah memvonis usia tidak lama lagi, akhirnya bisa sembuh total. Begitu YA Mujib, Allah yang Maha mengabulkan doa hambanya seseuai apa yang dikehendakiNya. Sepertinya doa yang seperti apa yang saya inginkan secara detail memerlukan kesabaran dan kesucian hati, atau usaha menjalani sabar dan bertaubat.



Saya pernah memohon doa untuk bisa digaji sebesar angka tertentu, dan ternyata doa itu dikabulkan dengan ditambahnya amanah kerja dan bulan berikutnya saya benar-benar menikmati gaji sebesar apa yang saya doakan. kejadian ini saya lakukan sampai 2 kali dan dikabulkan. Dalam prosesnya sikap terbuka terhadap peluang harus hadir dalam diri saya. Dimana saya tahu doa saya dikabulkan, sedangkan Allah hanya malah menambah amanah kepada saya (dari atasan) dan saya tidak diberitahu tentang adanya kenaikan gaji. Disini saya menerima dengan senang hati tambahan amanah tersebut dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan membuktikan amanah itu bisa saya emban.  Ada ikhlas dengan open mind terhadap pekerjaan, lalu saya mengerahkan ilmu untuk membuktikan amanah baru. Alhamdulillahirabbilalamin, ternyata akhirnya saya sadar Allah mengabulkannya. Ungkapan sebelumnya "Doakan apa yang saya kerjakan (inginkan), dan kerjakan apa yang saya doakan", inilah apa yang saya lakukan.



Apa yang saya doakan (inginkan) yang kecil bisa jadi lebih cepat dikabulkan, sebaliknya apa yang saya doakan itu besar butuh waktu lama pengabulannya, apa iya ? Inilah yang dipersepsikan oleh banyak orang. Dan ada persepsi lain, saya merasa enggan memohon yang besar (meminta keinginan yang tidak mungkin atau mustahil), apa iya Allah mau mendengar ? Apa iya Allah mengabulkannya ? Saya tahu dirilah. Atau saya memang doanya hanya tahu yang itu-itu aja. Jadilah doa itu standard-standard saja. Mari perhatikan orang yang berdoa mau pergi haji, padahal gajinya tidak besar bahkan ada yang hanya pedagang kecil. Naik haji kan biayanya besar, emangnya sih orang tidak meminta uang sebesar uang naik haji. Sebenarnya orang tersebut sudah berdoa memohon biaya naik haji sebesar ONH. besarkan ? Misalkan bagi tukang becak hal tersebut agak tidak mungkin. Tapi kenyataannya mereka bisa pergi haji dengan dikabulkan doa mereka, baik lewat cara menabung dan bekerja ikhlas atau dibantu orang lain. Waktunya kadang lebih dari 5 tahun. Dari sini saya belajar, tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk berdoa apa saja. Teruslah berdoa. Ikuti doa tersebut dengan berbagai upaya yang konsisten dan sabar. Insya Allah doa itu dikabulkan Allah. 

Dengan pengalaman saya memahami doa, terkadang saya berdoa meminta ya meminta aja. Keadaan ini seperti mendikte Allah. Misalkan "Ya Allah saya mohon kesembuhan dan mohon Engkau MengabulkanNya". Secara skripsi doa tersebut meminta tanpa ada pilihan, Allah harus mengabulkan doa saya. Bagaimana kalau Allah mengabulkannya yang lain ? Bukankah yang baik di mata Allah itu baik buat saya (dengan memahami dengan hati). Bayangkan saya bukan malah dikabulkan kesembuhan tapi diberi kesabaran dan menjadi dermawan. Setelah kesabaran tersebut, saya menjadi sembuh. Atau Allah mengambi uang saya (dimana saya jarang sedekah) dengan suatu kejadian yang membuat saya sadar ternyata uang saya adalah titipan yang mesti saya salurkan kepada orang lain yang berhak. Alangkah baiknya doa itu bukan sekedar mendikte tapi memohon pilihan yang terbaik buat saya. Contoh, "Ya Allah saya mohon kesembuhan sesuai apa yang saya inginkan (ilmu saya), tapi bila kesembuhan itu tidak membuat saya mendekat kepadaMu. Berilah saya kebaikan atau hikmah dari sakit saya. Atau jika Engkau menghendaki hal lain yang membuat saya dekat denganMU. Tuntun saya menjalaninya.  Aamiin. Doa itu sesuai apa yang ada dalam pikiran (perasaan dan ilmu) yang hadir untuk disampaikan kepada Allah, bisa jadi baik buat saya saat itu tapi belum tentu baik dimata Allah dan bahkan mengantarkan kepada saya masa depan yang tidak baik. Maka saya cenderung memohon kepada Allah apa yang baik untuk saya. Begitulah kira-kira skripsi isi doanya. 



Saya tidak pernah tahu waktu doa itu dikabulkan, iya nggak ? Pastilah. Lalu apa yang mesti saya lakukan ? Yang pertama adalah apa yang saya doakan sangat bergantung kepada pahala yang saya kumpulkan, tapi tidak harus begitu juga. Apapun sesuai dengan Kehendak Allah. Alangkah baiknya saya menjadi apa yang Allah inginkan, apa itu ? Jadilah orang yang senang mensucikan hati dari dosa dan berbuat amal saleh (action apa yang saya doakan). Ikuti dengan sabar dan selalu terbuka dengan berbagai apa yang terjadi dengan prasangka baik. Kesabaran yang saya bangun adalah bukan untuk menunggu Allah mengabulkan doa saya, tapi sabarlah untuk terus yakin dan beraction (beramal) yang berdampak semakin banyak pahala yang diraih. Saking sabarnya membuat saya ikhlas melakukannya dan "sudah lupa" dengan doa saya. Dalam kesabaran itu saya mesti mempersiapkan diri dengan ilmu, sikap dan perilaku (kebiasaan) untuk siap menerima dan menghadapi dengan benar saat Allah mengabulkan doa saya. "Semakin terus sibuk dengan mengingat Allah dan Allah pun mengabulkan apa yang saya inginkan yang itu sebelum terucap".

Insya Allah saya dan rekan-rekan dalam mengambil hikmatnya agar doa bukan sekedar meminta saja. Awali doa memohon sesuatu dengan memuji Allah melalui nama-nama baik Allah dan berterima kasih. 

Tajuk Allah 2 ini mengingatkan saya tentang doa - bermohon apa saja (termasuk yang mustahil atau besar) - Allah Maha Mengabulkan doa hambaNya - Allah berkehendak apa yang Dia kehendaki - Tidak mendikte Allah - Kesabaran dalam mengerjakan apa yang didoakan - Sibuk meraih pahala - Sibuk mengingat Allah - Siapkan diri untuk menerima pengabulan doa. Inilah yang mesti saya lakukan untuk terus berdoa. 

Munir Hasan Basri

Penulis buku, trainer, motivator

Membangun kemampuan salesmen

 Semangat pagi buat rekan-rekan, Insya Allah hari ini yang sedang tidak sehat disehatkan tubuh, pikiran dan hatinya agar mampu bekerja sekaligus beramal saleh. Yang sehat semakin mampu bekerja sekaligus beramal saleh yang produktif.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, Training center menyelenggarakan Sekolah SPG, dan Membangun kemampuan Salesmen.

Kali ini  saya berbagi pengalaman dalam membangun kemampuan salesmen. Sebenarnya menjadi salesmen itu bisa dikerjakan oleh semua orang dan kemampuannya sudah ada. Kadang seorang salesmen sudah mahir menjual hanya dengan sedikit tambahan kemampuan. Inilah yang kata orang sudah bakatnya jago ngomong dan mahir menjual. Faktanya hanya sedikit sekali orang yang seperti ini, bisa jadi hanya 5 % saja. Mereka ini sudah tidak ada "malunya" berhadapan dengan banyak orang dan bisa saja dengan komunikasinya menjual dengan baik (pelanggan terhipnotis). Kadang ilmu sales yang dimilikinya lebih tinggi secara kualitas (naluri) dari pada ilmu yang diajarkan. Beruntunglah perusahaan yang memiliki salesmen seperti ini.


Saya teringat pengalaman kerja sebelumnya, saya yang dulunya sebagai manager service diwawancara dengan seseorang sales manager. Katanya manager sales itu "Dia percaya kepada saya untuk jadi manager sales karena sudah memiliki kemampuan teknis dan bisa berkomunikasi dengan benar". Saat itulah saya mulai pede dengan kemampuan saya untuk menjadi seorang salesmen sekaligus pimpinannya. Hal ini terjadi sebelum saya menjadi manager training, SLC. Dalam training center, ilmu salesmen saya berkembang dengan baik, karena saya bisa menjadi salesmen dan juga sekaligus mengajarkan ilmu salesnya kepada salesmen. Keadaan inilah saya membangun kemampuan salesmen yang tidak memiliki bakat jadi salesmen. Salesmen seperti banyak, ya sekitar 95%nya. Ada yang awalnya terpaksa jadi salesmen karena tidak ada pekerjaan lain. Dorongan terbesar mereka adalah uang yang dihasilkan. Inilah motivasi terbesar mereka, dapat kerja dan dapat uang sebagai salesmen. Walaupun orang tersebut tidak memiliki kemampuan sales dan kadang rada malu.


Sekali lagi sebenarnya mereka yang 95% itu memiliki kemampuan sales, tapi terhalang oleh berbagai kepentingan. Karena "malu" jadi tidak mampu mengeluarkan kemampuan salesnya. Karena "terpaksa menjadi salesmen", kemampuan sales nya tak terjangkau oleh pikiran untuk jadi tindakan. Dan banyak sebab lainnya. Oleh karena itu saya berpikir tidak perlu mengajari banyak hal yang bisa dilakukan mereka untuk jadi salesmen. Ini juga menjadi parameter dalam mentraining seseorang. Cara atau resep seseorang tidak pernah bisa ditiru oleh orang lain, maka sebagai trainer hanya bisa membangkitkan kemampuan pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalau saya memaksakan cara berjualan A, belum tentu bisa dijalankan dengan baik oleh salesmen. Hal ini karena salesmen itu sendiri sudah memiliki kemampuan dan sering terjadi self talk terhadap cara berjualan A itu. Alhasil adalah salesmen tetap menjalani caranaya sendiri.


Langkah membangun kemampuan salesmen adalah fokus utama saya setelah memiliki pengalaman dalam training center. Alhamdulillahnya saya diminta untuk merubah seorang office boy menjadi salesmen. Apa mungkin ? Ya Insya Allah mungkin. Karena saya berpikir semua sudah memiliki kemampuan dasar dalam menjual. Pertama kali yang saya lakukan adalah melakukan apa yang pernah saya buat dalam sekolah SPG. Dalam sekolah SPG, SPG sudah memiliki niat untuk jadi salesmen, sedangkan OB tidak memiliki itu. Hanya OB sering mendengar dan melihat jadi salesmen itu banyak uangnya dan "hebat" lah. Inilah yang mendasari OB ini menjadi salesmen, dengan kata lain "ingin merubah nasib". Diawal saya saya mengajak mereka ngobrol tentang nasib. Apakah nasib mereka yang tentukan ? Sebagian mereka menjawab nasib itu di tangan Allah. Tapi saya mengajak berpikir dan merenungkan, mengapa nasib mereka menjadi OB, apakah Allah yang tentukan ? Mereka sadar ternyata BUKAN Allah yang menentukan nasib mereka jadi OB. Mereka memilih sendir menjadi OB dan patennya lagi pekerjaan OB itu dilakukan terus-menerus (kebiasaan), maka dikenalnya mereka sebagai OB. Untuk merubah nasib mereka, apa yang harus dilakukan ? Ya merubah pilihan dan pasti atas izin Allah. Mereka memilih jadi salesmen dan terbuka kesempatan oleh perusahaan untuk dipercaya dan Allah izinkan itu terjadi sebagai amanah yang mesti dipertanggungjawabkan. Ada 3 hal, memilih, dipercaya dan diizinkan.


Saya meletakkan dasar berpikir menjadi salesmen yang kalau saya sebut sebagai windownya. Sedangkan software mengikuti sistem windownya. Software itu adalah cara berjualannya dan manajemennya. Saya menguatkan mereka tentang 3 hal di atas. Memilih adalah tidak perlu disesali karena memang itu yang diinginkan. kadang memilih itu bisa dipengaruhi oleh pengaruh luar (seperti uang dan imajinasi menjadi salesmen). Sebenarnya Memilih itu tidak hanya memilih pekerjaannya saja menjadi salesmen, tapi memilih seluruh aspek tentang salesmen. Tidak sekedar berpikir sekedar uang dan kehebatannya, aspek belajar pelanggan, belajar manajemen dan berlatih mempraktekkan penjualan dan sebagainya.Apa artinya memilih ? Seperti halnya nikah itu juga memilih, tapi ditengah jalan bisa berpisah. Padahal memilih itu diawal adalah baik dan menjadi baik seterusnya. jangan sampai bilang, "udah tidak jodoh lagi karena beda prinsip". Memilih menjadi seorang salesmen sebagai pilihan, maka konsekuensinya adalah membuktikan bahwa menjadi salesmen itu benar sebagai pekerjaan yang saya tekuni. Apakah nanti bisa berubah memilih yang lain ? Bisa saja asal seorang salesmen sudah membuktikan bahwa jadi salesmen itu benar (dengan kata lain sudah sukses). Sukses itu adalah pembuktian pilihan tersebut. Bagaimana kalau memilih jadi salesmen tapi malas-malas yang bikin target tidak tercapai ? Ini bukan memilih tapi asal memilih alias mumpung ada kesempatan. Menjagak salesmen itu berpikir dan merenungkan tentang memilih saja sudah bisa membangkitkan rasa tanggung jawab atas pilihannya. Disini saya bisa membangkitkan semangat dan motivasinya. Alhasil semua ini bisa mendorong mereka untuk bekerja sebagai salesmen yang bertanggung jawab.

Disisi lain adalah kepercayaan perusahaan untuk mengangkat mereka menjadi salesmen. Kepercayaan itu pasti ada latar belakangnya dan percaya juga dengan  kemampuan Ob dalam menjual. Bagi OB saya hanya mengajak berpikir bahwa tidak mudah mendapatkan kepercayaan itu dan itu adalah kesempatan. kesempatan untuk mengubah nasib. Apa yang harus OB lakukan terhadap kepercayaan itu ? Membuktikan kepercayaan itu bener. Hal ini sangat berarti bagi OB karena dipercaya dan memiliki dorongan dengan mensyukuri kepercayaan itu dengan bekerja maksimal. Lalu hal berikutnya adalah izin Allah. Pasti semua terjadi atas izin Allah. Banyak orang tidak mempercayai hal ini, dan cenderung berpikir karena pilihan mereka saja. Disinilah saya membangun religius mereka untuk menyadari ada Allah dalam peran hidup mereka. Mengapa Allah izinkan ? Bisa jadi Allah memberi amanah karena Allah tahu mereka (OB) itu bisa mempertanggungjawabkannya. Bagaimana bisa mempertanggungjawabkannya ? Apakah mereka mampu ? Apakah mereka sanggup menghadapi semuanya ? Disinilah diingatkan lagi bahwa semua tanggung jawab kepada Allah itu adalah tanggungjawab tertinggi diatas perusahaan. Artinya secara tidak langsung, mereka bekerja menjadi salesmen itu untuk Allah. Dapat diartikan mereka melakukan hal yang baik dan positif jadi salesmen. Dan Allah tidak membiarkan mereka bekerja sendiri, tapi Allah selalu mendampingi mereka asal selalu sadar kepada Allah.

Selanjutnya pasti diajari tentang ilmu dan manajemn salesmen yang memudahkan mereka bekerja sebagai salesmen. Dengan kata lain saya hanya menambahkan ilmu yang mereka miliki dan meluruskan ilmu mereka. Alhasil OB tersebut menjadi salesmen beneran. Walaupun ada beberapa yang tidak performe dengan baik. 60% berhasil dan sekarang mereka menjadi salesmen di berbagai merek. Itulah nasib mereka yang tadinya seorang OB dan sekarang menjadi salesmen ... karena memilih untuk membuktikannya kepada Allah yang telah memberi amanah dan dipercaya oleh perusahaan.

Inilah yang saya lakukan dalam training center untuk membangun kemampuan salesmen, dan ini menjadi pengalaman yang luar biasa. Apa yang terjadi selanjutnya ? Saya menjadi kaya dengan pengalaman ini dan saya mampu melakukannya lagi. Ikuti kisah berikutnya tentang training center dan trainer.

Munir Hasan Basri

Penulis buku, trainer, motivator

27.10.24

Tajuk 1, Doa, Basmallah dan Hamdallah

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah apa yang diinginkan diijabah Allah karena Allah Maha Mengabulkan doa, ya Mujib. Saat kami penuh salah dan dosa yang menyebabkan Engkau belum mengabulkan doa kami, ampuni dan hapuslah dosa kami. Jangalah Engkau jadikan kami orang yang merugi. Aamiin

Kali ini saya menulis pertama tentang catatan belajar saya tentang petunjuk Allah, baik dari perenungan pikiran, dari Al Qur'an dan hadist serta pemikiran ulama. CaTatan belajAr petunJUK Allah, saya singkat Tajuk Allah.

Tajuk Allah pertama ini, mengajak diri saya sendiri tentang iman saya sendiri. Terlintas dalam pikiran bahwa iman saya bisa menjadi faktor penentu bagi kelangsungan hidup saya. Kehidupan saya yang tidak baik-baik saja dan doa saya banyak yang belum terkabul. Tetapi dalam kenyataannya, dari satu doa ke doa berikutnya ... Kayaknya Allah berkenan dengan memberi inspirasi dan kemudahan yang saya dapatkan. Memang belum sampai kepada pengabulan doa yang saya inginkan. Saya berpikir semua itu memerlukan proses. Beruntunglah orang yang "langsung" dikabulkan doanya.

Doa itu adalah tujuan yang saya inginkan, semua terjadi setelah saya menjalani semua proses (Action) yang mengantarkan saya kepada tujuan saya. Lalu saya bertanya, bagaimana saya bisa menjalani prosesnya ? Awalnya pastilah saya mesti ilmu tentang cara melakukan prosesnya. Diawali dengan doa, lalu doa itu memberi semangat saya untuk meraihnya. Semangat itu memberi energi untuk Action. Lalu tak terpikir oleh saya karena memang saya merasa sudah ada dalam pikiran saya berupa ilmu (petunjuk cara). Saya menyimpulkan bahwa saya memiliki harapan untuk menuju doa saya. Harapan itu adalah jalan menuju tujuan yang Allah berikan berupa imajinasi dalam diri saya tentang doa (tujuan) saya. Percaya nggak bukan saya yang menciptakan imajinasi itu, tapi Allah. Bahkan apa yang ada di pikiran saya, semangat dan ilmu itu pun berasal dari izin Allah terjadi. Ada ungkapan yang bilang begini yang membuat saya terkesan yaitu "Berdoalah untuk apa yang saya ingin saya kerjakan dan Kerjakan apa yang saya doakan"

Ini adalah renungan saya tentang doa, kalaulah semua faktor dalam berdoa itu adalah miliki Allah. Entah itu isi doa berupa tujuan (pasti yang baik), hadirnya imajinasi dalam pikiran, kepikiran pula ada ilmunya, tiba-tiba semangat dan ada dorongan untuk bertindak (Action), dan semua yang terkait menjadi bersumber dari Allah. Tidakkah doa ini mesti dimulai dengan Basmallah ... diakhiri dengan Hamdallah. Tak pantas pula saat saya memulai semua itu dalam berpikir sampai kepada tindakan nyata pun mesti diawali dengan Basmallah dan menjadi luar biasa saat saya mengucapkan Hamdallahnya saat doa itu terkabul. Saya membayangkan bacaan Basmallah dan Hamdallah itu telah menjadi bagian dari seluruh aktivitas saya sehari-hari. Bukankah saya mesti mengerjakan apa yang saya doakan , semua aktivitas adalah selalu terkait dengan Basmallah dan Hamdallah. 

Renungan berikutnya ? Sudahkah saya terbiasa dengan bacaan Basmallah dan Hamdallah. Dalam hadist disebutkan kurang lebih "sesuatu yang tidak dimulai dengan Basmallah, tindakannya menjadi tidak bermakna (tidak bisa mengikuti hukum Allah)". Lalu bagaimana kalau saya lupa ? Kadang makan aja lupa Basmallah. Disinilah Allah mengajarkan kebiasaan baik seperti membaca Basmallah itu dalam setiap langkah kehidupan saya. Menjadi kebiasaan dan menjadi akhlak. Lupa atau lalai itu pasti berurusan dengan setan yang pasti menghalangi saya untuk menuju Allah. Akhirnya saya mesti berlatih membaca Basmallah setiap mau apapun yang baik ... 

Kembali kepada doa, lalu apakah dengan membaca Basmallah dan Hamdallah itu menjadi lebih baik ? Insya Allah, membaca Basmallah berarti saya mau dengan senang hati mengikuti aturan dari Allah. Saya beriman dan saya tunduk kepada aturan Allah. Ini adalah syarat saya berdoa sebagai muslim. Dengan menyebut nama Allah, dimana segala hal bergantung kepada Allah dan semua atas izin Allah serta sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Selanjutnya Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahiim. Allah sendiri yang memberi tahu kepada hambaNya, Dia lah yang Maha Penyayang dan Maha Pengasih. Dengan pengertian ini, ucapan Basmallah yang sempurna adalah Bismillahirrahmanirrahiim. Hindari hanya menyebut Bismillah aja.

Bagaimana dengan Hamdallah ? Saya berpikir sama, bacaan Hamdallah yang sempurna adalah Alhamdulillahirrabbilalamin, bukan sekedar membaca Alhamdulillah. Ucapan yang menutupi apa yang saya lakukan sebagai pengakuan kepada Allah, Tuhan alam semesta. Allah yang memiliki semua alam semesta dan yang berhak memberi izin segala hal termasuk doa dan tindakan yang saya lakukan. Pengakuan Alhamdulillahirrabbilalamin adalah pengakuan hati yang dilisan oleh lidah, pujian dan terima kasih atas bisanya saya berdoa, bisanya saya berimajinasi, bisanya saya berilmu, bisanya saya bersemangat dan bisanya saya bertindak. Apa yang saya rasakan sesaat membaca Alhamdulillahirrabbilalamin ? Saya merasa sudah menjalani apa yang semestinya saya lakukan untuk doa saya. Kalaulah tahapan ini merupakan tahapan yang mesti saya lewati dan bersiap untuk tahapan selanjutnya. Saya mesti juga mengucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin karena telah melewati tahapan yang mesti saya jalani. Akhirnya bacaan (pujian)  Alhamdulillahirrabbilalamin menandakan saya berserah diri kepada Allah atas apa yang hendak dikehendakiNya atas doa saya.

"Saat harapan itu ada, ada cara untuk meraih apa yang saya doakan. Iman menandakan Saya memiliki ada harapan, berharap hanya kepada Allah. Jangan sampai saya tidak memiliki harapan yang menunjukkan iman itu hilang"

Alhamdulillahirrabbilalamin Tajuk Allah (Catatan belajar petunjuk Allah) perdana ini tentang doa, Bismilllahirrahmanirrahiim, Alhamdulillahirrabbilalamin, iman, harapan, tujuan, semangat, energi, tindakan (beramal saleh), ilmu, kebiasaan, akhlak, dan kehendak Allah. Insya Allah saya semakin memahami dan dapat merenungkannya serta mampu berlatih dan memiliki akhlak yang baik. Insya Allah selalu ada catatan yang membaca Tajuk 1 ini , dengan senang hati saya membuka hati untuk semakin menambah ilmu dan wawasan.

Munir Hasan Basri

Penulis buku, Trainer, Motivator

24.10.24

Training center menyelenggarakan Sekolah SPG

Semangat pagi semuanya. Insya Allah setiap langkah hidup ini selalu dalam rahmatNya, dan saat lalai selalu pula diingatkan Allah. Jangan sampai lupa dengan sang Pencipta yang Maha rahaman dan rahim, sekecil apapun yang saya sadari dari diri saya adalah milik Allah dan selalu peran Allah. Satu tarikan napas saya adalah milik Allah dan saya mesti bersyukur dengan memanfaatkan tarikan napas itu jadi amalan. Saya membayangkan tarikan napas itu terhenti ... kembali kepada Allah.

Tulisan saya sebelumnya tentang pengalaman dunia training center dan trainer adalah Membangun training center dari nol, Mengembangkan training center, Menjadikan training center sebagai pusat informasi, Membangun training center sebagai pusat pelatihan, Meneruskan keberadaan training center, Membangun kemampuan trainer, dan Efek kemampuan trainer,  Membuat materi training itu mudah,  Training center untuk Manager dan Direksi, dan Training center menyelenggarakan Sekolah SPG 

Dari berbagai hal yang sudah saya lakukan tentang training bersama team, saya terpikir saat itu, mengapa saya tidak "membangun sekolah ?" Sekolah apa ya ? Saya masih bermimpi saat itu dan mulailah saya mengumpulkan beberapa training yang sudah saya lakukan, seperti motivasi, informasi produk dan perusahaan, training salesmanship dan training problem solving, training komunikasi dan lainnya. Saya merasa sudah cukup materi tersebut untuk membuat seorang SPG dari nol.

Awalnya saya mulai untuk menerima SPG-SPG baru yang diterima oleh perusahaan untuk dipekerjakan. Saya membekali mereka dengan motivasi kerja. Apa itu motivasi kerja ? Saya mengajak mereka untuk menyadari bahwa kerja bukan cari uang. Dan mereka heran, kok begitu. Mereka cari kerja untuk dapat uang. Betul begitu, setelah ajak mereka merenungkan lebih dalam. Ternyata hidup itu cari kerja walaupun sudah kerja. Diterimanya sebagai SPG adalah cari tempat kerja, lalu setelah masuk mereka harus benar-benar cari kerjaannya. Apa itu kerjaannya SPG ? Ya mengetahui produk, merek, perusahaan dan berani menawarkan produk agar calon pelanggan memutuskan untuk membeli. Jika kerjaan itu tidak dijalani dengan benar, maka tidak terjadi penjualan alias SPG tidak dapat uang. Setelah SPG menyadari apa yang mesti mereka cari (kerjaan), maka uang pun sepadan dengan apa yang mereka kerjaan. Saya bilang kepada SPG, "mau gaji gede, jual yang banyak. Jual yang banyak itu kerja yang banyak dan berkualitas". Disinilah saya membangun SPG dengan dasar yang kuat, bukan mengajari SPG dengan mimpi uang banyak dan fokus kepada menjual saja.

Langkah awal membangun sekolah SPG ini tidak hanya teori saja, tapi juga ada porsi prakteknya. Saat mereka saya ajari hal di atas, saya minta mereka mulai menjual (praktek). Apa yang mereka dapatkan dijelaskan kembali di kelas sekolah. Misalkan mereka bisa menjual 4 unit produk dan terjadi kegagalan 10 kali. Maka Mereka mesti mengambil hikmahnya, bahwa mereka mesti tahu penjualan itu terjadi tidak 100%, dalam hal ini SPG hanya bisa menjual 4 dari 14 kali aktivitas. Katakan saja jika uang yang didapat 100.000. Maka untuk mendapatkan uang 200.000, mereka harus cari kerja sebanyak 28 aktivitas.  Efeknya SPG menjadi sabar dan memahami rezeki Allah lewat kerja. Kadang bagus dan kadang belum dapat aja penjualan. 

Untuk melatih cara berkomunikasi dengan calon pelanggan, saya menerjunkan mereka dalam praktek setiap hari. Apa itu ? Mereka terjun di dunia call center, dimana mereka dapat menguji ilmu komunikasinya. Dan saya melatih mereka untuk presentasi kepada karyawan, selain melatih kepada calon pelanggan. Sekolah ini dibangun tanpa ada biaya yang berarti karena mereka mendapatkan ilmu gratis, praktek langsung gratis dan perusahaan mendapatkan hasil yang luar biasa. Dalam perjalanan sekolah SPG ini tidak semua berhasil. Dari 10 orang yang menjadi SPG hanya 6 orang dan sisanya kalah karena butuh uang (mencari pekerjaan lain yang langsung menghasilkan uang).

Ujian praktek tentang produk secara teknis dan non teknis, saya menerapkan role play atau diskusi produk. Dimana saya dan tean yang sangat paham teknis, benar-benar menguji jawaban yang pas sebagai SPG dalam berjualan. Misalkan jangan bilang produk ini hemat listrik, sedangkan calon pelanggan melihat data produk wattnya besar. Disini SPG diajari makna hemat, yang secara teknis adalah tergantung watt dan waktu. Berapa lama pemakaian atau fungsi produk itu berlangsung menjadi penentu hasil yang didapat ? Dalam hal setrika, mana yang hemat setrika dengan watt 250 watt dengan 350 watt ? Calon pelanggan cenderung memilih 250 watt dan lebih murah lagi. Tapi ternyata SPG mesti bisa menjelaskan bahwa watt 350 itu lebih hemat. Mengapa ? Lebih cepat panas dan hasil setrikaan rapi dengan waktu pemakaian lebih cepat dibanding setrika 250 watt (karena watt yang rendah memberi waktu pemanasan lebih lama). Hal kecil seperti ini mesti menjadi pengetahuan SPG untuk mengedukasi pelanggan. Selama ini SPG hanya dididik cara menjual dan triknya saja. 

Alhamdulillah saya dan team dapat mengembangkan training center sebagai "sekolah SPG". Berapa lama saya menjadikan SPG bersekolah ? Sebenarnya secara kelas bisa berlangsung 1 - 2 bulan, dan setelah mereka di kontrak sebagai SPG, maka training terus berlanjut di dalam training center. Saya dan team mendapatkan banyak pengalaman dan kemampuan baru (ilmu dan ketrampilan). Didalam dunia salesmen, banyak merek sangat ingin merekrut SPG dari merek yang saya training. Kata mereka bisa langsung pakai dan ilmunya canggih. Jadi deh SPG didikan training center waktu itu bisa jual mahal (minta gaji lebih tinggi) . Hal yang membanggakan saya dan team adalah di saat kami berada di mall sering ditegur SPG yang pernah kami didik, "selamat siang pak". Ternyata SPG tersebut sudah pindah ke merek lain, dimana kami tidak mengenalnya lagi. Beberapa alumni SPG sudah ada yang jadi supervisor sales dan bahkan manager toko.

Disinilah saya yang membekali trainee dengan ilmu carilah kerjaan, maka uang mengikutinya. Saya sudah paham betul dan menerapkannya. Saya selalu mencari kerjaan baru atau mengambil inisiatif kerjaan orang lain untuk dikerjakan. Disinilah saya membuktikan dan mendapatkan kepercayaan. Ingin tahu lebih banyak tentang training center dan trainer ? Ikuti terus tulisan saya berikutnya.

Featured post

Menjadi trainer sepanjang masa

 Semangat pagi rekan-rekan, Insya Allah pekerjaan saat ini menjadi pekerjaan yang langgeng walaupun sudah tidak bekerja di perusahaan dan me...