Menyediakan pelatihan motivasi spiritual, pendampingan, e-book dan konsultasi pemberdayaan diri Islam, WA/CALL 087823659247

e-Book Munir Hsan Basri

e-Book Munir Hsan Basri

18.2.23

Nilai diri karyawan

 Kalau ada yang bertanya," berapa sih nilai dirimu ?" Nilai diri saya pasti tinggilah. Dilanjut lagi, berapa tingginya ? Pokoknya  tinggilah. Seperti percakapan tak berujung, yang nanya pengen tahu dan yang ditanya tidak menjawab pasti. Sebenarnya apa sih yang disebut nilai diri ? Orang bilang memiliki harga diri, dan tidak mau direndahkan. Apakah hanya karena tersinggung, bikin harga diri terusik dan langsung emosional. Berarti harga diri Anda sebatas harga emosional itu ?

Dalam perjalanan hidup orang, nilai diri tidak begitu diperhatikan. Tapi banyak orang memperhatikan apa yang diperolehnya, seperti rumah mewah, jabatan tinggi, gaya hidup dan sebagainya. Bukankah yang sebenarnya itu adalah nilai diri merupakan kualitas dan kuantitas apa yang kita kerjakan (perbuatan). Nilai diri itu terlihat atau terukur saat kita melakukan perbuatan yang membuat sebarapa banyak orang dapat menikmati kebaikan. Bahkan ada orang sangat ingin merindukan kita. Memang ada sih hubungan antara perbuatan dan hasil yang diperoleh, tapi tidak selalu. Kalau ditanya harga diri berarti kita bisa menjawab perbuatan apa yang sudah kita lakukan yang membuat kita memiliki kemampuan dan memberikannya kebaikan kepada orang lain.

Berapa sih nilai diri karyawan ? Ya sebesar gajinya. Pembuktiannya adalah proses kerjanya, apakah kerja didukung ilmu yang bener atau tidak ? Terkadang ada kemampuan dari lulus dari sekolah tinggi (MBA), tapi kerjanya tidak bisa ditunjukkan. Maka penilaian diri karyawan itu atas apa yang dikerjakan, contoh Kemampuannya =1.000, dan perbuatan = 10. Sedangkan ada karaywan yang sekolahnya hanya SMA dimana kemampuannya 350 lah dan perbuatan (dipercaya) = 1.000. 

Nilai diri adalah perkalian antara kemampuan dan perbuatan

Karyawan MBA = 1.000 x10 = 10.000

Karyawan SMA = 350 x 1.000 = 350.000

Secara nilai diri karyawan SMA  lebih tinggi daripada karyawan MBA, tapi gaji sebaliknya. Memang masih banyak perusahaan menghargai mereka yang memiliki sekolah tinggi dengan gaji besar. Tetapi sebagai karyawan yang memiliki nilai tinggi secara dapat meningkat dari gaji.

Yang tidak baiknya adalah karyawan MBA itu senderung sombong dengan kepintarannya sehingga merasa lebih tinggi dan bisa memerintahkan karyawan SMA dengan seenaknya dan harus menurut lagi. Padahal belum tentu ilmu karyawan MBA itu benar ? Sekalipun benar tidak mudah untuk diwujudkan. Perlu ilmu lain selain ilmu MBAnya adalah ilmu mengayomi bawahan yang diterima dan mudah dikerjakan oleh karyawan dibawahnya. Orang yang memiliki kebijakan belum tentu bijak untuk melaksanakan kebijkannya. Jadilah orang yang memiliki nilai diri yang tinggi, bukan sekedar ilmu tinggi. Maka banyaklah menjadi orang yang terus berkarya untuk dipercaya.

Kultum ini sebagai motivasi kita untuk mengukur diri dan memperbaikinya. Pemberdayaan diri selalu menjadi tolak ukur upaya meningkatkan nilai diri dari dorongan internal. Salah satunya adalah terus membaca dan memahami kerja dengan bijak dan selalu menerapkannya.

17.2.23

Karyawan malas

 Bisa jadi malas itu bagi sebagian orang tidak ingin, tapi sebagaian lain pengen banget. Jika seorang karyawan sudah MALAS kerja, maka ungkapannya tidak MALAS, malah rajin. Keadaan adalah yang sering terjadi. Misalkan ada karyawan yang suka ngobrol, bilang diskusi dan belajar sama orang lain. suka ngobrol itu bagian dari MALAS kerja. Ada juga yang sok sibuk seperti mengerjakan pekerjaan dengan komputer, kesibukan itu ditutupi posisi monitor yang tidak terlihat orang lain.

MALAS itu lawannya RAJIN. Perhatikan banyak orang selalu menutupi kemalasannya dengan seperti rajin, apalagi di hadapan atasannya. Karyawan seperti ini adalah toxic yang bisa menyebar kepada karyawan yang lain. Karyawan yang malas selalu membela dirinya dengan sikap baik dan perilaku baik (rajin), dan merasa tersinggung kalau dibilang malas. Bagaimana mengubah malas menjadi lebih baik beraktivitas ?

Paling mudah adalah kontrol atas karyawan itu sendiri, bisa kontrol langsung atau bertanya sama temennya. Manfaatnya ada, dimana karyawan yang malas merasa dimonitor dan diawasi. Bisa jadi dia mengerjakan pekerjaannya. Tapi yang menjadi persoalan adalah apakah ada waktu untuk mengontrolnya. Karyawan yang malas pasti bersiap untuk dikontrol, dan setelah dikontrol menjadi waktu yang diinginkan oleh karyawan malas. Bayangkan kontrol karyawan itu mesti tidak hanya satu karyawan, tapi bisa banyak. Disinilah atasan telah kehilangan waktu banyak

Bagaimana kalau memberi kepercayaan dengan kerja yang cukup agar waktu kerjanya menjadi sempit (seperti dikejar waktu) ? Tidak hanya bersandar kepada job desc tapi pekerjaan tambahan yang related. Job desc yang diberikan mesti dibuat kontrol (output kerja) berupa laporan dan hasil berupa fisik. karyawan diminta untuk melaporkan ke atasan setiap waktu yang ditentukan.

Yang berikutnya adalah memberi motivasi tentang tujuan kerja. kecenderungan malas itu karena tidak bisa mengerjakan atau ilmu tak cukup sehingga bikin bosen dengan apa yang sudah dikerjakan. Motivasi ini menerangkan bahwa kerja itu menjadi kebutuhan semua orang dan mesti mengalahkan rasa malas. Diajarkan cara mengatasi malas dan memberi lead untuk masa depan dan karirnya, serta mendorong bahwa kerja itu ibadah.

Demikian kultum kali ini untuk memberdayakan diri agar tidak jadi malas. Hendaklah selalu memotivasi diri untuk menjadi lebih baik. Kapan lagi ? kalau bukan sekarang.





16.2.23

Manajemen syukur yang terus-menerus 1

 Kali ini melengkapi tentang menajemen bersyukur. Ada pertanyaan dari temen yang bilang,"saya sudah bersyukur kok, menerima apa yang ada dan berterima kasih". Fakta tidak banyak yang berubah dalam hidupnya. BUkankah kalau bersyukur itu ditambah nikmatnya. Secara naluriah mereka, buat apa dong bersyukur kalau tidak ada perubahan ? Akhirnya bersyukur yang dijalaninya hanya formalitas saja, bersyukur ya berterima kasih, ya bersyukur menerima keadaan sampai menunggu perubahan dari kebaikan Allah yang Maha syukur.

Bisa jadi sampai hari ini kita bersyukur hanya sampai pada lisan saja, apa merasa "terpaksa" bersyukur. Bersyukur menerima pemberiaan Allah dan saat diambil jadi kurang bersyukur, yang ada hanya meminta kepada Allah agar dikembalikan pemberian Allah itu. Bagaimana sih seharusnya kita bisa bersyukur yang bisa konsisten (terus-menerus) ? Memang tak mudah, wajar sebagai manusia bisa bersyukur dan kadang tidak. Yang terpenting saat tidak bersyukur segera ingat Allah dan bersyukur lagi.

Membayangkan diri kita menerima pemberian dari seseorang, misalkan diberikan uang  sebesar Rp 100.000. Apa yang dapat kita maknai pemberian itu ... orang itu baik dan mau membantu kita atau ada udang dibalik batu. Ada beberapa waktu mau menerima pemberian itu, malah balik tanya,"dalam rangka apa pemberian ini ?". Disisi lain ada orang yang sedang membutuhkan uang Rp 100.000, maka pemberian itu langsung dengan mengucapkan, "terima kasih dan Anda baik sekali".  Maknanya :

1. Seseorang yang menerima dapat menilai dari pemberian itu, berapa nilainya bagi kita, apa manfaat pemberian tersebut dan nilai lainnya. Dengan menyadari nilai dari pemberian itu, maka seseorang memuji pemberian itu kepada orangnya. Perhatikan jika tidak bernilai pemberian itu, maka tidak ada pujian dan hanya ucapan terima kasih saja.

2.  Dalam bersyukur dapat kita analogikan seperti hal diatas. Langkah awal pastilah kita beriman (percaya tanpa ragu). Level iman ini menjadi kekuatan untuk bersyukur. Selanjutnya, kita mensti menyadari pemberian Allah yang Maha segalanya. Apa pemberiannya ? 

a. Kita yang tadi mati dihidupkan, maka sadarilah bahwa kehidupan ini adalah kenikmatan. 

b. Allah memberi kita pendengaran, penglihatan, hati serta penyempurnaan penciptaannya. Kita diberi modal untuk menikmati kehidupan ini. Telinga yang bekerja otomatis (tak banyak bisa kita kontrol) bekerja untuk kita, bisa mendengar. kita bisa berpikir, kita berdiri tanpa jatuh, bisa berbicara dan sebagainya

c. Allah memberi petunjuk untuk menjalani kehidupan di dunia ini agar mendapatkan kebaikan dan berdampak kepada kehidupan di akhirat.

d. Allah menundukkan alam ini untuk manusia. 

e. Ada orang tua, saudara, isteri/suami, anak yang selalu mensupport dan menginginkan dan berdoa agar kita menjadi orang baik (sukses di dunia dan diakhirat)

f. Ada juga teman, bawahan, atasan yang juga mendupport kita.

Sadarkah kita dengan pemberian semua itu ? tahukah nilai dari pemberian itu ? 

Bayangkan jika ditanya,"berapa nilai tangan kita ?" Pasti kita jawab pastilah nilainya tak terhingga. Apa artinya ? Bukankah nilai yang tak terhingga itu menunjukkan nilai tangan itu bisa menghasilkan nilai tak terhingga. Sudahkah nilai tangan itu diwujudkan ? Kok kita hanya mendapatkan pendapatan hanya Rp 2 juta dengan kerja (menggunakan tangan ini) ? Sadarilah ternyata kita belum bersyukur ... baru 2 juta, padahal bisa menghasilkan nilai tak terhingga. Bagaimana caranya ? Optimalkan tangan dengan ikhlas, bukankah balasan keikhlasan itu tak terhingga.

Yuk kita ingin tahu dan mencari tahu nilai pemberian Allah itu. ternyata pemberian Allah itu tidak bisa kita hitung, sangat banyak. Untuk itu mulai menyadari pemberiannya saja, dan mulai pula fokus dari pemberian yang bisa kita sadari dan rasakan. Misalkan kita menyadari dan merasakan kita memiliki tubuh yang sehat, maka tubuh ini mempunyai nilai besar. Maka bersyukurlah dan jangan sampai tubuh kita jadi sakit atau diambil Allah pemberian nikmat sehat itu. karena Allah itu Maha berkuasa segala hal.

Setelah menyadari dan dapat merasakan pemberian Allah itu, karena pemberian itu adalah Allah yang rahman dan rahim. keadaan ini memunculkan kekaguman dan ingin mengakui keMahaan Allah itu ... kita ingin memujinya. Memuji Allah adalah akibat dari langkah pertama yang menyadari dan menghargai pemberian Allah. ikuti ulasan berikutnya


Insya Allah kultum ini dapat memotivasi kita untuk jadi lebih baik dalam bekerja, yaitu meluruskan dan mengharmonikan iman yang sejalan dengan kerja dunia. Keadaan ini memberdayakan diri kita menjadi semakin beriman.

  


Suka responsif dam emosional itu BUkan masalah

Dalam sehari-hari masalah itu identik dengan hambatan yang terjadi saat saya ingin menjadi lebih baik. Misalkan ada staf yang susah di atur dan dianggap stanya yang bermasalah. Waktu staf salah, seorang atasan dengan responsif tanpa mikir banyak memarahi staf yang salah. Marahnya atasan itu dianggap bener, karena memberitahu staf yang salah. Atau anak yang salah dianggap masalah bagi orang tuanya, Tapi perilaku orang tua yang "memarahi" dianggap bener.

Ada yang menarik lagi, saat saya tidak berbuat baik. Apa yang terjadi ? yang disalahkan itu adalah lingkungan atau "setan" yang menggoda. Memang bener sih ada orang yang salah, dan dengan sikap dan perilaku yang "emosi" itu bagian dari memperbaiki kesalahan tersebut. Apakah begitu ? Pastikan sikap dan perilaku saya pun ikut salah. Perhatikan dengan baik, staf salah, atasan marah, ... Selanjutnya pasti tidak baik. Yang negatif diteruskan negatif maka selanjutnya cenderung negatif. Sikap dan perilaku negatif itu bisa berhenti jika mau dihentikan. Staf yang hadir utuh, maka menerima marahan atasan untuk tidak mengulangi kesalahan agar tidak dimarahi lagi. Atau Atasan tidak perlu marah untuk menyelesaikan masalah stafnya, cukup memberitahu dan mengarahkan cara yang bener. 

Jadi judul diatas itu sering dialami semua orang, karena beberapa orang tetep aja emosional lagi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap emosional itu masalah. Yang ada dipersepsinya itu adalah orang salah kalau nggak dimarahi, malah salah terus. Dari sikap seperti inilah banyak orang terus bersikap dan perilaku emosional terus-menerus. 

Yuk mulai berpikir saat tidak emosional untuk mengubah sikap dan perilaku emosional itu menjadi lebih baik. Logika bilang, nggak baik marah itu, nggak baik responsif (tanpa mikir), nggak baik buru-buru itu, nggak baik ikuti banyak orang, nggak baik menunda itu, nggak baik hanya pilih yang disukai saja, nggak baik hanya ingin yang nyaman (tidak susah) saja. Maka saya kerja itu buat kemanfaatan bagi saya, saya jadi dipercaya, saya jadi disukai dan saya jadi problem solver, dan sebagainya. Kan akhirnya kemampuan itu menambah nilai diri saya di mata perusahaan.

Bagaimana kalau sikap dan perilaku itu dilanjutkan menjadi memahaminya dengan hati ? Saya melihat staf yang salah, maka saya mesti memberitahu dan mengajarkan ilmunya. Tak hanya itu saya memberi ilmu itu sebagai kesempatan saya melakukan amal soleh. Bahkan saya ingin mengabdi kepada Allah karena Allah telah berikan segala untuk saya bekerja. Allah berikan keluarga yang selalu berdoa untuk saya sukses, Allah siapkan staf yang membantu pekerjaan saya, Allah telah berikan pula konsumen yang "cerewet" agar saya menjadi sabar dan lainnya.

Insya Allah kultum motivasi ini bisa memberdayakan diri kita semua untuk menjadi hidup yang lebih bermakna. Bukan sekedar memuaskan nafsu saja, tapi berpikir untuk menjadi manfaat bagi orang lain, dan akhirnya membuat diri kita bersyukur atas kebaikan Allah. 


15.2.23

Nggak masalah ? Masak sih ?

 Setiap karyawan yang bekerja pastilah menemui masalah, ada yang bisa menyelesaikan masalah dengan ilmu yang benar dan ada pula yang tidak mudah menyelesaikan. Beberapa karyawan sekalipun bisa menyelesaikan masalah, tapi memerlukan waktu yang lama. Apa ada karyawan yang masalahnya tidak besar dan minim ?

Dalam beberapa kali saya bertemu dengan karyawan, mereka bilang bahwa mereka tidak ada masalah. Lalu langsung tanya, apa iya nggak masalah dalam kerjanya ? Mungkin mereka menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan selama ini tidak ada hambatan yang berarti, semua pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik. Awalnya mereka bekerja adalah memiliki masalah, misalnya belum memiliki penghasilan (uang). Ada masalah ada dorongan untuk menyelesaikannya, masalah uang maka orang kerja. Apakah sudah dapat uang masalahnya selesai ? Belum tentu, selalu "masalah baru", mungkin bagi orang tersebut sudah cukup (nggak ngotot cari uangnya). Ada masalah dalam kerja karena ada tuntutan (target) dimana karyawan tersebut tidak cukup ilmunya dalam memenuhi target kerja. Tapi dengan berjalannya waktu, masalah kerja dan target itu dapat dikerjakan. Apakah selesai masalahnya ? Tentu ada lagi, apa itu ? Ternyata kerja karyawan tersebut sudah penuh sehingga terlihat sibuk, dan biasanya menolak kerja tambahan. Karyawan tidak ingin meneruskan masalah itu dituntaskan dan tak ingin juga menelusuri masalah selanjutnya, dan butuh solusi. Begitulah karyawan yang bekerja yang sudah banyak yang dikerjakannya dan menghabiskan waktu kerja mereka. 

Membayangkan mereka bilang tidak ada masalah dengan pekerjaannya, kehidupan mereka stabil dan tidak ada perubahan yang berarti. Selamanya kerja seperti itu dan tidak ada waktu, pertanyaan adalah apakah mau kerja seperti itu terus yang bisa membuat karyawan mulai bosen dan mau juga pendapatannya ya segitu-segitu aja ? Jawaban ini "pasti" karyawan mau. Hal ini adalah masalah karena karyawan mau lebih baik. Masalah bukan sekedar apa yang dihadapinya saja, dan mencari masalah dengan menciptakan "keinginan".

Perhatikan orang di atas Anda, Manager, direkur dan pemilik perusahaan. Mereka memiliki kerjaan yang lebih banyak dan lebih hebat dari Anda sebagai karyawan, mereka memulainya seperti Anda sekarang. Mereka memiliki waktu yang sama dengan Anda. Ubah sikap dan perilaku menjadi lebih baik, masalah bukan sekedar masalah, tapi tentang memberdayakan diri untuk menjadi lebih baik. Maka senanglah terus kerja agar masalah demi masalah dapat diselesaikan dan menjadikan Anda naik level. 

Ada karyawan yang bilang,"cukup aja dengan bersyukur dan tak perlu ngoyo". Renungkan jika Anda bersyukur dengan benar, maka hidup Anda semakin bermakna dan mendapatkan nikmat lebih banyak. Bayangkan jika Anda tetap stabil dalam hidupnya, bukankah nikmat Anda tidak bertambah yang menunjukkan Anda belum bersyukur. Syukur Anda selama ini mesti ditingkatkan dan diperbaiki. 

Insya Allah kultum kali ini dapat memberdayakan diri untuk siap naik level kehidupan baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kerja. Inilah motivasi yang bisa membangkitkan kita menyenangi masalah dan berani pula untuk menemukan solusinya.


14.2.23

Saat kerja sering bilang tidak bisa

 Saat pelatihan berlangsung, ada karyawan yang bilang,"rumit banget sih mengerjakannya dan menghabiskan waktunya". Ucapan ini sering dilakukan karyawan yang sedang mengikuti pelatihan. padahal pelatihan itu diikuti agar ingin bertambah ilmunya. Tanpa disadari karyawan ini sudah menolak ilmunya, BUKAN berarti karyawan tidak dapat ilmunya. Tapi karyawan tersebut tidak mau tahu lebih lanjut tentang ilmu tersebut dan bilang,"maaf saya tidak bisa mengerjakannya"

Ucapan karyawan ini bukan sekedar terucap begitu saja, tapi sudah menjadi kebiasaan dengan ilmu atau hal-hal baru. Dengan kata lain, karyawan tersebut sudah merasa cukup dengan keadaannya sekarang. Nyaman dengan kerjanya dan ilmunya, menjadi tidak nyaman dengan ilmu baru yang berdampak dia harus kerja lebih. Secara lisan karyawan pandai bicara, tapi kerjanya yang susah. Sama dengan keadaan pelatihan di atas, setiap menerima tugas baru dapat ditolah dengan halus,"saya sudah banyak kerjanya dan sangat sibuk". Semakin lama keadaan ini berlangsung, maka karyawan semakin kuat untuk tidak mau diganggu kenyamanannya. keadaan ini bisa berubah saat mengalami suatu kejadian yang tidak dialaminya. Bisa jadi sebuah musibah sakit, dipecat, terpuruk dan sebagainya

Bilang,"saya tidak bisa", menunjukkan cara menutup diri untuk menerima hal baru. Pikiran diajak menolak karena tidak menguntungkan. lalu apa yang terjadi ? Emosional lah yang dominan sehingga semakin memperburuk keadaan saat menerima hal baru. Secara ilmu bisa dipahami tapi untuk dikerjakan "ntar dulu". Jadi hati-hati berucap agar kita tidak terbawa tanpa sadar dengan ucapan kita. Berlatihlah mengucapkan hal-hal baik dan selalu berada dalam lingkungan yang bener.


Yang jauh lebih penting adalah menyadarkan diri sendiri untuk memahami keadaan itu dengan apa yang diinginkan. Ada ilmu dan cara yang bener agar perubahan ini dapat dilakukan dengan mudah. Kalau tetep merasa berat, maka perubahan itu tidak mudah terjadi. Atau lakukan perubahan itu dengan menyadari bahwa langkah kecil yang terus-menerus itu dapat merubah segalanya.

Kultum motivasi kali ini untuk memberdayakan diri atas ucapan yang bener itu sangat mempengaruhi tindakan kita. Sesering kita berucap yang tidak bener, maka tindakan kita mengikutinya. bersyukurlah masih ada hati yang masih bisa memahami yang tersirat dari apa yang kita kerjakan itu masih ada kebaikan. Bersyukurlah masih diberi kesempatan sehat dan hadir setiap hari untuk memperbaiki keadaan sebelumnya. Masih bersyukur juga Allah masih menunggu dengan masih ada waktu untuk memperbaiki diri. 




13.2.23

Apakah saya percaya dengan petunjuk Allah ?

 Saya percaya kepada Allah Swt, tapi mengapa saya belum yakin tanpa ragu dengan petunjukNya ? Dalam kehidupan sehari-hari, saya pun belum sepenuhnya menjalankan ibadah dengan sebenarnya dan kontinu. Hal ini menunjukkan bahwa saya belum sepenuh hati percaya (yakin tanpa ragu). Jika saya benar yakin, maka petunjuk Allah itu saya jalani dengan ikhlas. Diutak-atik tentang ibadah dengan memperbaikinya menjadi semakin bener, sudah merupakan yang bener. tapi rasanya masih aja berat menjalani petunjuk Allah. 

Saya pengen banget menjalani ibadah itu dengan ikhlas. Misalkan shalat saja, kok masih belum sempurna. Selalu ada kelalaian dalam shalat, entah itu wudhu, niatnya, gerakan dan bacaannya dan sebagainya. Soal sedekah saja, masih belum rutin (setiap hari), masih ada rasa khawatir dalam bersedekah karena apa yang saya miliki bisa berkurang sedangkan kebutuhan harus selalu tercukupi. Belum lagi soal rezeki, rasa semua aktivitas tersebut memang belum didasari iman yang benar kepada Allah. Saya merasa sudah mengenal Allah, tapi kok tidak takut dengan peringatannya, saya sudah merasa beribadah yang bener, tapi kok ibadah saya tidak bertambah banyak. Saya merasa sudah bertaubat, tapi kok masih banyak hal baik tidak saya kerjakan. Semua menjadi renungan bagi saya untuk mengoreksi yang pertama dan utama yaitu iman saya kepada Allah.

Salah satu cara adalah mengurangi logika berpikir sebagai manusia dan menggantikannya dengan berpikir dengan hati. Bagaimana caranya ? Berpikir dengan logika cenderung berpikir untungnya buat saya atau ruginya buat saya, akibatnya tindakan saya tidak mau yang rugi, padahal bisa jadi secara nilai rugi tapi memberikan hikmah kebaikan. Berpikir memahami selain logika, yaitu hati. Memandang tidak kepada keuntungan dan kerugian saja, tapi makna dari tindakan saya. Bersedekah secara logika berkurang materi (rugi), tapi memberikan nilai kebaikan. Bisa jadi shalat saya masih berat karena berpikir capeknya shalat dan sebagainya, tapi jika berpikir dengan hati, maka shalat itu mendekatkan diri dan komunikasi saya dengan Allah. Apalagi Allah telah berikan rahmat dan karunianya kepada saya, maka saya mesti bersyukur lewat ibadah shalat. Saya berusaha setiap hari menguatkan dan mengafirmasi diri dengan memahami (berpikir) dengan hati. menggali maknanya dengan membaca Al Qur'an.

Langkah lain yang bisa saya lakukan adalah menerapkan ihsan dalam setiap tindakan saya. Jika bener-bener saya bisa "mengimajinasikan" seolah saya melihat Allah dan pasti Allah melihat saya. Maka setiap awal tindakan dengan niat dan menyebut Bismillahirrahmnirrahiim, di saat itulah saya sudah membayangkan Allah hadir dan melihat saya. Apakah saya berani tidak melakukan petunjuk Allah ? Apakah siap dengan balasanNya ? Sepertinya saya merasa takut dan dapat menjaga tindakan saya selalu dalam petunjukNya.

Apakah berani ikhlas ? terkadang masih berpikir kalau saya ikhlas, saya dapat apa ? Allah menjanjikan keikhlasan dengan pahala yang sempurna. teruslah berlatih ikhlas tanpa berharap kepada manusia, hanya berharap kepada Allah. Tunjukkan saya bertindak yang terbaik di hadapan Allah (ihsan) agar diridhai Allah. Dengan doa, saya berharap Allah memenuhi kebutuhan hidup saya.

Insya Allah kultum motivasi kali ini dapat memberdayakan diri saya untuk selalu menemukan cara untuk meningkatkan iman saya kepadaNya. Insya Allah saya dimampukan shalat yang semakin meningkat dan dimampukan memahami petunjukNya serta dimampukan menjalani kehidupan ini dengan iman yang bener.

Featured post

Mencintai tubuh dengan perubahan kecil

  Semangat pagi rekan-rekan. Insya Allah hari ini diberikan kesehatan mental yang kuat untuk bertumbuh menjadi semakin sukses dan bahagia. A...